Anda di halaman 1dari 7

TUGAS EKOLOGI HEWAN

KELOMPOK V

NAMA

1. ELFRIDA PENI BERIBE ( 083160004 )


2. MARDIANA NONA WANGGE ( 083160021 )
3. ESTERLIA DA COSTA ( 083160040 )
4. ANDREAS BUGA FERNANDEZ ( 083160042 )
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem merupakan suatu kesatuan di dalam alam yang terdiri dari semua organisme
yang berfungsi bersama-sama disuatu tempat yang berinteraksi dengan lingkungan fisik yang
memungkinkan terjadinya aliran energi dan membentuk struktur biotik yang jelas dan siklus
materi di antara komponen hidup dan tak hidup. Setiap organisme di dalam habitatnya selalu
dipengaruhi oleh berbagai hal disekitarnya. Setiap faktor yang mempengaruhi terhadap
kehidupan organism tersebut di sebut dengan faktor lingkungan. Lingkungan mempunyai
dimensi ruang dan waktu yang berarti kondisi lingkungan tidak mungkin seragam baik dalam
arti ruang maupun waktu. Lingkungan organism tersebut merupakan suatu kompleks dan
fariasi faktor yang beraksi yang berjalan secara simultan selama perjalanan hidup organisme
itu adakalahnya tidak sama sekali, hal ini tidak saja bergantung pada besaran intensitas faktor
itu dan faktor-faktor lainnya dari lingkungan tetapi juga kondisi organism itu baik tumbuhan
maupun hewan.
Faktor-faktor tersebut dinamakan faktor pembatas dengan mengetahui faktor pembatas
suatu organism dalam suatu ekosistem maka dapat diantisipasi kondisi-kondisi di mana
organisme tidak dapat bertahan hidup. Umumnya suatu organisme yang mempunyai
kemampuan untuk melewati atau melampaui faktor pembatasnya maka ia memiliki toleransi
yang besar dan kisaran geografi penyebaran yang sangat luas. Jika organisme tersebut tidak
mampu melewatinya maka ia memuiliki toleransi yang sempit dan memiliki kisaran geografi
penyebaran yang sempit.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Minimum Liebig

Justus von Liebig (1840) adalah seorang ilmuwan yang mempelajari faktor – faktor
lingkungan dan menjelaskan bahwa pertumbuhan dari tanaman tergantung pada
sejumlah bahan makanan yang berada dalam kuantitas terbatas atau sedikit sekali.
Penemuannya kemudian lebih dikenal sebagai "hukum minimum Liebig".

Hukum minimum hanya berperan dalam air untuk materi kimia yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan reproduksi. Liebig tidak mempertimbangkan peranan faktor
lainnya, tetapi penelitian lainnya mengembangkan pernyataan yang menyangkut faktor
suhu dan cahaya. Sebagai hasil penelitiannya mereka menambahkan dua pernyataan
yaitu:

1. Hukum ini berlaku hanya dalam kondisi keseimbangan yang dinamis atau stesdy-
state. Apabila masukan dan keluar energi dan materi dari yang diperlukan akan
berubah terus dan hukum minimum tidak berlaku.
2. Hukum minimum harus memperhitungkan juga adanya interaksi di antara faktor –
faktor lingkungan. Konsentrasi yang tinggi atau ketersediaan yang melimpah dari
suatu substansi mungkin akan mempengaruhi laju pemakaian dari substansi lain
dalam jumlah yang minimum. Sering juga terjadi organisme hidup memanfaatkan
unsur kimia tambahan yang mirip dengan yang diperlukan yang ternyata tidak ada di
habitatnya. Contoh yang baik adalah tidak adanya kalsium di suatu habitat tetapi
stronsium melimpah, beberapa moluska mampu memanfaatkan stronsium ini untuk
membentuk cangkangnya.
B. Hukum Toleransi Shelford

Faktor-faktor lingkungan penting yang berperan sebagai sifat toleransi faktor


pembatas minimum dan faktor pembatas maksimum yang pertama kali dinyatakan
oleh V.E. Shelford (1913), kemudian dikenal sebagai "hukum toleransi Shelford".
Shelford menyebutkan bahwa tumbuhan dapat mempunyai kisaran toleransi terhadap
faktor-faktor lingkungan yang sempit (steno) untuk satu faktor lingkungan dan luas
(eury) untuk faktor lingkungan yang lain. Suatu jenis tumbuhan yang mempunyai
toleransi yang luas sebagai faktor pembatas cenderung mempunyai sebaran jenis yang
luas. Masa reproduksi merupakan masa yang kritis untuk tumbuhan jika faktor
lingkungan dan habitatnya dalam keadaan minimum.

Dalam ekologi pernyataan taraf relatif terhadap faktor-faktor lingkungan


dinyatakan dengan awalan steno (sempit) atau eury (luas) pada kata yang menjadi
faktor lingkungan tersebut. Misalnya toleransi yang sempit terhadap suhu udara
disebut stenotermal atau toleransi yang luas terhadap kadar pH tanah, disebut
euryionik.

Beberapa azas tambahan terhadap hukum toleransi dapat dinyatakan sebagai


berikut:

1. Organisme-organisme dapat memiliki kisaran toleransi yang lebar bagi satu faktor
dan kisaran yang sempit untuk lainnya.
2. Organisme-organisme dengan kisaran-kisaran toleransi yang luas untuk semua
wajar memiliki penyebaran yang paling luas.
3. Apabila keadaan-keadaan tidak optimum bagi suatu jenis mengenai suatu fator
ekologi, batas-batas toleransi terhadap faktor-faktor ekologi lainnya dapat
dikurangi berkenaan dengan faktor-faktor ekologi lainnya.
4. Seringkali ditemukan bahwa organisme-organisme di alam sebenarnya tidak
hidup pada kisaran optimim berkenaan dengan faktor fisik tertentu.
5. Periode reproduksi biasanya merupakan periode yang gawat apabila faktor-faktor
lingkungan bersifat membatasi.
Shelford menyatakan bahwa jenis – jenis dengan kisaran toleransi yang luas
untuk berbagai faktor lingkungan akan menyebar secara luas. Ia juga
menambahkan bahwa dalam fase reproduksi dari daur hidupnya faktor – faktor
lingkungan lebih membatasinya.

Hasil dari shelford telah memberikan dorongan dalam kajian berbagai ekologi
toleransi. Berbagai percobaan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan atau
menentukan kisaran toleransi dari individu suatu jenis terhadap pencemar air yang
akan sedikit memberikan gambaran dalam penyebarannya.

Shelford sendiri memberikan penjelasan dalam hukumnya bahwa reaksi suatu


organisme terhadap faktor lingkungan tertentu mempunyai hubungan yang erat
dengan kondisi lingkkungan lainnya, misalnya apabila Nitrat dalam tanah terbatas
jumlahnya, maka resistansi rumput terhadap kekeringan menurun.

Shelford juga melihat kenyataan bahwa sering organisme hidup, tumbuhan dan
atau hewan, hidup berada pada kondisi tempat yang tidak optimum. Karena
berada pada kondisi yang tidak optimum ini akibat kompetisi dengan jenis
lainnya, sehingga berada pada keadaan yanng lebih efektif dalam hidupnya.
Misalnya berbagai tumbuhan di padang pasir sesunggguhnya akan tumbuh lebih
baik di tempat yang lembab, tetapi mereka memilih padang pasir karena adanya
keuntungan ekologi yang lebih. Demikian juga dengan anggrek sebenarnya
kondisi optimumnya berada pada keadaan penyinaran yang langsung, tetapi
mereka hidup di bawah naungan karena faktor kelembaban sangat
menguntungkan.

Pengaruh faktor-faktor lingkungan dan kisarannya untuk suatu tumbuh-


tumbuhan berbeda-beda, karena satu jenis tumbuhan mempunyai kisaran toleransi
yang berbeda-beda menurut habitat dan waktu yang berlainan. Tetapi pada
dasarnya secara alami kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-
unsur faktor lingkungan tertentu (seperti nutrien dan faktor fisik, misalnya suhu
udara) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor
atau sejumlah faktor lingkungan tersebut.
Pengertian tentang faktor lingkungan sebagai faktor pembatas kemudian
dikenal sebagai Hukum faktor pembatas, yang dikemukakan oleh F.F Blackman,
yang menyatakan: jika semua proses kebutuhan tumbuhan tergantung pada
sejumlah faktor yang berbeda-beda, maka laju kecepatan suatu proses pada suatu
waktu akan ditentukan oleh faktor yang pembatas pada suatu saat.

Seorang ahli ekologi Jerman Friedrich (1927), menyatakan bahwa hubungan


antara komunitas dan lingkungannya bersifat holocoenotik. Ini berarti bahwa
tidak ada dinding pemisah antara lingkungan dengan organisme atau komunitas
biologis yang ada. Setiap organisme merupakan lingkungan dari organisme lain.
Kebutuhan dari suatu populasi akan berubah dengan adanya faktor waktu atau
masa atau seleksi alam di dalam siklus kehidupan suatu organisme.

Contohnya, hewan yang dibedahkan pada suhu ekstrim rendah akan


menunjukkan kondisi kritis Hipotermia dan pada suhu ekstirm tinggi akan
mengakibatkan gejala Hipertemia. Apabila kondisi lingkungan suhu yang
demikian tidak segera berubah maka hewan akan mati ( cacing ).
DAFTAR PUSTAKA

Heddy, Suwasono. 2010. Agroekosistem Permasalahan Lingkungan Pertanian Bagian


Pertama. Jakarta: Rajawali Pers
Irwan, Zoer’aini Djamal. 1996. Prinsip-Prinsip Ekologi: Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya Cetakan II. Jakarta: PT Bumi Aksara
Odum Eugena P. 1994. Dasar- Dasar Ekologi Edisi ke tiga. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai