Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FILSAFAT

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Filsafat Ilmu

OLEH:
WIDI NURFADHILLAH
E1A.18.0546

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS SUBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Subang, 12 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
BAB I .............................................................................................................................2
A. Sejarah Filsafat ....................................................................................................2
B. Cabang - cabang filsafat.......................................................................................3
C. Tokoh Filsafat ......................................................................................................7
BAB II ............................................................................................................................9
A. Pengertian Filsafat Ilmu .......................................................................................9
B. Pengertian Metodologi ....................................................................................... 12
C. Asumsi .............................................................................................................. 16
KESIMPULAN ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 21

ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat Ilmu mulai merebak di awal ke dua puluh. Namun Francis dengan
metode induksi yang ditampilkannya pada abad ke sembilan belas dapat dikatakan
sebagai peletak dasar Filsafat Ilmu dalam hasanah bidang filsafat secara umum.
Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu
sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari Bahasa Yunani yang tersusun
dari dua kata yaitu philos dan sophia. Philos berarti senang, gemar atau cinta,
sedangkan sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu Filsafat
dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.
Dengan kata lain dengan Filsafat Ilmu kita dapat berpikir secara mendalam
untuk memperoleh kebenaran-kebenaran yang ingin kita dapat, serta menghindari
kesesatan atau kekeliruan baik dalam pemikiran-pemikiran manusia juga
kesimpulan yang dihasilkan berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang telah
digali dari sebuah fenomena-fenomena tang terjadi dialam maupun pada manusia
itu sendiri. Manusia yang telah dianugerahi akal fikiran oleh Allah SWT untuk
mengkajimenjadi sebuah pengetahuan yang bertujuan atas pencapaian
kesejahteraan umat manusia.Sebelum kita menuju lebih dalam tentang judul
makalah kami yakni “ Kebenaran dan Kesesatan Ilmu Pengetahuan” , kami
memaparkan terlebih dahulu apa pengertian dari Ilmu Pengetahuan itu sendiri. Apa
sih Ilmu Pengetahuan itu?Ilmu Pengetahuan ialah suatu pengetahuan tentang objek
tertentu yang disusunsecara sistematis sebagai hasil penelitian dengan
menggunakam metode tertentu.
Ilmu pengetahuan digunakan sebagai alat untuk memperoleh kebenaran
berdasarkan teori-teori yang telah dicetuskan oleh para ilmuwan dengan
menggunakan berbagai relevansi. Hal itu dilakukan bertujuan untuk
mempertahankan suatu kebenaran Ilmu Pengetahuan. Kebenaran merupakan hasil
penilaian, sehingga yang merupakan masalah adalah apa yang menjadi dasar dari
penilaian itu sendiri.

1
BAB I
A. Sejarah Filsafat
Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad
ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi
akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak lagi
menggantungkan diri kepada dogma agama untuk mencari jawaban atas yang
pertanyaan-pertanyaan yang muncul . Phytagoras dianggap sebagai orang pertama
yang membawa filsafat ke Yunani. Namun demikian, orang pertama yang digelari
filosof adalah Thales (sekitar abad ke-6 S.M) dari Mileta karena dia-lah yang
pertama kali menjelaskan asal-usul dunia yang terlepas dari kepercayaan akan
mitos-mitos kuno. Kemudian, muridnya Aneximander (610-546 S.M) menjelaskan
lebih dalam tentang asal-usul dunia dan alam semesta yang kemudian dikenal
dengan teori kosmologi. Selain itu juga ada beberapa filosof lain seperti
Xenophanes dari Colophon (560-478 S.M) yang berargumentasi tentang satu tuhan
sebagai penguasa alam semesta yang kekal, Permenides dari Elea (lahir sekitar
tahun 515 S.M), Heraklitus dari Ephesus (540-480 S.M), Anaxagoras dari
Clazomenae (500–428 S.M), dan Democritus (460–370 S.M). Dalam banyak
literatur filsafat para filosof ini dikelompokkan sebagai filosof pra-Sokrates.
Fase berikutnya dalam filsafat barat adalah fase Sokrates (470-399 S.M).
Pemikirannya telah mempengaruhi filsafat barat dari dahulu sampai sekarang.
Walaupun Socrates tidak menulis apapun, namun dia melakukan dialog-dialog
dengan di kumpulan-kumpulan kecil orang-orang yang mengaguminya seperti
Plato dan Xenophon. Diskusi-diskusinya membahas topik-topik kritis seperti
mitos-mitos klasik, pemerintahan dan kehidupan sosial, Dia dianggap sebagai
pembangkang dan kemudian dihukum dengan meminum racun. Pemikiran-
pemikirannya kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya, salah satunya adalah
Plato (427-347 S.M) yang mebahas tentang estetika, politik, teologi, epeistimologi,
dan filsafat bahasa. Pemikiran-pemikirannya tertuang dalam buku- buku seperti
Phaedo dan Repblic. Muridnya yang paling terkenal adalah Aristoteles (384-322)
yang mendirikan sekolah Lyceum sebagai pusat penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Bersama gurunya Plato, Aristotels menjadi figur yang paling
berpengaruh dalam filsafat barat. Setelah Aristoteles, filsafat berkembang pesat

2
sehingga menghasilkan berbagai penemuan-penmuan dan pengembangan-
pengembangan ilmu pengetahuan di berbagai bidang.
Walaupun kata filsafat berasal dari bahasa Yunani dan telah menjadi tradisi
bangsa Yunani kuno sejak abad ke-7 S.M, tidak berarti hanya bangsa Yunani-lah
yang berfilsafat. Di berbagai belahan dunia lain juga telah berkembang berbagai
pemikiran-pemikiran falsafi. Di Cina muncul filosof seperti Konfusius (551 – 479
S.M), Lao Tse (sekitar abad ke-6 S.M), Mau Tsu (497 – 438 S.M). Di India sejak
1000 tahun sebelum masehi muncul pemikir-pemikir yang disebut sebagai
Brahmana, kemudian pada abad ke-6 muncul Sidharta Gautama dengan membawa
ajaran Budha. Di Persia juga telah ada ajaran Zoroaster yang muncul pada abad ke-
7 sebelum masehi.
Setelah kematian Aristoteles, filsafat menyebar luas diberbagai penjuru
dunia. Filsafat yunani kemudian berbenturan dengan sistem pemikiran yang
berbeda, seperti di timur filsafat yunani berbenturan dengan agama Budha, di Persia
filsafat Yunani berbenturan dengan Zoroaster, dan di Palestina mereka berhadapan
dengan Yahudi, Dari benturan-benturan pemikiran ini, maka terjadilah asimilasi
pemikiran yang kemudian memunculkan pemikiran-pemikiran baru hasil sintesa
filsafat yunani dengan filsafat lain.

B. Cabang - cabang filsafat


Sidi Gazalba (1973) mengemukakan bidang permasalahan filsafat terdiri
atas:
1. Metafisika, dengan pokok-pokok masalah: filsafat hakikat atau ontologi, filsafat
alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce.
2. Teori pengetahuan atau epistemologi, yang mempersoalkan: hakikat
pengetahuan, dari mana asal atau sumber pengetahuan, bagaimana membentuk
pengetahuan yang tepat dan yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang
benar, mungkinkah manusia mencapai pengetahuan yang benar dan apakah
dapat diketahui manusia, serta sampai di mana batas pengetahuan manusia.
3. Filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan: hakikat nilai, di mana letak
nilai, apakah pada bendanya atau pada perbuatannya atau pada manusia yang
menilainya; mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain,

3
siapakah yang menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu
membawa perbedaan penilaian Louis O. Kattsoff (1987: 74-82) membagi
cabang-cabang filsafat menjadi dua bagian besar, yaitu cabang filsafat yang
memuat materi ajar tentang alat dan cabang filsafat yang memuat tentang isi atau
bahan-bahan dan informasi. Cabang filsafat yang merupakan alat adalah Logika,
termasuk di dalamnya Metodologi. Sedangkan cabang filsafat yang merupakan
isi adalah:

➢ Metafisika
➢ Epistemologi
➢ Biologi Kefilsafatan
➢ Psikologi Kefilsafatan
➢ Antropologi Kefilsafatan
➢ Sosiologi Kefilsafatan
➢ Etika
➢ Estetika
➢ Filsafat Agama

1. Logika

Logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu


perangkat bahan tertentu. Kadang-kadang Logika didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang penarikan kesimpulan. Logika dibagi dalam dua cabang
utama, yakni logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif berusaha
menemukan aturan-aturan yang dapat dipergunakan untuk menarik kesimpulan-
kesimpulan yang bersifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih.
Memperoleh kesimpulan yang bersifat keharusan itu yang paling mudah ialah bila
didasarkan atas susunan proposisi- proposisi dan akan lebih sulit bila yang
diperhatikan ialah isi proposisi- proposisi tersebut. Logika yang membicarakan
susunan-susunan proposisi dan penyimpulan yang sifat keharusannya berdasarkan
atas susunannya, dikenal sebagai logika deduktif atau logika formal.
Bagi logika deduktif ada suatu perangkat aturan yang dapat dikatakan hampir-

4
hampir otomatis; bagi logika induktif tidak ada aturan-aturan yang demikian itu,
kecuali hukum-hukum probabilitas. Yang termasuk pertanyaan- pertanyaan
terpokok di dalam logika ialah:
a. Apakah aturan-aturan bagi penyimpulan yang sah?
b. Apakah ukuran-ukurannya bagi hipotesis yang baik?
c. Apakah corak-corak penalaran yang logis itu?
d. Apakah yang menyebabkan tersusunnya sebuah definisi yang baik.

2. Metodologi

Metodologi ialah ilmu pengetahuan tentang metode dan khususnya metode


ilmiah. Tampaknya semua metode yang berharga dalam menemukan pengetahuan
mempunyai garis-garis besar umum yang sama. Metodologi membicarakan hal-hal
seperti sifat observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen dan sebagainya.
3. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat mengenai yang ada. Aristoteles
mendefinisikan metafisika sebagai ilmu mengenai yang ada sebagai yang ada, yang
dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan dan yang ada sebagai yang
dijumlahkan. Istilah metafisika sejak lama digunakan di Yunani untuk
menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Maka, istilah metafisikapun berasal
dari bahasa Yunani: meta ta physika yang berarti ―hal- hal yang terdapat sesudah
fisika‖.
Secara sederhana metafisika dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat atau
bagian pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan pertanyaan mengenai
hakikat ada yang terdalam.
Pada umumnya orang mengajukan dua pertanyaan yang bercorak
metafisika, misalnya :
(1) Apakah saya ini tidak berbeda dengan batu karang? Apakah roh saya hanya
merupakan gejala materi?
(2) Apakah yang merupakan asal mula jagad raya? Apakah yang menjadikan pusat
jagad raya dan bukannya suatu keadaan yang bercampur aduk? Apakah hakikat
ruang dan waktu itu?
Pertanyaan jenis pertama termasuk ontologi, pertanyaan kedua termasuk

5
kosmologi. Perkataan ―kosmologi‖ berasal dari perkataan Yunani, cosmos (alam
semesta yang teratur) dan logos (penyelidikan tentang, azas-azas rasional dari).
Jadi, kosmologi berarti penyelidikan tentang alam semesta yang teratur. Perkataan
―ontologi‖ berasal dari perkataan Yunani ontos yang berarti yang ada dan logos
yang berarti penyelidikan tentang. Jadi, ontologi diartikan sebagai penyelidikan
tentang yang ada. Ontologi berusaha untuk mengetahui esensi yang terdalam dari
yang ada, sedangkan kosmologi berusaha untuk mengetahui ketertibannya serta
susunannya. Contoh pandangan ontologis adalah materialisme.
4. Biologi kefilsafatan

membicarakan persoalan-persoalan mengenai biologi, menganalisa pengertian


hakiki dalam biologi. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengertian
hidup, adaptasi, teleologi, evolusi dan penurunan sifat-sifat. Biologi kefilsafatan
juga membicarakan tentang tempat hidup dalam rangka segala sesuatu, dan arti
pentingnya hidup bagi penafsiran kita tentang alam semesta tempat kita hidup.
Psikologi Kefilsafatan

Dimulai sejak abad kelima sebelum Masehi, setelah melalui penyelidikan yang
lama, Socrates tampil ke depat dengan semboyannya:

Kenalilah dirimu sendiri!‖. Artinya, filsafat tidak cukup hanya membicarakan


tentang alam saja, tetapi yang tak-kalah penting adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang manusia itu sendiri. Apakah hakikat terdalam
manusia itu ? Ada pilihan penafsiran apa sajakah mengenai hakikat manusia? Yang
manakah yang lebih mendekati kebenaran? Membicarakan tentang makna sejarah
manusia dan arah kecenderungan sejarah. Sejarah juga dikaji dalam hubungannya
dengan ilmu-ilmu alam, atau dengan nafsu-nafsu atau dogma keagamaan, atau
perjuangan untuk kelangsungan hidup. Telah banyak penjelasan yang diberikan
mengenai hal ini. Sosiologi Kefilsafatan Sosiologi kefilsafatan merupakan istilah
lain untuk filsafat sosial dan filsafat politik.

5. Etika

Di dalam melakukan pilihan, manusia mengacu kepada istilah-istilah seperti baik,


buruk, kebajikan, kejahatan dan sebagainya. Istilah-istilah ini merupakan predikat-

6
predikat kesusilaan (etik). Cabang filsafat yang membahas masalah ini adalah etika.
Dalam kondisi yang bagaimanakah kita mengadakan tanggapan-tanggapan
kesusilaan? Ukuran-ukuran apakah yang dipakai untuk menguji tanggapan-
tanggapan kesusilaan? Tujuan pokok etika adalah menemukan norma-norma untuk
hidup dengan baik. Berkaitan dengan itu muncul pertanyaan-pertanyaan: Apakah
yang menyebabkan suatu perbuatan yang baik itu adalah baik secara etik?
Bagaimanakah cara kita melakukan pilihan di antara hal-hal yang baik? Itulah
beberapa contoh pertanyaan di dalam penyelidikan etika.

6. Estetika

Dua istilah pokok telah digunakan di dalam kajian filsafat, yakni kebenaran‖
dan kebaikan. Kebenaran merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam
pembicaraan kita tentang epistemologi dan metodologi. Kebaikan merupakan
masalah yang diselidiki dalam etika.

7. Filsafat Agama

Jika kita ingin mengetahui sesuatu di dalam kepercayaan agama tertentu, maka
tanyalah kepada para ahli agama atau ulama-ulamanya. Sedangkan bagi seorang
filsuf, ia akan membicarakan jenis-jenis pertanyaan yang berbeda mengenai agama.
Pertama-tama ia mungkin akan bertanya: Apakah agama itu? Apakah yang
dimaksud dengan istilah Tuhan itu? Apakah bukti-bukti tentang adanya Tuhan
itu sehat menurut logika? Bagaimanakah cara kita mengetahui Tuhan? Apakah
makna ―eksistensi‖ bila istilah ini dipergunakan dalam hubungannya dengan Tuhan?
Filsafat agama tidak berkepentingan dengan apa yang orang percayai.

C. Tokoh Filsafat

1. Aristoteles (384-322 S.M.)


Ia memberikan dua macam definisi terhadap prote philosophia itu, yakni
sebagai ilmu tentang asas-asas pertama (the science of first principles) dan sebagai
suatu ilmu yang menyelidiki peradaan sebagai peradaan dan ciri-ciri yang
tergolong pada objek itu berdasarkan sifat alaminya sendiri. Dalam

7
perkembangannya kemudian prote philosophia dari Aristoteles disebut metafisika.
Ini merupakan suatu istilah tehnis untuk pengertian filsafat spekulatif.

3. Plato (427-347 S.M.)


Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat
spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat
Plato itu kemudian digolongkan sebagai filsafat spekulatif.

4. Socrates (469-399 S.M.)


Dalam pemahaman Socrates filsafat adalah suatu peninjauan diri yang
bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan
bahagia ( principle of the just and happy life ).

5. Pythagoras (572-497 S.M.)


Menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama-
tama memperkenalkan istilah philosophia ialah Pythagoras. Pythagoras
mendirikan aliran filsafat pythagoreanisme yang mengemukakan sebuah ajaran
metafisis bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda maupun dasar
pokok dari sifat-sifat benda. Filsafat Pythagoras dan mazhab pythagoreanisme
dipadatkan menjadi sebuah dalil yang berbunyi “ Bilangan memerintah jagat raya
(Number rules the universe).”

8
BAB II
A. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan
mempertanyakan secara sistematis mengenai hakikat pengetahuan ilmu yang
berhubungan dalam masalah-masalah filosofis dan fundamental yang terdapat
pada ilmu untuk mencapai pengetahuan yang ilmiah. Intinya, filsafat ilmu
adalah filsafat dengan pokok bahasan ilmu sebagai inti dari apa yang
dipertanyakan mengenai kebenaran. Masalahnya, mudah untuk mengingat dan
menjelaskan apa definisi dari filsafat ilmu namun sulit untuk benar-benar
memahami esensi apa yang dipelajari dalam filsafat ilmu. Contoh nyatanya
dijelaskan oleh Lacey (1996) yang membuat beberapa poin bahasan yang akan
dieksplorasi dalam filsafat ilmu, poin-poin pokok bahasan tersebut adalah:

1. Hakikat ilmu itu sendiri


2. Tujuan dari ilmu
3. Metode ilmu
4. Bagian-bagian ilmu
5. Jangkauan ilmu
6. Hubungan ilmu dengan masalah kehidupan atau filosofi yang lain seperti:
nilai, etika, moral dan kesejahteraan manusia

Untuk memperdalam pemahaman terhadap filsafat ilmu pula kita harus benar-
benar paham apa yang dimaksud dengan filsafat.

Pengertian Filsafat

Filsafat adalah pemikiran dan kajian menyeluruh terhadap suatu


pemikiran, kepercayaan dan sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya
melalui pencarian ulang dan analisis konsep dasar untuk menciptakan
kebenaran, pertimbangan dan kebijaksanaan yang lebih baik.

Filsafat secara harfiah berarti “mencintai kebijaksanaan”. Itu artinya, filsafat


juga memiliki arti mencintai mencari menuju penemuan kebijaksanaan atau
kearifan. Mencintai kearifan disini tentunya bermakna mencintainya dengan

9
melakukan proses dalam arti pencarian kearifan sekaligus produknya. Di dalam
proses pencarian itu, yang dicari adalah kebenaran-kebenaran prinsip yang
bersifat general. Prinsip yang bersifat general ini harus dapat dipakai untuk
menjelaskan segala sesuatu kajian atas objek filsafat. Lebih jauh mengenai
pengertian filsafat, dapat dibaca pada artikel dibawah ini:

Pengertian Ilmu

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu alima yang berarti
pengetahuan. Pemakaian kata ilmu dalam bahasa Indonesia merujuk pada
kata science dalam bahasa inggris. Science sendiri berasal dari bahasa Latin:
Scio, Scire yang artinya juga pengetahuan.

Pengetahuan Ilmu

Ilmu harus disusun secara sistematis dan berdasarkan metodologi untuk


berusaha mencapai suatu kesimpulan atau generalisasi. Ilmu terbagi menjad i
tiga kategori pembentuknya, yaitu: hipotesis, teori, dalil hukum. Dalam kajian
ilmiah untuk membangun ilmu, jika data faktual yang terkumpul masih belum
banyak atau belum cukup, maka peneliti baru membentuk hipotesis. Seperti
yang telah dijelaskan diatas, hipotesis adalah dugaan pemikiran berdasarkan
sejumlah data tebatas yang belum cukup kuat. Hipotesis akan memberikan arah
pada penelitian untuk menghimpun data yang dibutuhkan. Data yang telah
dihimpun dan dinilai cukup sebagai hasil penelitian dihadapkan pada hipotesis.

Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari bahasa Inggris yaitu: knowledge. Dalam


encyclopedia of philosophy, definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang
benar. Sementara secara terminologi akan dikemukakan salah satu pendapat
ahli mengenai definisi tentang pengetahuan dibawah ini:

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.


Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan
pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian,

10
pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Gazalba,
1973). Pengetahuan adalah suatu proses kehidupan yang diketahui manusia
secara langsung dari kesadarannya sendiri. Orang pragmatis, terutama John
Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge
dengan truth). Jadi, menurut Dewey pengetahuan itu harus benar, kalau tidak
benar maka hal tersebut bukanlah pengetahuan.

Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan

Dari berbagai uraian diatas, tampak timbul kerancuan antara pengertian


pengetahuan dan ilmu. Kedua kata tersebut sering dianggap memiliki
persamaan arti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu disamakan artinya
dengan pengetahuan. Hal itu diperumit dengan fenomena ilmu dan pengetahuan
terkadang disatukan menjadi kata majemuk; ilmu pengetahuan.

Hal tersebut sering kita jumpai dalam berbagai karangan yang membicarakan
tentang ilmu pengetahuan. Namun, jika kedua kata ini berdiri sendiri akan
tampak perbedaan antara keduanya. Dari asal katanya, dapat ketahui bahwa
pengetahuan diambil dari bahasa inggris yaitu: knowledge, sementara ilmu
diambil dari kata science dan peralihan dari bahasa arab: alima.

Untuk memperjelas pemahaman kita juga harus mampu membedakan antara


pengetahuan yang sifatnya pra ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan pra
ilmiah adalah pengetahuan yang belum memenuhi syarat-syarat ilmiah pada
umumnya seperti:

1. harus memiliki objek tertentu (objek formal dan materil)


2. harus bersistem
3. memiliki metode tertentu
4. sifatnya umum

Sebaliknya, pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi


syarat-syarat ilmiah. Pengetahuan pertama disebut sebagai pengetahuan biasa
dan pengetahuan kedua disebut pengetahuan ilmiah seperti yang telah

11
dijelaskan pada uraian sebelumnya diatas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan tersebut terlihat dari
sifat sistematisnya dan cara memperolehnya. Namun dalam perkembangannya,
pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material
keduanya mempunyai perbedaan.

Pengertian Filsafat Ilmu Menurut Para Ahli

Ismaun (2001) merangkum beberapa pengertian filsafat ilmu menurut


beberapa ahli, pendapat-pendapat para ahli tersebut adalah:

Robert Ackerman ‘Filsafat ilmu dalam satu sisi adalah suatu tinjauan kritis
mengenai pendapat-pendapat ilmiah, dewasa ini, melalui perbandingan
terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat tertentu,
tetapi filsafat ilmu juga jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek
ilmiah secara aktual’.

Lewis White Beck ‘Beck berpendapat bahwa filsafat ilmu membahas dan
mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta upaya untuk mencoba
menemukan ilmu dan pentingnya upaya ilmiah ilmu secara keseluruhan’.

B. Pengertian Metodologi

Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metodologi biasa diartikan
ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Kata metode berasal dari kata
Yunani methods. Sambungan kata depan meta ( menuju, melalui,
mengikiuti,sesudah) dan kata benda hodos ( jalan, perjalanan, cara, arah ) kata
Imethodos I sendiri lalu berarti : penelitian, metode, ilmiah, hipotesis ilmiah, urian
ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut system aturan tertentu. ( Anton
Bakker, 1984, hlm . 10 )
Pengertian metode berbeda dengan metodologi. Metode adalah suatu cara,
jalan, petunjuk pelaksanaan atau teknis, sehingga memiliki sifat yang
membicarakan cara, jalan atau petunjuk dalam penelitian, sehingga metodologi
penelitian membahas konsep konsep teoritis berbagai metode. Dapat pula dikatakan

12
bahwa metodologi penelitian adalah membaasa tentangdasar-dasar filsafat ilmu
dari metode penelitian, karena metodologi belum memiliki langkah-langkah
praktis, adapun derivasinya adalah pada metode penelitian. Bagi ilmu-ilmu seperti
sosiologi, antropoplogi, polotik, komunikasi, ekonomi, hukum, serta ilmu-ilmu
kealama, metodologi adalah merupakan dasar-dasar filsafat ilmu darisuatu metode,
atau dasar dari langkah-langkah praktis penelitian. Seorang peneliti dapat memilih
suatu metode dengan dasar-dasar filosofis tertentu, yang konsekuensinya diikuti
dengan metode penelitian yang konsisten dengan metode yang dipilihnya. ( Kaeln,
2005, hlm. 7 )
3. Unsur-unsur metodologi
Menurut anton Baker dan ahmad charris zubair adalah :
a. Interpretasi (menafsirkan)
Artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat subjektif
( menurut selera orang menafsirkan ) melainkan haus bertumpu pada evidensi
objektif, untuk dapat memperoleh pengertian, pemahaman atau versetehen.
b. Deduksi dan Induksi
Dikatakan oleh Beerling, bahwa setiap ilmu terdapat penggunaan metode
induksi dan deduksi, menurut pengertian siklus empiris. Siklus empiris meliputi
bebrapa tahapan, yakni observasi, induksi, deduksi, kajian (eksperimentasi ) dan
evaluasi. Tahapan itu pada dasarnya tidak berlaku secara berturut-turut melainkan
terjadi sekaligus. Akan tetapi, siklus ini diberi bentuk tersendiri dalam penelitian
filsafat, berhubungan dengan sifat-sifat objek formal yang istimewa, yaitu manusia.
1) Metode Deduktif
Aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang memadai
dan dapat dipercaya adalah akal (rasio). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui
akal saja yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan harus mutlak,
yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Sedangkan pengalaman
hanya dapat dipakai untuk mengukuhkan kebenaran pengetahuan yang telah
diperoleh melalui akal. Akal tidak memerlukan pengalaman dalam memperoleh
pengetahuan yang benar, karena akal dapat menurunkan kebenaran itu dari dirinya
sendiri, dengan menerapkan metode deduktif.

13
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan
bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya.
2) Metode Francis Bacon: Metode Induktif
Sumber pengetahuan yang memadai adalah pengalaman, yaitu pengalaman
lahir (dunia) dan pengalaman batin (pribadi manusia). Sedangkan akal hanya
berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan / data yang
diperoleh melalui pengalaman. Menurut pendapat aliran empirisme metode ilmu
pengetahuan bukan a priori tapi a posteriori yaitu metode yang berdasarkan hal-
hal yang ada atau terjadinya kemudian. Aliran ini yakin bahwa manusia tidak
punya innate ideas ( ide-ide bawaan). Aliran ini dipelopori oleh Francis Bacon,
kemudian Thomas Hobbes dan David Hume. Bacon dengan metode
eksperimennya, manusia melalui pengalaman dapat mengetahui benda- benda dan
hukum-hukum relasi antara benda-benda.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dapat diketahui
bahwa ciri khas pemikiran rasional bersifat a priori yang terdiri dari proposisi
analitik, yaitu proposisi yang predikatnya sudah tercakup dalam subyek, sedangkan
ciri khas pemikiran empiris adalah a posteriori, dengan proposisi sintetik yaitu
yang tidak dapat diuji kebenarannya dengan menganalisis pernyataan, tapi harus
diuji kebenarannya secara empiris.
Epistemologi adalah filsafat ilmu. Sifat filsafat adalah nalar atau pemikiran.
Landasan ilmu adalah juga nalar, namun titik beratnya pada empiri, nalar untuk
mengungkapkan alam empiri. Dengan demikian kita bisa melihat pertautan antara
metodologi dan filsafat ilmu.
Metodologi merupakan upaya untuk mengembangkan sains, sehingga baik
metodologi maupun epistemologi (filsafat ilmu) adalah keduanya perlu dan
penting, dan tidak dapat hanya mempelajari salah satunya saja. Mempelajari
metodologi tanpa menjamah epistemologi (filsafat ilmu) akan sampai pada
kedangkalan ilmu.
Dengan demikian pemikiran atau metode deduktif yang dikemukakannya
belum dapat memberikan kesimpulan yang bersifat final, karena sesuai dengan sifat
rasionalisme yang pluralistik maka dimungkinkan disusunnya berbagai jawaban
atau penjelasan atas suatu persoalan yang menjadi obyek pemikiran. Meskipun

14
dalam argumentasi yang rasional didasarkan pada premis-premis ilmiah yang teruji
kebenarannya namun ada kemungkinan terdapat pilihan kesimpulan yang berbeda-
beda.
4. Beberapa pandangan tentang prinsip metodologi
a. Rene Descartes
Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip
metodologi yaitu :
1) Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal
sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat
menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya,
namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
2) Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan
dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian.
3) Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan
metode sebagai berikut.
4) Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh
indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak
dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat
menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan
segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang
dalam keadaan ragu-ragu.
5) Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua
substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani
yang meluas).
b. Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait
dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi
yaitu: Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana
kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara
meyakinkan. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka
kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan
ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna. Ayer menampik

15
kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan
metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS
(tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun
5. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan gabungan metode deduktif dan induktif yang
mana deduktif (rasionalisme) memberikan kerangka pemikiran yang logis,
sedangkan metode induktif (empirisme) memberikan kerangka pembuktian atau
kerangka pengujian untuk memastikan suatu kebenaran. Kerangka pemikiran
demikian disebut dengan “deducto-hypothetico-verifikatif”, dengan langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1) Perumusan masalah
2) Penyusunan kerangka berpikir dalam pengujian hipotesis
3) Perumusan hipotesis,
4) Pengujian hipotesis
5) Penarikan kesimpulan
Filsafat berusaha untuk menyatukan masing-masing ilmu, karena filsafat itu
merupakan salah satu bagian dariproses pendidikan secara alami dari mahluk yang
berpikir yaitu manuisa. Manusia dalam mencari kebenaran dapat menggunakan
metode ilmiah yaitu yang menggabungkan metode deduktif dan induktif, yang
dikenal dengan “deduct hypothetico-verifikatif”, walaupun kebenarannya bersifat
relatif karena ilmu pengetahuan berkembang terus agar dapat dimanfaatkan demi
kesejahteraan manusia, sesuai dengan aspek epistemologi dan aksiologi dari ilmu
itu sendiri.
C. Asumsi
Idealnya ilmu pengetahuan bebas asumsi. Ini dikarenakan ilmu pengetahuan
sebenarnya berasal dari kritik terhadap filsafat idealisme yang selalu terjebak dalam
asumsi. Ilmu pengetahuan ingin membuang asumsi-asumsi yang tak berdasar dan
menggantikannya dengan sebuah pemikiran yang murni Induksi. Berasal dari
pengamatan yang jelas tanpa terjebak dengan teori-teori lalu yang bisa salah. Semua
pernyataan harus dibuktikan secara empiris.
Asumsi dapat diartikan sebagai dugaan yang diterima sebagai dasar atau
landasan berfikir karena dianggap benar. Sedangkan pengertian asumsi dalam

16
filsafat ilmu ini merupakan anggapan/ andaian dasar tentang realitas suatu objek
yang menjadi pusat penelaahan atau pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah
yang diperlukan dalam pengembangan ilmu. Tanpa asumsi anggapan orang atau
pihak tentang realitas bisa berbeda, tergantung dari sudut pandang dan kacamata
apa. Ernan McMullin seorang Professor Emeritus filsafat di Universitas of Notre
Dame, USA (2002) pun menyatakan tentang pentingnya keberadaan asumsi dalam
suatu ilmu pengetahuan, ia mengatakan bahwa hal yang mendasar yang harus ada
dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asumsi pokok (the
standard presumption) keberadaan suatu objek sebelum melakukan penelitian
1. Asumsi Mengenai Hukum Alam
Suatu peristiwa alam tak luput dari adanya asumsi, semuanya tidaklah
terjadi secara kebetulan saja, namun memiliki pola yang tetap dan teratur, seperti
langit mendung pertanda akan turun hujan walaupun masih terdapat peluang kecil
disana bahwa hujan pun terkadang tidak turun meski langit telah berubah menjadi
mendung, akan tetapi kejadian langit mendung kemudian turun hujan sering kali
terulang dan menjadi suatu sistem yang teratur.
2. Asumsi dalam Ilmu
Ilmu yang paling maju yaitu fisika karena mempunyai cakupan objek zat,
gerak, ruang, dan waktu. Newton dalam bukunya Philosophiae Naturalis Principia
Mathematica (1686) berasumsi bahwa keempat komponen ini bersifat absolut. Zat
bersifat absolut dan dengan demikian berbeda secara substantif dengan energi.
Sedangkan Einstein berbeda pendapat dengan Newton, dalam The Special Theory
of Relativity (1905) berasumsi bahwa keempat komponen itu bersifat relatif. Tidak
mungkin kita mengukur gerak secara absolut.
Asumsi dalam ilmu sosial lebih rumit. Masing-masing ilmu sosial
mempunya berbagai asumsi mengenai manusia. Siapa sebenarnya manusia?
Jawabnya tergantung kepada situasinya dalam kegiatan ekonomis maka dia
makhluk ekonomi, dalam politik maka dia political animal, dalam pendidikan dia
homo educandum. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan asumsi:
a. Asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian
disipin keilmuan.
b. Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar bagi pengkajian teoretis.

17
c. Asumsi harus positif bukan normatif.
d. Asumsi harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana
adanya bukan bagaimana keadaan yang seharusnya.

Dalam kegiatan ekonomis manusia yang berperan adalah manusia ‘yang


mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya’ dan
inilah yang dijadikan sebagai pegangan. Asumsi seperti ini dipakai dalam
penyusunan kebijaksanaan atau strategi, serta penjabaran peraturan lainnya, Namun
penetapan asumsi yang berdasarkan keadaan yang seharusnya ini seyogyanya tidak
dilakukan dalam analisis teori keilmuan sebab metafisika keilmuan berdasarkan
kenyataan sesungguhnya berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Seseorang
ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis
keilmuannya, sebab mempergunakan asumsi yang berbeda, maka akan berbeda
pula konsep pemikiran yang dipergunakan.
3. Asumsi Mengenai Objek Empiris
Dalam mendapatkan pengetahuan, seorang ilmuwan melakukan berbagai
macam asumsi mengenai objek-objek empiris. Asumsi diperlukan sebagai landasan
dan penunjuk arah dalam kegiatan penelaahan mereka. Asumsi yang benar akan
menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari hasil pengujian
hipotesis. Bahkan asumsi berguna sebagai jembatan untuk melompat suatu bagian
jalur penalaran yang sedikit atau hampa fakta dan data sekalipun
Adapun beberapa ilmu yang mengemukakan beberapa asumsi mengenai
objek empiris, yaitu:
a. Menganggap bahwa objek-objek tertentu mempunyai kesamaan satu sama
lain.Seperti dalam hal bentuk, struktur, dan sifat. Berdasarkan ini, maka dapat
dikelompokkan beberapa objek yang serupa ke dalam satu golongan. Klasifikasi
merupakan pendekatan keilmuan yang pertama terhadap objek-objek yang
ditelaahnya dan taksonomi merupakan cabang keilmuan pertama yang
menggunakan teori ini. Setelah taksonomi, mulai berkembang konsep
perbandingan atau komparatif. Dengan klasifikasi ini, maka individu dalam satu
kelas tertentu mempunyai ciri-ciri yang serupa. Contohnya seperti yang dilakukan

18
oleh Linnaeus (1707-1778), seorang biolog yang mengklasifikasikan hewan dan
tumbuhan sesuai dengan kelas tertentu.
b. Menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka
waktu tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek
dalam keadaan tertentu. Kegiatan ini tidak mungkin dilakukan apabila objek selalu
berubah-ubah tiap waktu. Walaupun tidak mungkin menuntut adanya kelestarian
yang relatif atau sifat-sifat pokok suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu
tertentu, misalnya ilmu yang mempelajari tentang benda-benda ruang angkasa,
planet-planet memperlihatkan perubahannya dalam jangka waktu yang relativ lama.
c. Menganggap bahwa setiap gejala bukan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.
Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan-urutan yang
sama dan gejala itu akan mengikiti pola yang ada. Misalnya sate yang dibakar akan
mengeluarkan bau sedap yang menggugah selera makan. Ini bukanlah suatu
kebetulan sebab memang sudah seperti itu hakekatnya suatu pola, karena sate
apabila dibakar akan selalu menimbulkan bau yang merangsang selera.

19
KESIMPULAN
Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad
ke 7 S.M. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi
akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak lagi
menggantungkan diri kepada dogma agama untuk mencari jawaban atas yang
pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Phytagoras dianggap sebagai orang pertama
yang membawa filsafat ke Yunani. Namun demikian, orang pertama yang digelari
filosof adalah Thales (sekitar abad ke-6 S.M) dari Mileta karena dia-lah yang
pertama kali menjelaskan asal-usul dunia yang terlepas dari kepercayaan akan
mitos-mitos kuno. Louis O. Kattsoff (1987: 74-82) membagi cabang-cabang filsafat
menjadi dua bagian besar, yaitu cabang filsafat yang memuat materi ajar tentang
alat dan cabang filsafat yang memuat tentang isi atau bahan-bahan dan informasi
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mempertanyakan
secara sistematis mengenai hakikat pengetahuan ilmu yang berhubungan dalam
masalah-masalah filosofis dan fundamental yang terdapat pada ilmu untuk
mencapai pengetahuan yang ilmiah.
Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metodologi biasa diartikan
ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Kata metode berasal dari kata
Yunani methods. Sambungan kata depan meta (menuju, melalui, mengikiuti,
sesudah) dan kata benda hodos ( jalan, perjalanan, cara, arah ) kata Imethodos I
sendiri lalu berarti : penelitian, metode, ilmiah, hipotesis ilmiah, urian ilmiah.
Metode ialah cara bertindak menurut system aturan tertentu. (Anton Bakker, 1984,
hlm .10)
Asumsi memiliki posisi di berbagai bidang disiplin keilmuwan bahkan
keberadaan asumsi pun ada dalam hukum alam sekalipun karena segala yang terjadi
di alam ini bukanlah suatu kebetulan semata akan tetapi terdapat pola-pola tertentu
yang terus terulang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kattsoff, Louis O.1987. Pengantar filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.


Penerjemah: Soejono Soemargono

Loren Bagus. Kamus Filsafat. Gramedia:Jakarta (2005), hal. 246-247

Salam, Burhanuddin. (2003). Logika Materiil : Filsafat ilmu pengetahuan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Gazalba, Sidi. (1973). Sistematika filsafat; pengantar kepada dunia filsafat, teori
pengetahuan, metafisika, teori nilai. Jakarta: Bintang Bulan.

Hanurawan. (2012). Filsafat Ilmu Psikologi. Malang: UNM.

Ismaun. (2001). Filsafat Ilmu. Bandung: Penerbit UPI.

Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: Penerbit IPB.

21

Anda mungkin juga menyukai