Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sabua Vol.3, No.

3:32-39, November 2011 ISSN 2085-7020

TINJAUAN

ARSITEKTUR MODERN (NEO) VERNAKULAR di INDONESIA


Deddy Erdiono
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak. Di beberapa kota di Indonesia, bangunan dengan tradisi arsitektur vernakular atau
model bangunan tertentu dilestarikan sebagai monumen. Modernisasi arsitektur tradisional
seringkali di-muncul-kan ketika bangunan-bangunan pemerintahan, gedung-gedung DPR,
bangunan-bangunan pendidikan, ibadah dan lain-lainnya sengaja dirancang dengan
mengadopsi dan menduplikasi bentuk fisik bangunan tradisional saja. Pembangunan gedung-
gedung modern vernakular di Indonesia seolah kehilangan roh, wujud fisik tanpa nilai-nilai,
tanpa pemahaman makna. Hal ini ditandai dengan hilangnya makna simbolis, tradisi
arsitektur vernakular, model bangunan dan punahnya peran penting kultur masyarakat dalam
kehidupan sosial budaya. Dalam proses eksplorasinya, ada empat model pendekatan yang
harus diperhatikan terkait dengan bentuk dan makna dalam merancang dan memodernisir
bangunan tradisional dalam konteks ke-kini-an, yaitu kecenderungan terjadinya perubahan-
perubahan dengan paradigma, yaitu: (a)bentuk dan maknanya tetap (b)bentuk tetap dengan
makna baru (c) bentuk baru dengan makna tetap (d) bentuk dan maknanya baru

Kata kunci : tradisi arsitektur vernakular, modernisasi arsitektur tradisional, bentuk dan
makna.

TRADISI ARSITEKTUR VERNAKULAR - Kosmis: hubungan manusia dengan alam


Tradisi arsitektur vernakular di semesta, misalnya matahari, bulan, bintang
Indonesia hadir berdasarkan sistem kognisi yang dan sebagainya.
melatarbelakangi bentukan arsitektur rumah - Chtonis: hubungan manusia dengan bumi,
tinggal sebagai hasil dari tradisi berarsitektur di dunia yang ia tinggali, seperti hubungan
Nusantara. Sistem kognisi tersebut adalah manusia dengan gunung, laut, pohon, batu
sebagai berikut: dan sebagainya.
Kosmologi yakni hubungan manusia dengan Hubungan antara manusia dengan
alam, determinasi lingkungan terhadap lingkungannya ini berkembang dan menjadi
kehidupan manusia, dimana kehidupan manusia dasar kehidupan masyarakat masa lalu yang
sangat ditentukan oleh alam. Manusia merasa oleh para penulis Barat sering disebut
sangat bergantung pada keramahan dan terasa sebagai masyarakat primitif atau
amat kecil di alam raya. Hal ini membawa vernakular (Colquhon, 1989). Namun menurut
orientasi pemikiran manusia ke arah dua macam Eliade (1959), menekankan bahwa istilah
hubungan ( Susanto, 1987): primitif itu mudah sekali menimbulkan salah
pengertian, sehingga ia mengusulkan istilah

@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)


Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado
November 2011
33 D. ERDIONO

yang lebih baik yaitu arkhais atau dihubungkan oleh satu poros yang disebut Axis
preliterate. Mundi (poros dunia).
Istilah-istilah tersebut menggambarkan Poros dunia ini sering dilambangkan
suatu masyarakat yang mempunyai ciri-ciri dengan tiang (menhir), tangga (punden
arkhais, tradisional, pra-modern, eksotis, berundak), pohon, gunung, laut dan sebagainya.
ahistoris dan pra historis. Sedangkan kata Cerminan dari kosmologi ini dapat terlihat pada
primitif lebih mengandung arti suatu pemikiran arsitektur Jawa (sumbu Utara-Selatan), Bali
yang tidak logis/rasional, kebodohan primordial (perempatan agung, Nawa Sanga) dan Dayak
atau taraf mental rendah. Iban (lintasan Timur-Barat). Klasifikasi
Kosmologi menduduki tempat utama di pembagian dunia merupakan tanda-tanda yang
kalangan masyarakat arkhais. Pandangan mereka harus dimiliki oleh masyarakat arkhais. Bila
tentang kehidupan dan tentang dunia mereka tidak/belum menemukan suatu tandapun
membentuk satu kesatuan dan keseluruhan maka tanda itu diusahakan untuk ada dengan
organis. Pandangan mereka tentang dunia cara mencari,meminta atau memanggil tanda itu
terbatas pada daerah yang mereka tinggali dan melalui berbagai cara. Proses pencarian tanda itu
diami, daerah yang selama ini mereka kenali dinamakan Orientatio.
karena wilayah inilah yang dianggap sebagai Sedangkan pada masyarakat arkhais Eropa
suatu dunia yang teratur, sebagai kosmos yang (Eliade,1959), mereka sudah mengenal
sudah disucikan. Sedangkan segala sesuatu di pembagian kosmos dengan adanya pusat
luar wilayah tersebut dianggap masih kacau, (diletakkan pada manusianya) dan arah mata
merupakan tempat tinggal jin-jin dan angin tertentu, seperti pembagian muka-
sebagainya. belakang, kiri-kanan, atau lintasan matahari.
Manusia arkhais dengan segala MITOLOGI, berasal dari kata Myth
keterbatasannya adalah manusia religius, mereka yang berarti cerita tradisional yang anonim dan
meyakini adanya suatu kekuatan diluar dirinya dibuat seolah-olah berdasarkan sejarah,
(supra natural). Ketergantungan pada kekuatan menjelaskan tentang fenomena alam, asal-usul
supra natural sangat kuat karena diyakini dapat adat istiadat dan ritus-ritus agama dengan peran
menguasai hidupnya. Sukses tidaknya kehidupan para dewa atau para pahlawan di dalamnya.
mereka dinilai dari berhasil tidaknya perbuatan Mitos mempunyai peranan yang penting di
mereka untuk meniru dan memperagakan dalam kehidupan masyarakat arkhais. Hampir
kembali kosmogoni, yaitu penciptaan semesta tidak mungkin membicarakan masyarakat
alam oleh para dewa, suatu tindakan yang arkhais tanpa membicarakan mitos, karena mitos
dianggap paling kreatif. Daerah baru yang akan merupakan dasar kehidupan sosial dan
mereka tinggali sebagai daerah pengembangan kebudayaannya.
haruslah diciptakan kembali dari sebuah Mitos mengungkapkan cara
prototype, contoh model untuk segala hadir/adanya sesuatu di dunia. Mitos merupakan
penciptaan, model dari setiap susunan yang realita kultural yang kompleks dan karena itu
teratur, misalnya sebuah desa dijadikan sebagai sulit untuk memberikan batasan definitifnya.
gambaran dunia (Imago mundi) yang pada Mitos menjadi suatu kebenaran yang pasti dan
umumnya terbagi atas area penguasa, absolut yang tak dapat diganggu gugat. Mitos
perumahan dan pemujaan. Mereka juga berbicara hanya tentang apa yang pada
mengenal adanya tiga dunia yaitu dunia atas kenyataannya terjadi. Kenyataan ini merupakan
sebagai dunia Ilahi, dunia yang didiami yang kudus (holy), berbeda dengan suci
manusia, dan dunia bawah dunia kematian. (sacred), karena hanya yang kuduslah yang
Ketiga dunia ini membentuk tiga lapisan yang sungguh-sungguh merupakan kebenaran yang
ARSITEKTUR MODERN (NEO) VERNAKULAR di INDONESIA 34
sejati. Oleh karenanya, mitos sama sekali menganggap orang tua dan saudara dekatnya
berbeda dengan dongeng. tetap sebagai masyarakat karibnya selama
Jika kita lihat hubungan antara mitos individu yang bersangkutan masih hidup. Oleh
dan arsitektur maka terlihatlah bahwa arsitektur karenanya masyarakat Barat dianggap lebih
merupakan mediator antara manusia dengan gigih dalam bereksplorasi dan bertualang untuk
alamnya yang dijalin dengan mitos sebagai memperoleh sesuatu yang baru jika
Interlocking Meaning, yang memberi makna dibandingkan dengan masyarakat Timur.
padanya. Dengan mitos, arsitektur dimengerti Pada setiap keluarga masyarakat Timur selalu
oleh masyarakatnya yang menjadikannya terdapat pola hubungan kekuasaan (Patron
sebagai arsitektur dalam arti yang sebenarnya, Klien). Hubungan ini lebih kuat jika
saling mengenal sehingga tampaklah keindahan dibandingkan dengan apa yang terdapat pada
yang abadi di dalamnya. Hal ini secara masyarakat Barat, baik menurut garis bapak
arsitektural dapat dilihat pada bentuk atap pada (patrilineal) ataupun menurut garis ibu
arsitektur Bali, makna-makna yang menyertai (matrilineal).
bentuk rumah di arsitektur Riau, Rote, Toraja, Ada beberapa pola hubungan antar keluarga di
Sumba, Maluku Utara dan Dayak Iban. dalam masyarakat Timur, yaitu:
GENEALOGI bertitik tolak dari - Klen, gabungan dari keluarga luas yang para
pengertian Genea yang berarti garis keturunan, anggotanya berasal dari satu nenek moyang
sistem kekerabatan dalam suatu masyarakat. yang terikat oleh satu garis keturunan dari
Kajian rumah tinggal dengan memperhatikan pihak laki-laki atau perempuan, dimana
faktor genealogi pernah dilakukan oleh Levi jumlah sebuah klen kecil sekitar 50 jiwa.
Strauss dalam penelitiannya di Asia Tenggara - Compound, merupakan kelompok
dan Amazone, dimana rumah tinggal dianggap kekerabatan yang terdiri dari beberapa
sebagai kelompok kekerabatan, lingkungan keluarga inti senior dan anak-anaknya.
ritual dan unit politik. Mereka tinggal dalam rumah yang terpisah,
Francis L.K. Shu (Marella,1984) menganalisis tetapi masih dalam satu pekarangan.
berdasarkan psiko-sosiogram manusia, dan dari - Moite/paroh, merupakan gabungan dari
hasilnya terlihat bahwa pada lingkaran ke tiga sejumlah klen dan terbagi menjadi dua,
dari tujuh lingkaran kepribadian manusia sehingga satu suku terbagi menjadi
terdapat lingkaran hubungan karib(Intimate dua/paroh.
Society) yang mengandung konsepsi-konsepsi Pola ini terjadi antara lain karena kebutuhan
tentang orang-orang, binatang atau benda-benda. pengaturan pola kerja yang berkaitan dengan
Yang kemudian oleh individu diajak bergaul mata pencarian serta masalah keamanan.
secara mesra dan karib, bisa dipakai sebagai Sedangkan berdasarkan pranata perkawinan,
tempat berlindung, mencurahkan isi hati menurut Koentjaraningrat (1991), masyarakat
manakala tertimpa masalah, mengalami tekanan Timur mempunyai beberapa pola hubungan
batin atau kesedihan. Orang tua, saudara antar keluarga, yaitu antara lain :
kandung, kerabat dekat atau sahabat karib - Virilokal, yakni adat menetap setelah
biasanya merupakan penghuni penting dari menikah di pihak keluarga lelaki.
lingkaran nomor tiga ini. - Uxorilokal, yakni adat menetap setelah
Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi menikah di pihak wanita.
pada masyarakat Barat, individu yang sudah - Natolokal, yakni adat menetap setelah
merasa dewasa akan segera memisahkan diri menikah di tempat kelahirannya masing-
dari masyarakat karib-nya dan akan segera masing seperti sebelum menikah.
mencari orientasi dan jalan hidup sendiri. - Utrolokal, yakni adat menetap setelah
Dengan demikian ia akan mengembangkan menikah di tempat yang baru.
masyarakat karib yang baru sebagai pengganti - Avunkolokal, yakni adat menetap setelah
orang tua dan saudara-saudara dekatnya yang menikah di tempat keluarga laki-laki dari
lain. Sedangkan masyarakat Timur selalu pihak ibu.
35 D. ERDIONO

Pola-pola yang ada tersebut di atas, akan - Keyakinan-keyakinan spiritual dan supra
mempengaruhi pola tatanan rumah tinggal, natural yang kuat.
program kebutuhan ruang, luasan ruang, jenis - Beberapa adat yang sudah dipelajari sangat
ruang sampai pada bentukannya. Sedangkan dini dalam proses sosialisasi individu antar
cerminannya dapat dilihat pada pola tatanan masyarakat.
bentuk dan ruang arsitektur Aceh, Dayak Iban, - Beberapa adat yang mempunyai fungsi yang
Madura dan Irian. terjaring luas dalam masyarakat.
Ketiga elemen sistem kognisi yang - Overt culture, bagian perwujudan lahiriah
mempengaruhi wujud arsitektur rumah tinggal yang cepat berubah, seperti:
tradisional Nusantara tersebut dapat hadir secara - Alat-alat dan benda-benda yang berguna.
bersama-sama atau hanya satu elemen saja di - Tata cara dan gaya hidup.
setiap perwujudan arsitekturnya.
Akibat persinggungan budaya lokal dengan
AKULTURASI BUDAYA DAN budaya asing di bumi Nusantara selama ini serta
KECENDERUNGAN PERUBAHAN proses tawar-menawar dan tukar-menukar
BENTUK elemen-elemen budaya yang dimiliki, terjadilah
Pertemuan dan penetrasi berbagai akulturasi desain.
macam kebudayaan terus berlangsung di era Beberapa pola perubahan yang terjadi dalam
globalisasi ini. Proses akulturasi budaya tidak proses akulturasi budaya tersebut tercermin pada
lagi bisa dihindari, namun kita tidak perlu juga tampilan arsitekturnya yang cenderung
terlalu defensif menghadapinya, karena setiap mempunyai paradigma-paradigma sebagai
kebudayaan selalu mempunyai filter/tirai berikut:
untuk menyeleksi nilai-nilai/norma-norma yang
dapat diserap dan ditolak (Hall,1976). Sekalipun BENTUK DAN MAKNANYA TETAP
demikian kemampuan untuk menyaring Penampilan bentukan arsitekturnya tetap
terjadinya akulturasi pada setiap kebudayaan mengadopsi dan menduplikasi bentuk lama
tidaklah sama. (walaupun dengan beberapa perubahan material
Tradisi berarsitektur masyarakat arkhais bangunan) dan makna yang ada (kosmologi,
tidak berhenti hanya pada sekedar untuk mitologi dan genealogi) tetaplah lama. Hal ini
memperoleh bentuk semata, tetapi juga masih dimungkinkan terjadi pada masyarakat
pemberian makna yang melekat pada bentuk yang masih homogen, kuat struktur sosialnya
tersebut sebagai implementasi nilai-nilai kultural dan masih berpegang teguh pada nilai-
masyarakat yang hidup di dalamnya. nilai/norma-norma yang dianut sehingga dalam
Namun dengan berubahnya tatanan budaya yang proses akulturasi desain, nilai-nilai lokal masih
terjadi di dalam masyarakat saat ini, muncul cukup dominan. Secara arsitektural tidak terjadi
berbagai kecenderungan terjadinya perubahan signifikan yang mendasar. Perancang
pergeseran/perubahan bentuk arsitektur. Proses masih memegang teguh kultur masyarakat
adaptasi budaya yang terwujud dalam pola secara ketat lengkap dengan atribut-atributnya.
akulturasi terhadap kebudayaan asing Transformasi bentukan arsitekturnya
mempunyai dua pola, yakni (R.Linton dalam nyaris tidak terjadi, kecuali pemakaian bahan
Koentjaraningrat,1991): bangunan saja yang menggunakan produk
- Covert culture, bagian inti kebudayaan yang terkini dengan spesifikasi yang lebih modern.
sulit berubah dan kalaupun berubah Pemaknaan pada konteks bentukan
membutuhkan waktu lama, seperti: arsitekturnya masih tetap sebagaimana adanya,
- Sistem nilai-nilai budaya. seperti: bagian-bagian kaki, badan dan kepala
ARSITEKTUR MODERN (NEO) VERNAKULAR di INDONESIA 36
bangunan, geometrik, hirarki, susunan dan disebabkan oleh tuntutan perubahan kebutuhan
hubungan antar massa lengkap dengan fungsi fungsi baru di dalam rumah tinggal yang
penerapan skala dan proporsinya. lebih kompleks macam, susunan dan hubungan
Barangkali yang agak berbeda adalah ruangnya, namun secara hirarkis pada umumnya
implementasi makna pada pengolahan ruang, pemaknaannya masih tetap sama. (gambar 1 dan
akulturasi desain ruang yang terjadi lebih 2).

Gambar 1. dan 2.
Bentuk dan makna tetap (Bentuk lama, makna juga lama)

BENTUK TETAP DENGAN MAKNA BARU dalam bentuk-bentuk tertentu yang


Penampilan bentukan arsitekturnya tetap direpresentasikan melalui simbol-simbol
mengadopsi dan menduplikasi bentuk lama ornamentasi atau dekorasi bangunan. (Gambar
tetapi diberi makna baru. Hal ini dimungkinkan 3)
terjadi pada masyarakat yang baru mengalami
masa transisi akibat pengadopsian nilai-nilai
kebudayaan asing.
Masyarakat masih enggan meninggalkan
kebudayaan masa lalunya, atau kalaupun
terpaksa harus meninggalkannya, dibutuhkan
waktu yang cukup lama. Untuk mengakomodasi
kebudayaan baru serta menghindari terjadinya
kejutan budaya (culture shock), maka diberilah
makna baru. Sebagai contoh, makna yang
bersifat sakral diubah menjadi profan dan
sekaligus berupaya untuk menghilangkan mitos-
mitos yang ada (tidak memberlakukan mitos
yang ada di dalam masyarakat).
Upaya-upaya desakralisasi dan
demitisasi yang dilakukan oleh perancang ini
mengajak masyarakat untuk membentuk dirinya
sendiri dengan sederetan penyangkalan dan Gambar 3. Bentuk tetap, makna baru
penolakan, sekalipun mereka masih dihantui (Bentuk lama, maknanya yang berubah)
oleh realitas-realitas atas pengingkaran nilai-
nilai luhur warisan nenek moyang itu sendiri.
Sikap ini selalu muncul dan diwujudkan kembali
37 D. ERDIONO

BENTUK BARU DENGAN MAKNA TETAP BENTUK DAN MAKNANYA BARU


Penampilan bentukan arsitekturnya (BERUBAH)
menghadirkan bentuk baru dalam pengertian Penampilan bentukan arsitekturnya
unsur-unsur lama yang diperbarui, jadi tidak menghadirkan bentuk baru dengan disertai
lepas sama sekali karena terjadi interpretasi baru makna yang baru pula, karena terjadi perubahan
terhadap bentuk lama yang kemudian diberi paradigma berarsitektur secara total. Dalam
makna yang lama untuk menghindari kejutan berakulturasi desain, kebudayaan lama sudah
budaya (culture shock). Hal demikian ini juga ditinggalkan atau tetap dipakai hanya sebagai
dapat terjadi pada masyarakat transisi, dimana tempelan atau sebatas untuk ornamen/dekorasi
dalam proses akulturasi dengan kebudayaan saja. Hal ini dapat terjadi hanya pada masyarakat
asing masih menyadari tidak bisa pasca transisi yang mempunyai kebebasan untuk
menghilangkan sama sekali sikap religius mengolah bentuk dan makna tanpa batasan-
sebagai warisan leluhurnya. batasan konservatif yang mengikat. Telah terjadi
Menurut Eliade (1959), sebagian besar perubahan konsep pemikiran yang mendasar
eksistensi tentang hal ini seringkali diperoleh dalam masyarakat tentang kosmologi, mitologi
dari inspirasi alam bawah sadar mereka. dan genealogi. Adanya proses demitisasi secara
Spiritual arkhais ini tetap hidup dengan caranya menyeluruh ini dinamakan Alegorisasi, dimana
sendiri tanpa tindakan yang efektif, selain mitos dianggap sebagai dunia imajiner, dapat
romantisme nilai-nilai yang berarti bagi diri disejajarkan dengan rasionalisme elementer dan
mereka. Semangat untuk mencitrakan tradisi psikologi yang simplistik. Demitisasi dan
arsitektur vernakular dalam konteks kekinian desakralisasi di sini tidak hanya berarti sekedar
dengan paradigma tersebut di atas terasa lebih kemenangan Logos terhadap Mitos, tetapi lebih
sulit dilakukan oleh perancang, karena dari itu merupakan kemenangan bahasa tekstual
pemaknaan pada bentukan arsitektural yang baru ketimbang bahasa lisan, kemenangan dokumen-
harus tetap mewarisi nilai-nilai luhur warisan dokumen tertulis terhadap pengalaman hidup
budaya masyarakat. Implementasi makna-makna yang hanya dapat diungkapkan secara pra-
tersebut secara konseptual akan menginspirasi literal. Kosmologi, mitologi dan genealogi
adanya temuan-temuan baru dalam bentukan hanya menjadi milik masyarakat arkhais yang
arsitekturalnya yang akan diperoleh melalui dianggap sebagai dokumen literal dan artistik,
upaya-upaya eksplorasi secara terus menerus bukan lagi sebagai sumber-sumber atau
pada setiap elemen dan komponen bentuk. ungkapan-ungkapan pengalaman religius yang
(Gambar 4) dikaitkan dengan ritus. Sekalipun telah
mengalami proses demitisasi dan desakralisasi
yang panjang, mitos-mitos dan hal-hal yang
dianggap sakral masih berperan dalam
kehidupan manusia modern tetapi dalam bentuk
yang berbeda. (lihat: gambar 5,6,7, dan 8)

DISKUSI
Upaya-upaya untuk mengangkat tradisi
arsitektur vernakular dalam konteks ke-kini-an
seharusnya dilakukan dengan menghadirkan
tampilan-tampilan arsitektur modern yang
Gambar 4. Bentuk baru, makna tetap berpijak pada nilai-nilai kehidupan masyarakat
(bentuknya berubah, maknanya tetap) tradisional itu sendiri. Pemaknaan dan
pemahaman yang terkait antara adat-istiadat,
ARSITEKTUR MODERN (NEO) VERNAKULAR di INDONESIA 38
kebudayaan dan sistem kognisi masyarakat bagaimana cara memandang, menganalisis
dengan produk yang dihasilkannya, dalam hal dan merumuskan arsitektur tradisional dunia
ini adalah arsitektur. Produk hasil akulturasi Timur berdasarkan paradigma Barat) melalui
budaya ini akan menjadi lebih baik jika ia gerakan pemikiran Post-kolonial seperti
merupakan pencerminan dari tradisi yang dilakukan oleh Homi Babha, Edward P.
berarsitektur masyarakat arkhais, tradisi Said dan Gayatri C. Spivak agar diperoleh
arsitektur vernakular Indonesia (Arsitektur keseimbangan informasi dan pandangan pada
Nusantara) yang dikemas dengan baik terhadap masyarakat saat ini (re-interpretasi terhadap
kebudayaan modern. Dengan demikian arsitektur tradisional yang sering disebut
masyarakat dapat menerima secara rasional dengan arsitektur primitif).
konsep modernisasi arsitektur tradisional Pendidikan arsitektur di Indonesia
tersebut. Beberapa hal yang dapat didiskusikan senantiasa tetap menggali, merumuskan dan
bersama mengenai hal ini adalah: mengembangkan pengetahuan berarsitektur
1. Konsep kosmologi, mitologi dan genealogi masyarakat tradisional yang secara
yang mendasari wujud bentukan arsitektur berkesinambungan bertujuan untuk membekali
tradisional di Indonesia merupakan raw para arsitek generasi global agar bertanggung
material (bahan dasar) untuk menghadapi jawab bagaimana mereka harus mengetahui,
proses akulturasi dengan kebudayaan mengerti dan mampu mengoperasionalkan
modern. kebudayaan nenek moyang dalam konteks ke-
2. Menggugat pemikiran Barat yang dianggap kini-an.
merugikan masyarakat Timur (yakni

Gambar 5, 6, 7 dan 8. Bentuk dan maknanya baru


(bentuk dan maknanya berubah)
39 D. ERDIONO

DAFTAR PUSTAKA Penerbit FT. Unpar dan Mitra Sejati,


Colquhon, A.Modernity and The Classical Bandung, 1999.
Tradition The MIT Press, Cambridge, Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi
1989. II,University of Indonesia Press, 1991.
Danandjaja, J. Folklore di Indonesia, Penerbit Marsella, AJ George De Vos & Francis LK Shu
P.T. Graffiti, Jakarta, 1991. (Ed.), Culture and Self ; Asian and
Eliade, M. The Sacred and The Profane, The Western Perspective, Tavistock
Crossroad Publishing Compan, New Publications, New York and London,
York, 1959. 1984.
Kartono, J. Lukito. Konsep Rumah Tinggal Susanto, H.P.S.,Mitos Menurut Pemikiran
Tradisional Nusantara dan Pola Mercia Eliade, Penerbit Kanisius,
Perubahannya dalam : Ngawangun Ki Yogyakarta, 1987.
Nusantara- Wacana Teori Arsitektur :
Menyikapi Alih Abad Menuju
Milenium Baru Arsitektur Nusantara,
ISSN 2085-7020

Anda mungkin juga menyukai