Anda di halaman 1dari 24

BAB.

2
FAKTOR LINGKUNGAN DALAM EKOLOGI TUMBUHAN
A. PENDAHULUAN
A.1. Pengertian Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah setiap faktor yang berpengaruh pada kehidupan pada suatu
organisme dalam proses perkembangannya. Faktor lingkungan dibagi menjadi 3 yaitu yang bersifat
fisik, kimiawi dan biologis. Faktor fisik dan kimiawi merupakan faktor lingkungan yang bersifat non-
biologis, contoh faktor fisik : suhu, cahaya, kelembaban, angin dll, contoh faktor kimiawi : air, garam
mineral, logam dll, sedangkan faktor yang bersifat biologis (biotik), yaitu organisme yang berpengaruh
terhadap organisme lain. Tumbuhan dan hewan dalam ekosistem merupakan bagian komponen biotik,
kompo-nen ini akan menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan tertentu. Dalam hal ini tidak ada
organisme yang mampu berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh kondisi ling-kungan yang ada, dan harus
ada kondisi lingkungan tertentu yang berperan terhadap-nya dan menentukan kondisi hidupnya.

A. 2. Komponen Faktor Lingkungan


Lingkungan merupakan kompleks dari berbagai faktor yang saling berinteraksi satu sama
lainnya, tidak hanya antara faktor biotik dan non-biotik, tetapi juga antara bio-tik itu sendiri dan juga
antara abiotik dengan abiotik. Dengan demikian secara opera-sional sulit untuk memisahkan satu faktor
dengan faktor terhadap faktor-faktor yang lainnya tanpa mempengaruhi kondisi seluruhnya. Meskipun
demikian untuk memaha-mi sruktur atau berfungsinya faktor lingkungan ini, secara abstrak kita bisa
membagi faktor-faktor lingkungan ini terhadap komponennya. Berbagai cara dilakukan oleh para ahli
ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini, salah satunya adalah pemba-gian komponen
lingkungan ini, seperti dibawah ini.
a. Faktor iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu, ketersediaan air, dan angin.
b. Faktor tanah, merupakan karakteristik dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi tanah, kadar air tanah,
dan kondisi fisik tanah.
c. Faktor topografi, meliputi pengaruh dari bentuk tanah antara lain seperti sudut ke-miringan lahan
dan ketinggian tempat dari permukaan laut.
d. Faktor biotik, merupakan gambaran dari semua interaksi dari organisme hidup se-perti kompetisi,
peneduhan dan lain-lain.

A. 3. Hubungan antara faktor lingkungan


Telah dipahami bahwa dalam kajian ekosistem adalah penting untuk menganali-sis bagaimana
faktor-faktor lingkungan beroperasi atau berfungsi. Dalam kenyataannya telah dipahami bahwa faktor-
faktor lingkungan saling berinteraksi satu sama lainnya, sehingga sangat sulit untuk memisahkan
pengaruh hanya dari satu faktor lingkungan-nya. Sebagai contoh bahwa kedua faktor iklim dan
topografi akan mempengaruhi per-kembangan suatu tanah. Demikian juga iklim tanah akan
berpengaruh secara kuat da-lam pola kontrolnya terhadap komponen biotik, menentukan jenis-jenis
yang akan mampu menempati suatu tempat atau daerah tertentu. Meskipun demikian karakteristik
mendasar dari ekosistem apapun akan ditentukan atau diatur oleh komponen biotiknya. Pengaruh dari
variabel abiotik akan dimodifikasi oleh tumbuhan dan hewan, misalnya terciptanya perlingdungan oleh

Hal1dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
pohon meskipun sifatnya terbatas. Faktor-faktor abiotik merupakan penentu secara mendasar terhadap
ekosistem, sedangkan kontrol faktor biotik setidaknya tetap menjadi penting dalam mempengaruhi
penyebaran dan fungsi individu dalam jenis makhluk hidup. Semua faktor lingkungan bervariasi secara
ruang dan waktu. Organisme hidup bervariasi terhadap variasi lingkungan ini, sehingga hu-bungan ini
akan mebentuk komunitas dan ekosistem tertentu, baik berdasarkan ruang dan waktu.

B. HUKUM MINIMUM DAN HUKUM TOLERANSI


B. 1. Hukum minimum
Dalam tahun 1840 Justus Von Liebig, seorang pakar kimia dari Jerman, mem-prakarsai satu
kajian dalam pengaruh berbagai faktor terhadap per-tumbuhan tanaman. Leibig berpendapat bahwa
hasil dari suatu panen tanaman sering dibatasi oleh nutrisi yang diperlukan dalam jumlah yang banyak
seperti karbon dan air. Leibig menemukan bahwa kekurangan fosfor sering kali merupakan faktor yang
membatasi pertumbuhan tanaman tersebut. Penemuan ini membawa pada pemikiran bahwa adanya
faktor pe-nentu yang mungkin membatasi produktifitas tanaman. Pemikirannya ini kemudian di-
kembangkan menjadi hukum yang terkenal dengan “Hukum Minimum”, yang dinyata-kan sebagai
berikut: pertumbuhan dari tanaman tergantung pada sejumlah bahan ma-kanan yang berada dalam
kuantitas terbatas atau sedikit sekali.
Hukum minimum hanya berperan dengan baik untuk materi kimia yang diperlu-kan untuk
pertumbuhan dan reproduksi. Liebig tidak mempertimbangkan peranan faktor lainnya, namun
kemudian para peneliti lainnya mengembangkan pertanyaannya yang menyangkut faktor suhu dan
cahaya.
Sebagai hasilnya mereka menambahkan dua pertanyaan, yaitu:
 Hukum ini berlaku hanya dalam kondisi keseimbangan yang dinamis (steady state). Apabila
masukan dan keluaran energi dan materi dari ekosistem tidak berada pada keseimbangan, jumlah
berbagai substansi yang diperlukan akan berubah terus dan hukum minimum tidak berlaku.
 Hukum minimum harus memperhatikan juga adanya interaksi diantara faktor-faktor lingkungan.
Konsentrasi yang tinggi atau ketersediaan yang melimpah dari suatu substansi mungkin akan
mempengaruhi laju pemakaian dari substansi lain dalam jumlah yang minimum. Sering juga terjadi
organisasi hidup memanfaatkan unsur kimia tambahan yang mirip dengan yang diperlukan yang
ternyata tidak ada di habitatnya.

B. 2. Hukum Toleransi dari Shelford


Salah satu perkembangan yang paling berarti dalam kajian faktor lingkungan terjadi pada
tahun 1913 ketika Victor Shelford mengemukakan hukum toleransi, yang menyatakan bahwa untuk
setiap faktor lingkungan suatu jenis mempunyai suatu kondisi minimum dan maksimum yang dapat
dipikulnya, diantaranya kedua harga ekstrim ini me-rupakan kisaran toleransi dan termasuk kondisi
optimum.
Kisaran toleransi dapat dinyatakan dalam bentuk kurva lonceng, dan akan ber-beda untuk
setiap jenis terhadap faktor lingkungan yang sama atau mempunyai kurva yang berbeda untuk satu
jenis organisme terhadap faktor-faktor lingkungan yang ber-beda. Misalnya jenis A mungkin
mempunyai batas kisaran yang lebih luas terhadap suatu suhu tetapi mempunyai kisaran yang sempat
terhadap kondisi tanah.

Hal2dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
Untuk memberikan gambaran terhadap kisaran toleransinya ini, biasanya dipa-kai awalan
steno(kisaran toleransi sempit), diawali yuri(kisaran toleransi luas). Shelford menyatakan bahwa jenis
yang kisaran toleransi yang luas untuk berbagai faktor lingku-ngan akan menyebar secara luas, dan
menambahkan bahwa dalam fase reproduksi da-ri daur hidup tumbuhan maka faktor-faktor
lingkungan lebih membatasi: biji, telur, em-brio mempunyai kisaran yang sempit jika dibandingkan
dengan fasa dewasanya.
Hasil penelitian Shelford telah memberikan dorongan dalam kajian berbagai ekologi toleransi.
Berbagai percobaan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan atau menentukan kisaran toleransi
dari individu suatu jenis makhluk hidup terhadap berbagai faktor lingkungan. Hasilnya sangat berguna
untuk aspek-aspek terapan, se-perti menentukan toleransi jenis terhadap pencemaran air yang sedikit
banyak akan memberikan gambaran dalam hal penyebaran tersebut. Shelford sendiri memberikan
penjelasan dalam hukumnya bahwa reaksi suatu organisme terhadap faktor lingkungan tertentu
mempunyai hubungan yang erat dengan kondisi lingkungan yang lainnya, misalnya apabila nitrat
dalam tanah terbatas jumlahnya maka resistensi rumput terha-dap kekeringan akan menurun. Dengan
demikian ia juga sudah memberikan gambar-an bahwa adanya kemungkinan yang tidak menyeluruh
hasil penelitian di laboratorium (kondisi buatan) yang memperlihatkan hubungan antara satu faktor
lingkungan dengan organisme hidup. Shelford juga melihat kenyataan bahwa sering organisme hidup,
tum-buh-tumbuhan dan hewan-hewan, hidup berada pada kondisi yang tidak optimal. Me-reka berada
dalam kondisi yang tidak optimal ini akibat kompetisi dengan yang lain-nya, sehingga berada pada
keadaan yang lebih efektif dalam kehidupannya. Misalnya berbagai kehidupan tumbuh-tumbuhan di
padang pasir sesungguhnya akan tumbuh lebih baik di tempat yang lembab, tetapi mereka memilih
padang pasir karena adanya keuntungan ekologi yang lebih. Demikian juga dengan anggrek
sebenarnya kondisi optimalnya berada pada keadaan penyinaran yang langsung, tetapi mereka hidup di
bawah naungan karena faktor kelembaban sangat lebih menguntungkan.

C. KONSEP FAKTOR PEMBATAS


Meskipun hukum Shelford ini pada dasarnya benar, tetapi sekarang para pakar ekologi
berpendirian bahwa pendapat ini terlalu kaku. Akan lebih bermanfaat apabila menggabungkan konsep
minimum dengan konsep toleransi untuk mendapatkan gam-baran yang lebih umum. Hal ini didasar-
kan kenyataan gambaran yang lebih umum lagi. Hal ini di dasarkan kenyataan bahwa kehadiaran dan
keberhasilan dari organisme hidup itu tergantung pada kondisi-kondisi yang tidak sederhana.
Organisme hidup di alam dikontrol tidak hanya oleh suplai materi yang minimum diperlukan tetapi
juga oleh faktor-faktor lainnya yang keadaan kritis. Faktor apapun yang kurang atau melebihi batas
toleransinya mungkin akan merupakan pembatas dalam per-ubahan jenis. Memang sulit untuk
menentukan dialam faktor-faktor pembatas ini, karena masalah yang erat kaitannya dengan pemisahan
pengaruh setiap komponen lingkungan secara terpisah dihabitatnya. Nilai lebih dari penggabungan
konsep faktor pembatas adalah dalam memberikan pola atau arahan dalam kajian hubungan-hubungan
yang kompleks dari faktor lingkungan ini.
Para pakar ekologi sekarang menyadari bahwa terlalu banyak perha-tian yang ditujukan pada
kajian kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas itu sendiri. Kajian hendaknya diarahkan untuk
mempelajari bagaimana tumbuhan dan hewan berkem-bang untuk menguasai habitat tertentu dan

Hal3dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
meng-hasilkan kisaran toleransi-toleransi terhadap faktor-faktor lingkungan untuk mempertahankan
diri. Kajian ekologi toleransi yang didasarkan oleh pemi-kiran Liebig dan Shelford pada umumnya
tidak menjawab pertanyaan menda-sar ekologi, bagaimana jenis-jenis teradaptasi terhadap beberapa
faktor pembatasnya. Pandangan ekologi yang lebih berkembang adalah memikir-kan perkembangan
jenis untuk mencapai suatu kehidupan dengan perhatik-an kisaran toleransi sebagai hasil sampingan
dari persyaratan yang dipilih dalam pola kehidupan. Pendekatan ini menekankan pentingnya evolusi
yang membawa pergantian yang lebih baik hubungannya antara individual suatu jenis dengan
habitatnya.

D. FAKTOR LINGKUNGAN
1.CAHAYA
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi
ekosistem, struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang
sampai di sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula menjadi faktor pembatas,
menghancurkan sistem jaringan tertentu. Ada tiga aspek penting yang perlu dibahas dari faktor cahaya
ini, yang erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu :
a. Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
b. Intesitas cahaya atau kandungan energi cahaya.
c. Lama penyinaran, seperti panjang hari jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.

Variasi dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses fisiologi dan morfologi
dari tumbuhan. Memang pada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering berkaitan erat dengan faktor-
faktor lainnya seperti suhu dan suplai air, tetapi pe-ngaruh yang khusus sering merupakan pengen-dali
yang sangat penting dalam ling-kunganya.

1. a. Kualitas Cahaya
Radiasi matahari secara fisika merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang. Tidak semua gelombang tadi dapat menembus lapisan atas at-mosfer mencapai
permukaan bumi. Yang dapat mencapai permukaan bumi ini adalah gelombang dengan ukuran 0,3 -
10 mikron. Gelombang yang dapat terlihat oleh mata berkisar 0,39 - 7,60 mikron, sedangkan
gelombang di bawah 0,39 merupakan ultraviolet (gelombang pendek) dan gelombang di atas 7,60
mikron merupakan infrared/merah panjang (gelom-bang panjang). Umumnya kualitas cahaya bukan
merupakan faktor ekologi yang penting. Meskipun demikian telah dipahami adanya respon kehidupan
terhadap berbagai panjang gelombang cahaya ini.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan pan-jang gelombang 0,39 -
7,60 mikron. Ultraviolet dan infrared tidak dimanfaat-kan dalam pro-ses fotosintesis. Klorofil yang
berwarna hijau mengabsorbsi cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah
yang merupakan bagian dari spektrum cahaya yang bermanfaat bagi fotosintesis. Di ekosistem daratan
kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis, kecuali bila
kanopi vegetasi menyerap sejumlah cahaya, maka cahaya yang sampai di dasar akan jauh ber-beda
dengan cahaya yang sampai di kanopi, sehingga terjadi pengurangan cahaya merah dan biru. Dengan
demikian tumbuhan yang hidup di bawah naungan kanopi harus teradaptasi dengan kondisi cahaya

Hal4dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
yang rendah energinya. Dalam ekosistem perairan cahaya merah dan biru di serap fitoplankton yang
hidup di permukaan, se-hingga cahaya hijau akan di penetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sulit
untuk di serap oleh fitoplankton. Ganggang merah de-ngan pigmen tambahan phycoerythrin atau
pigmen merah coklat mampu mengabsorbsi cahaya hijau ini untuk fotosintesisnya, dengan demikian
gang-gang merah ini mampu hidup pada kedalaman laut.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum je-las, yang terang cahaya
ini dapat merusak atau membunuh bakteri dan juga di pahami mampu mempengaruhi perkembangan
tumbuhan menjadi ter-hambat pertumbuhannya. Umumnya gelombang-gelombang pendek dari ra-
diasi matahari terabsorbsi di bagian atas atmosfer sehingga hanya sebagian kecil yang mampu sampai
di permukaan bumi. Dengan demikian pengaruh ultraviolet ini akan terjadi dan sangat terasa di daerah
pegunungan yang tinggi. Bentuk-bentuk daun yang roset merupakan karakteristika di daerah
pegunungan, hal ini merupakan hasil penyinaran ultraviolet dan mengham-bat untuk terjadinya batang
yang panjang. Juga di perkirakan ultraviolet dapat mencegah berbagai jenis tumbuhan untuk
bermigrasi, dengan demi-kian cahaya ultraviolet berfungsi sebagai agen dalam menentukan penye-
baran tumbuhan.

1. b. Cahaya optimal bagi tumbuhan


Proses pertumbuhan dari tumbuhan hasil fotosintesis yang melebihi kebutuhan respirasi. Jadi
kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertum-buhan ini baru terpenuhi ini baru terpenuhi apabila
cahaya melebihi titik kompensasinya. Umumnya tumbuhan intesitas cahaya optimum untuk fotosin-
tesis haruslah lebih kecil dari intesitas cahaya matahari penuh apabila ditinjau dari sudut kebutuhan
daun secara individual. Meskipun demikian bila suatu tumbuhan besar hidup pada cahaya yang penuh
seba-gian besar dari dedaunannya tidak dapat menerima cukup cahaya matahari untuk foto-sintesis
secara maksimal akibat tertutup dedaunan dipermukaan kanopinya. Cahaya matahari penuh akan
menguntungkan bagi daun di bawah kanopi untuk mencapai efektifitas fotosintesis secara total bagi
tumbuhan untuk mengim-bangi kekurangan dari daun-daun yang berada dalam cahaya supraoptimal.
Intensitas cahaya optimum bagi tumbuhan yang hidup dihabitat alami janganlah diartikan betul-betul
cahaya optimal untuk fotosintesis. Pada umumnya cahaya matahari itu terlalu kuat atau terlalu lemah
ba-gi organ-organ fotositesis unuk difotosintesis. Optimum haruslah diartikan bahwa kom-binasi dari
faktor-faktor lingkungan lainnya (konsep holosinotik), akan memberikan pengaruh bersih dari kondisi
cahaya dalam suatu periode tertentu lebih baik untuk pro-ses fotosintesis di bandingkan dengan
keadaan lainnya.

1. c. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya yang ter-penting sebagai
faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya
ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial mau-pun dalam waktu/temporal. Radiasi matahari yang
sampai dan menembus atmosfer bumi akan terapsorsi dan terrefleksi atau terhamburkan oleh gas-gas
dan partikel-parti-kel yang dikandungkan. Intensitas cahaya yang tersebar terjadi didaerah tropika, ter-
utama daerah kering (zona arid), sedikit cahaya direfleksikan oleh awan. Di daerah ga-ris lintang rendah
cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan permukaan bumi,
sehingga lapisan atmosfer yang tertembus berada dalam ketebalan minimum.

Hal5dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada ga-ris lintang yang
tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan bumi dan juga permukaan
atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan atmos-fer yang terpanjang, ini akan
memgakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan
pencemaran di atmosfer.
Perbedaan musim juga mempengaruhi intensitas cahaya didaerah dengan latituda tinggi ini,
intensitas pada musim panas jauh berbeda dengan intensitas pada musim dingin. Variansi intensitas
cahaya dalam skala besar akan dimodifiksikan lagi oleh faktor topografi. Sudut dan arah kemiringgan
akan sangat berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang sampai di permukaan bumi atau ekosistem, hal
ini akan lebih terasa untuk daerah-daerah di garis lintang tinggi, sehinga dapat menghasilkan perbedaan
struktur ekosis-tem.

1. d. Titik kompensasi
Dengan tujuan menghasilkan produktifitas bersih, tumbuhan harus menerima sejumlah cahaya
yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah
karbohidrat akibat res-pirasi. Apabila semua faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi laju fotosin-tesis
dan respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara ke dua pro-ses tadi akan tercapai pada
sejumlah intensitas cahaya tertentu. Harga inten-sitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukkan
karbohidrat) dapat me-ngimbangi kehilanggan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik
kompensasi. Titik ini menggambarkan intensitas cahaya yang memadai untuk terjadinya fotosintesis,
dan merupakan intensitas cahaya minimum yang pen-ting untuk pertumbuhan. Harga titik kompetesi
ini akan berlainan untuk seti-ap jenis tumbuhan.

1. e. Heliofita dan Siofita


Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat-tempat dengan intesitas cahaya yang
tinggi biasa disebut tumbuhan dengan intensitas cahaya yang tinggi biasa disebut tumbuhan holifita.
Merupakan tumbuhan yang senang dengan cahaya yang tinggi isensitasnya dan mempunyai titik
kompensasi yang tinggi pula. Dalam tubuhnya mempunyai sistem kimia yang aktif untuk membentuk
karbohidrat dan juga membong-karnya dalam respirasi. Sebaliknya tumbuhan yang hidup baik dalam
situasi jumlah cahaya yang rendah, dengan titik kompensasi yang rendah pula, dikenal dengan
tumbuhan senang keteduhan atau siofita, metobolismenya lambat dan demikian juga proses
respirasinya. Titik kompensasinya heliofita dapat mencapai setinggi 4.200 luks tetapi untuk tumbuhan
yang hidup di tempat teduh (siofita) titik kompensasinya bisa serendah 27 luks. Bahkan ganggang yang
hidup dalam perairan dalam dan ganggang serta lumut yang hidup di gua-gua dapat tumbuh dengan
intensitas cahaya yang lebih lemah sampai tidak melebihi cahaya bulan. Beberapa jenis tumbuhan
mempunyai ka-rakteristik siofita ketika masih muda, yang kemudian berkembang ke karakteristik
heliofita apabila telah dewasa. Hal ini biasanya terjadi pada pohon-pohon dengan anakannya yang
harus tahan hidup di bawah peneduhan. Pada dasarnya kaitan antara besar penyinaran denga laju
fotosintesis merupakan pangkal dari perbedaan heliofita dengan siofita ini. Dalam hal ini peranan
pembentukan pigmen hijau serta klorofil sa-ngat erat kaitannya dengan intensitas cahaya tadi. Pada
tempatdengan penyinaran yang penuh, cahaya berkecenderungan untuk merusak atau menghancurkan
klorofil ini. Dengan demikian kemampuan yang tinggi dalam pembentukan klorofil ini adalah mutlak

Hal6dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
diperlukan bagi tumbuhan yang hidup ditempat terbuka. Apabila tumbuhan tidak mampu
menghasilkan klorofil untuk mengimbangi klorofil yang hancur (akibat cahaya yang terlalu tinggi
intensitas) maka tumbuhan itu akan gagal dalam mem-per-tahankan dirinya. Dengan demikin
perbedaan kemampuan dalam pembentukan klo-rofil inilah yng membedakan antara heliofita dengan
siofita. Heliofita berkemampuan yang tinggi dalam pembentukan klorofilnya sehing-ga dapat tahan
ditempat terbuka, dan sebaliknya siofita akan lebih efektif apabila berada di bawah naungan dan akan
ga-gal apabila berada pada dae-rah terbuka.

1. f. Adaptasi tumbuhan terhadap cahaya kuat


Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristik yang dianggap sebagai adaptasi-nya dalam
mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal. Dedaunan yang mendapat
cahaya dengan intensitas yang tinggi kloroplas berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga
cahaya yang diterima hanya oleh din-ding vertikalnya. Bahkan pada beberapa jenis tertentu letak daun
secara keseluruhan sering tidak berada dalam keadaan horisontal, hal ini untuk menghindar dari arah
ca-haya yang tegak lurus pada permukaan daun dan ini berarti mengurangi kuat cahaya yang masuk.
Berkurangnya kadar klorofil pada intensitas cahaya yang tinggi mengan-dung aspek yang
menguntungkan, cahaya yang diserap atau di absorbsi akan mem-pertinggi energi yang di ubah
menjadi panas akibat efisiensi ekologi yang rendah. Hal ini tidak saja mengganggui keseimbangan air
tetapi juga akan mengganggu keseim-bangan fotosintesis dengan respirasi dalam tumbuhan. Telah
banyak dipelajari bahwa umumnya tumbuhan tropika intensitas cahaya yang diterima mempunyai
hubungan langsung dengan kadar anthocyanin. Pigmen ini yang biasanya terletak pada lapisan
permukaan dari sel berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi
penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam. Pigmen-pigmen yang berwarna merah ini akan
memantulkan terutama cahaya merah yang berkadar panas. Dengan dipantulkannya cahaya merah ini
maka akan mereduksi kemungkinan keru-sakan-kerusakan sel sebagai akibat pemanasan. Ternyata
suhu di bawah lapisan ber-warna merah dari suatu buah mempunyai suhu lebih rendah jika
dibandingkan dengan bagian lainnya yang berwarna hijau. Beberapa ganggang yang bebas bergerak
akan menghindar dari cahaya yang terlalu kuat dengan jalan pergerakan secara vertikal, bermigrasi
kedalaman air.

1. g. Lamanya penyinaran
Lamanya penyinaran relatif antara siang dan malam 24 jam akan mempengaruhi fungsi dari
tumbuhan secara luas. Jawaban dari organisme hidup tehadap lamanya si-ang hari dikenal dengan
fotoperiodisma. Dalam pertumbuhan jawaban/respon ini meliputi perbungaan, jatuhnya daun dalam
dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperioda akan konstan
sepanjang tahun, sekitar 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim panas,
tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin. Perbedaan yang terpanjang antara siang dan malam
akan ter-jadi di daerah dengan garis lintang tinggi. Berdasarkan respon ini, tumbuhan berbunga dapat
dikelompokan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Tumbuhan berkala panjang, yaitu tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih dari 12 jam
untuk terjadinya proses perbungaan. Berbagai tumbuhan tem-perate termasuk kelompok ini,
seperti macam-macam gandum (Wheat dan Barley) dan bayam.

Hal7dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
b. Tumbuhan berkala pendek, kelompok tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek
dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, dalam ke-lompok ini termasuk tembakau dan
bunga krisan.
c. Tumbuhan berhari netral, yaitu tumbuhan yang tidak memerlukan perioda pan-jang hari tertentu
untuk proses perbungaan, misal tomat dan dandelion.

Reaksi tumbuhan berskala panjang dan berskala pendek membatasi penye-baran secara
longitudinal sesuai dengan kondisi fotoperiodenya. Apabila beberapa tumbuhan terpaksa hidup di
tempat yang kondisi fotoperiodenya tidak optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser pada
pertumbuhan vegetatif. Misalnya bawang merah (tumbuhan berkala pendek), akan menghasilkan
bulbus/ umbi lapisnya yang besar apabila ditumbuhkan di daerah dengan fotoperiode yang panjang, hal
ini memberikan arti ekonomi tertentu dan banyak dilakukan oleh pakar holtikultura. Di daerah
khatulisti-wa tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiode ini tidaklah menunjukkan adanya
pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetapi aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor-
faktor lainnya, dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi, tidak merupakan faktor pembatas.

2. SUHU
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik langsung maupun tidak
langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan
dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung
de-ngan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju
evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme
hidup. Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingku-
ngan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorbsi oleh
suatu substansi. Tambahan lagi suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk
mengontrol fungsi-fungsi organisme. Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan
tetapi sulit untuk menentukan suhu yang bagai-mana yang berperan nyata, apakah keadaan minimum,
maksimum atau keadaan harga rata-ratanya yang penting.

2. a. Suhu dan tumbuhan


Kehidupan di muka bumi berada dalam suatu batas kisaran suhu antara 0ºC sampai 30ºC,
dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum, dan optimum yang
diperlukan untuk aktivitas metabolismenya. Suhu yang diperlukan organisme hidup dikenal dengan
suhu kardinal. Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya
pertukaran suhu yang secara terus menerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya. Kisaran toleransi
suhu bagi tumbuhan sangat bervariasi, untuk tanaman di tropika, semangka, tidak dapat mento-leransi
suhu dibawah 15º -18º. Sebaliknya konifer di daerah temperatur masih bisa men-toleransi suhu sampai
serendah minus 30ºC, tumbuhan air umumnya mempunyai ki-saran toleransi suhu yang lebih sempit
bila di bandingkan dengan tumbuhan di daratan. Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai
kisaran toleransi suhu yang berbeda tergantung pada umumnya. Keseimbangan air dan juga keadaan
musim.

Hal8dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
2. b. Variasi Suhu
Sangat sedikit tempat-tempat dipermukaan bumi secara terus menerus berada dalam kondisi
terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidup-an, suhu biasanya mempunyai variasi baik secara
ruang maupun secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini
juga terjadi variasi lokal berdasarkan topo-grafi dan jarak dari laut. Terjadi juga variasi dari suhu ini
dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu;
pada permu-kaan kanopi hutan dengan suhu dibagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas.
Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air. Seperti halnya de-ngan faktor
cahaya, letak dari sumber panas (matahari), bersama-sama dengan berpu-tarnya bumi pada porosnya
akan me-nimbulkan variasi suhu dialam tempat tumbuhhan hidup. Jumlah panas yang diterima bumi
juga berubah-ubah setiap saat tergantung pada lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap
musim, setiap tahun dan gejala ekologi. Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai
memperoleh lebih banyak panas dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi, de-ngan
demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah suhu tertinggi setengah hari.
Setelah lewat petang mulailah terjadi penurunan suhu muka bumi ini akibat radiasi yang lebih besar
dibandingkan radiasi yang diterima. Pada ma-lam hari penurunan suhu muka bumi akan bertambah
lagi, panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan radiasi berjalan terus, akibat
ada kemung-kinan suhu permukaan bumi lebih ren-dah dari suhu disekitarnya. Proses ini akan
menimbulkan fluktuasi suhu harian, dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi didaerah antara
ombak, ditepi pantai.
Berbagai karakteristik muka bumi penyebab variasi suhu:
a) Komposisi warna dan tanah, makin terang warna tanah makin banyak panas dipan-tulkan, makin
gelap warna tanah makin banyak panas diserap.
b) Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat memberikan res-pon pada
pancaran panas dari pada tanah yang padat, terutama erat kaitannya dengan penembusan dan
kadar air tanah, makin ba-sah tanah makin lambat suhu berubah
c) Kerimbunan tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak dengan be-bas maka tidak
ada perbedaan suhu antara tempat terbuka dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin
tidak berhembus keadaan akan sangat berlainan, de-ngan kerimbunan yang rendah sudah mampu
mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah lagi kelembaban udara
dibawah kerim-bunan tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang dipakai untuk pemanas-
an uap air. Akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang di-pancarkan
kembali oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam
hutan sering jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi suhu ditempat terbuka atau
tidak bervegetasi.
d) Iklim, mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukan adanya pengaruh iklim. Asap dan
gas yang terdapat diudara kota sering mere-duksi radiasi. Partikel-partikel debu yang melayang
diudara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya, uap air inilah yang bersifat aktif
dalam mengurangi pengaruh radi-asi matahari tadi.
e) Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50 dapat mereduk-si suhu,
sebanding dengan 45 km perjalanan kekutub.

Hal9dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
Variasi suatu berdasarkan waktu atau temporal terjadi baik musiman maupun harian, semua
variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.

2. c. Pengaruh Suhu terhadap Tumbuhan


Seluruh reaksi kimia pada proses fisiologi dan metabolisme dipengaruhi oleh suhu. Reaksi
kimia berlangsung lebih cepat dengan kenaikan suhu. Pada kisaran suhu tertentu, reaksi kimia
berlangsung dua kali lebih cepat pada kenaikan suhu udara 100C (hukum Van’t Hoff). Suhu
berpengaruh terhadap katalisator yakni berbagai macam enzim dalam tubuh tumbuhan enzim dan
senyawa protein rusak akibat suhu terlalu ting-gi atau terlalu rendah. Enzim akan mengendap dan
kehilangan kemampuannya untuk mempercepat reaksi. Setiap tumbuhan memiliki kisaran suhu,
dimana proses-proses fisiologi tumbuhan berlangsung cepat dan cepat. Terdapat tiga rangkaian suhu,
yakni suhu minimum, suhu optimum dan suhu maksimum yang sangat berpengaruh terhadap laju
proses fisiologis dan metabolisme. Rangkaian suhu tersebut disebut suhu kardinal (cardinal
temperature). Dibawah suhu minimum tumbuhan berhenti tumbuh, pertum-buhan cepat dan lancar
terjadi pada suhu optimum tumbuhan menjadi tidak aktif. Suhu kardinal tanaman budidaya tropis
seperti sorghum adalah 16 - 47ºC. Sedangkan suhu kardinal tanaman budidayadaerah iklim sedang
adalah 2 - 34ºC (Jen Hu Chang, 1968). Contoh tanaman daerah iklim sedang (temperate) adalah
gandum, barley dan Oats. Dengan demikian suhu menentukan komunitas tumbuhan dan macam
speciesnya. Suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mengakibatkan kerusakan (inyury)
pada tumbuhan. Kerusakan tumbuhan akibat suhu yang terlalu tinggi adalah:
a. Organ dan jaringan tumbuhan mengering
b. Protoplasma rusak karena terurai sehingga berhenti berfungsi
c. Ketidakseimbangan fotosintesis dan respirasi, sehingga hasil fotosin-tesis “habis dibakar” dan
kurang untuk respirasi
d. Enzim dan senyawa protein lainnya menjadi tidak aktif

Suhu udara yang terlalu dingin yaitu dibawah suhu minimum, akan terjadi hal-hal sebagai
berikut:
a. Enzima dan protein menjadi kental dan mengendap sehingga kehilangan reakti-fitasnya
b. Terbentuk kristal es didalam protoplasma, sehingga seluruh proses seluler ter-henti, bahkan
terjadi kematian organ-organ selnya
c. Terbentuk kristal es di ruang-ruang antar sel, banyak sel yang bersebelahan pecah dinding
selnya dan sel kemudian mati.

Kerusakan akibat suhu yang terlalu rendah dan terjadi dengan tiba-tiba sering terjadi di lintang
diatas 24º dan disebut frost (Daubenmire).Adap-tasi tumbuhan terha-dap suhu, secara evolutif
tumbuhan yang memiliki sifat-sifat toleran terhadap suhu ekstrim “terseleksi” dan populasinya makin
membesar. Bentuk morfologi tumbuhan yang mampu mengfhindari suhu tinggi antara lain:
Daun berukuran kecil dan tipis helainya, guna meningkatkan transpirasi agar daun bersuhu
lebih rendah dari pada udara di sektarnya. Orientasi helai daun vertikal searah dengan kedatangan sinar.
Permukaan daun berwarna putih untuk memantulkan sinar, kulit batang tebal dan bergabus.

Hal10dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
Protoplasma berkadar air rendah, sehingga pontesi osmosa jadi tinggi.Adaptasi tumbuhan terhadap
suhu rendah dan upaya pence-gahan kerusakan akibat suhu rendah antara lain :
a. Sel-sel yang ada dipermukaan dilapisi lilin (Wax) yang tebal dan sering padat di-tumbuhi bulu
(pubescence)
b. Sel-sel berukuran kecil,
c. Protoplasma bervikositas rendah (encer), kandungan molekul air rendah, kadar protein-lipid-gula
tinggi dan tekanan osmosis rendah.
d. Laju pertumbuhan vegetatif rendah.

2. d. Suhu dan Produktivitas


Laju respirasi dan fotosintesis dari tumbuhan haruslah terjadi sedemi-kian rupa sehingga
terdapat produktivitas bersih. Untuk tumbuhan umumnya suhu optimum un-tuk respirasi lebih tinggi
dari suhu optimum untuk fotosintesis. Diatas suhu tertentu respirasi akan melebihi fotosintesis, maka
akan terjadi kelaparan bagi tumbuhan ter-sebut. Hal inilah yang berperan dalam membatasi penyebaran
tumbuhan di daerah dingin ke arah hangat.

2. e. Thermoperiodisma
Thermoperiodisma merupakan jawaban dari tumbuhan terhadap situasi suhu yang bersifat
ritmik. Hal ini dapat terjadi baik secara musim atau harian. Tumbuhan yang biasanya hidup pada
tempat-tempat dengan suhu yang berfluktuasi berkecen-derungan akan mengalami gangguan apabila
ditumbuhkan pada tempat suhu yang konstan. Kebanyakan tumbuhan akan tumbuh baik bila suhu
lingkungan berubah-ubah, misalnya, tomat mempunyai laju pertumbuhan optimum bila berada pada
tempat de-ngan suhu siang 25ºC dan suhu malam sekitar 10ºC. Fluktuasi suhu ini menghasilkan
keseimbangan opimum antara respirasi dengan fotosintesis.
Beberapa jenis tumbuhan memerlukan suhu malam hari dibawah suhu mini-mum untuk
terjadinya pembungaan. Dan pada beberapa tumbuhan fluktuasi teratur diperlukan untuk
perkecambahan. Thermoperiodisma membatasi penyebaran tumbuh-an baik berdasarkan garis lintang
maupun ketinggian tempat.

2. f. Suhu dan Dormansi Tumbuhan


Dormansi tidak saja terjadi pada tumbuhan yang hidup pada lingkungan yang dingin, tetapi
pada tumbuhan yang hidup di daerah iklim hangat. Tumbuhan ditropika sering mempunyai fase
dorman yang tidak ada kaitan-nya dengan suhu. Diperkirakan bahwa fenomena ini telah
memungkingkan nenek moyang pohon-pohon temperata berasal dari berimigrasinya dari tropika ke
temperata. Sebagai gejala umum dormansi diinduksikan dalam tumbuhan ditemperata sebagai jawaban
terhadap fotoperioda. Tetapi fasa dorman dari tumbuhan akan dipecahkan oleh suhu yang dingin,
gejala ini disebut vernalisasi. Bila tidak cukup dingin untuk memecahkan masa dorman maka
tumbuhan tidak mampu untuk hidup lagi.
Kebanyakan pohon dan perdu di daerah Inggris, misalnya, memerlukan antara 200 sampai
300 jam di bawah suhu 9ºC untuk tujuan penyilangan. Tanaman bianual se-perti beet dan seledri
menghasilkan daun dan umbi dalam musim tumbuh pertama dan berbunga pada musim tumbuh

Hal11dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
kedua. Dengan memanfaatkan suhu dingin buatan sik-lus hidup akan terjadi secara lengkap hanya
dalam satu tahun.

2. g. Masa / Musim Pertumbuhan


Masa / musim pertumbuhan adalah suatu periode waktu ketika semua kondisi lingkungan
yang diperlukan untuk tumbuh berada dalam keadaan memuaskan / co-cok. Suhu merupakan salah
satu faktor yang paling kritis dalam menentukan panjang musim masa pertumbuhan, terutam untuk
tumbuhan yang hidup di tropika faktor kese-diaan air, dalam hal ini jumlah dan lamanya hujan,
merupakan faktorpenentu untuk masa/ musim pertumbuhan ini. Rata-rata suhu harian atau rata-rata
suhu bulanan sering dipakai untuk menentukan masa/ musim pertumbuhan di daerah garis lintang
tinggi, salah satuna adalah didasarkan pada suhu minimum pertumbuhan.

2. h. Suhu Minimum Untuk Pertumbuhan


Musim pertumbuhan didefinisikan sebagai periode ketika suhu berada diatas batas ambang
tertentu yang diperlukan untuk tumbuh. Batas ambang ini berlainan, dari 0ºC sampai 100ºC, tetapi
umumnya dipakai 6ºC sebagai batas suhu minimum yang di-perlukan untuk pertumbuhan tanaman
pertanian. Di Amerika Serikat musim pertum-buhan ini sering dibatasi oleh “hari bebas kebekuan”,
yaitu jumlah dari berurutan selama suhu secara terus-menerus diatas 0ºC. Satu hal yang perlu dipahami,
metode manapun dipergunakan untuk menentukan masa pertumbuhan, sampai sekarang be-lum betul-
betul memuaskan. Dalam hal ini tidak diperhitungkan kenyataan atau adanya kenyataan bahwa suhu
udara akan dimodifikasi oleh keadaan ling-kungan lainnya, seperti tanah, topografi, dan vegetasi.
(Metode lain untuk menentukan masa/ musim pertumbuhan diantaranya adlah berdasarkan suhu
terakumulasi dan unit fototermal, Emberlin,1983)

3. AIR
Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, semua organisme hidup memerlukan
kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air disistem bumi kita ini adalah terbatas dan dapat
berubah-ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit untuk terjadi karena adanya siklus
melalui hujan, aliran air, transpirasi, dan evapo-rasi yang berlangsung secara terus-menerus.Bagi
tumbuhan air adalah penting karena dapat langsung mem-pengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai
bagian dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan
or-gan tumbuhan.

3. a. Peranan air bagi tumbuhan di bawah ini :


Struktur Tumbuhan :air merupakan bagian terbesar pembentuk jaringan dari semua makluk
hidup ( tak terkecuali tumbuhan). Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon terdiri dari air, dan
bagi tumbuhan herbal jumlahnya mungkin akan men-capai 90%. Cairan yang mengisi sel akan
mampu menjaga substansi itu untuk berada dalam keadaan yang tepat untuk ber-fungsi metabolisme.
Sebagai Penunjang :tumbuhan memerlukan air untuk penunjang jaringan-jaringan yang tidak
berkayu. Apabila sel-sel jaringan ini mempunyai cukup air maka sel-sel akan berada dalam keadaan
kukuh. Tekanan yang diciptakan oleh kehadiran air di dalam sel disebut tekanan turgor dan sel akan

Hal12dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
menjadi mengembang, dan apabila jumlah air tidak memadai maka tekanan turgor berkurang dan isi
sel akan mengkerut dan terjadilah plasmolisis.
Alat Angkut : tumbuhan memanfaatkan air sebagai alat mengangkut materi disekitar tubuhnya.
Nutrisi masuk melalui akar dan bergerak kebagi-an tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut
dalam air. Demikian pula karbohidrat yang dibentuk di daun diangkut ke jaringan-jaringan lain-nya
yang tidak berfotosintesis dengan cara yang sama.
Pendingin :kehilangan air dari tumbuhan oleh transpirasi akan mendinginkan tubuhnya dan
menjaga dari pemanasan yang berlebihan. Putaran permenit selama 30-40 menit.

3. b. Masuknya Air dalam Tumbuhan


Tumbuhan umumnya menyerap air tanah oleh sistem akarnya, meskipun pada beberapa
tumbuhan sederhana tetapi lumut kerak dan lumut daun mampu menyerap air dari sekitarnya secara
langsung. Air memasuki akar melalui bulu-bulu akar yang sangat halus yang berada sekitar 6 mm
setelah tudung akar. Sistem bulu akar ini mem-perluas permukaan aktif yang mampu menyerap air,
dan secara terus menerus diper-baharui sesuai dengan per-tumbuhan akar menembus tanah

3. c. Pergerakan Air dalam Tumbuhan


Dalam tumbuhan paku-pakuan dan spermatofita air, bergerak melalui jaringan khusus yang
disebut xylem, yang strukturnya sangat berbeda-beda tergantung pada pengelompokannya, yang secara
umum bersamaan dengan bentuk tabung. Air dido-rong naik sebagian akibat daya kapiler, tetapi seba-
gian basar bergerak naik akibat perbedaan tekanan antar daun dengan yang akan menghasilkan aliran
yang terus-me-nerus melalui tumbuhan. Dalam tum-buhan yang tidak mempunyai jaringan xylem air
diangkut keseluruh tubuh oleh proses osmosis.

3. c. Bagaimana Air meninggalkan tumbuhan


Umumnya air yang masuk ketanah dan tumbuhan akan hilang melalui proses penguapan, dan
hanya 2% air yang diserap oleh akar dipakai membentuk lebih ba-nyak materi tumbuhan. Pada
prinsipnya air akan meninggalkan tumbuhan melalui tiga cara:
Transpirasi : yaitu bagian yang paling utama dari kehilangan air ini. Dalam daun air diuapkan
dari dinding sel keruang antar sel. Dari sini didifu-sikan keluar ke udara melalui lubang kecil di daun
yang disebut stomata / mulut daun. Mulut-mulut daun ini akan terbuka pada siang hari dan menutup
pada malam hari. Fungsi utama adalah memberi kemungkinan untuk terjadi-nya pertukaran gas antara
tumbuhan dengan udara.
Penguapan kutikula: sebagian air mungkin mampu menguap melalui kutikula dari daun atau
tangkai. Dan hanya sebagian kecil air hilang dengan cara ini, umumnya kurang dari 10% dari total
kehilangan air.
Gutasi : di daerah yang lembab kehilangan air akibat penguapan terlalu sulit. Untuk tumbuhan
yang hidup pada habitat ini mempunyai lubang pada ujung xylem dari daun sebagai adaptasi morfologi
dan fisiologi. Lubang ini lebih dikenal dengan hitoda, yang memungkinkan air menetes langsung
keluar dari daun yang disebut gutasi.

3. d. Laju Kehilangan Air

Hal13dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
Jumlah air yang diperlukan oleh tumbuhan dan konsekuensinya daya toleransi terhadap
lingkungan adalah ditentukan utamanya oleh laju kehilangan air, yang harga-nya tidak saja dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan tetapi juga oleh keadaan tumbuhan itu sendiri.

3. e. Kondisi lingkungan
Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan udara, dan angin kesemua-nya berperan
terhadap laju penguapan dan mempengaruhi jumlah air yang hilang dari tumbuhan.

3. f. Ukuran dan Struktur Tumbuhan


Ukuran Tumbuhan : umumnya tumbuhan yang besar memerlukan lebih banyakair dari pada
tumbuhan kecil pohon Quercus misalnya menguapkan 675 L air, sedang-kan jagung hanya
menguapkan 2,5 L air selama musim panas di daerah temperata.
Ukuran Daun : umumnya didaerah lembab yang mempunyai laju penguapan rendah daun-
daun menjadi besar untuk mendukung transpirasi, sedangkan daun-daun tumbuhan didaerah kering
berukuran kecil-kecil untuk mengurangi penguapan.
Jumlah dan ukuran stomata : rapatan dan ukuran stomata sangat berlainan untuk setiap jenis
tumbuhan. Transpirasi pada dasarnya akan lebih efisien pada daun dengan ukuran stomata kecil tapi
banyak jumlahnya dari pada daun dengan stomata besar tapi sedikit jumlahnya.
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah kering biasanya mempunyai stomata
dengan jumlah sedikit, bahkan pada daerah kering ini stomata tumbuhan ter-buka pada malam hari dan
tertutup pada siang hari dengan tujuan mengurangi kehi-langan air akibat transpirasi.

3. g. Kekurangan dan Kelebihan Air


Di lingkungan daratan dengan situasi kelebihan air maka tanah menjadi jenuh air,
permasalahan utama pada situasi seperti ini adalah tidak adanya udara dalam tanah sehingga perakaran
tumbuhan tidak bisa bernafas dan juga tanah sering menjadi asam. Jika jumlah air tidak memadai untuk
keperluan tumbuhan maka sel menjadi lembek, dan stomata menutup untuk mengurangi kehilangan air
berkelanjutan. Kondisi air tanah seperti ini dikenal dengan titik kelayuan, dan sel-sel tumbuhan mulai
untuk terjadinya plasmolisis yang biasanya berjalan berkepanjangan. Dan apabila situasi kekurangan air
ini terus menerus maka tumbuhan akan mati. Umumnya tumbuhan yang berada di dae-rah kering ini
berada dalam keadaan setengah dehidrasi pada siang hari yang diim-bangi dengan penyimpanan dalam
kese-imbangan airnya pada malam hari.
3. h. Efisisensi Transpirasi
Jenis tumbuhan yang berbeda memerlukan jumlah air yang berbeda pula untuk
pertumbuhannya. Perbandingan antara produktifitas bersih dengan air yang ditrans-pirasikan
merupakan efisiensi transpirasi dari tumbuhan. Biasanya dinyatakan sebagai berat air yang
ditranspirasikan dalam gram untuk menghasilkan 1 gram berat organik kering. Misalnya, efisiensi
transpirasi dari gandum adalah 507, tentang 408, dan tanam-an di daerah kering 250.

3. i. Adaptasi Tumbuhan Terhadap Kondisi Ekstrim


Kekeringan merupakan situasi yang sering dialami oleh tumbuhan, meskipun dipahami bahwa
hujan bukanlah satu-satunya faktor yang dapat menimbulkan suhu tinggi bisa juga memberikan

Hal14dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
pengaruh kekurangan air ini. Bila musim kering itu bersifat periodik dan merupakan karakteristik
daerah, maka tumbuhan yang berada di daerah itu akan memperlihatkan penye-suaian dirinya, berbagai
cara penyesuaian ini tergan-tung pada tumbuhan itu. Umumnya memperlihatkan reduksi dari daun dan
bahan, memperpendek siklus hidup atau biji matang atau dekat permukaan, rambut akar ber-tambah
banyak, sel kutikula menebal, dinding sel mengandung banyak ikatan lipid. Jaringan polisade
berkembang lebih baik tetapi sebaliknya dengan bunga karang, sel dan ruang antarsel mengecil tetapi
jaringan lignin membesar. Kecepatan fotosintesis, tekanan osmosa dan permeabilitas protoplasma
meninggi dan diikuti dengan penurun-an viskositas protoplasma, akibat perbandingan tepung dan gula
menjadi besar, ber-bagai usaha untuk mengatasi air atau mengurangi kebutuhan air bagi tumbuhan:

Memperbaiki keadaan lingkungan


a. Menambah jumlah air dengan irigasi atau mengadakan penahanan terhadap buangan air.
b. Mengurangi kecepatan evapotranspirasi, dengan cara:
 Pengadaan mulsa, menghambat penguapan dari tanah dengan menutupnya oleh dedaunan,
ranting dan lain-lain.
 Menahan kecepatan angin dengan pohon pelindung
 Melakukan penjaringan
 Menyiangi daun dan bagian tumbuhan lainnya
 Membuang tumbuhan gulma
 Memberi cairan lilin pada daun

Menaikan Daya Tahan Tumbuhan Terhadap Kekeringan


 Memilih jenis tumbuhan yang tahan kekeringan
 Penyilangan dengan tumbuhan tahan kering
 Pemberi stimulasi tahan kekeringan
 Menjaga kadar N sekecil mungkin tapi memadai
 Mengatur pengairan dengan jarak semakin lama, dengan maksud sistem pena-karan
menembus dengan jauh kedalam tanah dan supaya terjadi perubahan protoplasma yang dapat
menaikkan daya tahan terhadap kekeringan.

Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Toleransi Terhadap Air


Berdasarkan toleransinya terhadap air, terdapat lima kelompok besar tumbuh-an, yaitu:
A. Hidrofita
Hidrofita : kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada tanah yang ter-genang secara
permanen. Kelompok tumbuhan yang hidup sebagian atau seluruhnya didalam air atau habitat yang
basah. Jadi dalam hal ini keadaan air dalam kondisi ber-lebihan, dan tumbuhan yang hidup mempunyai
karakteristika yang khusus, seperti ter-dapatnya jaringan lakuner terutama pada daun dan akar yang
berperan dalam meme-nuhi kebutuhan akan udara sebagian adaptasi terhadap kekurangan oksigen.
Berdasar-kan karakteristiknya dikenal 4 sub kelompok hidrofita, yaitu:
a. Hidrofita tenggelam dan tertanam pada substrat :mempunyai epidermis yang tidak berkutikula,
daun dan cabang akar tereduksi dalam ukuran dan ketebalan. Ber-kembangbiak biasanya secara
vegetatif. Contoh: Vallesneria dan Elodea dll
Hal15dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
b. Hidrofita terapung : mampu berkembang biak secara cepat sehingga dalam waktu yang singkat
dapat menutupi seluruh permukaan perairan. Bila terjadi reproduksi seksual maka penyerbukan
terjadi pada atau diatas permukaan. Contoh: Lemma, Eichornia, dan Salvia dll.
c. Hidrofita semi terapung : memiliki akar tertanam dalam substrat, dengan batang, akar dan tuber
yang panjang. Daun sering tertutup. Akar cepat tumbuh dalam lum-pur, daun memperlihatkan
variasi yang berbeda, baik bentuk maupun struktur, antara yang mencuat ke udara dengan yang
terendam dalam air. Contoh: Acorus dan Typhadll
d. Hidrofita melayang : merupakan fitoplankton, mampu menyerap nutrisi langsung dari air. Contoh:
Oscillatoria dan Spirogyra dll

B. Halofita
Halofita merupakan kelompok tumbuhan yang terkhususkan tumbuh pada ling-kungan
berkadar garam tinggi (kekeringan fisiologi). Tumbuhan yang hidup dalam kadar garam yang tinggi,
mempunyai mekanisme untuk menerima garam yang masuk dalam tubuhnya. Halofita harus mampu
meng-atasi masalah kekeringan fisiologi. Ting-ginya konsentrasinya garam dalam tanah mungkin
menghambat penyerapan air secara osmosis. Pada rawa pantai halofita berada dalam kekeringan saat
surut, dan pengaruh kekurangan air dapat diimbangi dengan penyimpanan air dalam tubuhnya
sehingga bentuk halofita ini sering memperlihatkan sifat sukulen. Contoh: Achantus ilicifolius dan
berbagai tumbuhan di rawa estuaria.

C. Xerofita
Xerofita merupakan kelompok tumbuhan yang beradaptasi untuk hidup di dae-rah kering,
tumbuhan ini tahan terhadap kekeringan yang lama, baru layu bila kehi-langan 50–75 % kandungan
total air. Tumbuhan ini telah teradaptasi untuk daerah ke-ring, sangat sedikit jumlahnya dan lebih
terkhususkan jika dibandingkan dengan ke-lompok lainnya. Xerofita ini dapat dikelompokkan dalam
dua sub kelompok besar, yai-tu kelompok yang menghindar terhadap kekeringan (xerofita tidak
murni), dan kelom-pok yang memikul atau menehan situasi kering (Xerofita asli). Penghindar terhadap
kekeringan mencegah kekeringan dengan jalan melakukan adaptasi dalam siklus hi-dup, morfologi,
dan fisiologi.
1. Epemeral.
Merupakan umumnya tumbuhan dipadang pasir dengan siklus hidup dan tum-buhan mulai
dari biji sampai fase reproduksi dalam beberapa minggu selama jumlah air mencukupi,
biasanya biji di lapisi zat pelindung dan tahan terhadap kekeringan yang akan terlarut pada
musim hujan sebelum berkecambah.
2. Sukulenta
Merupakan tumbuhan perental,menghindar dari kekeringan dengan menyim-pan sejumlah air
dalam jaringanya dan mereduksi kehilangan air.air dapat di-simpan mungkin didaun seperti
pada Agave,ditangkai atau dahan pada Cacta-ceae dan Euphorbiaceae, atau di batang pada
Bombacaeae. Pada semua suku-lenta bentuk morfologinya ini mempuyai kemampuan untuk
mengurangi kehi-langan air dari tumbuhan akibat transpirasi stomata dan ruang antar sel
sangat sedikit, daun reduksi dalam ukuran lapisan kutikula yang tebal

Hal16dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
3. Freatofita
Sering di kenal dengan tumbuhan penyedot air, karena laju traspirasinya yang tinggi dan
mampu menghindar dari kekeringan karena kemampuanya mencari dan mendapatkan air.
Strateginya tidak untuk menjaga air tetapi akar yang sa-ngat panjang yang mampu mencapai
lapisan freatik yang dalam dari air tanah, menyerapnya dengan tekanan osmotik yang tinggi
dari akarnya.
4. Xerofita
Tumbuhan yang tahan kekeringan merupakan xerofita sejati, dan biasanya be-rupa semak
yang memperoleh air dari tanah yang relatif kering. Caranya de-ngan mengadakan tekanan
devisit yang cukup tinggi dalam sel-sel daun dan akar. Biasanya juga mengurangi transpirasi
dengan bentuk daun yang kecil te-tapi kuat.

D. Mesofita
Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada kondisi tanah yang mo-derat (tidak
dalam keadaan ekstrim).Umumnya tumbuhan darat, termasuk tanaman pertanian, perakaran bercabang
banyak dan terbentuk sempurna, stomata daun ba-nyak di permukaan bawah helaian daun, dan layu
bila kehilangan total airnya 25%.
4. ANGIN
Angin merupakan pergerakan udara dan timbul akibat pemanasan yang tetap dari udara dalam
hubungannya dengan permukaan bumi, serat perputaran bumi pada porosnya (Skith, 1974).
Udara panas menjadi lebih ringan dan naik keatas akibat tekanan yang rendah. Keadaan ini
akan segera dig anti oleh udara dingin dan berat yang bertekanan tinggi. Pergerakan mendatar dari
bagian udara yang dingin ini yang menggantikan masa udara yang lebih panas disebut angin. Dalam
hal ini angin akan menserkulasi oksigen, karbon dioksida, dan uap air.
Secara umum angin berfungsi dalam mengangkut udara dingin atau hangat, menggerakkan
awan dank abut, mencampurkan udara sehingga perubahan suhu tidak terlalu mencolok. Dan
mempengaruhi tumbuhan secara langsung maupun tidak langsung.
Fungsi Angin :
1. Mengangkut udara dingin atau hangat
2. Menggerakan awan dan kabut
3. Mencampurkan udara sehingga perubahan suhu tidak terlalu menco-lok
4. Mempengaruhi tumbuhan secara langsung ataupun tidak langsung
Faktor Terjadinya Angin
Faktor terjadinya angin, yaitu : Gradien Barometris, letak tempat tersebut, ke-tinggian tempat
tersebut, dan waktu.
Gradien Barometris adalah bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar yang
jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya angin semakin cepat.
Letak Tempat kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari lainnya. Sebaliknya yang
jauh dari garis khatulistiwa lebih lambat. Tinggi Tempat. Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula
angin yang bertiup. Waktu Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari. Pengaruh
angin secara langsung bagi tumbuhan

Hal17dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
a. Daerah Garis lintang menengah dan tinggi. Kombinaasi angin dengan kebe-kuan akan
menyebabkan penumpukan es pada tumbuhan yang akan mengaki-batkan rusak sampai
runtuhnya tumbuhan tadi
b. Daerah pantai. Kombinasi angin dan partikel garam akan membatasi pertum-buhan berbagai
jenis tumbuhan yang tidak tahan terhadap silinitas yang tinggi.
c. Daerah perbukitan, pergunungan, daratan. Angin yang kuat membatasi pertum-buhan
tanaman dan menyebabkan kerusakan fisik. Bentuk yang tidak normal dan struktur tumbuhan
akibat angin sering terjadi.

Pengaruh angin secara langsung bagi tumbuhan.


Angin yang kuat mungkin membatasi pertumbukan tanaman dan mengaki-batkan kerusakan
fisik. Bentuk yang tidak normal dari struktur tumbuhan akibat angin sering terjadi pada tempat – tempat
terbuka diperbukitan, pegunungan pada daerah gegernya dan juga dipedataran. Di daerah garis lintang
menengah dan tinggi, kombi-nasi angin dengan kebekuan akan menyebabkan penumpukan es pada
tumbuhan yang akan mengakibatkan rusak sampai runtuhnya tumbuhan tadi. Di daerah pantai,
kombinasi angin dan partikel garam akan membatasi pertumbuhan berbagai jenis tum-buhan yang
tidak tahap terhadap silinitas yang tinggi. Pengaruh angin tidak langsung pada tumbuhan. Angin
mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya uap air dari sekitar tumbuhan, sehingga memberikan
kesempatan terjadinya penguapan lebih lan-jut. Situasi ini merupakan tekanan yang kuat bagi
keseimbangan air, meskipun jumlah air dalam tanah cukup banyak. Pertumbuhan vertical akan terbatas
sesuai dengan ke-mampuan mengisap dan mentransformasi air ke atas untuk mengimbangi transpirasi
yang cepat, hasilnya mungkin akan membentuk tumbuhan yang kerdil.

Penahan angin
Untuk mengatasi pengaruh dari angin yang merusak tadi, sering dilakukan penahanan angin
oleh deretan pohon sebagai windbreak atau shertelbelt. Deretan pohon ini berfungsi dalam mengurangi
kecepatn angin dan mem-bantu kelembapan tanah. Secara umum penahan angin ini akanmereduksi
tranpirasi dan evaporasi dll. Efek dari penahanan angin tergan-tung pada jalur hijau dan kerapatan.

Penyerbukan angin
Tepung sari yang akan ditiup angin akan menybar kemanamana dan tidak ter-atur dengan
demikian penyerbukan ini kurang efisien dan kemungkinan jatuhnya te-pung sari pada stigma yang
sejenis rendah kemungkinan/peluangnya. Biasanya untuk mengimbangi hal ini, jumlah tepung sari
yang dihasilkan untuk diterbangkan angin sangat banyak. Di ala mini ternyata banyak tumbuhan dalam
proses penyerbukannya memakai angin sebagai medium, terutama Coniferae, Poales, Ranales,
Glumiferae, dan Amantiferae.
Ciri-ciri morfologi tumbuhan yang teradaptasi untuk penyerbukan angin, mi-salnya :
 Bunga yang kecil dengan perhiasan bunga kurang baik pertumbuhannya.
 Stamen panjang dan stigma berbulu serta terbuka letaknya.
 Bunga biasanya uniseksual dan sering terletak pada bagian atas dari tumbuhan sehingga tidak
terhalang.

Hal18dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
 Tepung sari kering dan ringan serta jumlahnya yang banyak sekali dan kadang-kadang
mengandung semacam zat perekat pada bagian eksinnya.

Pengaruh angin tidak langsung bagi tumbuhan.


Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya uap air dari sekitar tum-buhan, sehingga
memberikan kesempatan terjadinya penguapan lebih lanjut. Situasi ini merupakan tekanan yang kuat
bagi keseimbangan air, meskipun jumlah air dalam tanah cukup banyak. Pertumbuhan vertikal akan
terbatas sesuai dengan kemampuan menghisap dan mentransformasikan air ke atas untuk
mengimbangi traspirasi yang cepat, hasilnya mungkin akan membentuk tumbuhan yang kerdil.

Penahan Angin
Untuk mengatasi pengaruh dari angin yang merusak, sering dilakukan oleh pe-nahanan angin
oleh deretan pohon sebagai jalur hijau atau berfungsi sebagai Wind-break atau Shertelbelt.
Deretan pohon ini berfungsi dalam mengurangi kecepatan angin dan mem-bantu menjaga
kelembapan tanah. Secara umum angin ini akan mereduksi transpirasi dan evaporasi, mengurangi
kerusakan oleh angin, dan mengurangi perpindahan tanah yang terangkut oleh angin. Efektifitas dari
penahanan angin ini tergantung dari sistem penanaman jalur hijau dan kerapatannya.
Secara umum fungsi penahan angin secara langsung dalam bidang pertanian adalah :
a. Mengurangi stres pada tanaman sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman.
b. Mengurangi kerusakan tanaman yang disebabkan oleh angin.
c. Mengurangi erosi.
d. Mengurangi penguapan air dari tanaman dan tanah sehingga akan menghemat air.
e. Menstabilkan suhu dalam tanah; tanah tidak akan terlalu panas atau terlalu dingin. Suhu yang stabil
baik bagi kesehatan akar tanaman dan hewan dalam tanah.

Penyebaran biji oleh angin


Angin merupakan medium yang baik untuk penyebaran migrula tumbuhan, dan merpakan
proses yang efisen. Karena angin membawa migula sampai jarak yang jauh, maka secara ekologi
merupakan factor yang penting. Dalam penyebaran melalui angin tumbuhan melakukan adaptasi
morfologi.
a. Ukuran biji sangat kecil biji yang kecil dan ringan mudah disebarkan oleh angin. Misalnya
Ericeciae.
b. Biji berkomosa permukaan biji diperluas dengan adanya bulu-bulu yang hampir tidak menambah
berat. Dengan demikian mudah dibawa oleh angin, cara ini lebih baik dibandinkan cara yang tadi.
Contohnya: Salicaceae.
c. Biji bersayap, banyak tumbuhan dengan biji dengan sayap dan dapat mempenga-ruhi kecepatan
untuk terbawa angin sehingga penyebarannya dapat menjangkau secara luas. Contohnya:
Aceraceae.
d. Buah bersayap, misalnya pterocarus
e. Biji bergantung, biji tertutupi oleh stuktur yang pipih sehingga dapat berguling di tanah. Contoh:
Pedaliaceae.

Hal19dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
f. Stuktur khusus seperti pada spinifex littoralis, karangan bungan yang masak lepas dan
mengglundung terbawa angin sambil mengham-burkan biji yang telah masak

Dalam usaha penyebaran biji oleh angin ini berbagai bentuk adaptasi morfologi dilakukan oleh
tumbuhan, misalnya:
a. Ukuran biji sangat kecil Orchidaceae, dan Ericeae
b. Biji berkomosa Salicaceae, Aspleciadaceae
c. Biji bersayap Aceraceae, Pinaceae, Bignoniaceae
d. Buah bersayap Dipterocarpaceae, Pterocarpus
e. Biji berkantung Chenopodiaceae, Pedaliaceae
f. Struktur khusus Spinifex littoralis

HUJAN
Penerimaan energi oleh energi radiasi matahari oleh lautan, telaga dan rawa, akan
mengerakkan dan mensirkulasi udara diatmosfir yang akan membawa serta uap air. Uap air ini
dikondensasi kemudian menjadi hujan. Bersama dengan radiasi mata-hari, suhu, kelembaban udara,
angin dan hujan membentuk kondisi di atmosfer ditempat dan waktu tertentu dan kejadian ini disebut
cuaca (weather). Cuaca dilapisan troposfer selalu berubah-ubah. Kumpulan berbagai kondisi cuaca
dalam waktu yang panjang yakni minimal 30 tahun dinamai iklim (climate). Curah hujan dengan sifat-
sifatnya sangat menentukan ragam komunitas tumbuhan di berbagai ekosistem daratan (terrestrial).

1. Curah Hujan dan Komunitas Tumbuhan


Sirkulasi udara global akan menentukan pola dan sifat hujan tertentu, yang akan melahirkan
komunitas tumbuhan tertentu. Di khaltulistiwa curah hujan tinggi disertai dengan suhu udara yang
tinggi, akan menumbuhkan komunitas hutan hujan (tropical rainforest). Di daerah tropik yakni antara
lintang utara dan lintang selatan 30 derajat, akan tumbuh dan berkembang hutan tropis musiman
(tropical decidous florest). Daun-daun tumbuhan musiman (decidous) akan gugur di awal musim
kemarau. Daerah di sekitar lintang utara dan selatan 30 derajat, tempat turunnya angina kering akan ter-
bentuk gurun yaitu tempat yang sangat jarang hujan. Selanjutnya pada daerah iklim se-dang (temperate
zone) dengan udara yang basah akan menumbuhkan hutan iklim sedang musiman (temperate decidous
forest). Disamping komunitas hutan itu terdapat pula padang rumput (grassland), yakni di daerah yang
kurang hujan. Pada daerah per-temuan angina kutub dan angin di daerah iklim sedang, udara akan naik
ke lapisan yang lebih tinggi dan mengembunkan uap air yang dikandungnya. Pada daerah itu akan
tumbuh komunitas hutan cemara (Evergreen coniferius forest) yang daun-daunnya tidak gugur dengan
perubahan cuaca. Pada daerah kutub utara yakni antara lain di pulau Greenland, Siberia (Rusia), bagian
utara benua Amerika, terdapat padang rumput lumut yang dinamai tundra. (Tyler Miller Jr, 1992).
Besar hujan yang jatuh disuatu daerah ditentukan oleh topografi permukaan bumi. Di daerah
yang bergunung, terdapat perbedaan besarnya hujan jatuh. Udara yang mengandung uap air berhembus
dari laut ke daratan dan lereng gunung, air akan jatuh sebagai hujan di daratan dan makin banyak di
lereng gunung, karena udara naik dan suhu menjadi dingin. Selanjutnya udara yang telah melepaskan
airnya akan ber-gerak melewati puncak dan turun kembali pada di balik gunung. Udara kering tersebut

Hal20dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
menyebabkan daerah di balik gunung kekurangan hujan dan membentuk komunitas gurun. Daerah di
balik gunung disebut daerah bayangan hujan (rain sha-dow).
Total curah hujan tahunan (annual rainfall) sangat beragam, khususnya dizona iklim
khaltulistiwa dan tropic. Untuk membedakan kisaran curah hujan tahunan maka Lal (1987),
mengelompokan daerah yang menerima berbagai kisaran curah hujan tahunan. Sub iklim di kedua
zone tersebut rata-rata berkisar dari bawah 250 mm sampai 6000mm hujan tahunan. Curah hujan dan
suhu udara menentukan komunitas dan ma-cam spesies tumbuhan, baik yang di alami maupun yang di
budidayakan. Hanya sub iklim gurun yang tidak terdapat di kepulauan Nusantara. Hutan hujan tropis
terdapat di sub iklim basah dan sangat basah.
Air tersedia bagi tumbuhan sangat bergantung pada curah hujan, distribusinya dan suhu udara.
Jumlah curah yang merata selama musim penghujan akan lebih terse-dia bagi tumbuhan, dari pada
curah hujan tinggi yang jatuh pada waktu pendek. Oleh karena itu Oldeman dan Syarifuddin (1977)
menyusun peta agroklimatologi untuk se-luruh kepulauan Nusantara. Pembagian zone sub-iklim
didasarkan pada lama bulan basah dan bulan kering. Dengan menggunakan tanaman palawija sebagai
acuan kebu-tuhan air, yakni: bulan basah adalah bulan dimana curah hujan bulanan (presipitasi) lebih
besar dari pada penguapan (evapotranspirasi) tanaman dan tanah disekitarnya; sedangkan bulan kering
adalah prespitasi bulan lebih kecil daripada evapotranspirasi bulanan. Bulan basah ditandai dengan
presipitasi sama atau diatas 200 mm curah, dan bulan kring adalah presipitasi bulan lebih kecil daripada
100 mm. Bulan lembab yakni presipitasi bulanan antara 100 dengan 200 mm, dimana tumbuhan tetap
hidup dan tum-buh karena air hujan cukup menggantikan air yang menguap dari tanaman tanah.
Pengelompokan sub iklim tersebut sangat berguna untuk tujuan pengembang-an tanaman
budidaya pertanian dan perkebunan. Pengelompokan sub-iklim agroklimat ini erat berhubungan
dengan kelompok sub-iklim total hujan tahunan.
Fluktuasi curah hujan berlangsung dari waktu ke waktu. Keragaman dalam jumlah dan waktu
hujan terutama terjadi di daerahb tropis dan khaltulistiwa. Keragaman curah hujan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi biomasa ta-naman budidaya. Oleh karena evapotranspirasi
tumbuhan di daerah tropis selalu tinggi, sehingga bila curah hujan berubah kecil di suatu tahun maka
akan terjadi kejatuhan produksi tanaman. Keragaman curah hujan semakin besar terjadi pada daerah
yang makin rendah total curah hujan tahunannya. Di Kepulauan Indonesia yang beriklim basah dan
sangat basah, keragaman curah hujan dari tahun ke tahun berkisar antara 60 sampai 150% (Mohr dan
Van Baren,1954). Sedangkan keragaman curah hujan di Kepu-lauan Antilles (rangkaian pulau-pulau di
laut Karibia) yang beriklim lembab dan agak basah berkisar antara 20 sampai 250% (OCHSE et.
al.,1961). Sifat hujan yang penting lainnya adalah intesitas, yaitu besarnya hujan yang tercurah dalam
kurun waktu yang singkat. Intesitas hujan yang tinggi di daerah tropik, sedangkan di daerah iklim
sedang intesitasnya rendah. Hujan dengan intensitas tinggi di sebuthujan badai (rainstorm). Umumnya
hujan badai berlangsung dalam waktu pendek. Serta intensitasnya meninggi dan menjadi puncak-nya
beberapa menit pertama dari mulainya hujan. Pengamatan di Ibadan (Nigeria) menunjukan intensitas
curah hujan. Badai hujan biasanya berlangsung selama ± 30 menit saja (Aina et. Al., 1977 dalam Ll,
1987).
Intensitas hujan dan energi curah yang dikandungnya akan mempengaruhi ukuran tetes air.
Tetes-tetes air yang bear akan menimbulkan energi kinetis komulatif yang besarakibat curah hujan
dengan intensitas tinggi adalah rusaknya struktur permu-kaan tanah, sehingga proses peresapan air ke

Hal21dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
dalam tanah dihambat dan terjadilah ge-rakan air permukaan yang besar sambil ,engersi lapisan tanah
dipermukaan (sheet erosion).

 Pengertian Tanah Tanah dapat diartikan sebagai campuran yang terdiri atas
batuan,materi mineral,dan materi organik. Tanah merupakan hasil akhir dari kegiatan
organisme dan iklim. Organisme yang paling utama adalah tumbuh-tumbuhan. Tanah bertindak
sebagai substrat atau tempat hidup organisme. Tanah juga menyediakan kebutuhan mahluk
hidup seperti unsur hara dan mineral. Tanah memiliki sifat ,tekstur dan kandungan garam
mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh organisme untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
 6. Tanah tersusun atas bahan-bahan sebagai berikut : 1. Mineral sebanyak 45% 2.
Bahan organik sebanyak 5% 3. Air sebanyak 25% 4. Udara sebanyak 25%
 7. Fungsi Tanah bagi kehidupan tanaman 1. Media tempat geraknya tanaman. 2.
Gudang unsur hara bagi keperluan nutrisi tanaman. 3. Tempat persediaan air bagi tanaman 4.
Tempat persediaan oksigen dalam tanah
 8. 2.2. Faktor Abiotik Yang Berhubungan Dengan Tanah 1. Warna tanah Warna tanah
merupakan campuran dari komponen-komponen warna lain yang terjadi oleh pengaruh
berbagai faktor atau senyawa yang terkandung sehingga memberikan jenis warna tertentu.
Faktor yang mempengaruhi intensitas warna tanah adalah kadar dan mutu mineral, kadar
bahan organic, dan kadar air dalam tanah. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan
dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau
pencucian.
 9. Lapisan Tanah Keterangan: O :Serasah / sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik
tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa) A :Horison mineral ber BOT tinggi sehingga
berwarna agak gelap E :Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar (BOT,
liat silikat, Fe dan Al) rendah tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten
lainnya tinggi, berwarna terang B :Horison illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-
bahan yang tercuci dari harison diatasnya (akumulasi bahan eluvial). C : Lapisan yang bahan
penyusunnya masih sama dengan bahan induk (R) atau belum terjadi perubahan R : Bahan
Induk tanah
 10. 2. Suhu tanah Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang
merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah juga
disebut intensitas panas dalam tanah. Suhu tanah dapat diukur dengan menggunakan alat yang
dinamakan termometer tanah selubung logam. Suhu tanah ditentukan oleh panas matahari
yang menyinari bumi. Intensitas panas tanah dipengaruhi oleh kedudukan permukaan yang
menentukan besar sudut datang, letak garis lintang utara dan selatan dan tinggi dari
permukaan laut
 11. 3. Tekstur tanah Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang
terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah. keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-
sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain
 12. 4. Air dalam tanah Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daaya air .
Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting

Hal22dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan
rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri.
 13. 5. Udara dalam tanah Komponen udara tanah (atmosfer tanah) sama pentingnya
dibandingkan dengan fase padat dan cair bagi produktivitas tanah. Oksigen diperlukan bagi
pernapasan akar-akar tanaman, mikrobia, dan hewan tanah. Karbondioksida membantu
melarutkan zat-zat hara sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman
 14. 6. Ph Tanah Ph tanah adalah satuan derajat yang dipergunakan untuk menentukan
tingkat keasaman atau kebasaan terhadap tanah. Dengan kata lain ph merupakan ukuran
kekuatan suatu asam, selain untuk mengukur Ph air, Ph meter juga dapat digunakan untuk
mengukur Ph tanah dengan terlebih dahulu mencampurkan tanah yang akan diukur dengan
sejumlah air
 15. 7. Materi organic tanah (MOT) Bahan organik tanah merupakan bahan di dalam
atau permukaan tanah yang berasal dari sisa tumbuhan, hewan, dan manusia baik yang telah
mengalami dekomposisi lanjut maupun yang sedang megalami proses dekomposisi
 16. 2.3. Pengaruh Tanah Terhadap Mahluk Hidup Bagi hewan tanah adalah substrat
sebagai tempat berpijak dan tempat tinggal, kecuali hewan yang hidup di dalam tanah. Kondisi
tanah yang berpengaruh terhadap hewan adalah kekerasannya. Faktor dalam tanah yang
mempengaruhi kehidupan hewan tanah antara lain kandungan air (aerase), suhu, kelembaban
serta sisa-sisa tubuh tumbuhan yang telah lapuk. Jika tanah banyak mengandung air maka
oksigen di dalam tanah akan berkurang dan karbondioksidanya akan meningkat. Air juga
menyebakan tanah menjadi cepat asam, karena air mempercepat pembusukan. Kurangnya
oksigen menyebabkan gangguan pernapasan, dan zat-zat yang bersifat asam dapat meracuni
hewan. Tanah yang terlalu kering menyebabkan hewan dalam tanah tidak dapat mengekstrak
air secara normal. Kandungan karbondioksida dalam tanah lebih banyak dari pada di atmosfir.
 17. Adapun reaksi biologi dalam tanah yang terpenting sekali berkenaan tanah sebagai
ekosistem yaitu : O Penyematan N2 udara yang dikerjakan oleh bakteri (Rhizobium) dan
aktinomisetes yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan tingkat tinggi, oleh bakteri yang hidup
bebas dalam tanah (Azotobacter,Beijerinckia,dll) dan oleh algae Nostoc, Anabaena. O
Proteolisis (pelepasan N amino dari bahan organik) dan amonifikasi (reduksi Namino menjadi
NH3) yang dikerjakan oleh bagian besar mikroorganisme tanah. O Nitrifikasi yang berlangsung
lewat 2 tahap yaitu nitritasi (oksidasi ammonia menjadi nitrit) oleh Nitrosomonas dan
Nitrosolobus, dan nitritasi (oksidasi nitrit menjadi nitrat) oleh Nitrobacter.
 18. O Denitrifikasi (reduksi nitrit atau nitrat menjadi gas N (NO, N2O2, N2) yang dapat
dikerjakan oleh banyak spesies bakteri tanah. O Daur belerang. Mineralisasi fraksi S organik
dalam keadaan tumpat air (water logged) menghasilkan H2S. Dengan ketersediaan Fe sebagian
H2S membentuk FeS atau Fe S2 (pirit). Dalam lingkungan aerob sulfida anorganik mengalami
otoksidasi menjadi sulfat. Dalam lingkungan anaerob H2S dioksidasi S unsur oleh bakteri
fotosintetik dan kemotrofik. Dalam keadaan aerob S unsur dioksidasi menjadi sulfat oleh
bakteri S kemotrofik (Beggiatoa, Thiotrix, Thiobacillus). Sulfat adalah bentuk S yang dapat
diserap tumbuhan. Dalam keadaan anaerob sulfat kembali direduksi menjadi H2S oleh bakteri
Desulfovibrio
 19. Pengukuran Tanah Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang
mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan
posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
Pengukuran tanah adalah konsep umum yang menjelaskan teori dan penerapan pengukuran
bentang alam. Pengukuran tanah adalah unsur kualitatif yang utuh dari survey
 20. 2.4. Pengaruh Topografi Terhadap Pembentukan Tanah Topografi adalah
kombinasi antara posisi lintang suatu tempat dipermukaan bumi (latitude) serta tinggi

Hal23dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010
rendahnnya ditinjau dari permukaan laut (altitude). Topografi memiliki pengaruh besar
terhadap iklim dan penyebaran makhluk hidup. Barangkali ini dapat dijelaskan dari adanya
perbedaan pencahayaan, suhu, kelembaban, oleh perbedaan letak atau topografi. Topografi
skala kecil ini dapat menggambarkan distribusi organisme dalam skala besar, yaitu pemisahan
geografis.
 21. Topografi berpengaruh terhadap pembentukan tanah melalui beberapa cara yaitu :
OMempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan massa tanah. OMempengaruhi
dalamnya air tanah OMempengaruhi besarnya erosi OMengarahkan gerakan air berikut bahan-
bahan yang terlarut di dalamnya.
 22. PENUTUP 3.1. Kesimpulan Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral
dan dekomposisi bahan organik. Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi sebagai substrat atau tempat hidup organisme. Topografi adalah kombinasi antara
posisi lintang suatu tempat dipermukaan bumi (latitude) serta tinggi rendahnnya ditinjau dari
permukaan laut (altitude). Topografi mempunyai pengaruh yang besar terhadap penyebaran
mahluk hidup, yang tampak jelas pada penyebaran tumbuhan. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan topografi yang mengakibatkan intensitas cahaya , suhu dan curah hujan yang
berbeda-beda disetiap tempat.

Hal24dari24
Ekologi Tumbuhan – Biologi – Fmipa – Unhas 2010

Anda mungkin juga menyukai