Anda di halaman 1dari 12

STEREOTYPES

dan
PRASANGKA
ILMU BUDAYA DASAR

Nama Kelompok (4):


1. Eka Yulianti (2016118153)
2. Tiara Elsabila (2016118170)
3. Irza Lailatul Zahra (2016118158)
4. M. Vicky Renaldy (2016118177)
5. Sakti Tri Yogi (2016118166)
Kelas : 1F
Dosen : RATIH DAMAYANTI, S.Sos., M. Pd.

Daftar Isi

Daftar Pustaka

A. Definisi Stereotip dan Prasangka


. 2
1.1 Menurut para ahli ............ 3
B. Macam-macam Stereotip dan Prasangka

.. 4

C. Faktor munculnya Stereotip dan Prasangka ... 6


D. Hubungan Stereotipe, Prasangka dan Diskriminasi .. 9
E. Meminimalisir terjadinya Stereotip dan Prasangka .. 9
Daftar Pustaka

... 12

STEREOTIPE dan PRASANGKA


1

A. Definisi Stereotip dan Prasangka


a) Stereotipe
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan
persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan.
Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif
oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu
dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun, stereotipe dapat
berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan
alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian beranganggapan
bahwa segala bentuk stereotipe adalah negatif.
Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar
yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang.
b) Prasangka
Prasangka adalah pandangan bahwa orang-orang mereka membentuk
berdasarkan purbasangka atau berburuk sangka, tanpa mengetahui tentang
data kelompok sosial sebagai ekspresi dari sikap sosial, perasaan negatif
atau manifestasi dari permusuhan dan diskriminasi terhadap anggota dari
kelompok, karena fakta bahwa mereka termasuk dalam kelompok itu.
Prasangka adalah kata yang paling sering digunakan untuk merujuk
kepada sebelum terbentuknya opini terhadap orang-orang tertentu atau
orang atas dasar ras, etnis, gender, kelas sosial, usia, agama, kebangsaan
dan lain-lain. Hal ini juga dapat merujuk kepada keyakinan tidak berdasar
dan mungkin termasuk salah sikap berlebihan yang sangat tahan terhadap
pengaruh rasional.
Prasangka biasanya memiliki konotasi negatif, menciptakan konflik dan
mengambil bentuk yang berbeda seperti seksisme, rasisme, xeneofobia,
tergantung pada karakteristik kelompok sasaran. Rasisme adalah jenis kuat
sanksi sosial dari sikap melalui prasangka negatif dari individu di seluruh ras
yang berbeda atau etnis, berpakaian dalam bentuk halus kelompok sosial.

Jadi "bertimbal rasisme" ditandai dengan mempromosikan kesetaraan, di


satu sisi, dan di sisi lain dengan reaksi emosional negatif terhadap anggota
kelompok yang merupakan sasaran prasangka.
Ada berbagai teori yang berusaha menjelaskan penyebab prasangka
dan diskriminasi. Pendekatan umum dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Faktor situasional (misalnya, pada setiap keadaan eksternal)
2. Faktor disposisional (misalnya, intrapersonal).
Ada pendekatan lain, D. Myers, misalnya, mengacu pada sumbersumber dari kesalahpahaman sosial, emosional dan kognitif.

1.1

Menurut para ahli

a) Stereotipe
Stereotip adalah kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan
oleh suatu kelompok tehadap kelompok lain, atau oleh seseorang kepada
orang lain (Soekanto, 1993).
Stereotip sebagai generalisasi kesan yang kita miliki mengenai
seseorang terutama karakter psikologis atau sifat kepribadian. Matsumoto
(1996)
Pemberian sifat tertentu terhadap seseorang atau sekelompok orang
berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena ia berasal dari
suatu kelompok tertentu (in group atau out group), yang bisa bersifat
positif maupun negatif (Amanda G., 2009).
b) Prasangka
Secara terminologi, prasangka (prejudice) merupakan kata yang
berasal dari bahasa Latin. Prae berarti sebelum dan Judicium berarti
keputusan (Hogg, 2002).
Mendefinisikan prasangka sebagai suatu sikap negatif terhadap
kelompok sosial tertentu. Baron dan Graziano (1991).

B. Macam-macam Stereotipe dan Prasangka


a) Stereotipe

Stereotipe terdiri dari dua macam yaitu stereptipe positif dan


stereotipe negatif, namun sebagian besar orang menganggap
stereotipe itu negatif tetapi bisa memungkinkan stereotipe itu positif.
1. Stereotipe Positif
Merupakan dugaan atau gambaran yg bersifat positif terhadap
kondisi suatu kelompok tertentu. Stereotipe ini dapat membantu
terjadinya komunikasi (nilai-nilai toleransi) lintas budaya sehingga
dapat memudahkan terjadinya interaksi antar orang yang berbeda
latar belakang pada sebuah lingkungan secara bersama-sama.
Sehingga menciptakan suatu hubungan yang harmonis antar
kelompok budaya.
Contohnya: Orang sunda menstereotipekan orang jawa sebagai
pribadi yang ramah,begitu pula orang jawa yang menstereotipekan
orang sunda sebagai pribadi yang toleran, dari hal tersebut
merupakan stereotipe positif yang akan membawa dampak
kehidupan harmonis dan saling menghargai perbedaan masingmasing.
2. Stereotipe Negatif
Merupakan dugaan atau gambaran yg bersifat negatif yg
dibebankan kepada suatu kelompok tertentu yang memiliki
perbedaan yang tidak bisa diterima oleh kelompok lain.
Jika stereotipe yang hadir dalam masyarakat adalah
stereotipe yang negatif terhadap suatu kelompok tertentu, dengan
kondisi masyarakat yang majemuk. Ini akan menjadi sebuah
ancaman untuk mempertahankan kesatuan dalam kemajemukan
tersebut. Stereotipe ini akan menjadikan sekat yang jelas
antarkelompok, sehingga dapat menghambat komunikasi keduanya
karena terbangun jarak akibat stereotipe tersebut.
Selain itu dapat menghambat komunikasi keduanya karena
terbangun jarak akibat stereotipe. Bahkan lebih dari itu stereotipe
terhadap suatu kelompok bukan tidak mungkin memicu terjadinya
konflik antar kelompok, padahal stereotipe yang terbangun pada
suatu

kelompok

tertentu

belum

tentu

dapat

dibuktikan

kebenarannya bahkan ada stereotipe mengenai suatu kelompok


yang benar benar salah.
4

Selain positif dan negative, stereotipe banyak macamnya, diantaranya


adalah:
1.

Stereotipe berdasarkan jenis kelamin, misalnya: laki-laki kuat


sedangkan perempuan lemah.

2.

Stereotipe berdasarkan etnis, misalnya: Jawa halus, Batak kasar,


dan seterusnya.

3.

Stereotipe

berdasarkan

negara,

Jerman

orangnya

kaku,

Indonesia ramah.
4.

Stereotipe berdasarkan usia, misalnya orang lanjut usia jika


berbicara biasanya menggurui,suatu pekerjaan memberi masa pensiun kepada
lansia karena lansia sudah tidak dapat bekerja secara maksimal.

5.

Stereotipe berdasarkan ekonomi, misalkan orang yang secara


ekonomi berlebih biasanya berpenampilan glamour,orang dari ekonomi paspasan berpenampilan sederhana.

b) Prasangka
1. Komponen kognitif : Komponen ini melibatkan apa yang dipikirkan dan diyakini
oleh subjek mengenai objek prasangka. Stereotip adalah salah satu contoh
bentuk dari komponen kognitif.
2. Komponen afektif : Komponen ini melibatkan perasaan atau emosi (negatif)
individu yang berprasangka ketika berhadapan atau berpikir tentang anggota
kelompok yang tidak mereka sukai. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam dan bertahan sebagai komponen sikap. Komponen ini
sering disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun,
perasaan pribadi seringkali dapat berbeda perwujudannya dengan perilaku
aktual individu. Azwar (2003) menambahkan bahwa reaksi emosional banyak
dipengaruhi oleh kepercayaan (apa yang dipercayai) sebagai sesuatu yang
benar dan berlaku bagi objek tertentu.

3. Komponen konatif : Komponen ini melibatkan kecenderungan


untuk berperilaku dengan cara tertentu (negatif) atau bermaksud
untuk melakukan tindakan (negatif) tersebut terhadap kelompok
yang menjadi target prasangka.

C. Faktor-faktor munculnya Stereotipe dan Prasangka


a) Stereotip
Menurut Baron dan Paulus (Sobur, 2009:391) ada 2
faktor yang menyebabkan stereotype, yaitu:
1. Kecendrungan manusia untuk membagi dunia dengan dua
kategori, kita dan mereka. Orang-orang yang kita persepsi
sebagai kelompok di luar kita di pandang lebih mirip saty
sama lain, karena kita kekurangan informasi mengenai
mereka, kita cendrung menyamaratakannya dan
menganggapnya homogeny.
2. kecendrungan kita untuk melakukan kerja kognitip sesedikit
mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan kata
lain. Stereotip menyebabkan persepsi selektif tentang
orang-orang dan segala sesuatu di sekitar kita. Dengan
memasukan orang dalam kelompok, kita berasumsi bahwa
kita tau banyak tentang mereka (sifat-sifat utama dan
kecendrungan perilaku mereka) dan kita menghemat
b) Prasangka
Gordon Allport, mungkin lebih dari siapa pun telah menyelidiki masalah
ini dalam makalahnya, yang menggambarkan dan menganalisa 6 jenis teori
tentang asal-usul prasangka: sejarah, ekonomi, sosial - budaya, situasional,
psikogenik dan fenomenologis.

1.

Latar Belakang dan sejarah ekonomi.


Salah satu prinsip dasar ilmu sejarah mengatakan bahwa tidak
ada yang hadir tanpa masa lalu. Banyak dari prasangka yang ada
saat ini berakar pada sejarah masa lalu. Konflik, penyimpangan
6

perang, perusakan yang berlangsung lama menyebabkan ada saat


ini. Sikap negatif dari reaksi emosional mereka disertai dengan tepat
dapat ditularkan dari generasi ke generasi, sehingga kehilangan
bahkan pembenaran yang tampaknya rasional. Identitas etnis tidak
memungkinkan melupakan trauma keluhan masa lalu, menjaga
memori mereka dalam cerita rakyat. "Mengapa Anda terburu-buru,
seolah-olah Turki datang?"
2.

Faktor sosial-ekonomi.
Secara bersamaan sebagai sejarah, dan bagaimana alasan
situasional. Misalnya, teori Marxis konflik sosial berdasarkan
prasangka menjelaskan memfasilitasi eksploitasi pekerja oleh kelas
pekerja. Dengan demikian, kelas penguasa telah gagal untuk
membenarkan penindasan dan eksploitasi. Posisi ini dikonfirmasi
dalam studi oleh Meyrs. Situasi ekonomi yang buruk di AS telah
mengintensifkan penindasan terhadap orang kulit hitam. Jadi D.
Myers mencatat bahwa kontribusi pada kesejahteraan ekonomi
perdamaian etnis.

3.

Sebagai alasan situasional dapat menyebabkan munculnya


prasangka.
Kesan umum bahwa orang kulit hitam dalam sejarah AS telah
terperangkap dalam peran "kambing hitam". James Inverariti dalam
studinya (1976) menemukan bahwa, pada abad kesembilan belas,
selama kampanye politik pemilu menghasilkan pembagian antara
kulit hitam dan kulit putih sebagai "Kami" dan "Mereka" dalam hal ini
ketegangan meningkatkan kohesi kelompok, mempromosikan
pembentukan "image musuh". Selain itu selain krisis ekonomi dan
pertikaian politik berkontribusi pada terjadinya prasangka, tentu saja,
situasi dalam perang.

4.

Penyebab psikogenik.
Dari sudut pandang asal psikogenik bisa mendekati prasangka
ini dan dimotivasi oleh masalah mental bahwa kita memiliki orangorang yang membentuk mereka, seperti konflik internal yang belum
terselesaikan yang mencegah adaptasi sosial yang normal. Dengan
demikian, patologi mental dan mendukung munculnya pada orang
7

dari prasangka. Konsep psikogenik diciptakan dalam dua arah


teoritis - neobehaviorism dan psikoanalisis.
Oleh karena itu, meskipun kesamaan dalam pendekatan,
postulat dasar berbeda secara signifikan. Jadi misalnya
neobehaviorista masalah dibuat berdasarkan teori frustrasi -. Agresi
oleh Neal Miller dan John Dollarn, Bahwa manusia membentuk
prasangka untuk menghindari kegagalan dan kekecewaan kepada
mereka secara langsung dan agresif 'dekat minoritas social.
5.

Menurut Johnson (1986), prasangka disebabkan oleh empat hal,


antara lain:
Perbedaan antarkelompok
Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh kelompok mayoritas

menguasai kelompok minoritas.


Stereotip antarkelompok.
Kelompok yang merasa superior sehingga merasa kelompok
lain inferior

6.

Menurut Poortinga (1990) prasangka memiliki tiga faktor utama


yakni stereotip, jarak sosial, dan sikap diskriminasi. Ketiga faktor itu
tidak terpisahkan dalam prasangka dan saling berhubungan.

D. Hubungan Stereotipe, Prasangka dan Diskriminasi


Stereotip memunculkan prasangka, lalu karena prasangka maka terjadi
jarak sosial, dan setiap orang yang berprasangka cenderung melakukan
diskriminasi.
Freedman & Peplau (1999) menggolongkan prasangka, stereotip dan
diskriminasi sebagai komponen dari antagonisme kelompok, yaitu suatu
bentuk oposan terhadap kelompok lain.
1. Stereotip adalah komponen kognitif dimana kita memiliki keyakinan akan
suatu kelompok.
2. Prasangka sebagai komponen afektif dimana kita memiliki perasaan tidak
suka.
3. Sedangkan diskriminasi adalah komponen perilaku

E. Meminimalisir terjadinya Stereotipe dan Prasangka


a) Stereotip
Jangan hanya memandang suatu kelompok atau individu dari satu
sisi saja dan mengabaikan sisi lainnya yang merupakan sebuah
kelengkapan dalam diri objek dan dilewatkan. Kita harus menyadari
bahwa setiap individu terlahir dengan keunikan tersendiri sehingga tidak
perlu

disamakan

dengan

individu

yang

lain

apalagi

kelompok.Menumbuhkan rasa saling menghargai terhadap perbedaan


pada suatu kelompok.
Maka dari itu sudah saatnya masyarakat lebih objektif dalam
menerima

sebuah

stereotipe

yang

hadir

di

tengah

kehidupan

bermasyarakat. Di antaranya menanamkan rasa toleransi dalam merajut


sebuah keberagaman yang dimuai sejak dini, hal ini perlu dilakukan
mengingat stereotipe dapat terus-menerus dilestarikan melalui komunikasi
yang beredar di kalangan masyarakat, dan dapat diturunkan ke generasi
berikutnya.
b) Prasangka
Cara meminimalisir prasangka:
I.
Melalui rekayasa dalam hubungan antar kelompok.
II.
Melalui sosialisasi anti prasangka dalam keluarga, sekolah
III.
IV.
V.

dan lingkungan.
Melalui rekayasa sosial
Melalui penyadaran diri pribadi

Interaksi meminimalisir prasangka harus memenuhi 4 syarat berikut:


1. Adanya dukungan social dan internasional
Adanya dukungan social dan internasioal bisa mendorong
kontak

lebih

erat

antara

kelompok

yang

berlainan.

Dukungan diberikan oleh pihak otoritas berwenang, dalam


hal ini bisa pemerintah, sekolah, orangtua dan lain-lain
2. Adanya potensi untuk saling mengenal
Hubungan antar etnik yang memungkinkan untuk saling
mengenal secara pribadi agar anggota kelompok yang
berlainan bisa mengurangi prasangka secara signifikan.
Ada 3 alasan mengapa potensi saling mengenal untuk
mengurangi prasangka:

i.

membangun

hubungan

interpersonal

yang

dapat menimbulkan pikiran menghargai orang


lain secara positif dan digenerasikan ke
ii.

seluruh kelompok.
Akan memungkinkan menerima info baru yang
lebih akurat tentang kelompok lain yang
menjadikan orang sadar bahwa kenyataan ada
banyak kesamaan antara kelompok yang

iii.

berbeda.
Seseorang akan menemukan bahwa stereotip
negative kelompok lain tidak benar.

3. Adanya status yang setara antara pihak-puhak yang


berinteraksi dalam masyarakat.
Harus ada status yang setara antara pihak-pihak yang
berprasangka sebelum terjadi interaksi. Jika kelompok
lebih dominan disbanding kelompok lain, maka interaksi
antar kelompok belum tentu mengurangi prasangka
4. Adanya kerja sama.
Sebuah interaksi akan mengurangi prasangka jika interaksi
yang terjadi berbentuk kerja sama bukan konflik. Tujuan
bersama biasanya harus konkret, skala kecil dan bisa
dilakukan bersama-sama.

10

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Stereotipe
http://wildanahmadnawawi.blogspot.co.id/2010/06/prasangka-strategi-mengurangiprasangka.html
http://latifianazalati.blogs.uny.ac.id/2015/10/19/stereotip-prasangka-dan-diskriminasi/
Zagorodniuc, Alina. 2016. Prejudecetile Sociale: Rumania. Academia.
Farrow, Claire. 2013. Stereotypes Tied down: Broadway. Academia.
Translate google, Rumania language Indonesia language.

11

Anda mungkin juga menyukai