Anda di halaman 1dari 15

MANUSIA SEBAGAI MAHKHLUK BUDAYA, ETIKA, DAN

ESTETIKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


BAB 11

PEMBAHASAN

Hakikat Manusia sebagai Makhluk Budaya

A. Pengertian

Pengertian Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”(Latin), yang


berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah
gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya
dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat
dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir,
ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis,
menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul
anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan
(sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan
sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.

Secara filsafat pengertian manusia sendiri masih banyak diperdebatkan oleh para
pemikir. Untuk menjelaskan tentang hakikat manusia ada berbagai aliran yang berpendapat .
Belakangan ini para pemikir seperti Buber, Marcel, Lavines dan Mounier menegaskan bahwa
setiap manusia memiliki suatu kepribadian dengan kompleksitas nilai yang unik.

Manusia sebagai makhluk biologis, Manusia sebagai makhluk sosio-budaya. Sebagai


mahluk biologi, manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi, dan sebagai mahluk
sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi budaya. Antropologi budaya
menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia dan akal budinya dan struktur
fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya juga memahami dan
melukiskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat manusia.

Pengertian Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu
kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

B.     Hubungan manusia dan kebudayaan

Dipandang dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari 2 segi. Yaitu :

Akhirnya terdapat konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisa masalah-


masalah hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata memberi gambaran
kepada kita bahwasanya hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedang pada hewan
tidak memiliki kemampuan tersebut. Mengapa hanya manusia saja yang memiliki
kebudayaan? Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang
semuanya itu bersumber pada akal manusia. Antara manusia dan kebudayaan terjalin
hubungan yang sangat erat, karena manusia tidak lain adalah merupakan bagian dari hasil
kebudayaan itu sendiri. Hampir semua tindakan manusia merupakan produk kebudayaan.
Kecuali kegiatan yang bersifat naluriah. Tindakan tersebut seperti cara belajar yang bervariasi
karena kebudayaan tidak bersifat statis dan kaku tetapi senantiasa berubah. Seseorang
dikatakan berbudaya pada hakikatnya ketika ia telah menjaga nilai-nilai luhur dari tatanan
masyarakat sebelumnya, dan tetap terbuka terhadap kemungkinan masuknya kebudayaan
baru.
Kebudayaan adalah  nilai-nilai dasar dari segenap wujud kebudayaan atau hasil
kebudayaan. Nilai-nilai budaya dan segenap hasilnya muncul dari tata cara hidup yang
merupakan kegiatan manusia atas nilai-nilai budaya yang dikandungnya. Nilai budaya hanya
bisa diketahui melalui budi dan jiwa sementara tata cara hidup manusia dapat diketahui oleh
panca indra. Dari ide kebudayaan dan tata cara hidup manusia kemudian terwujud produk
kebudayaan sebagai sarana untuk memudahkan atau sebagai alat dalam berkehidupan. Jadi,
nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku manusia dalam
kehidupan sosial budaya.

1.2. Apresiasi Kemanusiaan dan Kebudayaan

1)      Perwujudan Kebudayaan

Kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata.

a. Perilaku

Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap
perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior)
masyarakatnya.

b. Bahasa

Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal)
dan ditangkap dengan telinga (auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab paling
penting dalam memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti sekarang ini
adalah pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi. Tanpa
kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.

c. Materi
Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi
misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan
alat transportasi.

2)      Substansi Utama Budaya

a. Sistem Pengetahuan

Para ahli menyadari bahwa masing-masing suku bangsa di dunia memiliki sistem
pengetahuan tentang: Alam sekitar, Alam flora dan fauna, Zat-zat manusia, Sifat-sifat dan
tingkah laku sesama manusia, Ruang dan waktu. Unsur-usur dalam pengetahuan inilah yang
sebenarnya menjadi materi pokok dalam dunia pendidikan di seluruh dunia.

b. Nilai

Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu


dengan sesuatu yang lain untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Keputusan nilai dapat menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik
atau buruk, religius atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia. Sesuatu
dikatakan mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai
estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama).

c. Pandangan Hidup

Pandangan hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan
dipilih secara selektif oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup suatu
bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya. Dari
penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila
dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
mengelola bumi. Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki
ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai
budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.

Di sinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal,
untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah melalui alam ini.
Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang
bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan
bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada
sesuai dengan tata aturan agama.

           1.3. Etika dan Estetika Budaya

Hal yang terpenting untuk membangun pemahaman suatu ilmu secara utuh bisa
dilakukan dengan mencari asal-usul, alasan, dan segala hal terkait dengan perkembangan
ilmu tersebut. Begitu juga dengan istilah-istilah yang muncul berkaitan dengan definisi suatu
cabang keilmuan tertentu yang harus ada kesimpulan yang membawa alasan mengapa istilah
itu dimunculkan. Dengan mengetahui perkembangan istilah tersebut setiap orang mampu
memahami hal yang dimaksudkan istilah tersebut secara menyeluruh, bukan hanya
mengartikannya secara sembarang atau berpendapat menggunakan istilah tersebut semaunya
sendiri. Meskipun istilah tersebut mengalami perubahan makna harus diterangkan bagaimana
proses perubahan istilah tersebut terjadi dikaitkan dengan berbagai aspek, salah satunya aspek
penggunaannya. Dalam memahami Urgensi Pemahaman etika dan estetika budaya, kita harus
memahami perkembangan dari dua istilah etika dan estetika.
Etika berasal dari kata Yunani, yaitu Ethos, secara etimologis etika adalah ajaran
tentang baik buruk. Etika sama artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin) yang
berbicara tentang peredikat nilai susila,atau tidak susila,baik dan buruk. Bertens
menyebutkan ada tiga jenis makna etika yaitu:
1. Etika dalam nilai-nilai atau norma untuk pegangan seseorang atau kelompok orang
dalam mengatur tingkah laku.
2. Etika dalam kumpulan asas atau moral (dalam arti lain kode etik)
3. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk artinya daalam filsafat moral.

Estetika dapat diartikan lain sebagai teori tentang keindahan yang dapat diartikan beberapa
hal yaitu:

1. Secaara luas yaitu mengandung ide yang baik yang meliputi watak indah, hukum
yang indah, ilmu yang indah ,dan lain sebagainya.
2. Secara sempit yaitu indahn yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan
warna)
3. Secara estetika murni yaitu menyangkut pengalaman yang berhubungan dengan
penglihatan, pendengaran dan etika
Pada manusia yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan
kehidupan kelompok dan individu. Pada awalnya Etika dikenal pada sekelompok manusia
yang sudah memiliki peradaban lebih tinggi. Terdapat proses indrawi yang diperoleh secara
visual dan akustik (instrumental) . Etika pada perkembangannya terbagi atas usaha untuk
melakukan perbuatan baik dan usaha untuk keindahan sehingga menimbulkan rasa senang
terhadap suatu kebaikan. Sedangkan Estetika sendiri merupakan pemisahan dari  pengertian 
Etika yang mengkhususkan pada usaha untuk keindahan saja.

Prinsip – prinsip pengembangan kebudayaan Indonesia sebagaimana telah dilakukan oleh


generasi sebelumnya yang mengandung etika dan estetika penting untuk mempertimbangkan
hal-hal berikut:

a.jujur
b. Tanggung jawab
c.Toleransi
d. Menepati janji
e. Berpedoman pada kebudayaan Indonesia
f. Tanamkan minat sejak dini pada kebudayaan daerah Indonesia.
g. mempelajari dan mengenali kebudayaan daerah Indonesia.

1.4 Konsep-konsep Dasar Manusia

1.      Manusia sebagai makhluk biologis

Fase-fase tumbuh kembang manusia sejak janin hingga lahir hingga proyeksi
perkembangan setelah kelahiran. Fase- fase tersebut mencakup pembuahan, zygot, dan janin.
Pada saat janin terbentuk, maka pada saat yang sama Allah memberikan Roh ke dalam jasad
biologis tersebut yang ketika telah bersatu, timbulah potensi fsikologis manusia serta
proyeksi kehidupan pascanatalis .
2.      Manusia sebagai makhluk budaya

JJ. Hoeningman membagi kebudayaan dalam 3 wujud :

a)  Gagasan, kebudayaan yang berbentuk kumpulan, ide, gagasan, nilai, norma, peraturan


yang sifatnya abstrak.

b)   Aktivitas (tindakan), wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat, sering disebut sebagai system sosial, yaitu aktivitas-aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-
pola tertentu.

c)   Artefak ( karya) , wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat. 

Manusia adalah mahluk budaya artinya mahluk yang berkemampuan menciptakan


kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai mahluk berbudaya, manusia
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun
bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai catatan bahwa dengan pikirannya
manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya manusia mengarahkan
perilakunya dan dengan perasaannya manusia dapat mencapai kebahagiaan. Tujuan dari
pemahaman bahwa manusia sebagai mahluk budaya, agar dapat dijadikan dasar pengetahuan
dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematic budaya yang berkembang di
masyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan mahluk biologis saja namun
juga sebagai mahluk social, ekonomi, politik dan budaya.

3.Manusia dan cinta kasih

Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang (kepada) ataupun rasa sangat kasih atau
sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada)
atau sangat menaruh belas kasihan. Dengan demikian cinta kasih dapat diartikan sebagai
perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas
kasihan. Terdapat perbedaan antara cinta dan kasih, cinta lebih mengandung pengertian
tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan
rasa, mengarah kepada yang dicintai. Cinta sama sekali bukan nafsu. Setiap manusia pasti
memiliki rasa cinta, karena manusia diciptakan sempurna bisa berfikir, memiliki akal budi,
dan saling membutuhkan. Manusia yang lahir dilengkapi dengan rasa cinta. Entah itu cinta
pada diri sendiri, benda atau pun orang lain.

4.    Manusia dan keadilan

Keadilan adalah pengakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Pengakuan atas
hak hidup individu harus diimbangi melalui kerja keras tanpa merugikan pihak lain, karena
orang lain punya hak hidup seperti kita. Jadi kita harus memberi kesempatan pada orang lain
untuk mempertahankan hidupnya. Prinsipnya keadilan terletak pada keseimbangan atau
keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Tindakan-tindakan yang
menuntut hak dan lupa pada kewajiban merupakan pemerasan. Sedangkan tindakan yang
hanya menjalankan kewajiban tanpa menuntut hak berakibat pada mudah diperbudak atau
dipengaruhi orang lain.

5.      Manusia dan pandangan hidup

Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya.


Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang
bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai
tujuan dan ada pula yang memperlakukan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan
sebagainya. Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah-langkah
berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat
memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik.
Oleh sebab itu untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita kita perlulah terlebih dahulu kita
mengenal apa itu pandangan hidup bdan bagaimana memperlakukan pandangan hidup
dengan baik.

6.      Manusia dan keindahan

Keindahan asal kata dasar indah yang berarti bagus, cantik, elok, molek. Keindahan
identik dengan kebenaran. Segala yang indah selalu mengandung kebenaran, namun
meskipun kelihatannya indah tetapi tidak mempunyai unsur kebenaran, maka hal itu pada
prinsipnya tidak indah. Keindahan di dapatkan dari melihat alam secara langsung, melalui
radio, TV, film dan media lain. Untuk mendapatkan dan menikmati keindahan, orang sering
membuang waktu, uang, tenaga yang tidak sedikit jumlahnya. Ada suatu kecenderungan,
semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi pula hasrat dan keinginan
untuk menghargai keindahan. Keindahan dalam arti luas meliputi : seni, alam, moral,
intelektual. Sedangkan dalam arti sempit, sering diartikan keindahan bentuk dan warna.
Keindahan adalah suatu susunan keserasian yang dapat menciptakan kesenangan bagi
penglihatan dan pendengaran.

1.5 Problematika Kebudayaan

Problem kebudayaan dewasa ini antara lain adalah terjadinya penafsiran budaya yang
cenderung keliru. Hal tersebut akibat miskomunikasi budaya antar generasi yang terus
menerus terjadi. Padahal, sebagai system gagasan yang terdiri dari norma, nilai-nilai dan
aturan, kebudayaan harus dilihat dalam tiga aspek sekaligus yaitu proses pembelajaran,
konteks, dan pelaku pendukung kebudayaan. Ketiga aspek ini dapat menentukan seberapa
besar dan kuat peran kebudayaan dalam membangun kehidupan yang lebih baik.

Beberapa problematika kebudayaan, antara lain:

1.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.

Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka temapti secara  turun temurun diyakini
sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung halamanya atau
beralih ola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.

2.  Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut
pandang. Hambatan budaya yang berkaitan dengan persepsi atau sudut pandang ini daat
terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga
Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa anak anak
banyak rezeki.

3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.

Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana


alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk
bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup
mereka di tempat yang lama.
4.  Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat
luar, karena pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutp untuk menerima program-
program pembangunan.

5.  Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.


Sikap ini sangat menagung-agungkan budaya tradisional sedemikianrupa, yang menganggap
hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-
temurun.

6.  Sikap etnosentrisme.

Sikap etnosentrisme adalah sikap mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri


dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu
timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan antar golongan. Sikap
ini dapat menimbulkan kecenderungan perpecahan dengan sikapa kelakuan yang lebih tinggi
terhadap budaya lain.

7. Perkembangan IPTEK sebgai hasil dari kebudayaan, sering kali disalhagunakan oleh


manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan
untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi
pengunaannya banyak disalhgunkan yang justru mengganggu kesehatan manusia. Bangsa
indonesia harus menyadari bahwa posisinya sekarang sebagai negara berkembang 
yang rentan terhadap fenomena perubahan sosial. Penguatan nilai-nilai budaya terhadap
perubahan sosial di era globalisasi mutlak keberadaannya dikarenakan perubahan sosial
disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor yang memegang peranan penting
dalam perubahan sosial adalah faktor dari luar terutama faktor teknologi dan kebudayaan
yang sangat dominan.

      Semua permasalahan mengenai hal yang dikaitkan dengan estetika bisa diselesaikan
dengan pemahaman yang lengkap,penting sekali bagi seorang mahasiswa memahami konsep
penerapannya agar tidak terjebak pada pendapat-pendapat samar yang tidak berlandaskan
pengetahuan ilmiah.Bahkan bukan hanya mahasiswa yang harus memahami konsep estetika
dalam kehidupan berbangsa di negeri ini,seluruh lapisan masyarakat harus benar-benar
mengerti waktu dan tempat dibenarkannya menuntut kebebasan berekspresi atau hak
individunya itu.Dari gambaran yang sudah dipaparkan sebelumnya,secara historis estetika
merupakan pemisahan dari kajian etika yang awalnya sesuai dengan norma-norma maka
sudut pandang dalam mengekspresikannya harus dimunculkan kembali paham estetika yang
beretika pada era modernisasi ini.Kemudian hal lainnya pemahaman estetika yang sesuai
dengan paham ideologi pancasila hanyalah estetika yang mengakui peran manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial serta menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan
keagamaan.Selanjutnya pemikiran yang mengatakan bahwa estetika terletak pada objek ,itu
tidak berlaku pada manusia dikarenakan manusia adalah makhluk yang memiliki keunggulan
tertinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya didunia .
Meskipun manusia memiliki keindahan dalam hal proporsi penciptaannya ,manusia
tidak pantas di sejajarkan dengan barang-barang seni seperti yang terjadi pada masa
Renaisance . Manusia memiliki tanggungjawab melestarikan kehidupan sesamanya dengan
menempatkan etika sebagai kesadaran sosial agar tercapai kehidupan manusia yang bahagia
jasmani dan rohaninya.Pancasila juga menolak menjadikan manusia sebagai objek korban
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akibat perubahan sosial budaya sehingga
pemahaman suatu ilmu keluar dari nilai-nilai pancasila,salah satu contohnya akibat
pemahaman estetika budaya yang keliru.

 Etika & Estetika Budaya - Ilmu Seni Budaya Dasar

1. Latar Belakang Budaya atau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa
manusia. Manusia dalam kegiatan berbudaya perlu mengetahui nilai etika yang ada
dalam masyarakat sekitar karena etika memiliki nilai dan norma yang sudah menjadi
ciri kepercayaan. Keindahan atau estetika dalam berbudaya perlu diciptakan karena
dengan adanya keindahan maka suatu budaya tesebut akan memiliki nilai daya tarik
tersendiri. Hal tersebut perlu dibahas, tentang bagaimana etika dan estetika berbudaya
itu dilakukan, supaya tidak melanggar nilai-nilai yang sudah ada dalam masyarakat
sekitar.

 2. Rumusan Masalah Apa pengertian Etika dan Estetika? Mengapa dalam berbudaya
diperlukan estetika? Bagaimana studi kasus dari etika dan estetika budaya dalam
masyarakat? Bagaimana etika berbudaya yang baik?

 3. Pengertian Etika Secara etimologis Etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang
diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika biasa
disamakan artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin), akhlak, atau kesusilaan.
Etika berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan
masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik
dan buruk. Dalam hal ini, etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan nilai etika
itu sendiri berkaitan dengan baik buruk perbuatan manusia.

 4. Etika menurut Bertens .


1 Etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
2. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah kode
etik).
3. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk. Disini etika
sama artinya dengan filsafat moral.

 5. Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Estetika
berkaitan dengan nilai indah-jelek (tidak indah). Nilai estetika berarti nilai tentang
keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara luas, secara sempit, dan estetik
murni.

 6. Secara Luas, Keindahan mengandung ide kebaikan. Segala sesuatu yang baik,
termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah.
Indah dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang ada, apakah merupakan hasil
seni, alam, moral, maupun intelektual. Secara sempit . Indah yang terbatas pada
lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan warna). Menyangkut pengalaman estetik
seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui
penglihatan, pendengaran, perabaan dan perasan, yang semuanya dapat menimbulkan
persepsi (anggapan) indah.

 7.  Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan
tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan pada sikap batin manusia.
Batinnya sedirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusilaan
dengan sanksi. Tidak ada kekuasaan diluar dirinya yang memaksakan sanksi itu.
Kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian atau penipuan, maka akan
timbullah dalam hati nurani si pelanggar itu rasa penyesalan, rasa malu, takut, dan
rasa bersalah. Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu karena
menyangkut kehidupan pribadi. Pendukung norma etik adalah nurani individu dan
bukan manusia sebagai makhuk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang
terorganisir. Norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan
mencegah kegelisahan diri sendiri.

 8.  Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, karsa manusia. Manusia yang
beretika akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. Etika
berbudaya mengandung tuntutan/keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia
mengandung nilai-nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima
sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang
mampu menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatkan harkat dan
martabat manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang tidak beretika adalah
kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat
kemanusiaan. Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam
berperilaku.
9.  Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk memenuhi
unsur keindahan. Manusia sendiri memang suka akan keindahan. Disinilah manusia
berusaha berestetika dalam berbudaya. Semua kebudayaan pastilah dipandang
memiliki nilai-nilai estetik bagi masyarakat pendukung budaya tersebut. Hal-hal yang
indah dan kesukaannya pada keindahan diwujudkan dengan menciptakan aneka
ragam budaya. Namun, suatu produk budaya yang dipandang indah oleh masyarakat
pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain. Jika estetika dihubungkan
dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai tentang baik-buruk, sedangkan
estetika berkaitan dengan hal yang indah-jelek. Sesuatu yang estetik berarti memenuhi
unsur keindahan (secara estetik murni maupun secara sempit, baik dalam bentuk,
warna, garis, kata, ataupun nada). Budaya yang estetik berarti budaya itu memiliki
unsur keindahan.

 10. Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata- mata dalam berbudaya harus
memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan
perlunya manusia (individu atau masyarakat) untuk menghargai keindahan budaya
yang dihasilkan manusia lainnya. Keindahan adalah subjektif, tetapi kita dapat
melepas subjektifitas kita untuk melihat adanya estetika dari budaya lain. Estetika
berbudaya yang demikian akan mampu memecah sekat-sekat kebekuan,
ketidakpercayaan, kecurigaan, dan rasa inferioritas antar budaya.

Anda mungkin juga menyukai