Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT PRA-SOCRATIC

Dosen Pengampu: Dr. Ernita Dewi, S.Ag, M.Hum

Disusun Oleh Kelompok 1:

Bayakuine Waniara (220303119)

Khairatul Usrah (190303129)

Laisa Tasukni (220303136)

Sri Delpuja (22030387)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI AR-RANIRY

BANDA ACEH 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
Ibu Dr. Ernita Dewi S.Ag., S.Hum. sebagai dosen pengampu mata kuliah Filsafat
umum yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Banda Aceh, 22 februari 2023

Kelompok 1
A. Pengantar

Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir pula
merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT. kepada manusia. Akal yang
diberikan oleh-Nya merupakan suatu pembeda antara kita dengan makhluk lainnya.
Filsafat merupakan suatu proses berfikir yang jelas dan terang secara menyeluruh
tentang kenyataan dalam mencapai suatu kebenaran dan membawa manusia kepada
suatu pemahaman yang ilmiah dan tindakan nyata yang lebih rasional. Filsafat juga
dapat diartikan sebagai suatu pemikiran dan kajian kritis terhadap kepercayaan dan
sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian dan analisis konsep
dasar mengenai bidang kegiatan pemikiran seperti: prinsip, keyakinan, konsep dan
sikap umum dari suatu individu atau kelompok untuk menciptakan kebijaksanaan dan
pertimbangan yang lebih baik.

Filsafat lahir pada abad ke-6 SM. Lahir di Yunani ketika semua fenomena alam
masih menjadi mitos dan dongeng yang sah. Filsafat Yunani yang berhasil
menyanggah berbagai mitos tentang penciptaan dan asal usul alam semesta, menandai
dimulainya fase rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam semesta. Cara berpikir
ini bertahan hingga abad ke-6 SM. Pada saat yang sama, dari abad ke-6 SM, orang
mulai SM. untuk mencari jawaban rasional tentang asal usul dan pembentukan alam
semesta.

Periode Yunani kuno ini sering disebut sebagai periode filsafat alam. Konon
periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pemikiran alam, dimana arah dan
perhatian pemikiran mereka diarahkan pada apa yang diamati di sekitar mereka.
Mereka mengajukan pertanyaan tentang fenomena alam yang bersifat filosofis
(berdasarkan nalar) dan bukan berdasarkan mitos belaka. Mereka mencari prinsip
pertama alam semesta, yang mutlak dan yang berada di balik segala sesuatu yang
berubah.
Sebelum filsafat naik ke tingkat Yunani, orang mengajukan banyak pertanyaan
mendasar yang dijawab oleh berbagai agama. Penjelasan tentang agama-agama ini
diturunkan dari generasi ke generasi dalam bentuk mitos. Mitos adalah cerita tentang
dewa yang digunakan untuk menjelaskan pertanyaan dasar "mengapa dunia bekerja
seperti itu". Sekitar 600 tahun sebelum kelahiran Kristus. Lalu datanglah seorang
filosof yang mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Jawabannya dibungkus dengan
penjelasan yang wajar, bukan dalam bentuk mitos. Lebih khusus lagi, para filosof ini
disebut filosof alam (pra sokratis) karena memusatkan perhatian pada alam.

B. Filsafat Pra-Socrates

Filsafat Pra Socrates dimulai dengan adanya penjelasan tentang mitologi Yunani
yang berpengaruh dalam mendorong kelahiran filsafat karena menimbulkan
ketidakpuasan dan berbagai pertanyaan dalam pikiran. Filsafat Pra Socrates merupakan
filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atu mite-mite yang
diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Filsafat
Pra Socrates ditandai dengan usaha mencari asal (asas) segala sesuatu (arkhe). Seperti
ajaran Pythagoras yang sangat berpengaruh mencakup dua hal. Pertama, ajaran rahasia
dengan dasar kepercayaan bahwa jiwa itu kekal dan tidak dapat mati. Kedua, ajaran
ilmu pasti mengenai bilangan yang dijadikan dasar untuk memahami tentang alam
semesta (universe).1

Ciri dari filosofi ini adalah metafisika rasional, di mana pemikiran diikuti oleh
kepercayaan pada hal-hal supernatural, seperti membawa sesajen kepada dewa
matahari, manusia tidak mengenal Tuhan sebelumnya dan menganggap
segala Kesuburan berasal dari pohon besar. Filsafat prasokratis memuncak dalam
sophis. Latar belakang pemikiran sophis dapat dipahami dengan melihat filosofi yang
mendahuluinya.

1
Armaidy Armawi (2021), Filsafat Barat Pra-Modern, Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta.
Dalam periodesasi Filsafat Barat Pra Modern, filsafat Pra Socrates tergolong
Periodesasi pertama dimana ditandai dengan runtuhnya dongeng-dongeng atau mitos-
mitos yang menjadi pembenaran pada suatu gejala alam. Para pemikir pada masa ini
sangat takjub terhadap fenomena alam dan kejadian-kejadian ilmiah pada alam
semesta. Ada dua mite yang berkembang pada waktu itu, yaitu kosmogonis yang
mencari asal-usul alam semesta dan kosmologis yang mencari keterangan tentang asal
usul alam semesta dan sifat-sifatnya. Zaman ini identic dengan ilmu pengetahuan
karena terjadi pergeseran pemikiran dari “mitos” ke “logos”. “Gelar” filsuf pertama
diberikan kepada Thales. Pada periode ini filsafat masih berkisar pada pemikiran-
pemikiran tentang alam atau filsafat alam . para filsuf lebih mengedepankan hasil
pengamatan sendiri tanpa dialog dengan orang lain. Hasil pemikiran para filsuf tidak
terlalu dipromosikan kepada orang lain. Pada saat ini mulailah berkembang asas-asas
mengenai alam semesta.

C. Tokoh-Tokoh filsafat pra-socrates

Filsuf-filsuf yang disebutkan dibawah ini pada umumnya berfikir tentang alam
semesta beserta seluruh kenyataan hidup dan bukan sekadar “fisik-material”, tapi
sekaligus “non fisik-material”. Para filosof alam tersebut tidak mempercayai cerita-
cerita yang demikian dan menganggapnya sebagai takhayul yang tidak masuk akal,
karena itulah mereka berusaha untuk mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam
itu dari daya pikirnya sendiri, maka mereka pantas mendapat sebutan sebagai pemikir
yang radikal karena pemikiran mereka sampai pada akar (radik=akar) dari alam yang
dipersoalkan.

a. Thales (625-545 SM)

Thales adalah seorang saudagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir, ia juga
seorang ahli politik yang terkenal di Miletos saat itu masih ada kesempatan baginya
untuk mempelajari ilmu matematik dan astronomi. Ada yang mengatakan bahwa
Thales mempergunakan kepintarannya itu sebagai ahli nujum. Karena pada suatu
waktu ia pernah meramalkan akan ada gerhana matahari pada bulan dan tahunnya dan
ramalan itu benar. Hal itu menyatakan bahwa ia mengetahui ilmu matematik orang
Babilonia yang sangat tersohor pada waktu itu.

Dengan cara berfikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang
senantiasa mengikat perhatian, apa asal alam itu? Apa yang menjadi sebab penghabisan
dari segala yang ada? Berdasarkan pengalamannya sehari-hari dijadikanlah pikirannya
untuk menyusun bangun alam sebagai orang pesisir ia dapat melihat bahwa air laut
menjadi smber hidup. Thales pula kemegahan air laut yang menjadikan ia takjub.
Demikianlah laut meyebarkan bibit seluruh dunia yang menjadi dasar penghidupan.
Pandangan pikirannya menyatukan semua pada air.

b. Anaximandros (640-547 SM)

Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Anaximandros adalah seorang


ahli astronomi dan ilmu bumi. Meskipun dia murid Thales namun ia mempunyai
prinsip dasar alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagai
mana yang dikatakan oleh gurunya.

Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang
oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat
dirupakan tidak ada persamaannya dengan apapun. Meskipun tentang teori asal
kejadian alam tidak begitu jelas namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas dia
tidak mengenal ajaran Islam atau yang lainnya.

c. Anaximenes (585-494 SM)

Menurut Anaximenes prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah
udara. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses
“pemadatan dan pengenceran”, kalau udara semakin bertambah maka muncullah
berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi
encer yang timbul adalah api.
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagad raya pasti merupakan
kemunduran dibandingkan dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi yang
berupa meja bundar katanya melayang diatas udara. Demikian pun matahari, bulan dan
bintang-bintang. Badan-badan jagad raya itu tidak terbenam dibawah bumi
sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi mengelilingi bumi yang datar itu,
matahari lenyap pada waktu malam karena tertutup dibelakang bagian-bagian tinggi.

d. Pythagoras (580-500 SM)

Pythagoras lahir dipulau Samos yang termasuk daerah Ionia dalam kota ini
Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang sifat-sifatnya akan dibicarakan di
bawah ini. Tarekat yang didirikan Pythagoras bersifat religious, mereka menghomati
dewa Apollo.

Menurut kepercayaan Pythagoras jiwa manusia asalnya dari Tuhan, jiwa itu
adalah penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa dan dia akan kembali
kelangit kedalam lingkungan tuhan semula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu,
hidup didunia ini adalah persediaan buat akhirat. Sebab itu dari sekarang dikerjakan
hidup untuk hari kemudian.

Pythagoras tersebut juga sebagai ahli pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan
ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka.
Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia
bentuk. Dari sini dapat dilihat kecakapannya dalam matematik mempengaruhi terhadap
pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan
merupakan paduan dari unsur angka.

e. Heraklitosn (540-480 SM)

Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pandangan yang berbeda


dengan filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu hanyalah
satu yakni api. Ia memandang bahwa api sebagai anasir yang asal pandangannya
semata-mata tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan filosof-
filosof Miletos.

Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan
berganti-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula
dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap
semuanya mengalir. Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api.
Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar itu berubah
menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu
kesatuan dalam perubahan.

D. Relativisme kebenaran

Relativisme berasal dari kata latin relativus yang berarti relatif. Relativisme
dalam pengertiannya adalah doktrin paham yang pandangannya tentang perbedaan
budaya, etika, moralitas, bahkan agama, pada hakekatnya bukanlah perbedaan,
melainkan perbedaan yang disebabkan oleh faktor eksternal. Atas dasar ini, nilai-nilai
seperti baik dan buruk, benar dan salah tergantung pada setiap orang dan budaya
masyarakatnya, bukan karena sesuatu itu baik atau buruk atau hakekatnya benar atau
salah.

Atas dasar ini, kaum relativis meyakini bahwa “agama” adalah seperangkat
ajaran, norma, dan ajaran Tuhan yang bersifat universal dan mutlak benar. Meskipun
“religiositas” adalah sikap atau pemahaman pemeluk agama terhadap ajaran atau ajaran
Tuhan, hal ini tentu relatif dan kebenarannya tentu relatif. Pemahaman ini sebenarnya
berakar dari gagasan pluralisme agama, yang mengakui kebenaran relatif semua
agama.

Pemahaman ini tentu saja sangat merusak prinsip-prinsip akidah dan ajaran
Islam. Berdasarkan pemahaman tersebut, tidak ada kebenaran yang dapat diterima oleh
semua pihak. Ajaran yang ma'lum minaddin biddhdharrah seperti ajaran tauhid,
keyakinan bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir, sholat lima waktu, zakat, haji,
puasa semuanya wajib; Zina, riba, judi, larangan babi, dll dipandang sebagai
pemahaman agama murni yang kebenarannya relatif.

Yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa “kebenaran” adalah sesuatu yang
berdiri sendiri dalam arti tidak dipengaruhi oleh faktor luar, tidak menjadi benar karena
dianggap benar, atau menjadi benar karena dianggap benar oleh orang lain, salah
tetaplah salah, benar tetaplah benar. Matahari terbit di timur dan terbenam di barat
adalah fakta dan kebenaran yang tak terbantahkan. Fakta ini tidak pernah salah, meski
ada orang yang membantahnya. Jika ada orang yang mempercayai fakta tersebut, maka
keyakinan mereka konsisten dengan apa adanya, dengan fakta. Dan itu berarti iman
yang sejati. Dengan kata lain, “kebenaran” itu independen, tidak relatif, berdasarkan
pemahaman manusia. Kebenaran mutlak itu ada, meskipun ada yang benar dan ada
yang salah.

E. Penutup

Filsafat adalah suatu pemikiran dan kajian kritis terhadap kepercayaan dan sikap
yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian dan analisis konsep dasar
mengenai bidang kegiatan pemikiran seperti: prinsip, keyakinan, konsep dan sikap
umum dari suatu individu atau kelompok untuk menciptakan kebijaksanaan dan
pertimbangan yang lebih baik.

Filsafat Pra Socrates merupakan filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal
atas dongeng atu mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang
asal muasal segala sesuatu. Para pemikir pada masa ini sangat takjub terhadap
fenomena alam dan kejadian-kejadian ilmiah pada alam semesta. Ada dua mite yang
berkembang pada waktu itu, yaitu kosmogonis yang mencari asal-usul alam semesta
dan kosmologis yang mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan sifat-
sifatnya.

Ciri dari filosofi ini adalah metafisika rasional, di mana pemikiran diikuti oleh
kepercayaan pada hal-hal supernatural, seperti membawa sesajen kepada dewa
matahari, manusia tidak mengenal Tuhan sebelumnya dan menganggap segala
Kesuburan berasal dari pohon besar.

Tokoh-Tokoh filsafat pra-socrates

a. Thales (625-545 SM)

b. Anaximandros (640-547 SM)

c. Anaximenes (585-494 SM)

d. Pythagoras (580-500 SM)

e. Heraklitosn (540-480 SM)

kebenaran adalah sesuatu yang berdiri sendiri dalam arti tidak dipengaruhi oleh
faktor luar, tidak menjadi benar karena dianggap benar, atau menjadi benar karena
dianggap benar oleh orang lain, salah tetaplah salah, benar tetaplah benar. Matahari
terbit di timur dan terbenam di barat adalah fakta dan kebenaran yang tak terbantahkan.
DAFTAR PUSTAKA

Armawi, A. 2021. Filsafat Barat Pra-Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Nawawi, N. 2017. Tokoh filsuf dan Era Keemasan Filsafat. Pustaka Almaida
Makassar.

Waris. 2014. Pengantar Filsafat. Ponorogo: Stain Po PRESS.

Fahriansyah. 2014. ANTISOFISME SOCRATES. Vol.61 (No.3). Hal 24-29

Anda mungkin juga menyukai