Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEJARAH PEMINATAN

PERADABAN YUNANI KUNO (800-146 SM)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. CHARINA PUTRI AZARIA
2. HASBY NURROSYD
3. KAYLA FARADINA AZZAHRA
4. NAKESYA RENATA PUTRI SALIM

SMA PGRI PEKANBARU


TAHUN PELAJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, Januari 2023

Penulis  

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. ARTI FILSAFAT............................................................................................2

B. PEMIKIRAN PADA  MASA YUNANI KUNO............................................2

C. PERKEMBANGAN FILSAFAT PADA MASA YUNANI KUNO..............6

D. PERIODE PERKEMBANGAN PERADAPAN YUNANI KUNO................8

E. HUKUM DAN PEMERINTAH YUNANI KUNO.........................................9

1. Athena...........................................................................................................9

2. Sparta..........................................................................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

A. KESIMPULAN.............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan
dan pedagang, sebab sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pantai
sehingga mereka dapat menguasi jalur perdagangan di laut tengah.
Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah mewarnai
kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam sehingga
beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat
formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
           Kepecayaan, yang bersifat formalitas [natural religion] tidak memberikan
kebebasan kepada manusia, ini ditentang oleh Homerus’’dengan dua buah
karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus. Kedua karya Homerus itu
memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. sedemikian bersar peranan
karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa. Akibatnya
masyarakat lebih kritis dan rasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itui Filsafat ?
2. Bagaimana Pemikiran Pada Masa Yunani Kuno ?
3. Bagaimana Periode Filsafat Pada Masa Yunani Kuno ?
4. Bagaimana Periode Perkembangan Peredapan Yunani Kuno ?
5. Bagaimana Hukum dan pemerintah Yunani Kuno ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Arti Filsafat
2. Untuk Mengetahui Pemikiran Pada Masa Yunani Kuno
3. Untuk Mengetahui Periode Filsafat Pada Masa Yunani Kuno
4. Untuk Mengetahui Periode Perkembangan Peredapan Yunani Kuno
5. Untuk Mengetahui Hukum dan pemerintah Yunani Kuno

    

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ARTI FILSAFAT
Secara etimologis  kata filsafat dari kata Yunani filosofia, yg berasal dari
kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata filsafat juga
berasal dari kata Yunani philosophis yg berasal dari kata kerja philein yg berarti
mencintai / philia yg berarti cinta, dan sophia yg berarti kearifan. Dari kata
tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yg biasa diterjemahkan “cinta kearifan”.
Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal
kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan
yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani). Dalam sejarah filsafat
biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena
dunia barat (Eropa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran
yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta
serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan.
Para ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan
melalui budinya.1
B. PEMIKIRAN PADA  MASA YUNANI KUNO
Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski
harus diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada
tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan bahwa
esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Argumen Thales
masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phitagoras
(572-500 SM) belum murni rasional. Ordonya yang mengharamkan makan biji
kacang menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos. Jadi, dapat dikatakan
bahwa agama alam bangsa Yunani masih dipengaruhi misteri yang membujuk
pengikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mitos bangsa Yunani bukanlah
agama yang berkualitas tinggi. Secara umum dapat dikatakan, para filosof pra-
Socrates berusaha membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama asalnya.

2
Sokrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam
berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak
Sokrates (sebagai sang bidan) untuk “melahirkan” pengetahuan akan kebenaran
yang dikandung dalam batin orang itu. Dengan demikian Sokrates meletakkan
dasar bagi pendekatan deduktif. Pemikiran Sokrates dibukukan oleh Plato,
muridnya. Hidup pada masa yang sama dengan mereka yang menamakan diri
sebagai “sophis” (“yang bijaksana dan berapengetahuan”), Sokrates lebih
berminat pada masalah manusia dan tempatnya dalam masyarakat, dan bukan
pada kekuatan-kekuatan yang ada dibalik alam raya ini (para dewa-dewi mitologi
Yunani). Seperti diungkapkan oleh Cicero kemudian, Sokrates “menurunkan
filsafat dari langit, mengantarkannya ke kota-kota, memperkenalkannya ke
rumah-rumah”. Karena itu dia didakwa “memperkenalkan dewa-dewi baru, dan
merusak kaum muda” dan dibawa ke pengadilan kota Athena. Dengan mayoritas
tipis, juri 500 orang menyatakan ia bersalah. Ia sesungguhnya dapat
menyelamatkan nyawanya dengan meninggalkan kota Athena, namun setia pada
hati nuraninya ia memilih meminum racun cemara di hadapan banyak orang untuk
mengakhiri hidupnya.2
Filsafat pra-sokrates ditandai oleh usaha mencari asal (asas) segala sesuatu
. Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada satu
azas? Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, Empedokles:
api-udara-tanah-air. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir (“panta
rei” = selalu berubah), sedang Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru
sama sekali tak berubah. Namun tetap menjadi pertanyaan: bagaimana yang satu
itu muncul dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang banyak itu
sebenarnya hanya satu? Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh sekolah yang
didirikannya untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 sM) dikenal oleh
konsepnya tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya. Puncak zaman
Yunani dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates (470-399 sM), Plato (428-348
sM) dan Aristoteles (384-322 sM). Pada abad ke-6 SM orang Yunani mempunyai
sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang
bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng,yang artinya suatu kebenaran lewat

3
akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang
bersumber dari mitos  (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya
mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang misteri alam semesta ini,
jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai
suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal
pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk
mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang
mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni,
maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan
sebagai landasan peradaban dunia.
Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara
akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat
kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah
kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya ,
dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi dalam mengendalikan
kehidupan manusia.Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang
bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di
dalam dada.akal itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang disebut
filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang
disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani
adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.3
Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal
sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya
berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan
tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan
ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu
mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari
jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang
beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu.

4
Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka : mereka mencari arche alam
(archedalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1. Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap
sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-
mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara
kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair
karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.
2. Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran
filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat
penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya
mengandung nilai-nilai edukatif.
3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di
lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-
ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak
didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos
(akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan
demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir
alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati
sekitarnya.mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang
bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.
Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya
mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah. Para pemikir
filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani
yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh
nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban tas apa yang ada di belakang
semua materi itu.4

4
Ibid Hal 194

5
C. PERKEMBANGAN FILSAFAT PADA MASA YUNANI KUNO
Pada tahap awal kelahirannya filsafat  menampakkan diri sebagai suatu
bentuk mitologi, serta dongeng-dongeng yang dipercayai oleh Bangsa Yunani,
baru sesudah Thales (624-548 S.M) mengemukakan pertanyaan aneh pada waktu
itu, filsafat berubah menjadi suatu bentuk pemikiran rasional (logos).
Pada perkembangan selanjutnya, disamping pemikiran tentang Alam, para
akhli fikir Yunani pun banyak yang  berupaya memikirkan tentang hidup kita
(manusia) di Dunia. Dari titik tolak ini lahir lah Filsafat moral (atau filsafat sosial)
yang pada tahapan berikutnya mendorong lahirnya Ilmu-ilmu sosial. Diantara
filsuf terkenal yang banyak mencurahkan perhatiannya pada kehidupan manusia
adalah Socrates   (470-399 S.M),  dia   sangat   menentang  ajaran  kaum  Sofis
yang   cenderung   mempermainkan   kebenaran, Socrates  berusaha meyakinkan
bahwa kebenaran dan kebaikan sebagai nilai-nilai yang objektif yang harus
diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Dia mengajukan pertanyaan pada
siapa saja yang ditemui dijalan untuk membukakan batin warga Athena kepada
kebenaran (yang benar) dan kebaikan (yang baik). Dari prilakunya ini pemerintah 
Athena menganggap Socrates sebagai penghasut, dan akhirnya dia dihukum mati
dengan jalan meminum racun.5
Dalam sejarah Filsafat Yunani, terdapat seorang filsuf yang sangat
legendaris yaitu Aristoteles (384-322 S.M), seorang yang pernah belajar di
Akademia Plato di Athena. Setelah Plato meninggal Aristoteles menjadi guru
pribadinya Alexander Agung selama dua tahun, sesudah itu dia kembali lagi ke
Athena dan mendirikan Lykeion, dia sangat mengagumi pemikiran-pemikiran
Plato meskipun dalam filsafat, Aristoteles mengambil jalan yang berbeda
(Aristoteles pernah mengatakan-ada juga yang berpendapat bahwa ini bukan
ucapan Aristoteles- Amicus Plato, magis amica veritas – Plato  memang
sahabatku, tapi kebenaran lebih akrab bagiku – ungkapan ini terkadang
diterjemahkan bebas menjadi “Saya mencintai Plato, tapi saya lebih mencintai
kebenaran”).
Abad Pertengahan. Semenjak meninggalnya Aristoteles, filsafat terus
berkembang dan mendapat kedudukan yang tetap penting dalam kehidupan

5
Achmadi. Asmoro. Filsafat Umum. (Jakarta 2010) Hal. 102

6
pemikiran manusia meskipun dengan corak dan titik tekan yang berbeda. Periode
sejak meninggalnya Aristoteles (atau sesudah meninggalnya Alexander Agung
(323 S.M) sampai menjelang lahirnya Agama Kristen oleh Droysen (Ahmad
Tafsir. 1992) disebut periode Hellenistik (Hellenisme adalah istilah yang
menunjukan kebudayaan gabungan antara budaya Yunani dan Asia Kecil, Siria,
Mesopotamia, dan Mesir Kuno). Dalam masa ini Filsafat ditandai antara lain
dengan perhatian pada hal yang lebih aplikatif, serta kurang memperhatikan
Metafisika, dengan semangat yang Eklektik (mensintesiskan pendapat yang
berlawanan) dan bercorak Mistik. Di dunia Islam (Umat Islam) lahir filsuf-filsuf
terkenal seperti Al Kindi (801-865 M),  Al Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-
1037 M), Al Ghazali (1058-1111 M), dan Ibnu Rusyd (1126-1198), sementara itu
di dunia Kristen lahir Filsuf-filsuf antara lain seperti  Peter Abelardus (1079-
1180), Albertus Magnus (1203-1280 M), dan Thomas Aquinas (1225-1274).
Mereka ini disamping sebagai Filsuf juga orang-orang yang mendalami ajaran
agamanya masing-masing, sehingga corak pemikirannya mengacu pada upaya
mempertahankan keyakinan agama dengan jalan filosofis, meskipun dalam
banyak hal terkadang ajaran Agama dijadikan Hakim untuk memfonis benar
tidaknya suatu hasil pemikiran Filsafat (Pemikiran Rasional).6
Masa Modern. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan
tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa,
tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada
beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan
adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,
sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin,
maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan
kedua pendapat berbeda itu. Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes
(1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan
perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu
dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan
terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan
menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.

6
Ibid Hal. 103

7
Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu
hal yang tidak dapat diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”. Ini bukan khayalan, tetapi
kenyataan, bahwa “aku ragu-ragu”. Jika aku menyangsikan sesuatu, aku
menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata kesangsian itu
langsung menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo sum”, aku berpikir
(menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. —
Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan “jelas, dan terpilah-
pilah” — “clearly and distinctly”, “clara et distincta”. Artinya, yang jelas dan
terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar. Dan itu menjadi norma
Descartes dalam menentukan kebenaran.
D. PERIODE PERKEMBANGAN PERADAPAN YUNANI KUNO
Secara umum perkembangan Yunani dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu
sebagai berikut :
1. Fase pembentukan negara-negara kota (Polis) yang berlangsung antara
1000-800 SM.
2. Fase ekspansi negara-negara kota atau fase kolonisasi polis-polis Yunani.
Ekspansi polis-polis Yunani ke arah barat sampai ke Italia Selatan,
sedangkan ke arah Timur sampai ke Asia Kecil (Troya).
3. Masa kejayaan polis-polis Yunani (600-400SM).
4. Masa Keruntuhan Yunani (400-300 SM), tetapi kebudayaan Yunani
berkembang di luar daerah Yunani itu sendiri.
Selama periode Kalsik (Abad ke 5 SM), Yunani terdiri dari daerah-daerah
bagian kecil dan besar dalam bermacam-macam bentuk internasional (sederhana,
federasi, federal, konfederasi) dan bentuk-bentuk internal (kekerajaan, tirani,
oligarkhi, demokrasi konstitusional, dan lain-lain) yang paling terkenal ialah
Athena, diikuti oleh Sparta dan Thebes. Sebuah semangat kebebasan dan kasih
yang membara membuat bangsa Yunani dapat mengalahkan bangsa Persia,
adikuasa pada saat itu, didalam peperangan yang terkenal dalam sejarah
kemanusiaan- Marathon, Termopylae, Salamis dan Plataea.7
Pada paruh kedua abad ke 4 SM, banyak daerah-daerah bagian di Yunani
membentuk sebuah Aliansi (Cœnon of Corinth) yang dipimpin oleh Alexander

8
Agung sebagai Presiden dan Panglima (Kaisar) dari Aliansi, Raja dari Macedonia
menyatakan perang dengan Persia, membebaskan saudara-saudara mereka yang
terjajah, Ionian, dan menguasai daerah-daerah yang diketahui selanjutnya.
Menghasilkan sebuah masyarakat yang berkebudayaan Yunani mulai dari India
Utara sampai Laut Tengah barat dan dari Rusia Selatan sampai Sudan.8
E. HUKUM DAN PEMERINTAH YUNANI KUNO
Antara wilayah- wilayah di Yunani tersebut sulit untuk berhubungan yang
disebabkan oleh alam yang berbukit-bukit, sehingga jadilah kota-kota yang
disebut Polis. Ada dua polis yang terkenal:
1. Athena
Athena merupakan Polis yang menerapkan sistem Demokrasi. Sistem itu
diperkenalkan oleh Solon (638 SM-559 SM). Dengan sistem itu, kekuasaan
berada di tangan dewan rakyat. Pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh
sembilan orang Archon yang setiap tahun diganti. Para Archon diawasi oleh
Aeropagus (Mahkamah Agung) yang para anggotanya berasal dari mantan
anggota Archon. Athena banyak menghasilkan para filosof yang pemikirannya
sangat berpengaruh pada kehidupan manusia hingga dewasa ini. Para Filosof itu
antara lain sebagai berikut:
 Thales
Thales dia terkenal sebagai ahli matematika dan astronomi. Thales dikenal
dengan perhitungannya tentang gerhana, menghitung ketinggian piramida dan
menghitung bayangannya. Selain itu Thales berpendapat bahwa bumi ini berasal
dari air.
 Anaximander
Anaximander dia berpendapat bahwa segala apa yang ada di dunia ini
berasal dari bahan tunggal yang bukan air. Selain itu, Anaximander berpendapat
bahwa bumi itu seperti silinder yang mempunyai ukuran lebih kecil daripada
matahari.
 Anaximenes
Dia berpendapat bahwa bahan pembentuk alam adalah udara.
 Pytagoras

9
Dia terkenal sebagai ahli matematika, dia percaya bahwa segala sesuatu itu
pada aturannya menurut bilangan tertentu. Sehubungan dengan hal itu, Pytagoras
berpendapat bahwa melalui pengetahuan tentang bilangan, kita akan memahami
tentang kenyataan.
 Heraclitus
Dia adalah seorang filosof mengembangkan pemikiran tentang logika.
 Parmenindes
Filosof ini mengemukakan pentingnya logika dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
 Hippocartus
Dia adalah seorang filosof yang ahli dalam bidang kedokteran.
 Socrates
Ajarannya tentang filsafat etika atau kesusilaan dengan logikasebagai
dasar untuk membahasnya. Socrates mengajarkan agarmanusia dapat
membedakan apa yang baik atau buruk, benar atausalah, adil atau tidak adil.
Ajarannya ditujukan kepada anak mudayang diajaknya berdiskusi. Ia akhirnya di
hukum mati dengan minumracun karena tuduhan telah merombak dasar-dasar
etikamasyarakat Yunani kuno serta tidak percaya kepada dewa-dewayang
disembah masyarakat.9
 Plato
Ajaran filsafatnya disebut filsafat idea. Ia menulis banyak buku, salah
satunya berjudul Republica. Dalam buku tersebut diuraikantentang kebahagiaan
hidup yang dapat dicapai bila manusia bekerjadengan wataknya dan wanita
diangkat derajatnya. Plato jugamendirikan pusat pendidikan bernama Academus.
 Aristoteles
Ia adalah murid Plato, merupakan ahli di bidang biologi
danketatanegaraan. Karyanya yang terkenal antara lain Klasifikasi Floradan Fauna
di Kepulauan Aegeia. Di bidang ketatnegaraan, iaberpendapat bahwa sistem
pemerintahan yang baik adalah republik.Pemerintahan yang baik mengutamakan
kebahagiaan sebesar-besarnya untuk seluruh rakyat. Aristoteles adalah pendiri

10
pusat pendidikan bernama Peripatetis. Salah seorang muridnya ialah Alexandar
Agung, raja Macedonia.
Lahirnya tradisi intelektual dari bangsa Yunani disebabkan oleh faktor-faktor
berikut ini :10
 Faktor geografis dari Yunani bergunung-gunung dan tidak subur. Hal ini
memacu para penduduknya untuk berpikir dan berkreasi agar mampu
bertahan hidup.
 Orang Yunani membangun hubungan dengan bangsa-bangsa lain seperti
Mesir, Babylonia, dan yang lainnya, sehingga terjadi tukar-menukar
pengetahuan.
 Penduduk Yunani memiliki hak otonomi kemerdekaan dan kemakmuran
di bidang ekonomi, sehingga mereka lebih berkonsentrasi untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan.
 Bangsa Yunani menghargai logika dan cara berpikir yang rasional.
 Bangsa Yunani selalu terlibat aktif dalam urusan politik, ekonomi, dan
sosial. Hal itu membuat mereka selalu berusaha untuk mencari pemecahan
dalam setiap masalah yang muncul.
2. Sparta
Pemerintahan Sparta didasari oleh pemerintahan yang bergaya militeristik.
Pola ini diperkenalkan oleh Lycurgus tahun 625 SM. Pemerintahan dipegang oleh
dua orang raja, sementara pelaksana tertinggi dipegang oleh suatu dewan yang
bernama Ephor yang terdiri dari lima orang. Setiap Ephor memiliki dewan tua
yang berusia lebih dari 60 tahun, yang bertugas untuk mempersiapkan UU yang
diajukan kepada dewan rakyat (perwakilan dari semua warga kota). Para pemuda
yang terseleksi secara fisik dan mental, dijadikan tentara. Keberadaan polis-polis
di Yunani mengakibatkan mereka saling bersaing dalam memperebutkan
hegemoni kekuasaan atas wilayah Yunani. Sehingga tidaklah mengherankan
apabila di Yunani selalu terjadi peperangan di antara sesama polis-polis tersebut.
Tetapi, datang tentara Persia yang akan menginvasi daerah Yunani, maka polis-
polis yang ada di Yunani terutama Spharta dan Athena, bersatu untuk menghadapi
Persia tersebut. Pertempuran antara Yunani dan Persia terjadi beberapa kali.

10

11
Perang Persia - Yunani I (492 SM). Peperangan antara Yunani dan Persia
tidak terjadi karena armada tempur Persia dihancurkan oleh badai dan terpaksa
harus pulang kembali. Perang Persia - Yunani II (490 SM). Pertempuran terjadi di
Marathon, pertempuran itu berhasil dimenangkan oleh bangsa Yunani. Para
prajurit Yunani harus lari sepanjang 42 km antara Marathon dan Athena dalam
rangka berkonsolidasi dan meminta bantuan. Perang Yunani dan Persia III.
Bangsa Persia datang kembali, dan pasukan Yunani menghadapinya di Termopile.
Persia dapat dipukul mundur, namun Raja Spartha terbunuh dalam pertempuran
itu.
Pada tahun 448 SM diadakan perdamaian antara Yunani dan Persia.
Dengan menangnya Yunani atas Persia, maka hal ini membuat kemajuan, seperti
pada kesenian dan ilmu pengetahuan serta adanya filosof-filosof. Hal ini membuat
Sparta iri sehingga terjadi perang Peloponessos yang membuat Athena kalah
sehingga membuat yunani terpecah-pecah. Dengan lemahnya Yunani membuat
mudahnya Yunani ditaklukkan oleh kerajaan Macedonia di bawah pimpinan
Philipus pada 338 SM.
Perjuangan Philipus untuk menguasai Persia diteruskan anaknya
Alexander Agung (336-323 SM) dan ia berhasil menguasai Tunisia, Palestina,
Mesir, dan di Mesir mendirikan kota yang bernama Iskandariyah. Niatnya
menguasai India tak terkabul karena prajuritnya yang tidak mematuhi perintahnya.
Setelah Iskandar meninggal, maka kerajaannya terpisah-pisah menjadi Kerajaan
Macedonia, Kerajaan Syria (Jenderal Seuleueos) dan Kerajaan Mesir (Jenderal
Ptelomeus).11

11

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kelahiran pemikiran Filsafat Barat diawali pada abad ke-6 sebelum
Masehi, yang diawali oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang
selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam.  Orang Yunani yang
hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala
sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau
dongeng-dongeng. Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan
sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam
alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta
serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan.
Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan
melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah
sebetulnya alam itu. Ciri yang menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal
kelahirannya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala
kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan suatu (arche) yang merupakan
unsur awal terjadinya segala gejala.

13
DAFTAR PUSTAKA
 Adib,Muhammad.2010. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistimologi dan Logika Ilmu
Pengetahuan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Achmadi. Asmoro.2010. Filsafat Umum. Jakarta
Muzairi, M.Ag. 2009. Filsafat Umum. Jakarta : Teras
Abidin,Zainal. 2011. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai