Anda di halaman 1dari 7

A.

Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya


Manusia adalah salah satu makluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan di alam fana ini ada empat macam, yaitu: alam,
tumbuhan, hewan, binatang, dan manusia. Sifat-sifat yang dimiliki keempat mahluk Tuhan Tersebut sebagai berikut:
1. Alam memiliki sifat wujud.
2. Tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup.
3. Binatang dibekali sifat wujud, hidup, dan dibekali nafsu.
4. Mausia memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu serta akal budi.
Yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya adalah akal budi.

Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. Berpikir merupakan perbuatan
operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia.

Budi berasal dari bahasa Sanskerta budh yang artinya akal. Budi menurut KBBI adalah bagian dari kata hati yang
berupa paduan akal dan perasaan yang dapat membedakan baik-buruk sesuatu.

Menurut Abraham Maslow kebutuhan hidup manusia dibagi menjadi 5 tingkatan sebagai berikut:

Aktualisasi diri

Penghargaan

Sosial

Rasa aman

Fisiologis

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti Cipta Rasa dan Karsa. Kata budaya sebenarnya
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal (Koentjaraningrat,
1974:80).

Dengan akal budi, manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal budi
manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun manusia lainnya. Manusia merupakan mahluk yang
berbudaya. Manusia adalah pencipta kebudayaan.

B. Apresiasi Terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan


Apresiasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penilaian baik; penghargaan; misalnya terhadap karya-karya
sastra ataupun karya seni.
1. Manusia & Kemanusiaan :
Istilah kemanusiaan berasal dari kata manusia mendapat awalan ke dan akhiran an sehingga menjadikan kata benda
abstrak. Manusia menunjukan pada kata benda konkret, sedangkan kemanusiaan merupakan kata benda abstrak.
Kemanusiaan berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sebagai mahluk yang paling tinggi harkat martabatnya.
Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut
mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

c. kedudukan

kodrat

manusia

sebagai

makhluk

pribadi

dan

makhluk

tuhan.

Pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas. aspek jiwa, raga, pribadi, sosial,dan
aspek ketuhanan
Monopluralis, artinya terdiri dari banyak segi tetapi merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

Manusia & Kebudayaan


Wujud kebudayaan :

- Gagasan

- Aktivitas

- Artefak
Unsur Kebudayaan :

- Teknologi

- Mata pencaharian ekonomi

- Sistem kemasyarakatan

- Bahasa

- Kesenian

- Sistem Pengetahuan

- Sistem Religi

Karena Manusia adalah pencipta kebudayaan maka manusia adalah makhluk berbudaya. Kebudayaa adalah
ekspresi eksistens manusia di dunia. Dengan kebudayaannya, manusia mampu menampakan jejak-jejaknya dalam
panggung sejarah dunia

C. Etika & Estetika Berbudaya


1. Etika Manusia dalam Berbudaya :
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. secara etimologis etika adalah ajaran tentang baik-buruk, yang di terima
umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika bisa disamakan artinya dengan moral ( mores dalam
bahasa Latin), akhlak atau kesusilaan.
Etika berkaitan dengan dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah yang
berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk.
Dalam hal ini, etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangan nilai itu sendiri berkaitan dengan baik buruk perbuatan
manusia.
3 Makna etika menurut Bertens :

Etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok orang dalam mengatur
tingkah laku

Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah kode etik)

Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk. Di sini etika sama artinya dengan filsafat
moral.

Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Manusia yang ber etika akan menghasilkan budaya
yang memiliki nilai-nilai etik pula. Etika berbudaya mengandung tuntutang/keharusan bahwa budaya yang diciptakan
memiliki sifat universal.
Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri.
Sebaliknya, budaya yang tidak ber etika adalah kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan
martabat kemanusiaan
Namun demikian, menentukan apakan suatu budaya yang dihasilkan manusia itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah
menyimpang dari nilai etika adalah bergantung dari paham atau ideologi yang dijakini masyarakat penduduk kebudayaan.
Hal ini dikarenakan berlakuknya nilai-nilai etik bersifat universal, namun amat dipengaruhi oleh ideologi masyarakat
O

Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahaan atas seni, Estetika berkaitan dengan nilai indah tidak
indah. Keindaaan dapat diberi makna secara luas, sempit, dan estetika murni.

Etika berkaitan dengan baik-buruk, sedangan estetika berkaitan dengan indah tidak indah.

Estetika bersifat subjektif dan partikular.

Oleh karena subjektif, nilai estetika tidak bisa dipaksakan pada orang lain. Nilai-nilai estetik lebih bersifat perasaan,
bukan pernyataan.

Estetika budaya tidak semata-mata dalam berbudaya harus memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika
berbudaya menyiratkan perlunya manusia untuk menghargai keindahan budaya yang dihasilkan manusia lainnya.

D. Memanusiakan Manusia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Memanusiakan Manusia adalah upaya membuat manusia menjadi
berbudaya.

Menurut Herimanto & Winarno , 2012 : 32: Memanusiakan manusia untuk senantiasa menghargai dan
menghormati harkat dan derajat manusia lainnya. Memanusiakan manusia adalah dengan tidak menindas sesama,
tidak menghardik, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti, dan perilaku-perilaku buruk lainya.

Sejatinya, konsep Memanusiakan Manusia merupakan bagian dari humanisme. Humanisme berasal dari kata
Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau
sesuai dengan kodrat manusia (A.Mangunhardjana dalam Haryanto Al-Fandi, 2011:71).
Pewarisan Kebudayaan:

1. Proses pemindahan, penerusan, pemilikan, dan pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara
berkesinambuang
Sesuai atau tidaknya budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi
penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya
warisan.
2. Perubahan Kebudayaan:
Perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya ketidak sesuain di antara unsur-unsur budaya yang saling berbeda
sehingga terjadi keadaan yang tidak serasi bagi kehidupan

Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah, antara lain perubahan akan merugikan manusia
jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran) bukan progress (kemajuan): perubahan bisa berdampak buruk
atau menjadi bencana jika dilakukan memalui revolusi, berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.
3. Penyebaran Kebudayaan :
Proses menyebarkan unsur-unsur kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain/masyarakat ke masyarakat
lain (difusi)
Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah. Masyarakat penerima akan kehilangan nilai-nilai
budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya asing masuk.

Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu & Sosial


Unsur-unsur hakikat manusia terdiri dari hal-hal berikut :

Sususnan kodrat manusia terdiri atas raga dan jiwa

Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan sosial

Kedudukan kodrat terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan
Berdasarkan unsur hakikat manusia di atas, Notonagoro (1975) mengatakan bahwa sebagai mahluk
individu dan makhluk sosial merupakan sifat kodrat manusia . Frans Magnis Suseno (2001) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk individu yang secara hakiki bersifat sosial
Manusia sebagai Makhluk Individu

Manusia sebagai makhluk individu yang bebas dan merdeka tidak terikat apapun dengan masyarakat ataupun
negara.

Manusia bisa berkembang dan sejahtera hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara bebas dan berbuat
apa saja untuk memperbaiki
Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sejak lahir

dipelihara dan dibesarkan dalam suatu masyarakat terkecil, yaitu keluarga. Keluarga

terbentuk karena adanya pergaulan antaranggota sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan
kebutuhan manusia. Esensinya, manusia memerlukan orang lain atau hidup dalam kelompoknya.

Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lain (masyarakat). Ia tidak
dapat merealisasikan potensinya hanya dengan dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk
hal tersebut, termasuk dalam mencukupi kebutuhanya

Manusia sebagai Makhluk Individu


Tiga pandangan yang mempengaruhi pertumbuhan & perkembangan individu

Pandangan Konvergensi (intergrasi antara nativistik & empirik

Pandangan Empiristik (Pengalaman)

Pandangan Nativistik (pandangan alamiah

B). Peran Manusia sebagai Makhluk Individu & Sosial


1). Peran Manusia sebagai Makhluk Individu
a. Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya
b. Mengupayakan terpenuhnya hak-hak dasarnya sebgai manusia
c. Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani
d. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya

Fungsi Peranan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Fungsi Positif

Perlu dihargainya harkat dan martabat diri seorang manusia

Jaminan akan hak dasar setiap manusia

Berkembanganya potensi-potensi diri yang kreatif dan inovatif

Fungsi Negatif

orang memiliki sifat individualistik dan egois

Tidak mau membantu, bersimpati, atau berempati terhadap orang lain karena yang dipentingakan adalah
kebutuhan diri

Menjurus pada persaingan tidak sehat, akibatnya masyarakat akan tidak tertib, penuh persaingan,
perseteruan, dan pemaksaan masing-masing kehendak

Peran Manusia sebagai Makhluk Sosial

Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok

Membentuk kelompok-kelompok sosial

Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kebhidupan kelompok

C. Dinamika Interaksi Sosial


Ciri-ciri interaksi sosial :

Pelakunya lebih dari satu orang

Adanya komunikasi antarpelaku melalui kontak sosial

Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan
pelaku

Adany dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung

Sifat dalam Interaksi Sosial :


Asosiatif :
Kerjasama antarindividu atau antarkelompok
Disasosiatif :
Persaingan, Kontroversi, Permusuhan

Dengan demikian, dinamika interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial dapat beragam. Interaksi sosial
merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan
bersama. Manusia sebagai makhluk sosial pastilah melakukan interaksi sosial dalam rangka kehidupan bersama
tersebut.

D. Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat

Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada yang dihadapi oleh setiap orang,
yaitu kepentingan manakah yang harus saya utamakan? Kepentingan saya selaku individu atau kepentingan
masyarakat tempat saya hidup bersama?

Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang
saling bertolak belakang, yakni pandangan sosialisme dengan pandangan individualisme. Kedua pandangan ini
justru berkembang menjadi paham atau aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat.
Pandangan Individualisme

Kepentingan individulah yang harus diutamakan

Paham individualisme mengahsilkan ideologi liberalisme (individualisme liberal)

Liberalisme menolak segala pengekangan terhadap individu

Liberalisme memberi kebebasan manusia untuk beraktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan, baik dalam
bidak polik, ekonomi, dan sosial budaya

Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika

Menurut paham liberalisme, kebebasan antarindividu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum

Pandangan Sosialisme

Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan
sejahtera bebas dari penguasa individu.

Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan, terutama yang tersisih oleh
sistem liberalisme.

Sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakan dalam kerangka kepentingan masyarakat
yang lebih luas.

Masyarakat yang lebih penting dari individu.

Dalam negara Indonesia yang berfalsafahkan Pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus
sosial seimbang. Paduan harmoni antara individu dan sosial dalam diri bangsa Indonesia diungkapkan dalam sila
kedua dan ketiga Pancasila.

Sila kedua mengungkapkan penghargaan manusia sebagai makhluk yang memiliki dan martabat luhur karena itu
harus dihargai dan di junjung tinggi.

Sila ketiga mengungkapkan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang perlu untuk diperjuangkan dan
dilestarikan.

Bangsa Indonesia memiliki prinsip menempatkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan.

Namun, dengan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara
Kesimpulan

Pada hakikatnya manusia bisa dilihat sebagai makhluk pribadi. Sedangkan di sisi lain dipandang sebagai makhluk
sosial.

Paham individualisme memandang bahwa manusia semata-mata sebagai makhluk pribadi, dengan
mengesampingkan kodratnya sebagai makhluk sosial. Sebaliknya, pandangan sosialisme menyatakan manusia
adalah makhluk sosial.

Pandangan bangsa Indonesia , menyatakan bahwa manusia adalah makhluk pribadi sekaligus sosial.

Sebagai makhluk pribadi dan sosial manusia akan menghadapi dilema dalam pemenuhan kebutuhannya anatara
kebutuhan individu atau kebutuhan sosial.

Anda mungkin juga menyukai