Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pra materialistic, Filsafat alam sebagai sikap


demitologi

DI SUSUN OLEH
ISMAIL
NIM : 193121024
JURUSAN TARBIYAH
PRODI : PAI
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Pra materialistic, Filsafat
alam sebagai sikap demitologi. 

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

                         Palu, 30 Juni 2020

                                  Penulis 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.


Orang-orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan,
bahwa segala sesuatunya itu harus di terima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos
atau dongeng-dongeng terdahulu. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir tidak berlaku, yang
berlaku hanya satu kebenaran yang bersumber pada mitos dan dongeng-dongeng terdahulu.
Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumlah para ahli pikir yang menentang akan adanya
mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini, yang jawabannya
dapat diterima oleh akal (harus rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi,
artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal
yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan
kemudian banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal
pikir secara murni. Dengan munculnya ahli pikir inilah maka kedudukan mitos digeser oleh akal,
sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Zaman Yunani kuno di pandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnaya. Yunani pada masa
itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi
mempercayai mitologi-mitologi.
Sikap inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern, dan sikap
kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa,
beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales, Anaximandros, Amaximenes, dan lain-lain.
1.2     Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas, penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah yaitu sebagai
berikut:

1.      Apa yang dimaksud dengan Filsafat Alam Sebagai Sikap Demitologi?

2.      Siapa Tokoh-Tokoh filsafat Alam?

1.3    Tujuan

1        Untuk mengetahui Filsafat Alam Sebagai Sikap Demitologi

2        Untuk mengetahui Tokoh-tokoh Filsafat Alam


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat Alam.
Filsafat alam berasal dari bahasa Latin philosophia naturalis yaitu istilah yang melekat
pada pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu
pengetahuan modern. Filsafat alam dipandang sebagai pendahulu ilmu alam semisal fisika.
Bentuk-bentuk ilmu pengetahuan per sejarahnya berkembang di luar filsafat, atau lebih
khususnya filsafat alam. Di universitas-universitas yang lebih tua, Kursi-Kursi Filsafat Alam
yang sudah mapan kini sebagian besar dikuasai oleh para guru besar fisika. Catatan modern ilmu
pengetahuan dan ilmuwan merujuk pada abad ke-19 (Webster's Ninth New Collegiate Dictionary
menuliskan bahwa asal mula kata "ilmuwan" adalah dari tahun 1834). Sebelumnya, kata "ilmu
pengetahuan" sekadar berarti pengetahuan dan gelar ilmuwan belumlah wujud. Karya ilmiah
Isaac Newton dari tahun 1687 dikenal sebagai Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica.
2.2. Sejarah Munculnya Filsafat Alam.

Periode Yunani Kuno sering disebut sebagai periode filsafat alam. Dikatakan demikian,
karena pada saat itu banyak bermunculan para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian
pemikirannya tertuju kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat pernyataan-
pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka
mencari asas yang pertama dari alam semesta yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang
segala sesuatu yang serba berubah.
Para pemikir filsafat Yunani yang terletak di pesisir Asia kecil. Mereka kagum terhadap alam
yang penuh nuansa dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri
itu.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan
penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan yang belum ada buktinya.
Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui
poemikirannya. Mereka menanyakan dan mencari jawaban mengenai, apakah sebetulnya alam
ini? Apakah inti sarinya? Mungkin yang beraneka warna dalam alam ini dapat dipulangkan
kepada yang satu atau yang tidak banyak itu.
Filsafat Yunani muncul dari pengaruh mitologi, mistisme, matematika, dan persepsi yang
kental. Para Filsuf Yunani awal menemukan dirinya dalam kenyataan yang patut di tiru.
Kebudayaan mereka kaya akan kreatif, namun dikelilingi oleh orang - orang yang sportif dan
kompotitif.
Filosofi Grik yang pertama tidak lahir di Tanah Airnya sendiri, melainkan ditanah perantauan
di Asia Minor. Negeri dimana Tanahnya tanah pegunungan, sepanjang daratan dilalui oleh bukit
barisan. Teluk yang banyak, yang jadi perhiasan pantainya, jauh pula menjorok ke dalam negeri.
Oleh karena itu tidak seberapa luas tanah yang tinggal tempat kediaman orang. Segala tenpat
kemudian itupun terpisah - pisah pula. Sebab itu banyak rakyat Grik yang terpaksa merantau
ketanah asing dan mendirikan negeri baru disana. Berangsur – angsir ,ereka menduduki pulau -
pulau yang berdekatan dengan laut Egia, dan mendiami daratan dipantai Asia Minor. Rakyat
Grik dahulu kala jadi tukang perantau karena keadaaan negerinya.
Mereka yang merantau itu makmur hidupnya. Mereka hidup dari perniagaan dan pelayaran.
Kemakmuran itu memberi kelonggaran bagi mereka untuk mengerjakan yang lain-lain selain
daripada mencari penghidupan. Waktu yang terluang dipergunakannya untuk memperkuat
kemuliaan hidup dengan seni dan buah pikiran.
Itulah sebabnya, maka literatur dan filosofi Yunani yang mula-mula lahir di daerah
perantauan itu. Yang sangat kesohor dan makmur di waktu itu ialah kota Miletos di Asia Minor.
Puncak kemakmurannya terdapat di abad yang ke enam sebelum Isa. Di sanalah pula tempat
kediaman filosof-filosof Grik yang pertama sebagai Thales, Anaximandros dan Anaximenes.
Mereka disebut filosof alam, sebab tujuan filosofi mereka ialah memikirkan soal alam besar.
Dari mana terjadinya alam, itulah yang terjadi soal bagi mereka.
2.3. Filsafat Alam Sebagai Sikap Demitologi

Membahas filsafat alam sebagai sikap Demitologi, berarti dapat disimpulkan membahas
tentang Perkembangan dan Tokoh Filsafat Yunani

Filsafat pra Socrates. 

Filsafat Yunani dalam sejarah merupakan tonggak pangkal munculnya filsafat. Orang
Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan, bahwa segala
sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-
dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya
suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng). Baru setelah abad ke-6 SM,
muncul keadaan yang dinamakan demitologi, yang artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk
menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang berifat mitologi.[2] Pada abad Yunani
muncul pemikir-pemikir yang disebut filosuf alam. Dinamakan demikian karena objek yang
dijadikan pokok persoalan adalah mengenai alam (cosmos). Tujuan filosofi mereka adalah
memikirkan soal alam besar. Dari mana terjadinya alam, itulah yang menjadi sentral persoalan
bagi mereka.

Pemikiran yang demikian waktu itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan
radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang hanya menerima begitu saja keadaan alam
seperti apa yang dapat ditangkap dengan inderanya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang
dilain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dalam cerita nenek
moyang, my the, legenda atau gugon tuhon.

Para filosuf alam tersebut tidak mempercayai cerita-cerita yang demikian, dan
menganggapnya sebagai takhayul yang tidak masuk akal. Karena itulah mereka berusaha untuk
mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu dari daya pikirnya sendiri. Maka mereka
pantas mendapat sebutan sebagai pemikir yang radikal,karena pemikiran mereka sampai pada
akar dari alam yang dipersoalkan.
2.4. Filsuf Alam Beserta Pemikirannya.

1. THALES (625-545 SM)


Thales disebut-sebut sebagai bapak filsafat Yunani, sebab dialah filosuf yang pertama.
Namun ajaran filsafatnya tidak pernah ditulisnya sendiri, hanya disampaikan dari mulut-ke mulut
melalui murid-muridnya. Baru kemudian datang Aristoteles untuk menuliskannya. Menurut
keteranagan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales ialah semuanya itu air. Air yang cair itu
adalah pangkal, pokok dan dasar dari segala-galanya.
Thales tidak mempergunakan kepercayaan umum ketika menanyakan asal segala sesuatu itu,
tetapi berdasarkan pengalaman ketika berkelana sampai ke Mesir dan melihat betapa
tergantungnya rakyat Mesir pada air sungai Nil. Thales menyimpulkan segala sesuatu itu berasal
dari air. Dari pendapat itu kita artikan bahwa apa yang di sebut sebagai arche (asas pertama dari
alam semesta) adalah air. Katanya, semua berasal dari air, dan semuanya kembali menjadi air.
Bahwa bumi terletak di atas air, dan bumi merupakan bahan yang muncul dari air dan terapung
di atasnya.
Ia juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa
bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari,
dan bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki sama besarnya. Dengan demikian,
Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the father of deductive
reasoning ( bapak penalaran deduktif ).
2. ANAXIMANDROS (610-547)
Anaximandros disebut juga Anaximander yang merupakan murid Thales yang berasal dari
kota yang sama. selain ahli astronomi anaximandros juga ahli geografi. Keahlian geografinya di
tandai dengan penetapan beliau sebagai orang pertama yang membuat peta dunia.
Berbeda dengan thales, menurut anaximandros alam (arche) bukan air tetapi apeiron. apeiron
adalah zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak ada persamaanya
dengan segala sesuatu apapun dan memiliki sifat keilahian dan abadi. Anaximandros
berpendapat bahwa proses terjadinya alam dari yang tak terbatas (apeiron) melalui proses
antagonis (pertentangan) diantara dua unsur yang berlawanan yaitu panas dan dingin. Adapun
proses terjadinya makhluk sama dengan gurunya Thales, anaximandros berpendapat bahwa
semua makhluk yang hidup dari air.
Apeirion yang digambarkan sebagai ilahi atau bersifat ilahi yang menurut anaximandros
berasal dari apeirion dan menjadi apeirion kembali.
3. ANAXIMENES (585-494 SM)
Anaximenes adalah seorang murid anaximandros. Ia adalah filosuf alam terakhir dari kota
miletos. Pandangan filsafatnya sama dengan pandangan gurunya. Menurut anaximenes, prinsip
yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah udara, karena udaralah yang meliputi seluruh
alam serta udara pulalah yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat di perlukan oleh
nafasnya.
4. DEMOKRITOS (460-360 SM)
Demokritos adalah murid Leukipos, dan sama dengan pendapat gurunya bahwa alam ini
terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya sangat banyak.
Demokritos sependapat dengan heraklitos, bahwa anasir yang pertama adalah api. Api terdiri dari
atom yang sangat halus, licin dan bulat. Atom apilah yang menjadi dasar dalam segala yang
hidup. Atom api adalah jiwa. Jiwa itu tersebar keseluruh badan kita, yang menyebabkan badan
kita kita bergerak. Waktu menarik nafas, kita tolak ia keluar. Kita hidup hanya selama kita
bernafas.
5. PYTHAGORAS (580-500 SM)
Dikepulauan samos terdapat ahli pikir yang terkenal yaitu Pythagoras. Hidup didunia
menurut faham Pythagoras adalah persediaan buat akhirat. Berlagu dengan music adalah sebuah
jalan untuk membersihkan ruh. Dalam kehidupan kaum Pythagoras music itu dimulianakan.
Selain dari ahli mistik Pythagoras juga sebagai ahli pikir, terutama Ilmu matamatik. Diantara
pengikut pengikut Pythagoras berkembanglah dua aliran, yang pertama disebut akusmatikoi
(akusm: apa yang telah didengar, peraturan), mereka mengindahkan penyucian dengan mentaati
semua peraturan. Yang kedua disebut mathematikoi ( mathesis: ilmu pengetahuan ), mereka
mengutamakan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu pasti.
6.  HERAKLITOS ( 540-480 SM )

Ia lahir dikota ephesos diasia minor. Ia mengatakn bahwa asal segala sesuatu hanyalah satu
anasir yakni api.Segala kejadian didunia ini serupa dengan apim yang tidak putus nya dengan
berganti ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri Menurut nya bahwa segala perubahan
itu dikuasai oleh hukum dunia yang satu yaitu logos ( pikiran ).[13] Pada masa purba heraklitos
diberi nama julukan si gelap ( ho skoteinos )

7.      EMPEDOKLES

Filusuf ini lahir dikota akragas, kota kecil dipulau Sisilia, sekitar abad ke-5 SM. Selain filsuf
empedokles juga seorang dokter,penyair, ahli pidato dan politikus,namun keahlian utamanya
ialah filsuf sampai ia meninggal dalam usia 60 tahun. Pemikiran terpentingnya adalah mengenai
unsur-unsur alam. Berbeda dengan filsuf sebelumnya yang berpendapat bahwa alam memiliki
satu unsure,maka empedokles mengatakan terdiri dari empat anasir yaitu api, udara, tanah dan
air.
BAB III
PENUTUP

Filsafat Yunani kuno biasa disebut dengan filsafat alam, karena pada periode tersebut
ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan pusat pemikirannya kepada
apa yang mereka amati disekitarnya.
Thales memiliki pemikiran “semuanya itu air” yaitu asalnya dari air dan berakhirpun
kepada air kembali, ia berpendapat demikian karena ia hidup dipesisir laut dan ketika ia kemesir,
ia melihat penduduk mesir sangat mengandalkan air Sungai Nil, jadi air adalah pangkal dari awal
mulanya dan kembali ke air.
Anaximandros memiliki pemikiran “barang asal itu tidak berhingga dan tidak
berkeputusan” yang ia sebut “Apeiron”. Apeiron itu tidak dapat dirupakan dan tak ada
persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan didunia ini.
. Sedangkan Anaximenes memiliki pemikiran yaitu “udara” karena udara yang memalut
dunia ini, menjadi sebab segala yang hidup. Jika tak ada udara itu, tak ada yang hidup. Ia berfikir
seperti itu mungkin terpengaruh oleh ajaran Anaximandros bahasa “jiwa itu serupa dengan
udara”.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi,Asmoro. 2005, Filsafat Umum. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Ahmad Syadali,Filsafat Umum,(Bandung:Pustaka Setia,1997),Hlm.39

Hasan Bakti Nasution,Filsafat Umum, ( Jakarta: Gaya Media Pratama,2001),Hlm.39-40

K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani,( Yogyakarta: Kanisius 1975), Hlm.31

Anda mungkin juga menyukai