Anda di halaman 1dari 6

PARADIGMA ARSITEKTUR MITOLOGIS & KOSMOLOGIS

Dalam kehidupan sehari-hari kita dengar istilah “paradigma”, baik di bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, atau bidang-bidang yang lain. Di dunia arsitektur pun istilah paradigma
digunakan. Dan paradigma yang akan di bahas kali ini adalah tentang Paradigma Arsitektur
Mitologis dan Kosmologis, maka ada baiknya jika kita ketahui lebih dahulu pengertian
paradigma itu sendiri.

Paradigma adalah daftar seluruh bentukan suatu kata yang memperlihatkan konjugasi dan
deklinasi kata tersebut; model ilmu pengetahuan, matriks; kerangka berfikir (Kamus Besar
Indonesia Kontemporer).

Paradigma merupakan daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi
dan deklinasi kata tersebut; model dalam teori ilmu pengetahuan; kerangka berfikir (Kamus
Besar Bahasa Indonesia).

Selain itu paradigma juga bias merupakan seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat
konstan dan yang sebagian berubah-ubah, misalkan semua unsur berikut membentuk paradigma:
mengajar; mengajarkan; pengajar; berlayar; pelayaran; pengajaran; ajaran.

Setiap manusia pasti pernah mempertanyakan keberadaan dirinya dalam alam semesta ini. Mulai
dari mengapa mereka ada di sini? Bagaimana asal mula mereka ada di sini? Bagaimana asal
semua ini? Pertanyaan-pertanyaan ini, betapapun disampaikan dengan cara yang sederhana, akan
mengandung nilai kosmologis yang sangat tinggi, karena pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat
membawa kita pada kajian terperinci mengenai alam semesta.

Kosmologi berasal dari bahasa Yunani “cosmos” yang artinya alam semesta, dan “logos” yang
berarti ilmu pengetahuan. Jadi Kosmologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mengupas
lebih rinci tentang alam semesta, baik berupa struktur spesial, temporal dan komposisional alam
semesta.

Kosmologis adalah berkenaan dengan kosmologi (teori tentang asal usul alam semesta); cabang
ilmu filsafat yang berhubungan dengan teori alam semesta; cabang ilmu perbintangan yang
berhubungan dengan teori alam semesta (Kamus Besar Indonesia Kontemporer).

Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang astronomi yang
menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu dari alam semesta); ilmu tentang
asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari
metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
Kosmologi : jagad raya, alam semesta, alam dengan segala isinya (Kamus Umum Bahasa
Indonesia).

Kosmologi tidak pernah dapat diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu pengetahuan, karena
perpaduan dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman yang mendasar mengenai alam
semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang sebenarnya sudah tersimpan pengertian tentang
kosmologi. Dan itu pula alasan mengapa kosmologi modern yang membawa semangat empiris
ilmu-ilmu alam, tidak pernah melepaskan diri dari warisan nafas kosmologi tradisional. Tradisi
itu tetap bertahan, karena sebagian kosmologi memang terancang dan terlahir demikian.

Kosmologi merupakan bagian tertua dari pengetahuan manusia sekalipun kapan persisnya
kosmologi dimulai, pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu. Jika menelusuri sejarah
pemikiran manusia melalui lukisan gua-gua misalnya, maka sejak puluhan bahkan ratusan ribu
tahun yang lalu sudah terlihat bahwa manusia terpaku oleh dunia yang dilihatnya sebagai tempat
bekerja daya-daya alam yang serba rahasia dan diluar jangkauan kekuasaannya. Dalam buaian
rasa takjub, manusia mencoba mengenali daya-daya itu. Mereka bahkan menghadirkan dalam
bentuk tari-tarian atau patung-patung, lalu mencoba melawan melalui perbuatan magis. Namun
ketika ternyata perbuatan-perbuatan itu tidak juga membawa kekuatan untuk mengatasi kekuatan
gaib yang mengkungkungnya, manusia beralih pada keyakinan bahwa dalam alam memang ada
ruh-ruh halus yang berprilaku dan bertindak dengan emosi seperti manusia namun jauh lebih
berkuasa. Kekuatan ruh halus itu lalu merembes kedalam pohon, air, gunung, angin, petir serta
seluruh alam, yang dikala riang menjelma menjadi daya-daya yang membawa anugerah untuk
manusia, namun dikala murka maka akan menimbulkan bencana.

Di Jawa Tengah, disamping metode Feng Shui nilai rancang banguna perlu dicocokkan dengan
rumus Petung Pakuwon, yaitu kosmologi Jawa, Angsar atau Kawruh Kalang, yaitu tata-nilai
mistis arsitektur Jawa. Bersamaan dengan maraknya Feng Shui dan Hong Shui, marak pula
masyarakat yang mempelajari daya prana tubuh manusia dalam bentuk olah raga tenaga dalam.
Bagi yang mempelajari kosmologi kuno menganggap bahwa bumi dan angkasa memiliki daya
prana atau energi gaib. Arsitektur sebagai lingkungan ciptaan manusia dianggap perlu
berkontekstualisasi dengan fenomena alam tersebut.

Secara umum Keraton Yogyakarta adalah bagian mata rantai kesinambungan pembanguan
keraton-keraton di Jawa, sehingga terdapat keterkaitan tipologis yang mengaitkan Keraton
Yogyakarta dengan tata fisik Keraton Jawa sebelumnya, bahkan pada skala yang lebih luas
terdapat keterkaitan tipologis dengan istana-istana di Asia Tenggara pada masa sebelumnya.

Kesamaan tipologi ini terjadi karena adanya latar belakang tentang persepsi kosmologis yang
sama, mewarisi tradisi Hindu tentang “Jagad Purnama” yang berpusat pada suatu bentuk benua
bundar “Jambudwipa” yang dikelilingi tujuh lapis darat dan samudra. Pada benua terdapat
Gunung Mahameru tempat para dewa bersemayam dan bersemedi. Untuk menjaga keselarasan
jagad, maka lingkungan binaan pun disusun secara kosentrik, membentuk istana replika jagad
tersebut.

Sebelum berbicara lebih jauh tentang mitologis, ada baiknya jika dikupas terlebih dahulu definisi
dari mitologis. Kata mitologis ini juga berasal dari bahasa Yunani “mitos” yang artinya
kepercayaan dan ”logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi yang dimaksud dengan Mitologis
adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang kepercayaan.

Menurut pengertian secara mendasar, mitologis adalah suatu yang mempunyai kecocokan
dengan mitologi (ilmu tentang kesusastraan yang berisikan tentang cerita para dewa atau
makhluk halus lainnya pada suatu kebudayaan) (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer).

Mitologis adalah sesuai dengan atau bersifat mitologi (ilmu tentang benmtuk sastra yang
mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam
suatu kebudayaan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Mitologi merupakan pengetahuan yang menyangkut dewa-dewa atau tokoh-tokoh dalam cerita
dongeng; pengetahuan tentang mitos; cerita tentang dewa-dewa yang berhubungan dengan
bermacam-macam kekuatan gaib (Kamus Umum Bahasa Indonesia).

Asal usul segala kejadian mulai dijelaskan secara runtut melalui mitos. Mitos bisa dikatakan
sebagai upaya awal manusia untuk menjelaskan secara sistematis gejala-gejala yang ada di alam,
dan para kosmolog sering menyebut bahwa mitologi sebagai kosmologis pra-ilmu.

Mengapa terjadi peralihan dari alam semesta megis ke alam semesta mitos? Antropolog James
Frazer dalam bukunya The Golden Bouh: A Study In Magic and Religion (1922) yang juga
dikutp oleh Harrison (1981) menyatakan dugaannya bahwa pertumbuhan pengetahuan di
kalangan manusia primitif menyebabkan mereka menyadari dengan jernih kemaha halusan alam
dan ketidakberdayaan manusia yang kecil didalamnya. Pengenalan terhadap ketidakberdayaan
ini memperkuat keyakinan akan adanya kekuatan dasyat supernatural yang telah mampu
mengontrol mesin raksasa alam. Maka dari itu walaupun tidak memberi informasi tentang daya-
daya alam, mitos. Seperti yang telah dikatakan Ven Peursen dalam Strategi Kebudayaan (1988),
menyadarkan manusia akan adanya kekuatan-kekuatan ajaib. Mitos membantu manusia untuk
menghayati daya-daya itu sebagai daya yang mempengaruhi dan menguasai seluruh alam
termasuh kehidupan manusia. Mitos menjadi perantara antara manusia dengan daya-daya alam,
lewat mitos manusia seolah-olah mendapatkan jaminan bahwa hari ini akan berlalu sesuai
dengan yang sudah dikisahkan dalam mitos. Melalui mitos pula manusia memperoleh
keterangan-keterangan tentang dunia yang dihuninya.

Betapapun alam semesta mitologi dikuasai oleh para dewa dewi, sebetulnya alam semesta
mitologi adalah alam semesta yang mengabdi dan berpusat pada manusia. Betapapun dasyatnya
kekuatan para dewa dewi, mereka semua bertugas melindungi dan melayani manusia. Alam
semesta ini antroposentris, alam semesta di bangun di sekitar manusia dan di sekitar seluruh
kegiatannya yang mengambil tempat di pusat alam semesta.

Cerita tentang mitologi juga dapat dijumpai di daerah Jawa. Dalam pandangan orang Jawa rumah
dipandang sebagai suatu hal yang sangat penting. Karena itu, segala sesuatu yang berkenaan
dengan perwujudan rumah senantiasa dirancang dan diperlakukan dengan menggunakan aturan
atau pedoman tertentu yang mencerminkan tentang pandangan tersebut.

Menurut tata cara tradisional Jawa ada anggapan bahwa antara rumah, tanah dan manusia
penghuninya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Orang merasa bersatu
dengan rumah dan tanah tempat berdirinya, serta sekaligus merasa bersatu dengan desa tempat
menetapnya.

Perasaan kesatuan yang demikian ini menyebabkan rasa aman dan tentram bagi penghuninya.
Atas dasar ini, maka orang Jawa menganggap seolah-olah merupakan perwujudan badan
jasmaninya, sementara manusia penghuninya merupakan wujud jiwanya, sehingga rumah adalah
bagian penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu untuk mendirikan bangunan rumah
orang harus memperhatikan benar persyaratannya agar tidak mendatangkan balak atau bahaya
bagi para penghuninya kelak.

Seperti halnya bangsa Cina, orang Jawa percaya bahwa arah menghadap rumah memiliki
pengaruh atau dapat membawa keberuntungan atau kesialan dalam hidupnya dan juga
keluarganya.

Pada jaman dahulu dalam masyarakat Jawa hampir tidak dijumpai rumah menghadap ke barat
dan demikian pula halnya yang menghadap ke arah timur. Rumah orang biasa (masyarakat
umum, bukan bangsawan) pada umumnya menghadap ke arah utara atau selatan. Sedangkan arah
menghadap timur khusus dipergunakan untuk keraton.

Setiap arah mata angin dipercayai ditunggu oleh dewa, dan oleh karena itu ada makna simbolis
tertentu penentuan arah menghadap rumah berdasarkan empat mata angin.

Keempat arah mata angin yang dijag aoleh dewa tersebut adalah:

1. 1.timur ditunggui oleh Maha Dewa,


2. 2.barat di tunggui oleh Batara Yamadipati,
3. 3.utara di tunggui oleh Batara Wisnu, dan
4. 4.selatan di tunggui oleh Batara Brahma.

Dalam mitologi Jawa, Batara Yamadipati adalah dewa kematiaan. Sehingga bagi orang yang
mempercayai, arah menghadap ke barat harus di hindari karena secara simbolik berarti sama
dengan mengharap kematian.
Adapun cara menentukan arah menghadap rumah adalah dengan menjumlah neptu (hitungan)
hari kelahiran dan pasaran orang yang membangun rumah,misalnya:

1. Sri dibagi 5 bersisakan 1 kaki pemilik (5n+1),biasanya dipakai untuk griya dalam.Sri
berarti pangan atau harta benda , kebahagiaan dan terang. Jadi bila perhitungan jatuh
pada Sri maka penghuni rumah tidak akan kekurangan.
2. Kitri dibagi 5 bersisakan 2 kaki pemilik (5n+2) biasanya digunakn pada bangunan
pendopo.Kitri berarti tanaman,pengayoman ,keteduhan.
3. Gana dibagi 5 bersisakan 3 kaki pemilik (5n+3) biasanya digunakan pada bangunan
gandhok.Gana artinya lain-lain atau wujud,tentang kekayaan pemilik.
4. Liyu artinya lesu ,lanjut.Jika perhitungan jatuh pada Liyu ini maka akan membuat orang
yang memasuki
rumah tersebut akan
merasa lesu.
5. Pokah artinya pecah.
Agar bangunan terisi
parang penuh ,
sehingga tempat
menjadi pecah.
Antropolog James Frazer dalam bukunya The Golden Bouh: A Study In Magic and Religion
(1922) yang juga dikutp oleh Harrison (1981) menyatakan dugaannya bahwa pertumbuhan
pengetahuan di kalangan manusia primitif menyebabkan mereka menyadari dengan jernih
kemaha halusan alam dan ketidakberdayaan manusia yang kecil didalamnya. Pengenalan
terhadap ketidakberdayaan ini memperkuat keyakinan akan adanya kekuatan dasyat supernatural
yang telah mampu mengontrol mesin raksasa alam. Maka dari itu walaupun tidak memberi
informasi tentang daya-daya alam, mitos. Seperti yang telah dikatakan Ven Peursen dalam
Strategi Kebudayaan (1988), menyadarkan manusia akan adanya kekuatan-kekuatan ajaib. Mitos
membantu manusia untuk menghayati daya-daya itu sebagai daya yang mempengaruhi dan
menguasai seluruh alam termasuh kehidupan manusia. Mitos menjadi perantara antara manusia
dengan daya-daya alam, lewat mitos manusia seolah-olah mendapatkan jaminan bahwa hari ini
akan berlalu sesuai dengan yang sudah dikisahkan dalam mitos. Melalui mitos pula manusia
memperoleh keterangan-keterangan tentang dunia yang dihuninya.

Anda mungkin juga menyukai