Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori evolusi dimaksudkan sebagai penjelasan tentang bagaimana
evolusi itu terjadi (mekanisme evolusi). Bisa terjadi ada beberapa penjelasan
yang diberikan mengenai suatu fenomena. Mengenai evolusi, pada abad ke-19
Lamarck memberikan penjelasan bagaimana evolusi itu terjadi, yang dikenal
sebagai teori evolusi Lamarck atau teori Lamarck. Penjelasan yang diberikan
oleh Lamarck itu kemudian dianggap tidak benar karena ada penjelasan lain
yang dipandang lebih memuaskan, terutama yang diberikan oleh Darwin dan
dikenal sebagai teori evolusi Darwin atau teori Darwin.
Darwin datang kekepulauan Galapagos dengan niat yang menggebu
untuk menjelajahi daratan yang baru muncul dari laut. Ia memperhatikan
bahwa pulau-pulau vulkanik ini, meskipun secara geologis masih muda,
ternyata kaya akan tumbuhan dan hewan yang tidak ditemukan ditempat lain
didunia. Belakangan ia menyadari bahwa spesies-spesies ini, seperti juga
pulau-pulau tersebut, relative baru. Ia menulis dalam buku hariannya : “ baik
dalam ruang maupun waktu, kita tampaknya dibawa untuk mendekati fakta
besar itu-misteri dari segala misteri – kemunclan pertama dari makhluk di
Bumi ini.
Misteri dari segala misteri yang menarik hati Darwin adalah spesiasi
(speciation), proses pemisahan satu spesies menjadi dua spesies atau lebih.
Spesies memikat Darwin (dan banyak ahli biologi setelahya) karena proses
tersebut merupakan penyebab keanekaragaman hayati yang luar biasa,
menghasilkan spesies baru yang berbeda dari spesies yang sudah ada secara
berulang-ulang. Spesiasi menjelaskan tidak hanya perbedaan diantara spesies,
namun juga kesamaan diantara mereka (kesatuan kehidupan). Ketika satu
spesies memisah, spesies yang dihasilkan memiliki banyak kesamaan
karakteristik karena mereka diturunkan dari spesies nenek moyang yang sama.

1|Spesies dan Spesiasi


Spesiasi juga membentuk jembatan konseptual antara mikroevolusi
(microevolution), perubahan frekuensi alel dari suatu populasi seiring waktu,
dan makroevolusi (macroevolution), pola yang luas dari evolusi melalui
rentang waktu yang lama. Contoh dari perubahan makroevolusioner adalah
asal-usul kelompok-kelompok organisme baru, seperti mamalia atau
tumbuhan berbunga, melali serngkaian peristiwa spesiasi. Kita telah mengkaji
mikroevolusioner (mutasi, seleksi alam, hanyutan genetic , dan aliran gen) dan
selanjutnya akan mendalami makroevolusi.
Berdasarkan pada penjelasan diatas, penulis akan menelusuri
“jembatan” diantara keduanya terkait spesies dan pembentukan spesies baru
(spesiasi) pada makalah ini yang meliputi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka lahirlah rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan spesies ?
2. Berapakah jumlah spesies yang teridentifikasi dan tidak teridentifikasi ?
3. Apakah faktor yang menyebabkan terjadinya isolasi reproduktif ?
4. Apakah yang dimaksud dengan spesiasi ?
5. Apa yang mempengaruhi terjadinya spesiasi ?
6. Bagaimana mekanisme spesiasi ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami definisi dari spesies.
2. Untuk mengetahui jumlah spesies yang teridentifikasi dan tidak
teridentifikasi.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya isolasi reproduktif.
4. Untuk memahami definisi dari spesiasi.
5. Untuk mengetahui pengaruh terjadinya spesiasi.
6. Untuk mengetahui mekanisme spesiasi.

2|Spesies dan Spesiasi


D. Manfaat
Adapun manfaat kita mempelajari materi ini agar memberikan
wawasan secara mendalam tentang spesies dan spesiasi, sehingga kita dapat
mengaitkannya dengan materi-materi evolusi yang telah dipelajari sebelumnya
dan mengevaluasi materi evolusi secara keseluruhan.

3|Spesies dan Spesiasi


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Spesies
Pertanyaan bagaimana sebaiknya mendefinisikan“ spesies”. Telah
diperdebatkan biologiwan berabad-abad, dan debatnya sendiri lalu disebut
sebagai masalah spesies (species problem). Darwin menulis di bab II On the
Origin of Spesies dalam Hasan, dkk (2014) :
Tak ada satu definisi tunggal yang memuaskan semua naturalis; namun
setiap naturalis tahu secara samara pa yang ia maksud ketika ia
berbicara tentang suatu spesies.
Namun belakangan, dalam bukunya The Descent of Man , ketika
menghadapi “ pertanyaan apakah manusia terdiri dari satu atau beberapa
spesies”, Darwin merevisi pendapatnya dalam Hasan, dkk (2014) dengan
mengatakan :
Adalah upaya sia-sia untuk memutuskan hal ini dengan landasan yang
kuat, sebelum ada suatu definisi mengenai “spesies” yang bias diterima
secara umum; dan definisi ini tidak boleh memasukkan suatu unsure
yang tidak bias dipastikan, seperti proses penciptaan.
Menurut pada konsep spesies biologis yang menekankan pada isolasi
reproduktif, kata spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampilan”.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita membedakan berbagai jenis tumbuhan dan
hewan – antara anjing dan kucing, misalnya berdasarkan perbedaan
penampilan mereka. Linnaeus, pendiri taksonomi modern menjelaskan spesies
individual berdasarkan bentuk fisiknya ; kajian mengenai struktur atau bentuk,
yang disebut morfologi, masih tetap merupakan metode yang paling sering
digunakan untuk mengelompokkan spesies. Para ahli taksonomi modern juga
mempertimbangkan perbedaan dalam fungsi tubuh, biokimia, perilaku, dan
susunan genetic. Akan tetapi, penggolongan organisme menjadi berbagai
spesies yang berbeda yang didasarkan pada data komparatif hanya merupakan

4|Spesies dan Spesiasi


bagian dari suatu upaya yang luas untuk memahami lebih baik hakekat
spesies, dan faktor faktor yang mempertahankan keunikannya di alam
(Campbell, 2012)
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh
dua alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena
spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah
memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan
biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari
proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda
dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah
sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena
tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan
identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi (Stearns, 2003).
Ada lebih dari 20 definisi “spesies” berbeda yang dipakai para
biologiwan. kebanyakan buku teks mengikuti Ernst mayr yang mendefinisikan
spesies sebagai “ kelompok-kelompok populasi di alam yang secara actual
atau potensial bisa saling kawin, yang terisolasi secara reproduktif dari
kelompok-kelompok lain yang seperti mereka”
Menurut Hassan, dkk (2014) mengemukakan ada beberapa konsep
spesies, antara lain :
a) Spesies Tipologi
Spesies tipologi ini adalah sekelompok organisme dimana individu
adalah anggota spesies jika konformitas mereka terhadap sifat-sifat
tertentu cukup memadai. Kluster variasi atau fenotipe didalam specimen
(misalnya ekor panjang atau pendek) akan membedakan spesies tersebut.

5|Spesies dan Spesiasi


Metode ini digunakan sebagai metode “klasik” penentuan spesies, seperti
yang dipakai Linnaeus dalam awal teori evolusi.
b) Spesies Morfologi
Suatu populasi atau kelompok populasi yang berbeda morfologinya
dengan populasi lain. Misalnya, kita bias membedakan antara ayam dan
itik sebab mereka memilliki paruh berbeda, dan itik memiliki selaput
dikakinya.
Konsep spesies ini sangat banyak dikritik sebab data genetic terbaru
yang secara genetic membedakan populasi dapat terlihat sangat mirip, dan
sebaliknya, perbedaan morfologi yang sangat mencolok ternyata malah
menunjukkan hubungan kekerabatan erat. Namun demikian kebanyakan
spesies yang kita kenal sekarang hanya dideskripsikan berdasarkan
morfologi
c) Spesies Biologi/Isolasi
Merupakan sekumpulan populasi yang secara actual atau potensial
saling kawin, rumusan ini umumnya bermanfaat bagi ilmuwan yang
bekerja dengan contoh-contoh kehidupan dari takson tinggi seperti
mamalia, ikan, dan burung, tapi lebih sulit untuk organism yang tidak
bereproduksi secara seksual. Hasil eksperimen perkawinan dalam kondisi
artificial bisa dan bisa tidak merefleksikan apa yang akan terjadi bila
organism tang sama bertemu dialam, mempersulit pengukuran kesesuaian
hasil eksperimen dengan populasi di alam.
d) Spesies Reproduksi/Biologi
Dua organisme yang dapat bereproduksi secara alamiah dan
menghasilkan anak yang fertile, jantan dan betina. Organism yang dapat
bereproduksi namun hampir selalu menghasilkan hybrid infertile
setidaknya pada satu jenis kelamin seperti bagal, hinny, atau cattalo jantan
FI tidak dianggap sebagai spesie yang sama.

6|Spesies dan Spesiasi


e) Spesies Pengenalan
Berdasarkan system reproduksi yang sama, termasuk perilaku kawin.
Konsep spesies pengenalan (Recognition) diperkenalkan oleh Hugh E.H.
Paterson, etelah sebelumnya dirintis oleh Wilhelm Petersen.
f) Spesies Pengenalan-Kawin
Sekelompok organism yang diketahui mengenal satu sama lain
sebagai pasangan kawin yang potensial. Sama dengan konsep spesies
isolasi diatas, konsep ini berlaku hanya pada organism yang bereproduksi
secara seksual . berbeda dengan konsep spesies isolasi, focus dari konsep
ini khusus pada isolasi reproduktif pra-perkawinan.
g) Spesies Evolusi/Spesies Darwinisme
Sekelompok organism yang berbagi moyang : suatu istilah yang
mempertahankan integritasnya terhadap silsiah lain dalam suatu waktu dan
ruang. Pada beberapa titik dalam perjalanan kelompok semacam ini,
beberapa anggota dapat memisah dari populasi utama dan membentuk
subspecies , suatu proses yang akhirnya akan berujung pada spesies penuh
yang baru jika isolasi (geografi atau ekologi ) tetap dipertahankan.
h) Spesies Filogenetik (Kladistik)
Sekelompok organisme yang berbagi moyang; suatu istilah yang
mempertahankan integritasnya terhadap silsilah kelompok lain dalam
suatu ruang dan waktu. Pada suatu titik dalam perjalanan kelompok seperti
ini, anggota mungkin saja memisah dari yang lain; ketika divergensi ini
menjadi jelas, kedua populasi akn dipandang sebagai dua spesies terpisah.
Perbedaannya dengan spesies evolusi bahwa induk akan punah secara
taksonomis ketika spesies baru telah terbentuk, dimana populasi induk dan
anak sekarang membentuk dua spesies baru. Subspesies tidak dikenal
dalam pendekatan ini; antara suatu populasi itu spesies filogenetik atau ia
tidak dapat dibedakan secara taksonomik
i) Spesies Ekologi
Suatu set organisme yang teradaptasikan terhadap suatu set
sumberdaya tertentu, disebut niche, dilingkungan. Menurut konsep ini,

7|Spesies dan Spesiasi


populasi membentuk kluster-kluster fenetik diskret yang kina kenal
sebagai spesies sebab proses ekologi dan evolusi yang mengontrol
bagaimana sumber-sumber daya dibagi cenderung menghasilkan kluster-
kluster tersebut.
j) Spesies Genetic
Didasarkan pada kemiripan DNA dari individu atau populasi.
Beberapa teknik untuk membandingkan kemiripan DNA melipti
hibridisasi DNA-DNA, dan sidik jari DNA (atau barcode DNA).
k) Mikrospesies
Spesies yang bereproduksi tanpa miosis atau fertilisasi sehingga tiap
generasi secara genetic identik dengan generasi sebelumnya
l) Spesies Kohesi
Populasi individu paling inklusif yang memiliki potensi untuk kohesi
fonotipik melalui mekanisme kohesi yang intrinsic. Ini adalah perluasan
dari konsep spesies pengenalan-pasangan yang memungkinkan terjadinya
mekanisme isolasi pasca kawin. Walaupun populasi-populasi berhasil
berhibridisasi, mereka tetap spesies kohesi yang berbeda jika jumlah
hibridisasinya tak cukup untuk mencampurkan kolam gen mereka masing-
masing sepenuhnya.
m) Evolutionary Significant Unit (ESU)
Unit signifikan evolusi adalah sekumpulan organism yang dianggap
berbeda untuk tujuan konservasi. Sering disebut sebagai suatu spesies atau
spesies alami atau wildlife species, ESU juga memiliki beberapa definisi,
yang kebetulan bersinggungan dengan definisi spesies.
Untuk vertebrata, konsep yang dipakai adalah konsep spesies biologis
(BSC), dan sampai tigkat tertentu (atau untuk tujuan yang lain), konsep
spesies filogenetik (PSC). Banyak subspecies BSC dianggap spesies jika
digunakan PSC, perbedaan antara BSC dan PSC adalah bahwa:
 BSC mendefinisiskan spesies dalam manifestasi sejarah evolusi, sedang
 PSC mendefinisikan suatu spesies sebagai manifestasi dari potensi
evolusi. Jadi spesies PSC sudah terbentuk saat silsilah sudah memisah,

8|Spesies dan Spesiasi


sedang spesies BSC baru mulai ada saat spesies benar-benar telah
memisah sempurna.
B. Jumlah Spesies
Menurut Hassan, dkk (2014) Jumlah total spesies (diestimasi): 7-100
juta (teridentifikasi dan tak teridentifikasi), meliputi :
 5-10 juta bakteri
 74.000-120.000 fungi
 Dari eukariot yang sudah teridentifikasi
 1.6 juta, meliputi :
 297.326 tanaman, yakni :
 15.000 lumut
 13.025 paku dan fern dan horsetails
 980 gimnosperma
 258.650 angiosperma
 199.350 dikotil
 59.300 momokotil
 9.761 algae merah dan hijau
 28.849 fungi dan non-hewan lain, meliputi :
 10.000 lumut
 16.000 cendawan
 2,849 algae cokelat
 1.250.000 hewan, termasuk :
 1.203.375 invertebrata
 950.000 serangga
 81.000 moluska
 40.000 krustaceas
 2.175 koral
 130.200 lain-lain
 59.811 vertebrata
 29.300 ikan
 6.199 amfibi

9|Spesies dan Spesiasi


 8.240 reptil
 9.956 burung
 5.416 mamalia
C. Faktor Terjadinya Isolasi Reproduktif
Menurut Campbell (2012), ada beberapa faktor terjadinya isolasi reproduktif
adalah sebagai berikut:
1. Penghalang Prazigotik (prezigotic barrier, sebelum zigot)
Menghalangi terjadinya fertilisasi. Penghalang semacam itu secara
khas bekerja pada salah satu dari ketiga jalan berikut: dengan menghalangi
anggota spesies lain yang mencoba untuk kawin; mencegah usaha kawin
agar tidak diselesaikan secara tuntas; atau merintangi fertilisasi jika
perkawinan berhasil dituntaskan. Penghalang prazigotik terdiri dari:
a. Isolasi Habitat
Dua spesies yang menempati habitat yang berbeda pada wilayah
yang sama bias jadi jarang bertemu atau bahkan tidak sama sekali,
walaupun tidak terisolasi oleh penghalang fisik yang jelas, misalnya:
pegunungan. Contoh: dua spesies ular garter dari genus Thamnophis
terdapat pada wilayah geografis yang sama, namun yang satu hidup di
air sedangkan yang lain hidup di darat.
b. Isolasi Temporal
Spesies yang kawin pada waktu yang berbeda-beda dalam sehari,
musim yang berbeda, atau tahun yang berbeda tidak dapat memadukan
gamet-gametnya. Contoh: di Amerika Utara, wilayah geografis sigung
bintik timur (Spilogale putorius) dan sigung bintik barat (Spilogale
gracilis) saling tunpang tindih namun S.putorius kawin di penghujung
musim dingin, sedangkan S.gracilis kawin di penghujung musim
panas.
c. Isolasi Perilaku
Ritual percumbuan yang menarik pasangan dan perilaku lain yang
unik bagi suatu spesies yang merupakan penghalang reproduktif yang
efektif, bahkan diantara spesies-spesies yang berkerabat dekat

10 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
sekalipun. Ritual perilaku semacam itu memungkinkan pengenalan
pasangan yang merupakan suatu cara mengidentifikasi pasangan
potensial dari spesies yang sama. Contoh : angsa batu kaki biru,
penghuni Galaphagos, kawin hanya setelah pameran percumbuan yang
unik bagi spesiesnya.
d. Isolasi Mekanis
Organism mencoba untuk kawin, namun perbedaan morfologis
mencegah perkawinan berhasil dituntaskan. Contoh : cangkang dari
dua spesies siput dari genus Bradybaena mengulir ke arah berbeda:
dengan menguntir ke dalam menuju bagian tengah, satu spesies
mengulir berlawanan dengan arah jarum jam, sedangkan spesies lain
mengulir se arah jarum jam. Akibatnya bukaan genital dari siput
menjadi tidak sejajar dan perkawinan tidak dapat diselesaikan.
e. Isolasi Gametik
Sperma dari satu spesies mungkin tidak mampu membuahi sel
telur dar spesies lain. Sebagai contoh, sperma mungkin tidak mampu
sintas di dalam salran reproduksi betina dari spesies lain, atau
mekanisme biokimiawi mungkin mencegah sperma menembus
membrane yang mengelilingi sel telur dari spesies lain. Contoh :
isolasi gametik memisahkan spesies hewan aquatic tertentu yang
berkerabat dekat, misalnya bulu babi. Bulu babi melepaskan sperma
dan sel telur mereka ke air. Disitu, gamet berfusi dan membentuk
zigot.
2. Penghalang Pascazigotik (Postzygotic barrier, setelah zigot)
Dapat berperan dalam isolasi reproduktif setelah zigot hibrida
terbentuk. Sebagai contoh, kesalahan perkembangan dapat mengurangi
kesintasan diantara embrio-embrio hibrida. Masalah-masalah setelah
kelahiran juga dapat menyebabkan hibrida infertile atau mungkin
mengurangi kesempatan mereka untuk sintas cukup lama bereproduksi.
Penghalang prazigotik terdiri dari:

11 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
a. Pengurangan Viabilitas Hibrida
Gen-gen dari spesies induk yang berbeda-beda mungkin
berinteraksi dengan cara tertentu sehingga merusak perkembanngan
atau kesintasan hibrida dilingkuungannya. Contoh : salamander dari
genus Ensatina hidup diwilayah dan habitat yang sama, tempat mereka
terkadang berhibridisasi.
b. Pengurangan Fertilitas Hibrida
Jika kromosom dari kedua spesies induk berbeda dalam jumlah
atau struktur, meiosis pada hibrida mungkin gagal menghasilkan gamet
normal. Karena hibrida infertile tidak dapat menghasilkan keturunan
sewaktu kawin dengan spesies induk yang manapun, gen tidak dapat
mengalir bebas diantara spesies. Contoh : keturunan hibrida dari
seekor keledai dan kuda adalah bagal, yang kuat namun steril.
c. Pemecahan Hibrida
Sejumlah hibrida generasi pertama bersifat viable dan fertile,
namun jika mereka kawin satu sama lain atau kawin dengan spesies
induk yang manapun, keturunan generasi berikutnya akan lemah atau
steril. Contoh : galur padi hasil kultivasi telah mengakumulasikan alel-
alel positif mutan yang berbeda-beda pada dua lokus selama
berdivergensi dari nenek moyang bersama. Hibrida dari dua galur yang
berbeda bersifat kuat dan fertile, namun tumbuhan pada generasi
berikutnya, yang mengandung sedemikian banyak alel resesif, bersifat
kecil dan steril.
D. Definisi Spesiasi
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat
pula berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas
kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang
sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing
mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka
waktu yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing

12 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
berkembang menjadi spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan
perkawinan yang menghasilkan keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru
(spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi,
dan perubahan genetika (Stearns, 2013).
E. Pengaruh Terjadinya Spesiasi
Dua pengaruh utama spesiasi menurut Campbell (2012), terdiri dari :
1. Isolasi Geografis
Sebagian besar para ahli Biologi berpendapat bahwa faktor awal
yang mempengaruhi spesiasi adalah pemisahan geografi, karena selama
populasi dari spesies yang sama masih berhubungan secara langsung atau
tidak, gen flow masih dapat terjadi. Namun, jika terbentuk hambatan bagi
penyebaran spesies (sebab-sebab geografis) maka, tidak akan ada
pertukaran susunan gen dalam sistem populasi dan evolusi akan
berlangsung sendiri-sendiri. Semakin lama kedua populasi tersebut akan
semakin berbeda karena telah mengalami evolusi dengan caranya sendiri.
Sejalan dengan waktu pemisahan geografi dari sistem populasi
akan mengalami penyimpangan, sebabnya adalah sebagai berikut:
a. Kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen
permulaan yang berbeda. Jadi, jika dua populasi memiliki potensi
genetik yang berbeda sejak awal pemisahannya, sudah barang tentu
akan menempuh jalan yang berbeda.
b. Mutasi terjadi secara random. Pemisahan dalam dua sistem populasi
tersebut mungkin disebabkan adanya mutasi
c. Pengaruh tekanan seleksi alam sekeliling setelah mereka menempati
posisi pemisahan yang berbeda.
d. Pergeseran susunan gen (genetic drift). Ini berpeluang bagi
terbentuknya koloni baru.
2. Isolasi Reproduksi
Isolasi geografis di atas dapat dikatakan sebagai faktor luar
(ekstrinsik) yang menjadi penyebab terjadinya spesiasi. Selanjutnya,
dalam rentang waktu yang lama akan terjadi mekanisme isolasi intrinsik,

13 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
dimana sifat-sifat yang dipunya oleh populasi tersebut dapat mencegah
bercampurnya dua populasi atau mencegah inbreeding jika kedua
populasi itu berkumpul lagi setelah batas pemisahannya sudah tidak ada.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa spesiasi dimulai dengan
adanya penghambat (barier) luar yang menjadikan dua sistem populasi
menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda). Namun
keadaan ini belum sempurna sampai populasi ini mengalami proses
intrinsik yang menjaga supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool
mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik
(mempunyai tempat yang sama).
F. Mekanisme Spesiasi
Campbell (2012) mengemukakan bahwa spesiasi dapat terjadi dengan tiga
cara, bergantung pada bagaimana aliran gen terputus diantara beberapa
populasi dari spesies yang sudah ada sebelumnya, antara lain :
1. Spesiasi Alopatrik (“Negeri Lain”)
Dalam spesiasi alopatrik (allopatric speciation, dari kata yunani
allos, lain, dan patra, tanah air), aliran gen terputus ketika satu populasi
terbagi menjadi sejumlah subpopulasi yang terisolasi secara geografis.
Misalnya ketinggian permukaan air disebuah danau mungkin turun,
menyebabkan pembentukan dua atau lebih danau kecil , yang kini dihuni
oleh populasi yang terpisah. Sebuah sungai juga mungkin berubah aliran
dan membagi suatu populasi hewan yang tidak dapat menyebrangi sungai
tersebut . spesiasi alopatrik juga dapat etrjadi tanpa pembentukan ulang
geologis,
a. Proses spesiasi alopatrik
Harus seberapa hebatkah penghalang geografis agar spesiasi
alopatrik dapat terjadi? Jawabannya bergantung apad kemampuan
organism untuk berpindah tempat.
Mutasi yang berbeda akan muncul, seleksi alam bekerja pada
organism-organisme yang terpisah, dan hanyutan genetic mengubah
frekuensi alel. Isolasi reprodukti kemudian dapat terjadi sebagai produk

14 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
sampingan dari seleksi atau atau hanyutan genetic yang menyebabkan
populasi berdivergensi secara genetis. Analisis genetik menunjukkan
bahwa gen untuk toleransi dapatterhadap sebuah alel yang terpaut
secara genetis dengan gen toleransi terhadap tembaga menyebabkan
kelintasan dari keturunan hibrida rendah. Dengan demikian seleksi bagi
toleransi terhadap sebuah alel ampaknya memiliki efek samping yang
penting namun tidak disengaja: isolasi reproduktif parsial diantara
populasi-populasi.
Lungkang gen dari populasi-populasi yang sangat terisolasi
(misalnya dipulau terpencil) mengalami aliran gen yang sangat sedikit
sehingga sangat mungkin mengalami spesiasi alopatrik.
b. Bukti spesiasi alopatrik
Banyak penelitian yang menyediakan bukti bahwa spesiasi dapat
terjadi dalam populasi alopatrik. Misalnya, data biogeografis bersama
data genetic menunjukkan bahwa dua kelompok katak yang ada saat ini,
subfamily Mantellinae dan Rhacophorinae, mulai berdivergensi sekitar
88 juta tahun lalu, ketika tempat yang kini menjadi pulau Madagaskar
mulai memisah dari massa daratan india. Tampaknya kedua kelompok
katak ini memiliki nenek moyang bersama yang hidup di massa daratan
tersebut terpisah. Setelah pemisahan itu, spesiasi alopatrik terjadi dalam
poulasi-populasi yang terpisah dari nenek moyang bersama. Hasilnya
adalah pembentukan banyak spesies baru pada masing-masing lokasi.
Nilai penting dari spesiasi alopatrik juga ditunjukkan melalui
fakta bahwa wilayah yang sangat terbagi-bagi oleh berbagai penghalang
geografis secara khas memiliki lebih banyak spesies daripada wilayah
dengan sedikit penghalang. Misalnya, spesies burung yang jumlahnya
luar biasa besar ditemukan diwilayah pegunungan papua nugini, dan
banyak tumbuhan dan hewan yang unik ditemukan dikepulauan Hawaii
yang terisolasi secara geografis.
Satu penjelasan yang mungkin untuk hasil-hasil tersebut adalah
aliran gen jarak jauh tidak terjadi diantara populasi-populasi misalnya

15 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
pada salamander dusky (tidak seperti burung pelanduk mahkota-kelabu
yang dipelajari oleh scott Edwards). Aliran gen jarak jauh diantara
populasi-populasi salamander mungkin diredam oleh efek-efek seleksi
alam atau hanyutan genetic, yang masing-masing dapat menyebabkan
populasi berdivergensi. Para peneliti telah menguji apakah penghalang
reproduktif intrinsic berkembang ketika populasi diisolasi dalam
percobaan dan dihadapkan pada kondisi-kondisi lingkungan yang
berbeda. Hasil yang diperoleh dari kasus-kasus semacam itu juga
memberikan bukti kuat bagi spesiasi alopatrik. Dengan demikina
penghalang-penghalang tersebut dapat mencegah saling kawin
(interbreeding) ketika anggota-anggota dari populasi yang berbeda
bertemu satu sama lain.
2. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen
flow diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela
yang berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut.
Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan
perkawinan (pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54).
Contohnya adalah munculnya spesies baru tupai tanah terjadi karena
munculnya pula gen baru gara-gara spesiasi alopatrik. Aliran genetik
terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke populasi menjadi
terlarang akibat isolasi geografis. Meski hanya terhalang sungai, setelah
spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin. Meyr
menyebutkan seleksi parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi
pendiri dibanding populasi induk.
3. Spesiasi Simpatrik (“Negeri yang sama)
Dalam spesiasi simpatrik (sympatric speciation, dari bahasa yunani
syn, bersama), spesiasi terjadi dalam populasi yang hidup diarea geografis
yang sama. Spesiasi simpatrik dapat terjadi jika aliran gen berkurang akibat
factor-faktor seperti poliploidi, diferensiasi habitat, dan seleksi seksual.

16 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
Poliploidi merupakan suatu spesies yang berasal dari suatu
kecelakaan selama pembelahan sel yang memunculkan set ekstra
kromosom, suatu kondisi yang dikenal sebagai poliploidi (polyploidy). Ada
dua bentuk yang berbeda dari poliploidi.
a. Autopoliploid
Autopoliploid (autopolyploid, dari bahasa yunani, autos, diri)
adalah individu yang memiliki lebih dari dua set kromosom yang
semuanya berasal dari satu spesies. Misalnya kegagalan dalam
pembelahan sel dapat mengakibatkan jumlah kromosom sel mengganda
dari diploid (2n)
b. Alopopoliploid (allopolyploid)
Bentuk kedua dari poliploid dapat terjadi ketika dua spesies yang
berbeda kawin dan menghasilkan keturunan hibrida. Kebanyakan hibrida
bersifat steril karena set kromosom dari satu spesies tidak bias
berpasangan selama meiosis dengan set kromosom dari spesies lain.
Namun, hibrida infertile bias memperbanyak diri secara aseksual. Pada
generasi berikutnya berbagai mekanisme dapat mengubah hibrida steril
menjadi poliploid fertile yang disebut Alopopoliploid (allopolyploid).
Alopoliploid bersifat fertile ketika kawin satu sama lain , namun tidak
dapat saling mengawini (interbreed) dengan kedua spesies induk;
mereka merepresentasikan spesies biologi baru.

17 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
18 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan spesies dan spesiasi dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Ernst mayr yang mendefinisikan spesies sebagai “ kelompok-kelompok
populasi di alam yang secara actual atau potensial bisa saling kawin, yang
terisolasi secara reproduktif dari kelompok-kelompok lain yang seperti
mereka”. Adapun konsep-konsep spesies menurut Hasan, dkk (2014)
terdiri dari Spesies Tipologi, Spesies Morfologi, Spesies Biologi/Isolasi,
Spesies Reproduksi/Biologi, Spesies Pengenalan, Spesies Pengenalan-
Kawin, Spesies Evolusi/Spesies Darwinisme, Spesies Filogenetik
(Kladistik), Spesies Ekologi, Spesies Genetik, Mikrospesies, Spesies
Kohesi, dan Evolutionarily Significant Unit (ESU).
2. Jumlah spesies yang teridentifikasi dan tak teridentifikasi diestimasi
sebanyak 7-100 juta
3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya isolasi reproduktif pada
spesies meliputi Penghalang Prazigotik (prezigotic barrier, sebelum
zigot) dan Penghalang Pascazigotik (Postzygotic barrier, setelah zigot).
4. Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya dalam kerangka evolusi.
5. Dua pengaruh utama spesiasi menurut Campbell (2012), terdiri dari :
Isolasi Geografis dan Isolasi Reproduksi
6. Mekanisme spesiasi terjadi melalui berbagai cara, diantaranya yaitu :
Spesiasi Allopatrik, Spesiasi Prapatrik dan Spesiasi Simpatrik
B. Saran
Pada penyajian makalah ini mungkin tidak mengemukakan penjelasan
tentang spesies dan spesias secara mendalam. Oleh karena itu, penulis
berharap agar pembaca tidak hanya berfokus pada isi makalah ini saja

19 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
melainkan dapat menambah maupun memperoleh ilmu evolusi lainnya terkait
spesies dan spesiasi dari sumber yang relevan

20 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece, dkk. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Hassan, Munif Said , dkk.2014 Pengantar Biologi Evolusi. Jakarta. Erlangga
Stearns, Stephen, dkk. 2003. Evolution an introduction. New York: Oxford

21 | S p e s i e s d a n S p e s i a s i

Anda mungkin juga menyukai