Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 5 No.

1, Januari 2019 10:17

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA


REMAJA: KAJIAN LITERATUR SISTEMATIS

Guling Setiawan1, Neti Juniarti2, Desy Indra Yani3


1
Master Student at Faculty of Nursing, Padjadjaran University, Bandung,

West Java, Indonesia. *email: guling_dustira@yahoo.com


2,3
Lecturer at Faculty of Nursing Padjadjaran University,

ABSTRAK

Pendahuluan; TB Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman tuberculosis (Mycobacterium
tuberculosa) (Alsagaff, 2006). Diperkirakan sepertiga dari populasi dunia sudah tertular TB Paru, yang mana
sebagian besar penderita TB Paru adalah usia produktif (15-50 tahun). Penyakit TB paru dapat menyebar ke organ
tubuh yang lain seperti lapisan otak, ginjal, tulang, serta nodus limfe (Crofton, 2005). Penyakit TB paru masih
merupakan masalah kesehatan di dunia terutama pada negara-negara berkembang. Oleh karena itu kajian literatur
diperlukan untuk menggali gaya hidup remaja dengan kejadian TB paru. Tujuan penulisan ini untuk mengidentifikasi
hubungan gaya hidup remaja dengan kejadian TB paru. Metode Penelitian ini digunakan dalam membuat artikel ini
adalah cirtical review. Proquest (tahun 2005-2016) dan Google Scoolar (tahun 2005-2016) merupakan database yang
digunakan dalam review ini. Key word yang digunakan adalah gaya hidup, kejadian TB paru, dan remaja.
Didapatkan 5 artikel penelitian yang sesuai dengan tujuan dan kriteria review. Dari 5 artikel ini, didapatkan hasil
mengenai gaya hidup dengan kejadian TB paru pada remaja yang meliputi pengetahuan, pendidikan kesehatan,
merokok, minuman keras (alkohol), dan keluar dimalam hari. Semua jurnal ini terbukti menunjukkan kearah gaya
hidup yang mengakibatkan kejadian TB paru pada remaja. Review ini menyimpulkan bahwa gaya hidup dapat
mempengaruhi kejadian TB paru pada ramaja. Merokok dan keluar dimalam hari merupakan factor yang dominan
yang mengakibatkan kejadian TB paru pada ramaja.

Kata Kunci : Gaya hidup, kejadian TB paru, dan Remaja

ABSTRACT

Introduction: Pulmonary TB is an infectious disease caused by tuberculosis (Mycobacterium tuberculosa) (Alsagaff,


2006). It is estimated that one-third of the world's population has contracted pulmonary tuberculosis, most of whom
are pulmonary tuberculosis is the productive age (15-50 years). Pulmonary TB disease can spread to other organs
such as the lining of the brain, kidneys, bones, and lymph nodes (Crofton, 2002). Pulmonary TB disease is still a
health problem in the world especially in developing countries. Therefore a literature review is needed to explore the
lifestyle of adolescents with the incidence of pulmonary TB. The purpose of this paper is to identify the relationship
of adolescent lifestyle with the incidence of pulmonary TB. This research method used in making this article is
cirtical review. Proquest (2005-2016) and Google Scoolar (2005-2016) are the databases used in this review.
Keywords used are lifestyle, the incidence of pulmonary TB, and adolescents. Obtained 5 research articles that
match the objectives and review criteria. From these 5 articles, we found out about lifestyle with the incidence of
pulmonary tuberculosis in adolescents including knowledge, health education, smoking, alcohol, and out at night. All
of these journals are shown to lead to a lifestyle that results in the incidence of pulmonary TB in adolescents. This
review concludes that lifestyle can affect the incidence of pulmonary TB in ramaja. Smoking and going out at night is
a dominant factor that results in the incidence of pulmonary TB in adolescents.

Keywords; Lifestyle, pulmonary TB incidence, and Adolescents

10
Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Tb Paru Pada Remaja (Guling Setiawan)

PENDAHULUAN lebih muda sehingga dapat mengganggu


perkembangan sekolah dan sosial pada
Pada era modern terjadi perubahan gaya remaja.
hidup pada remaja terkait perilaku kesehatan.
Beberapa penyakit dapat terjadi sebagai Indonesia merupakan negara ke tiga terbesar
akibat dari perubahan gaya hidup yang yang menyumbangkan penderita TB paru di
terjadi. Risiko gangguan yang timbul akibat dunia setelah India dan Cina. Jumlah
gaya hidup modern yang tidak sehat salah penduduk negara Indonesia yang didiagnosis
satunya adalah TB paru. Di dunia, angka menderita TB paru oleh tenaga kesehatan
kematian serta kesakitan akibat bakteri pada tahun 2013 sebanyak 0,4% yang berarti
Mycobacterium Tuberculosis tergolong bahwa dalam 100.000 penduduk akan
tinggi. Pada tahun (2009) 1,7 juta orang terdapat 400 orang yang didiagnosis
meninggal karena penyakit TB paru. Selain menderita TB paru. Berdasarkan dari
itu terdapat 9,4 juta kasus baru TB paru dan karakteristik penduduk negara Indonesia,
sepertiga dari populasi dunia telah tertular prevalensi TB paru akan cenderung
dengan penyakit TB paru yang mana meningkat pada usia dewasa, pendidikan
sebagian besar penderita penyakit TB paru rendah, serta pada penduduk dengan sosio
adalah usia produktif yaitu usia (15-55 tahun) ekonomi yang lemah (Riskesdas, 2013).
(Laporan Subdit TB Depkes RI, 2000-2010).
WHO pada tahun 2011 juga melaporkan Indonesia mengalami peningkatan Prevalensi
bahwa terdapat lebih dari 250 ribu remaja TB paru pada tahun 2014 sebesar 647 per
terkena TB paru dengan angka kematian 100 100.000 penduduk yang sebelumnya sebesar
ribu remaja per tahun. Jumlah penderita TB 272 per 100.000 penduduk pada tahun 2013
paru pada remaja mencapai 10% hingga 12% dan angka insidensi tahun 2014 sebesar 399
dari seluruh jumlah kasus TB di dunia. per 100.000 penduduk yang mana pada tahun
sebelumnya sebesar 183 per 100.000
Diperkirakan ada 800.000 kasus baru TB di penduduk, demikian pula dengan angka
kalangan remaja pada tahun 2012 (sekitar kematian akibat TB pada tahun 2014 sebesar
180.000 pada kelompok usia 10-14 dan 41 per 100.000 penduduk yang sebelumnya
sekitar 617.000 pada remaja berusia 15-19 hanya 25 per 100.000 penduduk pada tahun
tahun). Meskipun risiko TB lebih rendah 2013. Data tersebut belum termasuk dengan
pada remaja dewasa, dalam pengaturan pasien yang tidak terjaring oleh tenaga
endemik TB meningkat secara nyata antara kesehatan (WHO, Global Tuberculosis
usia remaja awal dan dewasa muda (bahkan Report, 2015).
dalam setting dengan prevalensi HIV rendah)
(The Global Fund, 2016). Sedangkan WHO Gaya hidup dengan kejadian TB paru pada
(2015) menyebutkan bahwa Tuberkulosis remaja merupakan penyakit infeksi
(TB) pada remaja yang berbeda dengan oportunistik yang paling sering dijumpai
tuberkulosis (TB) pada anak dimana pada pasien HIV/AIDS. Menurut laporan
cenderung lebih menular daripada anak yang WHO dalam Global Tuberculosis Control

11
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 5 No. 1, Januari 2019 10:17

(2011), pada tahun 2010 terdapat 1.1 juta article. Literature review adalah suatu bentuk
kasus baru TB pada pasien HIV dan jumlah telaah formal terhadap artikel penelitian
pasien meninggal akibat TB pada pasien dengan menggunakan tehnik berfikir kritis
HIV-positif mencapai 350 ribu. 13% kasus meliputi penggunaan logika, ringkasan
baru TB ditemukan pada pasien HIV. akurat, analisis, argument dan evaluasi
Tuberkulosis merupakan permasalahan informasi (Aysem, 2009). Penelitian yang
kesehatan yang serius dan penyebab utama dimasukkan adalah penelitian yang
morbiditas dan mortalitas pada pasien HIV. menjelaskan tentang hubungan gaya hidup,
kejadian TB paru pada remaja, pendidikan
Hruba, Zaloudikova, dan Matejova (2010) remaja terhadap TB paru. ProQuest dan
mengatakan bahwa kebiasaan merokok lebih Google Schoolar merupakan database yang
sering terjadi pada remaja laki-laki (25%) digunakan dalam review ini. Kata kunci yang
dibandingkan dengan remaja perempuan digunakan adalah Lifestyle, pulmonary TB
(19%). Remaja dengan pengalaman merokok incidence, and Adolescents. Kata kunci
lebih sering datang dari keluarga perokok tersebut saling dikombinasikan agar tercapai
aktif, saudara kandung dan teman yang hasil pencarian yang lebih spesifik. Pencarian
menawari mereka rokok. Sedangkan Steens dilakukan pada bulan Januari 2018 dengan
et al (2014) meneliti tentang faktor TB batasan publikasi artikel mulai tahun 2005-
remaja sebuah metode studi case control di 2016.
Brazil mengemukakan bahwa kebiasaan
merokok pada remaja meningkat 50%. HASIL

Menurut Sherkhane Radhika & Sherkhane Total hasil penelusuran artikel dengan kata
Mayur (2014) mengatkan bahwa kunci yang telah ditentukan adalah 150
Pengetahuan tentang pemerolehan dan artikel, dengan rincian ProQuest 100 artikel
penularan TB memadai tapi diiringi dengan dan Google Schoolar 50 artikel. Didapatkan
beberapa prasangka yang salah. Penting 95 artikel melalui pemilihan judul, dan
untuk menghilangkan mitos dan prasangka berkurang lagi menjadi 65 artikel melalui
yang salah tentang TB dan menggantinya skrining kesesuaian dengan tujuan review.
dengan pengetahuan yang benar. Untuk Sebanyak 40 artikel dieksklusikan karena
mencapai hal ini, perlu untuk mendidik para tidak memenuhi kriteria yang ditentukan.
remaja, anggota keluarga, dan komunitas. Setelah skrining lebih lanjut sesuai desain
dan keterkaitan dengan implikasi
Penelitian ini bertujuan untuk keperawatan maka terpilih 5 artikel, yang
mengidentifikasi hubungan gaya hidup terbagi gaya hidup merokok (Boon, 2016;
dengan kejadian TB paru pada remaja. Wiryowidagdo, 2005 dalam Wardhana 2006;
Hruba, Zaloudikova, dan Matejova, 2010;
METODE Lin, 2013), kebiasaan meminum alcohol
Artikel ini merupakan sebuah literature (IDAI, 2013), pengetahuan (Sherkhane
review dari beberapa penelitian original Radhika & Sherkhane Mayur, 2014).
12
Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Tb Paru Pada Remaja (Guling Setiawan)

PEMBAHASAN infeksi HIV, tetapi hanya meningkat sedikit


dalam beberapa tahun kemudian.
Kehidupan remaja saat ini sedang mengalami
perubahan sosial yang cepat dari masyarakat Racun akibat rokok akan terakumulasi dalam
tradisional menuju masyarakat modern, gaya tubuh seiring dengan lamanya merokok,
hidup modern yang serba kompleks sebagai semakin lama semakin banyak dan
produk kemajuan teknologi. Gaya hidup menimbulkan akibat yang lebih berbahaya
sebagai cara hidup individu yang (Wiryowidagdo, 2005). Menurut Wardhana
diidentifikasikan oleh bagaimana remaja (2006), asap rokok mengeluarkan puluhan
menghabiskan waktu mereka. senyawa kimia yang berbahaya bagi
kesehatan dan pada umumnya senyawa-
80% dari remaja berusia 11-15 tahun senyawa kimia itu beracun. Pada asap rokok
dikatakan pernah menunjukkan perilaku terdapat sekitar 4.000 bahan kimia
berisiko tinggi minimal satu kali dalam berbahaya.
periode tersebut, seperti berkelakuan buruk
di sekolah, penyalahgunaan zat, serta Penelitian Hruba, Zaloudikova, dan Matejova
perilaku antisosial (mencuri, berkelahi, atau (2010) mengatakan bahwa kebiasaan
bolos) dan 50% remaja tersebut juga merokok lebih sering terjadi pada remaja
menunjukkan adanya perilaku berisiko laki-laki (25%) dibandingkan dengan remaja
tinggilainnya seperti mengemudi dalam perempuan (19%). Remaja dengan
keadaan mabuk, melakukan hubungan pengalaman merokok lebih sering datang dari
seksual tanpa kontrasepsi, dan perilaku keluarga perokok aktif, saudara kandung dan
criminal yang bersifat minor. Dalam suatu teman yang menawari mereka rokok.
penelitian menunjukkan bahwa 50% remaja Sedangkan Steens et al (2014) meneliti
pernah menggunakan marijuana, 65% remaja tentang faktor TB remaja sebuah metode
merokok, dan 82% pernah mencoba studi case control di Brazil mengemukakan
menggunakan alcohol (IDAI, 2013). bahwa kebiasaan merokok pada remaja
meningkat 50%.
Terdapat banyak risiko tinggi terhadap pasien
koinfeksi HIV/TB dalam munculnya TB Sejalan dengan penelitian Lin (2013)
aktif, baik dari reaktivasi infeksi laten atau melakukan penelitian di Amerika Serikat
dari progresivitas infeksi baru. Risiko menyatakan bukti hubungan antara kebiasaan
munculnya TB pada pasien HIV meningkat merokok, perokok pasif, dan polusi udara di
5-15% setiap tahunnya, disebabkan oleh dalam ruangan dari kayu bakar dan batu bara
reaktivasi infeksi laten tersebut, sehingga terhadap risiko infeksi, penyakit, dan
tergantung pada derajat imunokompromais kematian akibat TBC. Dari sekitar 100 orang
pada pasien HIV/AIDS. Sebuah penelitian yang diteliti, ditemukan yang merokok
pada penambang emas di Afrika Selatan tembakau dan menderita TBC sebanyak 33
menunjukkan bahwa risiko Tuberkulosis orang, perokok pasif dan menderita TBC 5
menjadi dua kali lipat dalam satu tahun orang, dan yang terkena polusi udara dan

13
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 5 No. 1, Januari 2019 10:17

menderita TBC 5 orang. Penelitian lain mempengaruhi gaya hidup tidak sehat seperti
dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan merokok, minuman keras (alkohol), dan
kaitan antara perokok pasif dan sering keluar dimalam hari. Tentunya
meningkatnya risiko infeksi Mycobacterium diharapkan adanya perubahan perilaku pada
tuberculosis pada anak yang tinggal serumah remaja setelah diberikan informasi kesehatan
dengan penderita TBC. Sejalan dengan mengenai TB paru. Selain itu juga
penelitian Boon (2016) yang melakukan diharapkan adanya dukungan dari orang
penelitian di Belanda mengungkapkan terdekat yang mampu memotivasi remaja
tuberkulosis dan merokok merupakan dua tersebut untuk sembuh, sehingga dapat
masalah kesehatan masyarakat yang berinteraksi lagi dengan orang lain.
signifikan. Kaitan perokok pasif dan infeksi
TBC pada anak menjadikannya bahan DAFTAR PUSTAKA
pemikiran yang sangat penting, mengingat Alsagaff, H dan Mukty, A. (2006). Dasar-
tingginya prevalensi merokok dan Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
tuberkulosis di negara berkembang. Airlangga University Press
Aysem. (2009). Writing a critical review.
Menurut Sherkhane Radhika & Sherkhane Retrieved from:
http://www.awc.metu.edu.tr/handouts/Wr
Mayur (2014) Menilai tingkat kesadaran
iting_a_Critical_Review.pdf
tentang TB diantara para remaja dalam Avdeeva, T., Otvagin, I., Myakisheva, T., &
populasi miskin kota. Penelitian dilakukan Rashkevich, E. (2012). Tuberculosis in
atas para remaja dalam kelompok usia 13-19 adolescents and Young patients in high
tahun selama 3 bulan di area miskin kota prevalence region. European Journal of
menggunakan model pra-rancangan dan pra- Microbiology and Immunology ,
2(4):297–301.
uji(pre-designed & pre-tested format), bahwa
Crofton, J. 2005. Tuberkulosis Klinis. Jakarta :
Pengetahuan tentang penularan TB penting Widya Medika EGC : Jakarta
untuk menghilangkan mitos dan prasangka Cruz, A. T., Hwang, K. M., Birnbaum, G. D.,
yang salah tentang TB dan menggantinya & Starke, J. R. (2013). Adolescents With
dengan pengetahuan yang benar sehingga hal Tuberculosis. Pediatr Infect Dis J , 32:
ini, perlu untuk mendidik para remaja, 937–941.
Cruz, T. A. (2016). Tuberculosis in
anggota keluarga, dan komunitas dengan
Adolescents. Dalam R. J. Starke, & R. P.
merobah pola gaya hidup remaja agar tidak Donald, Handbook of child and
terkenak penyakit TB. adolescent tuberculosis. London: Oxford
University Press.
KESIMPULAN Departemen kesehatan RI. (2005). Tuberculosis
prevention Survey in Indonesia 2004, Depkes
RI, Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang Departemen kesehatan RI, (2003). Pedoman
didapatkan, maka kesimpulan yang diperoleh Nasional Penanggulangan Tuberculosis.
Depkes RI. Jakarta
dari beberapa artikel diatas bahwa remaja Depkes RI. (2008). Survei Prevalensi
belum mengetahui macam-macam gaya Tuberkulosis. Jakarta: Departemen
hidup sehat. Ada beberapa faktor yang dapat Kesehatan.
14
Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Tb Paru Pada Remaja (Guling Setiawan)

Dalam R. J. Starke, & R. P. Donald,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ( Handbook of child and adolescent
2011). Pedoman penanggulangan nasional tuberculosis. London: Oxford University
TBC. Jakarta: Depkes RI. Press.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Karyadi E, Schultink W, Nelwan RH, Gross
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media R, Amin Z, Dolmans WM, van der Meer
(TIM). JW, Hautvast JG, West CE. Poor
Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan micronutrient status of active pulmonary
Layanan Khusus Pendidikan Dasar (PPK-LK
tuberculosis patients in Indonesia. 2000.
Dikdas). Infeksi HIV Sering Disertai
Kemenkes RI. (2013). Pedoman Nasional
Tuberkulosis. Jakarta2009 [updated 22
Desembeer 2017] Pelayanan Kedokteran Tatalaksana
EURO.WHO. (2015). Assessing the Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
challenges related to adolescent TB. Kesehatan RI.
Dipetik 08 3, 2017, dari Kemenkes RI. (2015). Situasi Kesehatan
http://www.euro.who.int: Reproduksi Remaja. Jakarta: Pusat Data
http://www.euro.who.int/en/health- dan Informasi Kemenkes RI.
topics/communicable- Kufa T, Mngomezulu V, Charalombous S,
diseases/tuberculosis/news/news/2015/03 Hanifa Y, Fielding K, Grant A, et al.
/assessing-the-challenges-related-to- Undiagnosed Tuberculosis Among HIV
adolescent-tb Clinic Attendees: Association With
Ewles, L. Dan Simnett, I. (1994). Promosi Antiretroviral Therapy and Implications
Kesehatan ; Petunjuk Praktis. Emilia, O. for Intensified Case Finding, Isoniazid
(Alih Bahasa). Gadjah Mada University Preventive Therapy, and Infection
Press. Yogyakarta. Control. 2011.
Girsang. (2011). Relationship between Social Kusmiran. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja
Demographic Factors and Pulmonary dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika
Tuberculosis Stratified by Gender in Central Lobato, Cummings, K., Will, D., Royce, S.,
Java. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14, No. & Tuberculo, S. (1998). Tuberculosis in
1, hal 48-59 children and adolescents: California.
Girsang M. dkk., (2011), Faktor Penyebab Pediatr Infec Dis J , 17:407–411.
Kejadian Tuberculosis Serta Hubungannya
Lotfian, F., Bolursaz, M. R., Khalilzadeh, S.,
Dengan Lingkungan Tempat Tinggal Di
Baghaie, N., Hassanzad, M., & Velayati,
Provinsi Jawa Tengah (Analisis Lanjut
Riskesdas 2007). Bulletin Penelitian A. (2016). Features of Adolescents
Kesehatan, Vol. 39, No.1, hal: 34 — 41 Tuberculosis at a Referral TB's Hospital
Hastono, Sutanto Priyo dan Sabri, Luknis. in Tehran, Iran. Mediterr J Hematol
(2011). Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja Infect Dis , 8(1):1-7.
Grafindo Persada. http://dx.doi.org/10.4084/MJHID.2016.0
Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian 05.
Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Lyon B (2012). Stress, Coping and Health: A
Jakarta: Salemba Medika. conceptual overview. In: Rice, VH.
Juliandari, Kusnanto,dan Hidayati (2014). Handbook of Stress, Coping and Health:
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Implications for Nursing Research,
Coping Stres Dengan Kualitas Hidup Pasien
Tb Paru Di Puskesmas Perak Timur
Theory, and Practice.2 Ed. Thousand
Surabaya. Oaks, CA: Sage:
Kampmann, B., & Whittaker, E. (2016). Magkosa. (2010). Psikologi Perkembangan
Remaja. Jakarta: EGC
Immunology of Tuberculosis in Children.
15
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 5 No. 1, Januari 2019 10:17

Rianthavorn, P., & Ettenger, R. B. (2005).


Manalu Helper Sahat P. (2010). Faktor-faktor Medication non-adherence in the
yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan adolescent renal transplant recipient: a
Upaya Penanggulangannya. clinician's viewpoint. Pediatr Transplant
Markum. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan , 9:398–407.
Anak. Gaya Baru: Jakarta
Rie AV, Westreich D, Sanne I. Tuberculosis
Menzies, H. J., Winston, C. A., Holtz, T.,
in patients receiving antiretroviral
Cain, K. P., & Kenzie, W. R. (2010).
treatment: incidence, risk factors, and
Epidemiology of tuberculosis among us-
prevention strategies. 2011.
and foreign-born children and
Rukmini, & Chatarina. (2011). Faktor-faktor
adolescents in the united states 1994-
yang Berpengaruh terhadap Kejadian TB
2007. Am J Publ Health , 100:1724–
Paru Dewasa di Indonesia. Buletin
1729.
Penelitian Sistem Kesehatan , Vol. 14
Misnadiarly. (2006). Penyakit Infeksi
No. 4 Oktober: 320–331.
Tuberkulosis Paru dan Ekstra Paru.
Ruswanto, B. (2010). Analiasis Spasial
Bogor: Grafika Mardi Yuana.
sebaran kasus tuberkulosis paru ditinjau
Mwanja, D. M., Verver, S., Yeka, A.,
dari faktor lingkungan fisik dalam dan
Etwom, A., Waako, J., Ssengooba, W., et
luar rumah di Kabupaten Pekalongan.
al. (2015). Prevalence and risk factors of
Semarang: Thesis, Universitas
latent Tuberculosis among adolescents in
Diponegoro.
rural Eastern Uganda. Afr Health Sci.
Sastroasmoro, S. (2010). Dasar-Dasar
2015 Sep; 15(3): 851–860. , Sep; 15(3):
Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
851–860.doi: 10.4314/ahs.v15i3.20.
EGC.
Narasimhan, P., Wood, J., MacIntyre, C. R.,
Sopiyudin, Dahlan M. (2010). Statistik untuk
& Mathai, D. (2013). Risk Factors for
Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3.
Tuberculosis. Pulmonary Medicine,
Jakarta: Salemba Medika.
2013, 828939. doi: 10.1155/2013/828939
Stevens, H., Ximenes, R. A., Dantas, O. M.,
Nasution, Hadijah. (2008). Pengaruh
& Rodrigues, L. C. (2014). Risk factors
Mengunjungi Tempat Hiburan Malam
for tuberculosis in older children and
Terhadap Gaya Hidup Remaja. Bogor :
adolescents: a matched case–control
IPB
study in Recife, Brazil. Emerging Themes
Nishikiori, N., & Van Weezenbeek, C. (2013).
Target prioritization and strategy selection in Epidemiology , 11(200:1-7.DOI
for active case-finding of pulmonary 10.1186/s12982-014-0020-5.
tuberculosis: a tool to support country-level Suddin. A, 2013. Hubungan Pelaksanaan Peran
project planning. BMC Public Health, 13(1), Perawat Keperawatan Kesehatan
97. Masyarakat Dengan Mutu Pelayanan Di
Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan dan Puskesmas Kabupaten Takalar Tahun 2013.
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Tesis. Universitas Hasanudin. Makasar
Cipta. Sulkind, Neil J. (2010). Encyclopedia of
Oktavia, S., Mutahar, R., & Destriatania, S. Research Design. California: SAGE
(2016). Analisis faktor risiko kejadian TB Publication
Paru di wilayah Kerja Puskesmas Supariasa, Bakri, & Fajar. (2010). Penilaian
Kertapati Palembang. Jurnal Ilmu Status Gizi. Jakarta: EGC.
Kesehatan Masyarakat , Volume 7 Suryani, S., Widianti, E., Hernawati, T., &
Nomor 02 Juli: . Sriati, A. (2014). Analisis Kebutuhan
Psikososial Penderita Tuberkulosis Paru
(Vol. 18).
16
Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Tb Paru Pada Remaja (Guling Setiawan)

`Taha M, Deribew A, Tessema F, Assegid S, Wiratini, (2015). Pengaruh Peer Education


Duchateau L, Colebunders R. Risk Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Di
factors of active tuberculosis in people Sman “X” Denpasar. Denpasar
living with HIV/AIDS in Southwest World Health Organization (2015). Global
Ethiopia: A case control study. 2011. Tuberculosis Report 2015. Switzerland.
The Global Fund. (2016). Strategic Wilcox, W. D., & Laufer, S. (1994).
Investments for Adolescents In HIV, Tuberculosis in adolescents. A case
Tuberculosis and Malaria Programs. commentary. Clin Pediatr (Phila) ,
Geneva, Switzerland: Global Fund. 33(5):258-62.
Waako, J., Verver, S., Wajja, A., Ssengooba, Winston, C. A., & Menzies, H. J. (2012).
W., Joloba, M. L., Colebunders, R., et al. Pediatric and Adolescent Tuberculosis in
(2013). Burden of tuberculosis disease the United States, 2008–2010. Pediatrics
among adolescents in a rural cohort in , 130:e1425–e1432.
Eastern Uganda. BMC Infectious Wong, (2007). Buku Ajar Keperawatan
Diseases , 13:349. Pediatrik. Edisi 6. Alih Bahasa Agus
WHO. (2009). Tuberculosis Infection Sutarna. Jakarta: EGC
Control The Era of Expanding HIV Care Wong, (2008). Wong’s Essential of Pediatric
and Treatment. Switzerland: World Nursing. USA: Mosby
WHO. Global Tuberculosis Control: WHO
Health Organization. Report 2011. Geneva2011.

17

Anda mungkin juga menyukai