Anda di halaman 1dari 42

HAND OUT

MATA KULIAH: ETIKA PROFESI KEGURUAN

A. POKOK-POKOK MATERI
1. PENJELASAN UMUM PERKULIAHAN DAN TUJUAN MEMPELAJARI MK ETIKA
PROFESI KEGURUAN
2. REGULASI DALAM BIDANG PENDIDIKAN YANG HARUS DIPELAJARI MAHASISWA
PESERTA KULIAH
3. PENGERTIAN ETIKA – MORAL – NORMA DAN NILAI
4. PROFESI, PROFESIONAL, PROFESIONALISME
5. CIRI-CIRI JABATAN PROFESI
6. GURU DAN REGULASI YANG BERKAITAN DENGAN GURU
7. KOMPETENSI GURU DAN REGULASI YANG BERKAITAN KOMPETENSI GURU
8. ETIKA PROFESI KEGURUAN
9. ETOS KERJA GURU
10. KODE ETIK DAN SUMBER KODE ETIK
11. KODE ETIK GURU
12. SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KODE ETIK GURU
13. ETIKA KERJA GURU
14. ORGANISASI PROFESI: PGRI
15. GURU KREATIF DAN INOVATIF
B. Tujuan Mempelajari Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan
Etika profesi keguruan merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh
mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) atau Lembaga Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan (LPTK) dimanapun di Indonesia. Tujuan mahasiswa FKIP atau LPTK
mempelajari mata kuliah etika profesi keguruan adalah agar mahasiswa memiliki wawasan
profesi keguruan dan berperilaku positif terhadap profesi keguruan serta mampu menampilkan
berbagai perilaku positif sebagai calon guru dan ketika menjadi guru.
Ada 4 fungsi mempelajari etika profesi keguruan sebagai calon guru, antara lain:
1) Untuk memantapkan niat mahasiswa dalam menekuni bidang profesi keguruan.
2) Untuk menumbuhkan jiwa keguruan pada mahasiswa sebagai calon guru.
3) Untuk memberikan deskripsi tentang harapan dan tantangan ketika berprofesi sebagai guru.
4) Untuk menanamkan nilai-nilai etika profesi keguruan kepada mahasiswa sebagai calon guru.
Meskipun demikian, bukan berarti etika profesi keguruan tidak dipelajari oleh guru. Guru
harus tetap mempelajarinya dengan tujan agar kemampuannya dalam menjalin relasi dengan
dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan masyarakat untuk
kepentingan pendidikan semakin baik. Mudahnya etika profesi keguruan tetap dipelajari oleh guru
dengan tujuan untuk meng- upgrade kompetensinya, khususnya kompetensi pribadi dan
kompetensi sosialnya.
Ada 4 fungsi mempelajari etika profesi keguruan sebagai guru, antara lain:
1) Untuk memandu guru dalam mengetahui apakah selama ini perilakunya ketika menjalin relasi
dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan masyarakat
sudah sesuai dengan teori etika profesi keguruan atau belum.
2) Untuk mencegah guru melakukan perilaku yang negative ketika menjalin relasi dengan
dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan masyarakat.
3) Untuk menjaga komitmen guru dalam mewujudkan nilai-nilai etika profesi keguruan ketika
menjalin relasi dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan
masyarakat.
C. REGULASI DALAM BIDANG PENDIDIKAN YANG HARUS DIPELAJARI MAHASISWA
PESERTA KULIAH
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi
Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan
Profesor.
D. POKOK-POKOK MATERI PERKULIAHAN
1. Pengertian Etika
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (Bahasa Yunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar
dan salah tentang hak dan kewajiban yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa etika merupakan suatu ilmu yang mempelajari
perbuatan baik dan buruk manusia yang dapat diterima oleh akal sehat.
Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan
tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika dapat
diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia
dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan
moral-moral yang berlaku.
Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling
baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian, akan tercipta suatu
pola-pola hubungan antar manusia yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling
menghargai, tolong menolong, dan sebagainya. Sebagai acuan pilihan perilaku, etika bersumber
pada norma-norma moral yang berlaku. Sumber yang paling mendasar adalah agama sebagai
sumber keyakinan yang paling asasi, filsafat hidup (di negara kita adalah Pancasila), budaya
masyarakat, disiplin keilmuan dan profesi. Dalam dunia pekerjaan, etika sangat diperlukan
sebagai landasan perilaku kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Dengan etika kerja itu, maka suasana dan kualitas kerja dapat diwujudkan sehingga
menghasilkan kualitas pribadi dan kinerja yang efektif, efisien, dan produktif. Etika kerja lazimnya
dirumuskan atas kesepakatan para pendukung pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber-
sumber dasar nilai dan moral tersebut di atas. Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu
disebut kode etik. Kode etik akan menjadi rujukan untuk guru yang profesional dan beretika.
Adapun perilaku etika meliputi:
* Pertanggungjawaban (reponsibility)
• Pengabdian (dedication)
• Kesetiaan (loyalitas)
• Kepekaan (sensitivity)
• Persamaan (equality)
• Kepantasan (equity)
2. Etika Profesi
Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari sering kali digunakan untuk menunjukkan tentang
pekerjaan seseorang. Misalnya sesorang yang kerjanya di sawah dan di ladang dikatakan profesinya
sebagai petani dan orang yang pekerjaannya mengajar dikatakan profesinya sebagai guru. Jadi
istilah profesi dalam konteks ini sama artinya dengan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang
dalam kehidupan sehari-hari. Kekurangtepatan dalam pemahaman makna profesi pada kehidupan
sehari-hari, maka perlu adanya pelurusan pemahaman dalam memaknai arti profesi. Karena dalam
kenyataannya tidak semua pekerjaan yang dilakukan orang atau masyarakat dapat disebut sebagai
profesi. Hanya pekerjaan-pekerjaan yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu saja yang dapat
dikatakan sebagai profesi. Tidak hanya itu, karena dalam sebuah profesi itu juga ada norma-norma
yang mengikat yang sering disebut sebagai kode etik profesi. Dengan adanya etika profesi atau kode
etik guru diharapkan menjadi guru yang profesional. Guru yang profesional adalah guru yang
melakukan pekerjaan yang sudah dikuasainya atau telah dibandingkan baik secara konseptual
secara teknik atau latihan.
Profesi guru tampaknya masih dalam posisi yang kurang menguntungkan baik dari segi
fasilitas, finansial yang berkaitan dengan kesejahteraan maupun penghargaan. Ada diantara guru
yang ditempatkan pada sebuah bangunan yang hampir roboh, ruang yang penuh sesak dengan 40-
45 anak didik per kelas dan perlengkapan yang kurang memadai. Semua itu harus diterima guru
sebagai orang yang dibebani tugas di bidang pendidikan. Pada prinsipnya profesi adalah suatu
lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah,
memiliki dedikasi yang tinggi dalam menyikapi pekerjaan serta berorientasi pada pelayanan yang
baik. Artinya bahwa dalam konteks ini profesi guru dapat dikategorikan suatu pekerjaan ideal
memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang membutuhkannya.
Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk menyongsong
pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru dengan segala kemampuannya dan daya
upayanya mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita
menempatkan guru sebagai salah satu kunci pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju
dimasa yang akan datang. Dapat dibayangkan jika guru tidak menempatkan fungsi sebagaimana
mestinya, bangsa dan negara ini akan tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang kian waktu tidak terbendung lagi perkembangannya.
3. Etika Profesi Keguruan
Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran mengenai perbuatan manusia. Sebagai filsafat, etika
mencari keterangan mengenai kebaikan perbuatan manusia. Kemudian sebagai ilmu dan filsafat,
etika menghendaki ukuran yang umum untuk semua perbuatan manusia. Tujuannya adalah mencari
ukuran tersebut dan bagaimana manusia seharusnya berbuat.
Sementara itu profesi secara estimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau
bahasa latin profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli
dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan
yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental,
yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan
praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok,
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.
Sedangkan guru adalah orang dewasa yang bekerja sebagai pendidik dan pengajar
professional bagi peserta didik di sekolah agar peserta didik dapat menjadi sosok yang berkarakter,
berilmu pengetahuan, serta terampil mengaplikasikan ilmu pengetahuannya.
Berdasarkan ketiga pegertian tersebut, maka etika profesi keguruan dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang perbuatan baik yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
pekerjaannya sebagai pendidik professional. Sebagai filsafat, memberikan pengetahuan secara
mendalam mengenai perbuatan baik yang harus dilakukan oleh guru ketika menjalin relasi dengan
dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan masyarakat.
Adapun sasaran etika profesi keguruan adalah:
1) Etika terhadap peraturan perundang-undangan
Pada butir Sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa: “Guru melaksanakan
segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan” (PGRI, 1973). Kebijaksanaan pendidikan
di Indonesia di pegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain: pembangunan
gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan melalui kewajiban
belajar, peningkatan mutu pendidikan, pemerataan kesempatanbelajar antara lain dengan melalui
kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan menggiatkan
kegiatan karang taruna. Karena itu, guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
merupakan kebijaksanaan tersebut.
Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, Kode Etik Guru Indonesia mengatur hal
tersebut, seperti yang tertentu dalam dasar kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini juga
menunjukan bahwa setiap guru Indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah Indonesia dalam
menjalankan tugas. Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan dan peeraturan,
baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun departemen lain yang
berwenang mengatur pendidikan, di pusat dan di daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan-
kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.

2) Etika Terhadap Organisasi Profesi


Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya peranan
organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian. Dalam dasar keenam dari Kode Etik ini
dengan gambling juga dituliskan, bahwa Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan,
dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Dasar ini sangat tegas mewajibkan kepada
seluruh anggota profesi guru untuk selalu meninmgkatkan mutu dan martabat profesi guru itu sendiri.
Siapa lagi, kalau tidak anggota profesi itu sendiri, yang akan mengangkat martabat suatu profesi
serta meningkatkan mutunya.
3) Etika Terhadap Teman Sejawat
Dalam ayat 7 Kode Etik guru disebutkan bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” Ini berarti bahwa:
 Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dan lingkungan
kerjanya
 Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
 Dalam hal ini kode etik guru menunjukkan kepada kita betapa pentingnya hubungan yang
harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara
sesama anggota profesi.
4) Etika Terhadap Anak Didik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dalam membimbing
anak didiknya Ki Hajar Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat yang terkenal yaitu ing ngarso
sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Dari ketiga kalimat tersebut, etika
guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat-kalimat tersebut mempunyai makna yang sesuai
dalam konteks ini.
 guru hendaknya memberi contoh yang baik bagi anak didiknya.
 guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini, prilaku
dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah prilaku peserta didik.
 hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa.
5. Etika Guru Profesional Terhadap Tempat Kerja
Sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan
produktivitas. Ketidakoptimalan kinerja guru antara lain disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak
menjamin pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal. Dalam UU No. 20/2003 pasal 1
bahwa pemerintah berkewajiban menyiapkan lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara
merata dan bermutu diseluruh jenjang pendidikan. Jika ini terpenuhi, guru yang profesional harus
mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka terwujudnya manusia seutuhnya sesuai
dengan Visi Pendidikan Nasional.
5) Etika Terhadap Pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang
lebih besar (Departeman Pendidikan dan Kebudayaan) guru akan selalu berada dalam bimbingan
dan pengawasan pihak atasan. Oleh sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang guru
terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan
program yang telah disepakati, baik di sekolah maupan di luar sekolah.
4. Kompetensi Guru
Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas, guru harus menguasai 4 kompetensi.
Keempat kompetensi yang harus dikuasai guru untuk meningkatkan kualitasnya tersebut adalah
kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Guru harus sungguh-sungguh dan baik
dalam menguasai 4 kompetensi tersebut agar tujuan pendidikan bisa tercapai.
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan kompetensi khas, yang membedakan guru
dengan profesi lainnya ini terdiri dari 7 aspek kemampuan, yaitu:
a) Mengenal karakteristik anak didik
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
c) Mampu mengembangan kurikulum
d) Kegiatan pembelajaran yang mendidik
e) Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik
f) Komunikasi dengan peserta didik
g) Penilaian dan evaluasi pembelajaran

2) Kompetensi Profesional
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan ilmu
terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis. Kompetensi profesional yang harus terus
dikembangkan guru dengan belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan
kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
Konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar. Materi
ajar yang dipilih harus: (1) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (2) hubungan konsep antar
pelajaran terkait; (3) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; (4)
kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya
nasional.
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama
dengan peserta didik serta guru-guru lainnya. Kompetensi sosial yang harus dikuasai guru meliputi:
(1) berkomunikasi lisan dan tulisan; (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional; (3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik; (4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar; (5) bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; (6) menunjukkan
pribadi yang dewasa dan teladan; dan (7) etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru.
4) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek kompetensi ini
misalnya: (1) dewasa; (2) stabil; (3) arif dan bijaksana; (4) berwibawa; (5) mantap; (6) berakhlak
mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan
(9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Keempat kriteria tersebut biasanya didapat dan dikembangkan ketika menjadi calon guru
dengan menempuh pendidikan di perguruan tinggi khususnya jurusan kependidikan. Perlu adanya
kesadaran dan keseriusan dari guru untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya.
Karena kian hari tantangan dan perubahan zaman membuat proses pendidikan juga harus berubah.
Adapun cara guru menerapkan etika dan moral adalah sebagai berikut:
1) Guru harus memiliki dan mampu menerapkan nilai-nilai dan norma dalam pembelajaran
2) Guru harus dapat menerima perbedaan nilai dan norma yang dianut oleh peserta didik dan orang
lain
3) Guru harus menyadari bahwa masalah pembelajaran merupakan kegiatan yang berkaitan
dengan aspek etika dan moral
5. Kode Etik Guru
Dalam peraturan tentang kode etik guru Indonesia bagian satu pasal 2 ayat 2 dijelaskan
bahwa kode etik guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang
melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta
didik, orang tua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi dan pemerintah sesuai
dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan. Selain itu fungsinya ialah
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia dan bermartabat yang dilindungi Undang-
Undang.
Adanya penerimaan atas suatu kode etik itu mengandung makna selain adanya pengakuan
dan pemahaman atas ketentuan dan/atau prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, juga adanya
suatu ikatan komitmen dan pernyataan kesadaran untuk mematuhinya dalam menjalankan tugas dan
perilaku keprofesiannya, serta kesiapan dan kerelaan atas kemungkinan adanya konsekuensi dan
sanksi seandainya terjadi kelalaian terhadapnya. Dalam kode etik itu sendiri terdapat pedoman sikap
dan perilaku yang menjadi pegangan guru, yaitu nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru
yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas
profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.
Kode etik guru Indonesia bersumber dari:
 Nilai-nilai agama dan Pancasila
 Nilai-nilai kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional
 Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan
jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Sebagai seorang pendidik, seorang guru harus memiliki syarat-syarat pokok (Sulani, 1981:64)
sebagai berikut:
 Syarat syakhsiyah (memiliki kepribadian yang dapat diandalkan)
 Syarat ilmiah (memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni)
 Syarat idhafiyah (mengetahui, menghayati dan menyelami manusia yang dihadapinya,
sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang
ditetapkan).
Ketiga unsur tersebut harus menyatu dalam diri setiap guru, sehingga guru akan menjadi seorang
yang mempunyai kepribadian khusus. Dari ramuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan keguruan
serta penguasaan berbagai ilmu pengetahuan yang akan dia transformasikan pada anak didik, pada
akhirnya akan membawa perubahan terhadap tingkah laku siswanya. Untuk menunjang profesi
sebagai guru dibutuhkan profesionalisme. Adapun syarat profesionalisme guru dalam Islam meliputi :
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Bertaqwa
3. Berilmu pengetahuan yang luas
4. Berlaku adil
5. Berwibawa
6. Ikhlas
7. Mempunyai tujuan yang rabbani
8. Mampu merencanakan dan melakasanakan evaluasi
9. Menguasai bidang yang ditekuni
Dalam etika profesi juga mempunyai landasan normatif yang membangun esensi yang menjadi latar
belakang terbentuknya etika profesi yang setidaknya terdiri dari 4 elemen dalam sistem etika yaitu :
1. Landasan tauhid (landasan filosofis yang dijadikan sebagai fondasi utama setiap langkah
seorang muslin yang beriman dalam menjalankan fungsi kehidupannya)
2. Landasan keseimbangan (landasan yang mendasari terciptanya karakter manusia yang
memiliki sikap dan perilaku yang seimbang dan adil dalam konteks hubungan sosial maupun
lingkungan)
3. Landasan kehendak bebas (landasan yang memberikan kelonggaran dalam kebebasan
berkreasi dalam melaksanakan profesi)
4. Landasan pertanggungjawaban (landasan atas pertanggungjawaban yang diberikan kepada
manusia atas aktivitas yang dilakukan)
6. Profesionalisme Guru
1. Apakah Profesi Itu?
Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian tentang profesi:
a. Suatu jabatan atau pekerjaan yang diperoleh melalui latihan khusus yang memadai.
(Liberman)
b. Suatu jabatan atau pekerjaan yang biasanya memerlukan persiapan yang relatif
lama dan khusus pada tingkat pendidikan tinggi yang pelaksanaannya diatur oleh
kode etik tersendiri, dan menuntut tingkat kearifan atau kesadaran serta pertimbangan
pribadi yang tingi. {World Confederation of Organization for Teaching Profession
(WCOTP)}.
c. Suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan
kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut. (Dedi Supriadi).
d. Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti
biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
(Sikun Pribadi, 1976).
Makna pengertian di atas mengisyaratkan bahwa:
1. Hakikat profesi adalah suatu pernnyataan atau suatu janji terbuka.
Suatu pernyataan atau suatu janji yang dinyatakan oleh tenaga profesional tidak
sama dengan suatu pernyataan yang dikemukakan oleh nonprofesional. Pernyataan
profesional mengandung makna terbuka yang sungguh-sungguh, yang keluar dart
lubuk hatinya. Pernyataan demikian mengandung norma - norma atau nilai- nilai etik.
Orang yang membuat pernyataan itu yakin dan radar bahwa pernyataan yang
dibuatnya adalah baik. "Baik" dalam arti bermanfaat bagi orang banyak dan bagi
dirinya sendiri. Pernyataan janji itu bukan hanya sekadar keluar dari mulutnya, tetapi
merupakan ekspresi kepribadiannya dan tampak pada tingkah lakunya sehari- hari.
Janji yang bersifat etik itu mau tak mau akan berhadapan dengan sanksi-
sanksi tertentu. Bila dia melanggar janjinya, dia akan berhadapan dengan sanksi
tersebut, misalnya hukuman atau protes masyarakat, hukuman dart Tuhan, dan
hukuman oleh dirinya sendiri. Jika seseo rang telah menganut suatu profesi
tertentu, dia akan berbuat sesuai dengan janji tersebut. Janji- janji itu biasanya
telah digariskan dalam kode etik profesi bersangkutan, dalam hal ini, Profesi
kependidikan.
2. Profesi mengandung unsur pengabdian
Suatu profe si bukan bermaksud untuk mencari keuntungan bagi dirinya
sendiri, baik dalam arti ekonomis maupun dalam arti psikis, tetapi untuk pengabdian
pada masyarakat. Ini berarti, bahwa profesi tidak boleh sampai merugikan, merusak,
atau menimbulkan malapetaka bagi orang lain dan bagi masyarakat. Sebaliknya,
profesi itu hams berusaha menimbulkan kebaikan, keberuntungan, dan
kesempurnaan serta kesejahteraan bagi masyarakat. Pengabdian diri berarti lebih
mengutamakan kepentingan orang banyak. Misalnya, profesi dalam bidang hukum adalah
untuk kepentingan kliennya bila berhadapan dengan pengadilan, profesi
kedokteran adalah untuk kepentingan pasien agar cepat sembuh penyakitnya, profesi
kependidikan adalah untuk kepentingan anak didiknya, profesi pertanian adalah untuk
meningkatkan produksi pertanian agar masyarakat lebih sejahtera dalam bidang
pangan, dan sebagainya. Dengan demikian, pengabdian yang diberikan oleh profesi
tersebut harus sesuai dengan bidang-bidang pekerjaan tertentu. Dengan pengabdian
pada pekerjaan itu, seseorang berarti mengabdikan profesinya kepada masyarakat.
3. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu sang dengan sendirinya
menuntut keahlian, pengetahuan, dan keterampilan tertentu p ula. Dalam
pengertian profesi telah tersirat adanya suatu keharusan kompetensi agar profesi itu
berfungsi dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini, pekerjaan profesional berbeda
dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya, oleh sebab mempunyai fungsi sosial, yakni
pengabdian kepada masyarakat.
Kompetensi sangat diperlukan untuk melaksanakan fungsi profesi. Dalam masyarakat
yang kompleks seperti masyarakat modem dewasa mi, profesi menuntut kemampuan
membuat keputusan yang tepat dan kemampuan membuat kebijaksanaan yang tepat.
Untuk itu diperlukan banyak keterangan yang lengkap agar jangan menimbulkan kesalahan
yang akan menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat.
Kesalahan dapat menimbulkan akibat yang fatal atau malapetaka yang dahsyat. Itu
sebabnya, kebijaksanaan, pembuatan keputusan, perencanaan, dan penanganan harus
ditangani oleh para ahlinya, yang memiliki kompetensi profesional dalam bidangnya.
Uraian di atas dan definisi seperti yang dikemukakan oleh Dr. Sikun Pribadi
ternyata sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Frank H. Blackington
sebagai berikut :
”A profession may define most simply as a vocation which is organized,
incompletely, no doubt, but genuinely, for the performance of fitnction.
(Blackington, 1968)
Selanjutnya, Blackington mengemukakan sepuluh kriteria untuk menjelaskan arti
profesi, yang dikutipnya dari Horton, sebagai berikut.
1. A profession must satisfy an indispensible social need and be based
upon well established and socially acceptable scientific principles.
2. It must demand and adequate professional and cultural
training.
3. It must demand the possession of body of specialized
and systema tized knowledge.
4. It must give evidence of needed skill that the general public does not
possess that is skills that are partly native and partly acquired.
5. It must have developed a scientific technique that is the result of tested
experience.
6. It must require the exercise of direction and judgement as to the time and
manner of the performance of duty.
7. It must be a type of beneficial work, the result of which
is not subject to standardization in term unit performance or time
element.
8. It must have a group conciousness designed to extend scientific
knowledge in technical language.
9. It must have sufficient self -impelling power to retain its
member throughout life. It must not be used for a more steppingstone to
other occupational.
10. It must recognize its obligations to society by insisting that its members live up
to an established and accepted code of ethics.

Sebagai perbandingan dengan komponen-komponen profesi, sebagaimana


digariskan dalam definisi profesi yang telah dikemukakan oleh Ernest Greenwood,
sebagai berikut.
1. A basis or systematic theory.
2. Authority recognized by the clientele of the professional
group.
3. Broader community sanction and approval of this authority.
4. A code ethics regulating relation of professional persons with clients and with
colleagues.
5. A professional culture sustained by formal professional associations.
(Howard M. Vollmer and Donald L. Mills, 1966)
Berdasarkan uraian tentang pengertian, kriteria, dan
unsur-unsur yang terkandung dalam profesi, sebenarnya profesi itu adalah suatu
lembaga yang mempunyai otoritas yang otonom, karena didukung oleh:
1. Spesialisasi ilmu sehingga mengandung arti keahlian;
2. Kode etik yang direalisasikan dalam melaksanakan profesi, karena hakikatnya
ialah pengabdian kepada masyarakat demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri;
3. Kelompok yang tergabung dalam profesi, yang menjaga jabatan itu dari
penyalahgunaan oleh orang-orang yang tidak kompeten dengan pendidikan serta
sertifikasi mereka yang memenuhi syarat-syarat yang diminta;
4. Masyarakat luas yang memanfaatkan profesi tersebut;
5. Pemerintah yang melindungi profesi dengan undang- undangnya. (Dr. Sikun
Pribadi, 1975).
2. Ciri-Ciri Profesi
Menurut Liberman ciri-ciri profesi adalah:
1. Jabatan tersebut harus merupakan suatu layanan yang khas dan esensial serta
dengan jelas dapat dibedakan dari jabatan lain.
2. Untuk pelaksanaannya tidak sekedar diperlukan keterampilan (skills) tetapi juga
kemampuan intelektual.
3. Diperlukan suatu masa studi dan latihan khusus yang cukup lama.
4. Para praktisinya secara individual atau kelompok memiliki otonomi dalam bidangnya.
5. Tindakan keputusannya dapat diterima oleh para praktisi
yang bertangung jawab.
6. Layanan tersebut tidak semata-mata untuk kepentingan
ekonomi.
7. Memiliki suatu kode etik
Menurut WCOTP ciri-ciri profesi adalah:
1) Profesi adalah panggilan jiwa
2) Fungsinya telah terumuskan dengan jelas
3) Menetapkan persyaratan-persyaratan minimal untuk dapat melakukannya
(kualifikasi pendidikan, pengalaman, keterampilan)
4) Mengenakan disiplin kepada seluruh anggotanya dan biasanya bebas dari
campur tangan kekuasaan luar.
5) Berusaha meningkatkan status ekonomi dan sosial para anggotanya.
6) Terbentuk dari disiplin intelektual masyarakat terpelajar dengan anggota-anggota
dan terorganisasi
Ciri-ciri profesi:
1. Pekerjaan itu mempunyai signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi
kepada masyarakat.
2. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang
secara sosial dapat dipertanggungjawabkan
3. Profesi didukung ole h suatu disiplin ilmu
4. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sangsi
yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik
5. Sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, maka
anggota profesi secara perorangan
ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial.
Istilah-istilah yang terkait dengan profesi:
Profesional Penampilan seseorang yang sesuai dengan
tuntutan yang seharusnya.
Menunjuk kepada orangnya.
Profesionalisasi Proses menjadikan seseorang sebagai
profesional melalui inservice training dan atau
Profesionalisme Derajat penampilan seseorang
sebagai profesional.
Penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu
profesi; dan juga mengacu kepada sikap dan
komitmen anggota profesi untuk bekerja
berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik

7. Profesi Keguruan
Apakah pekerjaan guru (tenaga kependidikan) dapat disebut sebagai suatu profesi?
Pertanyaan ini muncul karena masih ada pihak yang berpendapat bahwa pekerjaan
kependidikan bukan suatu profesi tersendiri. Berbagai alasan yang mereka kemukakan
antara lain, bahwa setiap orang dapat menjadi guru asalkan telah mengalami jenjang
pendidikan tertentu ditambah dengan sedikit pengalaman mengajar. Karena itu seorang
dapat saja mengajar di TK sampai dengan perguruan tinggi, jika dia telah mengalami
pendidikan tersebut dan telah memiliki pengalaman mengajar di kelas. Selain dan itu, ada
beberapa bukti bahwa pendidikan dapat saja berhasil walaupun si pengajarnya tidak pernah
belajar ilmu pendidikan dan keguruan. Banyak orang tua seperti pedagang, petani, dan
sebagainya yang telah mendidik anak-anak mereka dan berhasil, padahal dia sendiri
tidak pernah mengikuti pendidikan guru dan mempelajari ilmu mengajar. Sebaliknya,
tidak sedikit guru atau tenaga kependidikan lainnya atau sarjana pendidikan yang tidak
berhasil mendidik anaknya. Jadi, kendati seseorang telah dididik menjadi guru, namun
belum menjadi jaminan bahwa anaknya akan terdidik baik. Kritik lain yang sering
dilontarkan ialah, hasil pendidikan di sekolah tidak dapat segera dilihat hasilnya, berbeda
dengan profesi kedokteran atau teknologi pertanian misalnya.
Pandangan di atas dinilai terlalu picik. Profesi guru hendaknya dilihat dalam
hubungan yang Luas. Sejumlah rekomendasi dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Peranan pendidikan harus dilihat dalam konteks pembangunan secara
menyeluruh, yang bertujuan membentuk manusia sesuai dengan cita-cita bangsa.
Pembangunan tidak mungkin berhasil jika tidak melibatkan manusianya sebagai
pelaku dan sekaligus sebagai tujuan pembangunan. Untuk menyukseskan
pembangunan perlu ditata suatu sistem pendidikan yang relevan. Sistem
pendidikan dirancang dan dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli dalam
bidangnya. Tanpa keahlian yang memadai maka pendidikan sulit berhasil.
Keahlian yang dimiliki oleh tenaga pendidikan, tidak dimiliki oleh warga masyarakat
pada umumnya, melainkan hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu yang telah
menjalani pendidikan guru secara berencana dan sistematik.
2. Hasil pendidikan memang tak mungkin dilihat dan dirasakan dalam waktu singkat,
tetapi ban dapat dilihat dalam jangka waktu yang lama, bahkan mungk in setelah
sate generasi. Itu sebabnya proses pendidikan tidak boleh keliru atau salah
kendatipun hanya sedikit saja. Kesalahan yang dilakukan oleh orang yang bukan
ahli dalam bidang pendidikan dapat merusak satu generasi seterusnya
dan akibatnya akan berlanjut terus. Itu sebabnya tangan-tangan yang mengelola
sistem pendidikan dari alas sampai ke dalam kelas harus terdiri dari
tenaga-tenaga profesional dalam bidang pendidikan.
3. Sekolah adalah suatu lembaga profesional. Sekolah bertujuan membentuk anak didik
menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan tangguh,
yang dapat dipertanggungjawabkan dan bertanggung jawab terhadap masyarakat
dan terhadap dirinya. Para lulusan sekolah pada waktunya harus mampu bekerja
mengisi lapangan kerja yang ada. Mereka harus dipersiapkan melalui program
pendidikan di sekolah. Para orang telah mempercayakan anak-anaknya untuk dididik
di sekolah. Mereka tidak cukup waktu untuk mendidik anaknya sebagaimana yang
diharapkan. Mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk diberikan kepada anaknya. Sebagian tanggung jawab
pendidikan anak-anak tersebut terletak di tangan para guru dan tenaga kependidikan
lainnya sebabnya para guru harus dididik dalam profesi kependidikan, agar memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efisien
dan efektif. Hal ini hanya mungkin dilakukan jika kedudukan, fungsi, dan peran guru
diakui sebagai suatu profesi.
4. Sesuai dengan hakikat dan kriteria profesi yang telah dijelaskan di muka,
sudah jelas bahwa pekerjaan guru harus dilakukan oleh orang yang bertugas selaku
guru. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang penuh pengabdian pada
masyarakat, dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu. Kode etik itu mengatur
bagaimana seorang guru harus bertingkah laku sesuai dengan norma-norma
pekerjaannya, balk dalam hubungan dengan anak didiknya maupun dalam hubungan
dengan teman sejawatnya.
5. Sebagai konsekuensi logis dari pertimbangan tersebut, setiap guru harus memiliki
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian,dan kompetensi
kemasyarakatan. Dengan demikian dia memiliki kewenangan mengajar untuk
diberikan imbalan secara wajar sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Dengan demikian seorang calon guru seharusnya telah menempuh program
pendidikan guru pada suatu lembaga pendidikan tertentu.
8. Etika Kerja Guru
Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah
tentang hak dan kewajiban yang dianut oleh suatu golonga n atau masyarakat.
Etika, pada hakikatnya merupakan dasar
pertimb angan dalam pembuatan keputusan tentang moral manusia
dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika dapat diartikan
sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi
sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola - pola perilaku
yang sebaik- baiknya berdasarkan timbangan moral- moral yang berlaku.
Dengan adanya etika, manus ia dapat memilih dan memutuskan
perilaku yang paling baik sesuai dengan norma - norma moral yang
berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-pola hubungan
antar manusia yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling
menghargai, tolong menolong, dsb.
Sebagai acuan pilihan perilaku, etika bersumber
pada norma - norma moral yang berlaku. Sumber yang paling mendasar
adalah agama sebagai sumber keyak inan yang paling asasi, filsafat
hidup (di negara kita adalah Pancasila), budaya masyarakat, disiplin
keilmuan dan profesi. Dalam dunia pekerjaan, etika sangat diperlukan sebagai
landasan perilaku kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dengan
etika kerja itu, maka suasana dan kualitas kerja dapat diwujudkan sehingga
menghasilkan kualitas pribadi dan kinerja yang efektif, efisien, dan
produktif.
Etika kerja lazimn ya dirumuskan ata s kesepakatan
para pendukung pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber-
sumber dasar nilai dan moral tersebut di atas. Rumusan etika kerja
yang disepakati bersama itu disebut kode etik. Kode etik akan
menjadi rujukan untuk mewujudkan perilaku etika dalam melakukan tugas-
tugas pekerjaan. Dengan kode etik itu pula perilaku etika para pekerja
akan dikontrol., dinilai, diperbaiki, dan dikembangkan. Semua anggota harus
menghormati, menghayati, dan mengamalkan isi dari semua kode etik yang telah
disepakati bersama. Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis
dan semua anggota akan merasakan adanya perlindungan dan rasa aman
dalam melakukan tugas-tugasnya.
Secara umum, kode etik ini diperlukan dengan
beberapa alasan, antara lain:
1) Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketent uan dan
kebijakan yang telah ditetapkan berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku.
2) Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan
persengketaan dari para pelaksana, sehingga dapat menjaga dan
meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan. Melindungi para
praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus - kasus
penyimpangan tind akan. Melindungi anggota masyarakat dari praktek-
praktek yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
Karena kode etik itu merupakan sua tu kesepakatan bersama
dari para anggota suatu profesi, maka kode etik ini ditetapkan oleh organisasi
yang mendapat persetujuan dan kesepakatan dari para anggotanya. Khus

us mengenai kode etik gur u. di Indonesia, PGRI (Persatuan Guru


Republik Indonesia) telah menetapkan kode etik guru sebagai salah satu
kelengkapan organis asi sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PGRI.

9. Etos kerja Guru


Sebenarnya kata "etos" bersumber dari pengertian yang sama dengan
etika, yaitu sumber-sumber nilai yang dijadikan rujukan dalam pemilihan dan
keputusan perilaku. Etos kerja lebih merujuk kepada kualitas kepribadian yang
tercermin melalui. unjuk kerja secara utuh dalam berbagai dimensi
kehidupannya.
Dengan demikian etos kerja lebih merupakan kondisi internal yang
mendorong dan mengendalikan perilaku ke arah terwujudnya kualitas kerja
yang ideal. Kualitas unjuk kerja dan hasil kerja banyak ditentukan oleh kualitas
etos kerja ini. Sebagai suatu kondisi internal, etos kerja mengandung beberapa
unsur antara lain: (1) disiplin kerja (2) sikap terhadap pekerjaan, (3) kebiasaan-
kebiasaan bekerja. Dengan disiplin kerja, seorang pekerja akan selalu bekerja
dalam pola-pola yang konsisten untuk melakukan dengan baik sesuai dengan
tuntutan dan kesanggupannya.
Disiplin yang dimaksud di sini adalah bukan disiplin yang
mati dan pasif, akan tetapi disiplin yang hidup dan aktif yang didasari dengan
penuh pemahaman, pengertian, dan keikhlasan. Sikap terhadap pekerjaan
merupakan landasan yang paling berperan, karena sikap mendasari arah dan
intensitas unjuk kerja. Perwujudan unjuk kerja yang baik, didasari oleh sikap dasar
yang positif dan wajar terhadap pekerjaannya. Mencintai pekerjaan sendiri. adalah
salah satu contoh sikap terhadap pekerjaan. Demikian pula keinginan untuk
senantiasa mengembangkan kualitas pekerjaan dan unjuk kerja merupakan refleksi
sikap terhadap pekerjaan. Orientasi kerja, juga termasuk ke dalam unsur sikap
seperti orientasi terhadap hasil tambah, orientasi terhadap pengembangan diri,
orientasi terhadap pengabdian pada masyarakat. Kebiasaan kerja, merupakan
pola-pola perilaku kerja yang ditunjukkan oleh pekerja secara konsisten. Beberapa
unsur kebiasaan kerja antara lain: kebiasaan mengatur waktu, kebiasaan
pengembangan diri, disiplin kerja, kebiasaan hubungan antar manusia, kebiasaan
bekerja keras.
Dengan demikian, etos kerja merupakan tuntutan internal
untuk berperilaku etis dalam mewujudkan unjuk kerja yang baik dan produktif.
Dengan etos kerja yang baik dan kuat sangat diharapkan seseorang pekerja akan
senantiasa melakukan pekerjaannya secara efektif dan produktif dalam kondisi
pribadi yang sehat dan berkembang. Perwujudan unjuk kerja ini
bersumber pada kualitas kompetensi aspek kepribadian yang mencakup aspek
religi, intelektual, sosial, pribadi, fisik, moral, dsb. Hal itu dapat berarti bahwa
mereka yang dipandang memiliki etos kerja yang tinggi dan kuat akan memiliki
keunggulan.
I0. Kode Etik Guru
Interpretasi tentang kode etik belum memiliki penger tian
yang sama. Berikut ini disajikan beberapa pengertian kode etik.
Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Pasal
28 menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai
pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan". Dalam
Pen- jelasan Undang-undang tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini,
Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, Abdi Negara, dan Abdi
Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam
melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari- hari.
Selanjutnya dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-
prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggungjawab pegawai negeri.
Dari uraian ini dapat kita simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbua tan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup
sehari- hari.
Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan
bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pe
ngabdiaan bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur
pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2) sebagai pedoman tingkah
laku.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), Pasal 43, dikemukakan
sebagai berikut: (1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan, dan
martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru
membentuk kode etik; (2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesionalan.
Dari beberapa pengertian tentang kode etik di atas, menunjukkan bahwa
kode etik suatu profesi merupakan norma- norma yang harus diindahkan dan
diamalkan oleh setiap anggotanya dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan
hidup sehari- hari di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk- petunjuk
bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan- larangan, tentang
apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesi, tetapi dalam pergaulan hidup sehari-hari di dalam
masyarakat.
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.profesi itu
sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai
berikut.
1. Menjunjung tinggi martabat profesi.
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat, agar
mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh
karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk
tindak- tanduk atau kelakuan anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik
profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Kesejahteraan mencakup lahir (atau material) maupun batin (spiritual,
emosional, dan mental). Kode etik umumnya memuat larangan- larangan
untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang merugikan kesejahteraan para
anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi hono
rarium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa saja
yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan
rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin, kode etik umumnya memberi
petunjuk petunjuk kepada anggotanya untuk melaksanakan profesinya.
3. Pedoman berperilaku.
Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak pantas
dan tidak jujur bagi para anggota prof'esi dalam berinteraksi dengan sesama
rekan anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan pengabdian para anggot a profesi.
Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi, sehingga
bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggungjawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena
itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
5. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Kode etik memuat norma norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
6. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
Kode etik mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpartisipasi dalam membina
organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi,
dan mening katkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
Guru harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat,
terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu mereka harus menjunjung tinggi etika profesi.
Mereka mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia yang beriman dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur,
dan beradab.
Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Mereka memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Penyandang profesi guru adalah insan yang layak
ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta
didik. Untuk itu pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan
profesinya.
Dalam melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa
perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) sebagai pedoman bersikap dan berperilaku
yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
pendidik putera-puteri bangsa. KEGI yang tercermin dalam tindakan nyata itulah yang disebut
etika profesi atau menjalankan profesi secara beretika.
Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan
KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada perilaku guru. Disamping itu, guru dan
organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat,
penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh
dilanggar, baik sengaja maupun tidak.
1. Fungsi Kode Etik
Pada dasarnya kode etik berfungsi sebagai, perlindungan dan pengembangan bagi
profesi itu, dan sebagai pelindung bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan suatu
profesi. Gibson and Mitchel (1995;449), sebagai pedoman pelaksanaan tugas
profesional anggota suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna suatu
profesi dalam meminta pertanggungjawaban jika anggota profesi yang bertindak di
luar kewajaaran.
2. Secara umum fungsi kode etik guru berfungsi sebagai berikut:
 Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi
 Agar guru bertanggungjawab atas profesinya
 Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal
 Agar guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan
 Agar profesi ini membantu memecahkan masalah dan mengembangkan diri
 Agar profesi ini terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah
Kode Etik Guru Indonesia
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia
seutuhnya berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kewjujuran professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu da martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanana
nasional
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
9. Guru melaksanaakn segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan
J. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Dalam setiap penetapan aturan atau tata tertib, maka tidak lepas dengan yang
namanya sanksi bagi para pelanggar peraturan atau tata tertib tersebut. Begitu juga dalam
penetapan kode etik sebuah profesi, maka juga ada sanksi-sanksi yang bagi anggota yang
melanggar kode etik tersebut. Menurut Mulyasa (2007:46) menjelaskan, bahwa sanksi
pelanggaran kode etik tersebut adalah sebagai berikut :
 Sanksi moral, berupa celaan dari rekan-rekannya. Karena pada umumnya kode etik
merupakan landasan moral, pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
 Sanksi dikeluarkan dari organisasi, merupakan sangsi yang dianggap terberat
Pada dasarnya guru adalah tenaga professional di bidang kependidikan yang memiliki tugas
mengajar, mendidik, dan membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berpribadi
Pancasila (kepribadian bangsa). Dengan demikian, guru memiliki kedudukan yang sangat
penting dan tanggung jawab yang sangat besar dalam menangani berhasil atau tidaknya
program pendidikan.Kalau boleh dikatakan sedikit secara ideal, baik atar buruknya suatu
bangsa di masa mendatang banyak terletak di tangan guru.
Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru
Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
pendidik, anggota maasyarakat dan warga negara. Kode Etik Guru merupakan pedoman sikap
dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat
yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan
norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi,
organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika
dan kemanusiaan.
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah mencegah
terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan
profesion profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat melanggar kode
etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang terwujud dalam kode etik;
seperti kode itu berasal dari niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan
kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar.
K. Moral/Etika Guru/Dosen yang harus diketahui dan
diamalkan
a. Moral/etika guru/dosen harus
1) Suci dalam pikiran
2) Suci dalam perkataan
3) Suci dalm Tindakan
b. Mengapa Guru perlu Etika dan Moral?
1) Guru merupakan panutan bagi peserta didik dan orang lain dalam segala pemikiran dan
tingkah lakunya.
2) Guru sebagai Pengajar dan Pendidik.

3) Guru sebagai Profesi (perlu Etika Profesi Guru).


c. Bagaimana Cara Guru Menerapkan Etika dan Moral?
1) Guru harus memiliki dan mampu menerapkan nilai-nilai dan norma dalam pembelajaran
2) Guru harus dapat menerima perbedaan nilai dan norma yang dianut oleh peserta didik
dan orang lain
3) Guru harus menyadari bahwa masalah pembelajaran merupakan kegiatan yang berkaitan
dengan aspek etika dan moral
d. Kesalahan yang sering dilakukan guru
1) Mengambil jalan pintas pembelajaran
2) Menunggu peserta didik berperilaku negatif
3) Menggunakan destruktif disiplin
4) Mengabaikan perbedaan peserta didik
5) Merasa paling pandai
6) Tidak adil
7) Memaksa hak peserta didik
e. Perilaku Guru yang Kurang Mendidik
1) Memarahi siswa ketika siswa tidak bisa menjawab
2) Merasa dirinya paling pandai
3) Menggunakan waktu tidak tepat
4) Cara mengajar monoton
5) Diskriminatif
6) Memberikan penghargaan yang berlebihan
7) Terlalu permisif dengan siswa
GURU KREATIF DAN INOVATIF:
STRATEGI MENJAWAB TANTANGAN ABAD 21

Oleh: H. Mohamad Surya


Mantan Ketua PGRI Pusat

Kreativitas
Dalam menjawab tantangan kehidupan modern di abad-21 dengan segala
bentuknya, kreativitas dan inovasi merupakan dua kata kunci yang sangat diperlukan untuk
mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini
dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu
untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan individu dapat
menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat
memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan individu meningkatkan
kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang
memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya
kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas
majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki
rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain,
dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan,
dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan
yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk
mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung
dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi
terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya,
dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik memungkinkan dapat menghasilkan
karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh
untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui pembelajaran yang kreatif siswa akan
memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga
meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi
berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi,
kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap pihak lain. Pada akhirnya semua itu akan bermuara dalam perwujudan ketrampilan
hidup.
Apakah kreativitas itu?
Kreativitas adalah kecakapan untuk menghasilkan karya yang orsinil atau asli dan
bermakna.dengan kualitas yang tinggi dan cocok sesuai dengan harapan masyarakat
(Stenberg R.J. & Lubart T.L. (1996). Kreativitas melibatkan tiga unsur “P” yaitu “People,
Process, and Product” atau orang, proses, dan produk atau hasil. Maknanya adalah bahwa
kreativitas itu hanya dilakukan oleh orang yang memiliki kualifikasi tertentu, berlangsung
dalam suatu proses (bukan suatu peristiwa tunggal yang terjadi sesaat), dan menghasilkan
sesuatu yang dapat diamati secara nyata serta memberikan manfaat. Kreativitas melibatkan
suatu pergeseran persepsi terhadap suatu obyek atau situasi dari sudut pandang yang
berbeda.
Beberapa hal penting yang terkait dengan pentingnya kreativitas antara lain sebagai
berikut. Hasil kreativitas akan memperkaya budaya dan dengan demikian secara tidak
langsung akan memperbaiki kualitas kehidupan umat manusia. Untuk memperoleh kehidupan
yang baik, tidak cukup hanya dengan mengganti hal-hal yang salah, tetapi kita butuh suatu
tujuan yang positif, karena kreativitas berkenaan dengan menghasilkan model kehidupan
(Mihaly Csikszent Mihalya). Semua hal yang menarik, penting, dan memiliki nilai
kemanusiaan merupakan hasil kreativitas. Kreativitas meninggalkan suatu hasil yang
menambah kekayaan, dan kompleksitas masa depan. Kreativitas merupakan hal yang penting
karena membuat pengalaman dari hari ke hari menjadi lebih jelas, lebih menyenangkan, lebih
memberikan ganjaran, dan memberi petunuk jalan. Bila kita hidup dengan kreativitas, kita
akan terhindar dari adanya rasa kebosanan dan setiap kejadian akan menjanjikan sesuatu
yang lebih baik. Kreativitas merupakan hasil dari aktivitas individu dalam menghadapi berbagai
pilihan dan perubahan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa [1] orang kreatif menunjukkan karakteristik
sebagai orang yang memiliki kesehatan psikologis yang baik, [2] kreativitas mempunyai makna
sebagai aktivitas melihat suatu obyek atau situasi dari banyak sudut pandang dan memberikan
lebih banyak pilihan, [3] kreativitas dapat diajarkan dan karenanya dapat menghasilkan karya
inovatif. Kreativitas dapat tumbuh dan berkembang sejalan dengan perjalanan waktu dan
berkaitan dengan dimensi pengalaman baik internal maupun eksternal
Kreativitas berkembang melalui empat tahapan yaitu:
• Planning atau perencanaan, yaitu merumuskan masalah dan tujuan. Kreativitas
hanya akan mmberikan hasil apabila diawali dengan rumusan masalah dan tujuan
dengan benar.
• Incubation atau pengeraman yaitu menarik masalah yang berada dalam tingkatan
ketidak-sadaran atau belum jelas untuk dipilih, diklarifikasi, dipadukan.sehingga
menjadi lebih jelas.
• Illumination on Insight yaitu mendapatkan petunjuk arah pada tilikan, yang berupa
tahapan untuk membangkitkan gambaran, gagasan sebagai arahan untuk
penyelesaian karya di masa yang akan datang.
• Evaluation yaitu tahapan untuk menilai apakah gagasan itu telah sesuai dengan
masalah dan tujuan? Tahapam ini merupakan penentuan secara sistematis dalam
menetapkan ketepatan sesuatu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Kreativitas banyak didukung oleh perilaku kebiasaan yang baik, seperti:


1. Membuat jadwal yang baik untuk berbagai kegiatan
2. Menyediakan waktu untuk merefleksikan gagasan dalam suasana santai.
3. Menempatkan diri sendiri dalam suatu kawasan secara tepat dan bermakna.
4. Menemukan apa yang disukai dan yang tidak disukai dalam hidup, dan mulai dengan
melakukan sesuatu yang disukai dan mengurangi hal-hal yang tidak disukai.

Kreativitas dapat ditingkatkan melalui upaya memaksimalkan potensi diri dan lingkungan:
1. Menghindarkan sesuatu yang tidak memberikan insentif seperti rasa takut.
2. Menyediakan waktu untuk mediasi atau berada sendiri untuk mendapatkan inspirasi
dan merenungkan gagasan.
3. Secepatnya mengenal dan menggunakan gagasan yang bagus beserta segera
mengenal kekurangan atau kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya
4. Senantiasa berharap terus ada kreativitas.
Untuk memaksimalkan kreativitas dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti:
• Membangun iklim suasana untuk berdiskusi, mengoptimalkan interaksi antar pribadi;
• Memberikan ganjaran untuk setiap pikiran-pikiran kreatif;
• Menciptakan lingkungan yang dapat memberikan kebebasan untuk berkespresi
• Membangun rasa kebersamaan dan kesamaan status dalam interaksi sesama mitra.
KREAVITITAS DAN INOVASI
Kreativitas mempunyai kesamaan dan perbedaan, namun memiliki keterkaitan yang
erat dengan inovasi. Orang kreatif dapat berkembang menjadi inovator, artinya karya-karya
yang bersifat inovatif dikembangkan berdasarkan gagasan-gagasan kreatif. Apa bedanya dan
keterkaitan antara kreativitas dan inovasi? Sebagaimana telah dikemukakan di atas,
kreativitas merupakan bentuk membangun gagasan. Menjadi kreatif merupakan kecakapan
untuk membangun gagasan atau tampil dengan suatu gagasan baru. Misalnya apabila
seorang anak berfikir tentang suatu gagasan bahkan meskipun tergolong nakal, hal itu dapat
disebut kreatif. Hal yang sama apabila terjadi pada seorang ilmuwan merebut suatu gagasan,
ia mencoba kreativitasnya. Kreativitas merupakan suatu proses atau proses berfikir untuk
menjadi eksis atau nyata. Kreativitas membuat sesuatu yang tadinya tidak nampak menjadi
nampak atau nyata.
Inovasi dapat digambarkan sebagai suatu bentuk mengimplementasikan kreativitas.
Inovasi menempatkan suatu gagasan menjadi sesuatu yang nyata dan berguna. Sementara
kreativitas merupakan suatu proses berfikir, inovasi merupakan proses produktif. Inovasi
memberikan nilai tambah terhadap gagasan sehingga menjdi sesuatu yang bermantaat.
Misalnya jika gagasan diumapamakan sebagai suatu bibit, maka inovasi merupakan tanaman
sebagai hasil dari penanaman dan pemeliharaan bibit itu sehingga kemudian memberikan
manfaat nyata. Dalam inovasi terkandung unsur-unsur: visi atau pandangan ke depan,
kecerdikan, curah pendapat (brain storming), kerja dalam tim, adanya motivasi, kreativitas,
insentif, pengembangan, dan perencanaan. Dalam kenyataannya ada dua macam perbedaan
inovasi. Yang pertama adalah sesuatu yang baru dan ada pengembangan sesuatu yang baru
serta menjadi minat utama. Kedua, sesuatu yang baru itu merupakan hal baru yang dapat
kita amati seperti dapat dilihat, disentuh, didengar, dirasakan, dicicipi, atau dicium. Yang
kedua adalah hal baru yang dapat kita lakukanseperti bioteknologi, proses bisnis, program
komputer, proses industrial, pengembangan metode mengajar, penyusunan materi ajar,
membuat media pembelajaran, dsb. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inovasi itu
sebagai bentuk transformasi suatu gagasan untuk dikembangkan sehingga menjadi sesuatu
yang bermanfaat. Secara sederhana inovasi merupakan bentuk upaya membuat sesuatu
menjadi nyata dan mentransformasikannya menjadi sesuatu yang menghasilkan
kesejahteraan baru dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Bila seseorang telah
melakukan hal itu, maka secara nyata dapat dikatakan seseorang itu sebagai inovator. Inovasi
itu bisa besar atau bisa kecil atau sederhana.
Inovasi berlangsung dalam tiga tahapan yaitu (1) munculnya gagasan, (2)
menghasilkan sesuatu berdasarkan gagasan itu, dan (3) memvalidasikannya sehingga lebih
banyak orang mengakui, kemudian mencobakan dan menggunakan. Dalam langkah pertama
muncul suatu gagasan untuk membuat sesuatu yang baru dalam memperbaiki suatu keadaan.
Misalnya guru memiliki gagasan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan
menggunakan alat bantu mengajar yang baik dan menyenangkan. Dalam gagasan itu akan
dikembangkan suatu suatu media pembelajaran dengan menggunakan power point agar
siswa lebih tertarik dan lebih mudah memperoleh pemahaman. Untuk itu dibuat rancangan
membuat power point yang akan digunakan sebagai media dalam mengajar. Selanjutnya
dalam langkah kedua dikembangkan model prototipe power point itu dan diuji-cobakan untuk
mengetahui ketepatan dan kesesuaiannya. Berdasarkan hasil uji coba kemudian dibuat model
power point sebagai suatu inovasi dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang
sebenarnya. Langkah selanjutnya yaitu melakukan validasi atau melakukan kajian hasil
inovasi itu untuk menguji ketepatan serta sejauh mana hasil inovasi iyu mendapat tanggapan
dan penerimaan dari berbagai pihak. Bila ternyata banyak pihak yang memberikan pengakuan
dan keinginan untuk mengembangkannya maka inovasi pembuatan media itu telah
memberikan kontribusi dalam upaya perbaikan pembelajaran.
Suatu karya dapat dikatakan sebagai suatu inovasi apabila memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. RELEVANCE, yaitu memiliki kesesuaian dengan masalah, tujuan, situasi, sarana,
pihak pengguna, dsb.
2. MANAGABLE, dapat dikelola dengan baik sesuai dengan sumber-sumber daya yang
ada
3. SUSTAINABILITY, memberikan jaminan adanya kesinambungan dalam proses
pengembangan dan pelaksanaannya
4. EFFICIENCY, yaitu dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan sumber yang
ada secara tepat
5. PRODUCTIVITY, yaitu mamnpu menghasilkan sesuatu yang nyata dan bermanfaat
6. INNOVATIVE, yaitu menghasilkan sesuatu yang baru baik memperbaharui yang lama
ataupun membuat yang baru namun memberikan manfaat.
7. UP TO DATE, sesuai dengan situasi dan kondisi kekinian atau tidak ketinggalan
zaman.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa inovasi itu merupakan suatu penemuan baru untuk
memperbaiki keadaan agar lebih memberikan makna. Sebagaimana dikemukakan di atas,
inovasi bisa merupakan penemuan yang disebut invention. Discovery merupakan penemuan
sesuatu yang sebenarnya sudah ada misalnya penemuan benua Amerika oleh Columbus.
Dengan demikian discovery merupakan penampilan sesuatu yang sebenarnya sudah ada
untuk kemudian dikembangkan menjadi sesuatu yang memberikan manfaat. Sedangkan
invention, merupakan penemuan yang sebelumnya tidak ada sehingga betul-betul baru,
misalnya Thomas Alva Edison menemukan lampu listrik, penemuan komputer, dsb.
Dalam tuntutan yang berkembang masa kini, baik yang bersifat global maupun nasional,
inovasi pendidikan amat diperlukan khususnya pembelajaran, Inovasi pendidikan dapat
dikatakan sebagai suatuproses memperkenalkan ide baru, barang baru, layanan baru, dan
cara-cara baru yang lebih bermanfaat dengan melakukan perubahan yang menyeluruh,
sistemik, konsepsional terhadap dunia pendidikan agar lebih sesuai dengan tuntutan yang
berkembang. Inovasi pendidikan dilaksanakan melalui suatu siklus dengan empat tahapan
dasar yaitu: membangun gagasan, eksperimentasi awal, studi kelayakan, dan implementasi
akhir.
FAKTOR YANG MENUNJANG UNTUK KREATIF DAN INOVATIF
Untuk dapat menjadi kreatif dan inovatif ada tujuh faktor yang dapat dijadikan sebagai
sumber dinamika kreatif dan inovatif. Ketujuh faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Banyak melakukan perjalanan dan mengunjungi berbagai obyek.
Melakukan perjalanan untuk mengunjungi berbagai obyek akan banyak memberikan
pengalaman yang bermakna dan dapat mendukung bagi perluasan dan perkembangan
wawasan. Sudah tentu obyek yang dikunjungan harus sesuai dengan bidang yang ditekuni
baik dalam lingkungan dekat, lingkungan daerah, nasional atau bahkan internasional.
Melalui perjalanan kunjungan yang dilakukan dengan cermat, maka akan terjadi tambahan
pengetahuan dan wawasan sehingga dapat melakukan perbandingan antara pengalaman
yang telah dimiliki dangan pengalaman baru. Keluasan wawasan itu dapat menjadi sumber
inspirasi untuk menghasilkan karya kreatif untuk selanjutnya dapat dikembangkan menjadi
karya-karya inovatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki keadaan di lingkungan
sendiri.
2. Membangun banyak sahabat.
Seperti halnya banyak melakukan perjalanan atau kunjungan, sahabat atau kolega banyak
memberikan manfaat dalam pengembangakn gagasan kreatif dan inovatif. Melalui interaksi
dengan para sahabat dalam diskusi atau bentuk komunikasi lainnya dapat saling tukar
pikiran dan pengalaman yang pada gilirannya dapat menjadi sumber inspirasi gagasan
yang dapat di menjadi sumber karya-karya inovatif. Melalui interaksi dengan sejumlah
kolega, gagasan dapat dikaji bersama untuk medapatkan masukan dan dukungan dalam
pengembangannya.
3. Mengembangkan karir
Karir yang berupa pekerjaan, jabatan, profesi, atau bentuk aktivitas lainnya akan menjadi
sumber gagasan kreatif dan inovatif apabila karir itu tidak statis tetapi terus dikembangkan
dengan cara yang sebaik-baiknya. Karir yang berkembang secara dinamis akan
mendukung bagi kinerja kreatif inovatif, dan sebaliknya kinerja kreatif inovatif akan
mendukung bagi perkembangan karir sehingga mendapatkan kemajuan yang bermakna
dalam perjalanan hidup
4. Senantiasa terfokus pada kegiatan
Kegiatan yang sedang dilakukan dalam suatu pekerjaan, jabatan, atau profesi akan
memberikan peluang untuk berkembangnya gagasan kreatif inovatif apabila dilakukan
secara konsisten dan senantiasa terfokus. Kegiatan yang terfokus memberikan peluang
untuk mampu mengembangkan gagasan dan implementasinya secara nyata dan
memberikan makna serta manfaat. Dalam kegiatan yang terfokus akan senantiasa dapat
dilaksanakan proses yang berkesinambungan secara sistematis dan terkendali sehingga
tetap berada pada koridor yang terarah pada tujuan yang telah digariskan.
5. Mampu mengungkapkan gagasan kreatif inovatif
Sebagus apapun suatu gagasan kreatif inovatif hanya akan mewujud dan bermakna
apabila diungkapkan dengan baik. Untuk itu sangat penting artinya kemampuan untuk
mengungkapkan gagasan kreatif baik melalui ungkapan lisan, tertulis, ataupun perbuatan.
Pengungkapan dapat dilakukan melalui berbagai bentuk dan forum seperti dalam diskusi,
seminar, lokakarya, atau melalui media seperti melalui buku, tulisan dalam majalah, atau
koran, dsb. Pengungkapan dapat juga dilakukan melalui perbuatan nyata misalnya
mendemonstrasikan suatu gagasan dan karya inovatif. Dalam kaitan ini kemampuan
berkomunikasi secara efektif sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin membuat karya
kreatif inovatif.
6. Mengembangkan minat dan kesenangan

Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu
objek. Dengan adanya minat maka timbul rasa senang terhadap gagasan-gagasan baru
dan selanjutnya dikembangkan melalui karya inovatif sehingga memberikan hasil yang
optimal. Kegiatan yang memberikan rasa senang itu biasanya apabila melakukan sesuatu
yang tergolong hobi. Dalam hubungan ini apabila menghasilkan gagasan dan karya inovatif
itu sudah menjadi hobi maka segalanya akan dilakukan dengan penuh rasa senang.

7. Memanfaatkan sumber daya yang ada

Untuk menghasilkan karya-karya kreatif inovatif, memang memerlukan sumber-sumber


daya tertentu baik sumber material, sumber finansial, sumber daya manusia, dan
sebagainya. Namun untuk berkarya kreatif inovatif tidak harus menunggu hingga tersedia
sumber daya yang serba canggih dan sempurna. Justru berkarya kreatif dan inovatif
adalah kecerdikan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada.
MENJADI GURU DI ABAD 21
Kita semua sudah maklumbahwa abad 21, merupakan satu masa yang tak diketahui
dan tak tertulis. Pada saat memasuki era digital, kita akan dihadapkan pada tantangan yang
tidak pernah kita temui sebelumnya. .Guru adalah orang yang dituntut untuk mempersiapkan
generasi masa depan untuk menghadapi sesuatu yang belum diketahui. Yang menjadi
pertanyaan adalah “Bagaimana kita melakukan hal itu?”, Dan yang lebih penting lagi adalah
bagaimana kita melakukan sesuatu agar setiap anak memperoleh pengalaman pembelajaran
yang dapat mempersiapkan mereka memasuki kehidupan era globalisasi abad 21. Untuk
mempersiapkan siswa dalam pembelajaran di abad 21, guru harus:
1. Meninggalkan cara-cara mengajar yang menekankan hafalan yang berbeda dengan
kenyataan, pendekatan kurikulum yang terpecah-pecah, pembelajaran yang terisolasi, dan
pendekatan dengan buku teks.
2. Menerapkan revolusi pendidikan yang memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan
potensi mereka.
3. Memanfaatkan lingkungan yang mendukung pembelajaran aktif, kolaboratif, terkoneksi, dan
berpusat pada siswa.
4. Membangkitkan siswa dalam membangun semangat inovasi dan peluang pembelajaran
yang membangun dan menuntut siswa berfikir di luar kelas.
5. Menunjukkan kekuatan teknoligi untuk mentransformasi pembelajaran yang
memberdayakan siswa dan menginspirasi berfikir kreatif.
6. Mempersiapkan siswa untuk berinteraksi dalam komunikasi global, hubungan “on line” yang
memberi kesempatan agar kelas senantiasa terkoneksi.
7. Mendidik siswa mengenal bagaimana mengendalikan dan memilih informasi yang begitu
banyak dengan mendeteksi keasliannya, menguraikan proses mencari dan membantu
keberhasilan mereka.
8. Memperbaiki cara mengajar dengan mempersiapkan siswa untuk berkontribusi dan menjadi
pengguna yang memiliki informasi media yang kaya.
9. Mempersiapkan siswa berfikir kreatif, mengambil resiko, dan membangun gagasan yang
asli dan segar, dan yang paling penting adalah mempersiapkan siswa menjadi warga
masyarakat digital.
10. Menggunakan pendekatan dalam mengajar yang ditujukan berdasarkan keragaman yang
ada di luar kelas.
11. Merangsang siswa dalam memperoleh pengalaman yang sesuai untuk kehidupan
mereka dan termotivasi dengan dunia di luar kelas, dan berdasarkan pada proyek yang
otentik sebagai pusat untuk pembelajaran di era reformasi.
12. Mendukung upaya menjadikan sistem pendidikan masa kini yang harus mampu
menjembatani bagaimana siswa hidup dan mengembangkan pola-pola pembelajaran
abad 21.
13. Membuat siswa di dalam kelas belajar secara akademik melalui dunia nyata,
menggunakan contoh-contoh dan aplikasi pengalaman baik di dalam maupun di luar
sekolah, serta belajar menggunakan alat-alat penting untuk menunjang kehidupan sehari-
hari dan produktivitas di lingkungan kerja.

Sebagai guru di abad 21, harus membimbing siswa dalam: (1) mengembangkan
kemampuan dalam berfikir kritis, (2) menerapkan pengetahuan pada situasi baru, (3)
menganalisis informasi, (4) membangun gagasan baru, (5) komunikatif dan kolaboratif, (6)
memecahkan masalah dan membuat keputusan secara cermat, (7) menerapkan ketrampilan
dalam dunia nyata, (8) menggunakan alat digital untuk mengolah dan menyimpan informasi.
UNTUK MENJADI GURU DI ABAD 21, guru harus:(1) mengikuti berbagai
perkembangan yang terjadi di luar dinding kelas dan memperhatikan kondisi siswa, (2) berfikir,
belajar, dan memimpin, serta memberi peluang bagi siswa untuk berfikir, membangun
jawaban, mengembangkan rasa keingin-tahuan, memperluas kemungkinan, (3) menjadi
inovator, pembangkit gagasan, petunjuk jalan, motivator, dan fasilitator., (4) memanfaatkan
teknologi komunikasi dan informasi, (5) mengembangkan pola-pola pembelajaran .abad 21
yang berpusat pada siswa, menantang, investasi, menilai secara kritis.

Anda mungkin juga menyukai