Latar Belakang
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk
yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya
sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu
berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang
berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan
hidupnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia menjalani
hidup sesuai dengan adab-adab yang diterapkan di lingkungan sekitar. Oleh
karenanya, manusia harus bersosialisasi dan memenuhi adab-adab yang
telah disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya. Orang-orang yang tidak
menjalankan atau menentang adab yang berlaku akan dianggap manusia
yang biadab. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan peradaban,
terjadilah evolusi budaya yang menyebabkan beberapa problematika yang
harus kita kaji dan pikirkan bersama solusinya.
2. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran
didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
3. Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat,
mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan
makan, keahlian yang diperoleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan
merupakan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal
atau informal.
Pengertian Manusia
Secara bahasa, manusia berasal dari kata“manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah, manusia dapat diartikan
sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan
lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik
lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial),
maupun kesejarahan.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni.
Berbeda dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini
terjadi karena kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi
dengan apa yang telah dipelajarinya. Sebagai makhluk berbudaya, manusia
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi
dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar
hidupnya. Manusia berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya
kebutuhan, namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut.
Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah antara manusia dan
binatang .
1. Sebagai individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa, dan karsa).
2. Sebagai makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya
(lingkungan sosial, ekonomi, politik, budaya dan alam), dan
3. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik manusia
haruslah sejalan dan sesuai dengan hakikat kodratinya.
Manusia dipandang mulia atau terhina tidak berdasarkan aspek fisiologisnya.
Aspek fisik bukanlah tolak ukur bagi derajat kemanusiaannya. Hakikat
kodrati manusia tersebut mencerminkan kelebihannya dibanding mahluk
lain. Manusia adalah makhluk berpikir yang bijaksana (homo sapiens),
manusia sebagai pembuat alat karena sadar keterbatasan inderanya
sehingga memerlukan instrumen (homo faber), manusia mampu berbicara
(homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo socious) dan
berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo
economicus), serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo
religious), sedangkan hewan memiliki daya pikir terbatas dan benda
mati cenderung tidak memliki perilaku dan tunduk pada hukum alam.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu
negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut,
begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang
tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
Nilai-Nilai Kebudayaan
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam
suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang
mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol,
dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya
sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau
sedang terjadi.
Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ‘ethos’ yang berarti adat
kebiasaan atau akhlak yang baik. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan
perilaku yang baik . Kebudayaan merupakan induk dari berbagai macam
pranata yang dimiliki manusia dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan
bagian dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis
merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan
kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga
kelangsungan hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang
menjaga tata aturan hidup.
Estetika
Estetika adalah ilmu yang menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan
sesuatu, yaitu mengenai rasa, sifat, norma, cara menanggapi, dan cara
membandingkannya dengan menggunakan penilaian perasaan
Moral
Moral adalah kebiasaan berbuat baik. Orang dikatakan bermoral apabila
dapat mewujudkan kodratnya untuk berbuat baik, jujur, dan adil dalam
tindakannya.
Problematika kebudayaan
Kebudayaan mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup
manusia sebagai pemilik kebudayaan, dan adanya budaya dari luar yang
teradang kita langsung menerima dan menerapkan pada diri dan kehidupan
kita tanpa berfikir panjang dengan resiko efek ke kebudayan kita sendiri. Ini
lah beberapa contoh problematika kebudayaan:
Manusia beradab karena dalam jiwanya dilengkapi dengan akal, nurani, dan
kehendak.:
1. Akal berfungsi sebagai alat pikir dan sumber ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Nurani berfungsi sebagai alat merasa, menentukan kata hati dan
sumber kesenian.
3. Kehendak berfungsi sebagai alat memutus, menentukan kebutuhan,
dan sumber kegunaan.
Masyarakat yang beradab dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang
mempunyai sopan santun dan kebaikan budi pekerti. Atau dapat pula
diartikan sebagai masyarakat yang santun dan telah maju tingkat kehidupan
lahir batinnya.
Orang yang tidak beradab adalah orang yang tidak mempedulikan adab
(kesopanan). Orang yang bertingkah laku, bertutur kata, dan berpakaian
yang tidak sesuai dengan norma masyarakat maupun norma agama, maka
orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang tidak beradab.
Kehilangan tata karma dan mengerjakan segala sesuatu berdasarkan
keinginan nafsu, tak bisa memimpin diri sendiri, tak beretika, dan
membiarkan diri tetap terpuruk dalam kekurangajaran.
Manusia tak beradab, berpendidikan tinggi, namun tak punya kuasa untuk
menyetir akal, dan hanya bisa menjadi budak hawa nafsu. Mengetahui
perihal yang baik namun lebih memilih untuk menjadi manusia yang hina.
Harga diri dipertaruhkan hanya untuk memuaskan nafsu, harga diri
bukan lagi menjadi barang mahal, harga diri dalam kesendirian maupun di
ruang publik tidak ada lagi perbedaannya. Semua adalah tempat untuk
pemuasan nafsu.
2. Peradaban Di Indonesia
Problematika peradaban di Indonesia yang timbul akibat globalisasi
diantaranya dapat dilihat dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang
terpenting- kehidupan sosial. Akibat perkembangan teknologi yang begitu
pesat, terjadi transkultur dalam kesenian tradisional Indonesia. Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan
bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya.
Dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita
disuguhi banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih
beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian
tradisional kita.
Dampak Positif