Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TUHAN DALAM PANDANGAN FILSAFAT YUNANI KUNO


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum

Dosen Pengampu :

Dr. Arif Widodo, M.S.I

Disusun Oleh :

Nia Nuruddiyanah Indah Rohmani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


LPT MAMBAUL IHSAN
1445 H/2O24 M
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah filsafat umum tentang
“Tuhan dalam pandangan filsafat Yunani kuno”.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi Susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah ini bermanfaat dan memberikan informasi
terhadap pembaca.

Sekapuk,2 Maret 2024

penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Filsafat Yunani Kuno .......................................................... 3
B. Tuhan Dalam Pandangan Filsafat Yunani Kuno ............................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama dan filsafat adalah dua kekuatan yang mewarnai dunia. Agama
pada pokoknya adalah iman (hati,rasa) sedangkan filsafat Pada dasarnya rasio
(akal).Oleh karena itu, wajarlah bila perkembangan budaya selalu
dilatarbelakangi oleh pergaulan antara akal dan hati, antara rasio dan iman,
antara agama dan filsafat. Bangsa yunani sangat patuh dengan agama mereka
yaitu penyembahan terhadap dewa - dewi Olymphus, serta mengimani segala
mitosnya. Pada zaman ini, Iman (agama) mendominasi hingga datanglah
periode Thales dan para filosofis - filosofis yang lebih mengedepankan akal
daripada hati atau Iman, agama atau Iman lambat laun tergeser dominasinya
oleh akal yang membuat kacau dengan merelatifkan kebenaran.
Pada periode kacau ini manusia adalah ukuran semua kebenaran relatif
teori sains diragukan, kaidah agama dicurigai, apalagi para penggagas
relativisme yaitu para sofis sangat berpengaruh pada periode ini. Mereka
dijadikan guru,hakim dan amat dekat berhubungan dengan para kalangan
bangsawan Athena, jadi bisa dipastikan bisa kacaulah orang - orang Athena.
Hingga datanglah socrates, seorang filosofis yang meyakini agama (lihat
pembelaannya melalui apologia) ia membawa orang - orang Athena kembali
meyakini agama mereka yang dulu serta meyakinkan bahwa tidak semua
kebenaran itu relatif namun ada kebenaran yang umum yaitu definisi
(pengertian umum) namun ajarannya harus dibayar dengan kematian karena
tuduhan kaum sofis yang menganggap ia perusak mental Pemuda Athena.
Muridnya Plato melanjutkan perjuangan gurunya melawan kaum sofis
dengan membenarkan kebenaran umum namanya idea, idea telah ada
sebelum adanya Manusia, tempatnya di alam idea, lalu hantaman terbesar
bagi para sofis adalah Aristoteles, murid plato yang menulis kepalsuan logika
para sofis. Dalam periode ini keadaan hegemoni berubah lagi, akal dan hati,
rasio dan iman, agama dan filsafat sama-sama menang. Kaidah agama
diterima kembali demikian pun kaidah filsafat.

1
B. Rumusan Masalah
Maka rumusan masalah yang didapat yaitu :
1. Bagaimana sejarah filsafat Yunani kuno ?
2. Bagaimana Tuhan dalam pandangan filsafat Yunani kuno ?

C. Tujuan Masalah
Dari latar belakang di atas maka tujuan masalahnya yaitu :
1. Untuk mengetahui sejarah filsafat Yunani kuno.
2. Untuk mengetahui Tuhan dalam pandangan filsafat Yunani kuno.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Filsafat Yunani Kuno


Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem
kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang
bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat
akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang
bersumber dari mitos (dongeng - dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang
adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang misteri alam
semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang
demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran
untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal - hal yang sifatnya
mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan
berpikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang
dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, Maka timbulah peristiwa ajaib
The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban
dunia .
Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan
antara akal dan hati itulah pada dasarnya ini sejarah filsafat. Di dalam sejarah
filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga
pernah kalah, pernah juga kedua - duanya sama, sama - sama menang.
Diantara keduanya, dalam sejarah telah terjadi pergumulan berebut dominasi
dalam mengendalikan kehidupan manusia.
Yang dimaksud dengan akal di sini ialah akal logis yang bertempat di
kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira - kira bertempat di dalam dada.
Akal itulah yang menghasilkan pengetahuan logis yang disebut filsafat,
sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang
disebut pengetahuan mistik, Iman termasuk di sini. Ciri umum filsafat Yunani
adalah rasionalisme yang di mana mencapai puncaknya pada orang - orang
sofis.
Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat Yunani dimajukan sebagai
pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Eropa Barat) Dalam alam
pikirannya berpangkal kepada pemikiran Yunani. Pada masa itu ada
keterangan - keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan
penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli - ahli
pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui
Budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya. Apakah sebetulnya

3
alam itu ?, Apakah intisarinya ?, mungkin yang beraneka warna yang ada
dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti
alam, dengan istilah mereka : mereka mencari Arca alam ( Arca dalam bahasa
Yunani yang berarti mula, asal )
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat Yunani ini lahir yaitu :
1. Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), di mana mitos
dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau
mengerti. Mitos - mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis
yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos
selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain -
lain.
2. Karya Sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong
kelahiran filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan
yang sangat penting untuk pedoman hidup orang - orang Yunani yang
di dalamnya mengandung nilai - nilai edukatif.
3. Pengaruh ilmu - ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia
(Mesir) di lembah Sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan
kecakapannya ilmu - ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka
mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktis saja tetapi juga
aspek teoritis Kreatif.

Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh


logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Periode Yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan
demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir
alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati
sekitarnya, mereka membuat pertanyaan - pertanyaan tentang segala alam dan
bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.
mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya
mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos sebuah
kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia kecil. mereka kagum
terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban atas
apa yang ada di belakang semua materi itu.

4
B. Tuhan Dalam Pandangan Filsafat Yunani Kuno
Pada mulanya, manusia menciptakan Satu Tuhan yang merupakan
penyebab pertama bagi segala sesuatu dan penguasa langit dan bumi.1 Dalam
konteks hidup para filsuf Yunani kuno ketika mulai berfilsafat tentang Tuhan
mereka hidup dalam masyarakat yang sudah beragama yaitu Agama Yunani
kuno. Dalam masyarakat Yunani kuno ditemukan keberadaan agama rakyat
populer dan kebaktian kultis pada dewa - dewa pluralis yang masing - masing
dihubungkan dengan satu aspek dari alam. Perkembangan pemikiran filsafat
pada abad Yunani kuno bisa dikatakan, bahwa telah banyak filosof yang mulai
berpikir keberadaan sesuatu yang menggerakkan kehidupan atau zat pencipta.
Kegelisahan pemikiran yang semakin hari semakin berkembang sehingga
terbawalah ke arus pencarian Tuhan walaupun keberadaan Tuhan menjadi
perdebatan antara orang anti Tuhan dengan orang pro Tuhan sehingga banyak
logika berkembang untuk membuktikan keberadaan Tuhan.
Tuhan dalam kepercayaan masyarakat Yunani kuno, lebih cenderung
menganut paham politisme, yaitu mempercayai banyak Tuhan atau Dewa.
dari situlah mereka menggambarkan Dewa atau Tuhan seperti manusia, Inilah
yang disebut antropomorfisme. Diantara Tuhan - Tuhan itu adalah Hides,
Posaidon, Athena, Apollo, Hermes dan masih banyak lagi kelompok-
kelompok Tuhan yang disembah dan diagungkan dalam kelompok mereka.2
Agama mereka membawa mereka pada sikap hidup tunduk pada nasib.
keberadaan Kuil dan iman - iman tidak terpisahkan dari keseharian hidup.
Mitologi berperan besar, Mitologi itu dijumpai dalam karya Homerus (800 -
750 SM) berjudul “IIIiad.
“Dewa - dewa dikisahkan di sana merupakan pribadi - pribadi yang
memiliki fisik dan mempunyai daya atau kekuatan yang hidup beserta
kehendak, yang bekerja dalam hidup manusia dan menentukan nasibnya dari
atas. Dewa - dewa itu digambarkan sebagai makhluk hidup seperti manusia (
yang bisa tidur, takut, perselisihan, rumor, keadilan, cinta dsb). Manusia
hanyalah instrumen di tangan – tangan, daya - daya Ilahi yang jumlahnya tak
terbilang dan tidak bisa tidak untuk menundukkan dirinya pada daya - daya
Ilahi yang Kekal yang banyak berhubungan dengan manusia. Para dewa itu
yang memerintah hidup manusia. Suatu daya Ilahi dapat tunduk pada dewa-
dewa lain yang sederajat kekuasaannya pada tatanannya.

1
Karen Armstrong, Sejarah Tuhan, terj,(Bandung; Mizan, 2009) cet.xiii, hal. 27
2
Charles Seignobos, Sejarah Peradaban Dunia Kuno, terj,(Yogyakarta;
lndoleterasi,2014),hal.109

5
Umat manusia seperti medan pertempuran pasif dari pengaruh - pengaruh
Ilahi yang saling bertarung dan berkonflik.”
Berikut pandangan para tokoh - tokoh filsafat mengenai Tuhan :
1. Thales (624 - 546 SM)
Ia mengajukan prinsip dari segala sesuatu ialah air. Akan tetapi dia pula
yang menyatakan : “Segala sesuatu dipenuhi oleh dewa - dewa. “Lantas,
Bagaimana dua hal itu dapat dimengerti ? Ketika Thales, Anaximander,
Anaximenes mulai berspekulasi tentang prinsip di balik segala sesuatu yang
bergerak di dunia, sudah ada dewa - dewa yang diakui oleh Orang Yunani.
Para filsuf tersebut tinggal mewarisi apa yang disajikan oleh para “Penyair
Teologis”. tentang dewa - dewa itu. Thales, Anaximenens, Anaximander dst.
Berhadapan dengan gambaran - gambaran imajinatif yang ada pada Tuhan-
Nya Homerus. Bisa dimengerti bahwa pengertian “Tuhan” pada para filsuf
itu pun masih mengandung muatan religius (Agama Yunani) seperti yang
bersumber dari Mitologi Homerus. Meskipun para filsuf Yunani kuno
mencari jawaban atas soal - soal Seperti : Apakah kodrat atau hakikat dari
dunia, Apakah substansi ensensial dari segala sesuatu, Apakah prinsip
tersembunyi dari segala gerakan sejauh bisa dilihat dan disentuh, dan apakah
awal dan tujuan akhir dunia ini, namun mereka masih mengalami kesulitan
merekonsiliasi interpretasi religius atas dunia dengan interpretasi filosofis
mereka. Para Filsuf tersebut mengakui apa yang diakui dalam agama Yunani
soal nasib bahwa Dibalik suatu keharusan ada suatu hukum dan di belakang
nasib ada suatu Kehendak. Di sisi lain dalam filsafat mereka, mereka
mengakui adanya pengertian tentang sebab pertama atau prinsip yang
merupakan penjelasan valid universal atas segalanya baik yang sudah
maupun yang akan datang. Manusia ketika menggunakan kehendaknya untuk
memilih, Ia seperti terbebas dari belenggu nasib. Akan tetapi, masih sulit bagi
manusia untuk bebas karena dewa - dewa Yunani adalah sosok - sosok yang
kasar dan kejam.
2. Plato (429 - 347 SM)
Ia mengajukan gagasan bahwa sesuatu yang sesungguh - sungguh ada
adalah sesuatu yang niscaya ( necessary), dapat dimengerti (intelligible),
tidak material (lmmaterial) dan tidak berubah (immutable). ltu adalah idea
yang dipandangnya sebagai realitas itu sendiri. Idea ini Abadi. Memang
sesuatu itu ketika semakin real, semakin Ilahi Sehingga ide - ide abadi patut
disebut Ilahi. ldea yang dominan adalah idea kebaikan. Kebaikan dikatakan
oleh plato sebagai : “Pengarang universal dari segala yang indah dan benar,
orang tua cahaya dan Tuan atas cahaya dalam dunia yang tampak, dan dalam
sumber langsung dari akal budi dan kebenaran dalam intelek; dan ini adalah
daya yang padanya yang orang akan bertindak secara rasional baik dalam

6
hidup publik maupun privat harus mengarahkan perhatiannya.” Plato tidak
pernah menyebut kebaikan sebagai Tuhan. ldea bukan pribadi, apalagi jiwa.
Ia itu suatu intelligible cause. Akan tetapi para dewa adalah lebih rendah
dibandingkan idea - idea. Suatu Tuhan haruslah sesuatu individu yang hidup
yang memiliki semua atribut fundamental dari sebuah idea.
Jiwa manusia sendiri memiliki atribut dasariah dari idea sehingga ia
adalah Tuhan. Ia lebih daripada banyak dewa di Olimpus yang bukan idea,
yang tidak dianggap serius oleh Plato. Seorang filsuf merupakan suatu jiwa
manusiawi yang mengingat keabadiannya dan berperilaku seperti menjadi
seorang Dewa. Yang dimaksud dewa - dewa di sini bukan dewa - dewa dari
tatanan personal, melainkan prinsip - prinsip filosofis dari Tatanan hal - hal.
Agama sejati menurut Plato bisa berkata seperti Thales : “Segala sesuatu
adalah penuh dengan Dewa.” Plato bisa menemukan prinsip filosofis idea,
namun ia tidak bisa menyangkal keberadaan dewa - dewa Pengakuannya akan
keberadaan dewa - dewa. Pengakuananya akan keberadaan dewa - dewa itu
seperti pembenarannya atas mitologi Yunani yang juga berperan banyak
dalam mitos - mitos Plato. Keberadaan dewa - dewa adalah sudah sangat tua
dan merupakan warisan walaupun terbukti terhadap sejumlah pembenaran
nasional. Pembenaran nasional yang disumbangkan Plato : setiap waktu kita
melihat yang hidup dan bergerak, yang dipercepat dari dalam oleh suatu
kekuatan operasi spontan, dan karena setiap jiwa adalah suatu Dewa, setiap
yang hidup didiami oleh Dewa, sebagaimana tubuh digerakkan oleh jiwa,
demikian juga bintang didiami oleh Dewa.
3. Aristoteles (384/3 - 322/1 SM)
la mengikuti gurunya, Plato menyebut bahwa pengertian filosofis tentang
Tuhan berasal dari dua sumber : jiwa dan gerakan bintang. Penggerak pertama
dari alam semesta adalah dewa tertinggi. Dunia itu kekal, tapi puncaknya
bukan idea, melainkan a self-subsissting and eternal Act of thinking atau
divine self thinking Thought ini merupakan sebab Abadi dari gerakan kekal
dari kelahiran hingga kematian. la memikirkan dirinya sendiri, bukan
manusia. Dewa tertinggi ini tidak menciptakan dunia ini. Menurut Aristoteles
jiwa bukanlah Dewa Abadi seperti jiwa Platonis, melainkan ditentukan untuk
binasa bersama tubuh. Tuhan seperti itu berada di surga dan tidak mengurusi
manusia di dunia. Adalah terserah manusia dalam mengurus dunia. Dengan
Aristoteles orang - orang yunani mendapatkan suatu teologi yang sungguh -
sungguh rasional, tetapi pada waktu yang sama kehilangan agama mereka
karena sekali dibebaskan dari hal - hal duniawi sebagaimana diajukan oleh
Aristoteles, dewa - dewa tidak lagi relevan bagi manusia dan nasibnya.

7
4. Epikuros (341 - 270 M)
Epikuros berpandangan bahwa dewa - dewa adalah pengada - pengada
material subsisten kekal dan yang kesuciannya yang sempurna menuntut
mereka tidak pernah mengkhawatirkan apapun juga, khususnya manusia.
5. Kaum Stoa
Bagi kaum Stoa dunia adalah satu dalam satu Harmoni atau Simpati yang
meresapi semua yang berhubungan antarbagiannya. “Karena ada baik satu
Jagad, yang terdiri atas segala sesuatu, dan satu Allah yang imanen dalam
segala hal, dan satu substansi, dan satu hukum, satu akal budi bersama untuk
semua ciptaan inteligen, dan satu kebenaran.” Ada dari kaum Stoa yang
beranggapan bahwa dari dewa api dunia ini dibuat. Markus Aurelius (121 -
180 M) berpandangan bahwa Markus Aurelius : “Sebab dunia itu sebuah
badai ia menyapu segalanya.” Baginya tidak ada Tuhan. Yang ada hanya
penyerahan secara bijak pada Apa yang diketahui sebagai tak terhindarkan.
“Hanya sebentar saja dan engkau akan sudah melupakan segalanya, hanya
sekejab saja dan segala sesuatu akan sudah melupakanmu.”
Wilhelm Schmidt dalam The Origin Of The Idea Of God mengatakan
bahwa telah ada satu monoteisme primitive sebelum manusia mulai
menyembah banyak Dewa. Pada awalnya mereka mempercayai hanya ada
satu Tuhan tertinggi, yang telah menciptakan dunia dan menata urusan
manusia dari kejauhan. Dengan berkembangnya pemikiran, maka mulai
tergeserlah kepercayaan kepada Tuhan serta pencarian Tuhan yang lebih
tampak dan berwujud. Perkembangan pola pikir ini membawa mereka pada
pemikiran bahwa segala sesuatu ada karena sebab - akibat (Kausa), lantas
keberadaan Tuhan untuk apa ?, Serta Siapakah yang menciptakan Tuhan ?.
Bahkan pemikiran tentang kuasa tidak berhenti pada ini saja, karena setelah
muncul dari teori biogenesis yang mengatakan bahwa segala Makhluk Hidup
berawal dari satu hal yang dipercaya menjadi cikal bakal kehidupan.
Perkembangan pemikiran filsafat pada abad Yunani kuno bisa dikatakan
bahwa telah banyak filosofi yang mulai berpikir keberadaan sesuatu yang
menggerakkan kehidupan atau dzat pencipta. Kegelisahan pemikiran yang
semakin hari semakin berkembang sehingga terbawalah ke arus pencarian
Tuhan walaupun keberadaan Tuhan menjadi perdebatan antara orang anti
Tuhan dengan orang Pro -Tuhan, sehingga banyak logika berkembang untuk
membuktikan keberadaan Tuhan klasik dimulai dari pandangan socrates
terhadap Tuhan.
Periode klasik dimulai dari pandangan Socrates terhadap Tuhan,
bahwasanya dipercaya akan adanya Tuhan dengan alasan alam ini teratur
susunannya menjadi menurut wujud yang tertentu, di situ ada campur tangan
Tuhan. Segala yang tidak dapat diduga oleh otak manusia, dia percayakan

8
kepada Tuhan, Menurut pandangannya jiwa manusia itu adalah bagian dari
Tuhan yang menyusun alam. Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam dan
suara itu membimbing manusia dengan segala perbuatannya, itulah yang
disebut Daimonion. Pandangan socrates ini ada ini ada sedikit pengaruh
rasionalisme. 3Kekuatan rasio socrates yang cenderung menyiapkan sebuah
hakikat dari segala sesuatu maka tidak diragukan lagi, Mengapa pada
masanya socrates disebut sebagai seorang yang sesat sehingga ia telah minum
racun karena diminta berarti menyampaikan ajaran filsafatnya

3
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta; UI-Press,1986), Hal.84

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tampaknya adanya kegagalan orang - orang yunani dalam membangun


suatu penjelasan filosofis komperhensif atas dunia tanpa pada waktu yang
sama kehilangan agama mereka. Penafsiran filosofis yunani akan dunia
merupakan penjelasan atas hakikat yang menyusun ada. Orang – orang
yunani mau menjelaskan segala sesuatu dengan satu atau beberapa prinsip
yang dipikirkan sebagaai hal - hal atau benda - benda ( things).padahal orang
lebih mudah menyembah pribadi ( somebody ) daripada hal - hal (things).

B. Saran

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
kami akan lebih focus dan detail dalam menyajikan materi tentang makalah
ini dengan sumber - sumber yang lebih banyak tentunya dan dapat di
pertanggung jawabkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Drs.Salam.Burhanuddin.Pengantar Filsafat.2003.Jakarta: PT Bumi


Aksara.191
Dr.Kebug.Kondrad.Filsafat ltu lndah.2008.Jakarta: Pusatakaraya.180.
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta; UI-Press,1986), Hal.84
Charles Seignobos, Sejarah Peradaban Dunia Kuno, terj,(Yogyakarta;
lndoleterasi,2014),hal.109
Karen Armstrong, Sejarah Tuhan, terj,(Bandung; Mizan, 2009) cet.xiii, hal.
27

11

Anda mungkin juga menyukai