Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH STUDI KASUS PENYIMPANGAN PADA REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyimpangan remaja merupakan salah satu dari sekian banyak masalah sosial
yang semakin merebak pada waktu sekarang ini. Masalah sosial sering dikaitkan
dengan masalah perilaku menyimpang dan bahkan pelanggaran hukum atau tindak
kejahatan. Upaya rehabilitasi dianggap lebih tepat untuk mengatasi masalah
Penyimpangan remaja. Hal ini karena remaja adalah generasi penerus yang masih
memungkinkan potensi sumberdaya manusianya berkembang, sehingga pada saatnya
akan menggantikan generasi sebelumnya menjadi pemimpin-pemimpin bangsa.
Pada saat ini semakin berkembang bentuk penyimpangan perilaku yang
dilakukan remaja. Penyimpangan remaja tidak hanya berbentuk bolos sekolah, mencuri
kecil-kecilan, tidak patuh pada orang tua, tetapi mengarah pada tindakan kriminal,
seperti perkelahian masal antar pelajar (tawuran) yang menyebabkan kematian,
perkosaan, pembunuhan dan lain-lain. Di Amerika Serikat hampir lebih dari 40 % orang-
orang yang melakukan kejahatan serius adalah anak-anak remaja nakal. Ditemukan
setiap harinya 2500 anak lahir di luar pernikahan, 700 anak lahir dengan berat badan
rendah, 135.000 anak membawa senjata tajam ke sekolah, 7.700 anak umur belasan
melakukan kegiatan seksual aktif, 600 anak umur belasan
mengidap syphilis atau gonorhoe, dan 6 anak umur belasan memutuskan untuk bunuh
diri (Horn, 1991). Di Indonesia tercatat pada Direktorat Bimbingan Masyarakat POLRI,
bahwa pada tahun 1994 menangkap 1.261 pelaku perkelahian antar pelajar dan pada
tahun 1998 data ini telah meningkat menjadi 18.946 pelaku yang ditangkap (Justika,
1999).
Penyebab Penyimpangan remaja dikarenakan manusia, termasuk anak dan
remaja adalah mahluk sosial yang senantiasa melakukan interaksi yang terbuka
dengan berbagai faktor yang sulit dideteksi secara jelas, dan memungkinkan lebih
bersifat individual. Profesi pekerjaan sosial merupakan profesi yang bertanggung jawab
atas masalah sosial Penyimpangan remaja, menunjukketidakmampuan orang
tua sebagai penyebab penyimpangan remaja, yang dalam hal ini
berartikeluarga. Orang tua seharusnya memiliki kompetensi untuk mengendalikan anak-
anak mereka, terutama yang sedang memasuki masa remaja. Sosiolog memandang
disorganisasi sosial sebagai penyebab terjadinya Penyimpangan remaja, sedangkan
psikolog mengacu pada pandangan Freud, bahwa Penyimpangan remaja disebabkan
oleh terjadinya inner conflict, kelabilan emosional dan emosi alam bawah sadar lainnya.
Keluarga sering dianggap sebagai sumber tunggal dari banyak masalah
sosial. Teoritisi Fungsionalis beranggapan bahwa ketidakmampuan kelompok tertentu,
terutama orang-orang miskin dan para imigran, mengakibatkan anak-anak mereka
mencari hubungan-hubungan alternatif seperti gang, kelompok kriminal, dan kelompok
sebaya yang menyimpang lainnya. Teoritisi Interaksionistmempelajari pola-pola
interaksi keluarga sebagai petunjuk mengapa beberapa anggota keluarga berubah
menyimpang, misalnya : keluarga-keluarga yang dikepalai oleh perempuan dan
keluarga yang pasangannya tidak menikah, tetapi menganut norma-norma keluarga
konvensional, sering mendapat stigma dan sumber masalah sosial. Bagi Teoritisi
Konflik, keluarga adalah sumber masalah sosial ketika nilai-nilai yang diajarkan
bertentangan dengan masyarakat yang lebih besar. Para sosiolog mengabaikan
perspektif teoritis tentang keluarga tersebut dan cenderung memfokuskan pada apa
yang dapat dilakukan oleh institusi-institusi dalam masyarakat, terutama institusi-
institusi kesejahteraan sosial, untuk mempertahankan dan memperkuat stabilitas
keluarga.
Keluarga sebagai ikatan sosial pertama yang dialami oleh seseorang. Di dalam
keluargalah anak belajar untuk hidup sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan
orang lain dalam lingkungannya (learning to live as a social being) (Brill, 1978).
Keluarga merupakan wadah pertama bagi seseorang untuk mempelajari bagaimana
dirinya merupakan suatu pribadi yang terpisah dan harus berinteraksi dengan orang-
orang lain di luar dirinya. Interaksi sosial yang terjadi dalam keluarga ini merupakan
suatu komponen vital dalam sosialisasi seorang manusia. Anak akan menyerap
berbagai macam pengetahuan, norma, nilai, budi pekerti, tatakrama, sopan santun,
serta berbagai keterampilan sosial lainnya yang sangat berguna dalam berbagai
kehidupan masyarakat. Anak akan belajar bagaimana memikul rasa bersalah,
bagaimana menghadapi secara konstruktif berbagai tanggapan anggota keluarganya
yang lain, anak akan mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, kepuasan, dan
cinta kasih terhadap sesama mahluk. Dengan demikian, keluargalah pelaku pendidikan
utama bagi seorang anak menjadi manusia secara penuh, manusia yang mampu hidup
bersama manusia lain dalam lingkungannya yang diliputi suasana harmonis, bukan
manusia congkak yang memiliki dorongan agresi, merusak, dan mengganggu
lingkungan sosialnya.
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang dikalangan remaja akhir-akhir ini
sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan
tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan
mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka
menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock
(2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu
karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan
lingkungan, maupun untuk kompensasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang hendak dibahas oleh penulis adalah sebagai
berikut:
a. Menyelidiki faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan
penyimpangan-penyimpangan
b. Menyelidiki sejak dini terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan-
penyimpangan yang cenderung akan menjadi seorang penjahat
c. Upaya orang tua dan masyarakat dalam memberikan solusi agar remaja yang
melakukan penyimpangan tidak lagi melakukan penyimpangan.
d. Keberhasilan yang dicapai orng tua dan masyarakat setelah melakukan berbagai solusi
terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan
e. Dampak daripada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh remaja.

1.3 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Melakukan penelitian terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan-
penyimpangan dengan menggunakan metode studi kasus serta menggunakan teknik
observasi dan teknik wawancara.
b. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan penyelidikan faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja
melakukan penyimpangan-penyimpangan
b. Mendeskripsikan penyelidikan sejak dini terhadap seorang remaja yang melakukan
penyimpangan-penyimpangan yang cenderung akan menjadi seorang penjahat
c. Mendeskripsikan upaya orang tua dan masyarakat dalam memberikan solusi agar
remaja yang melakukan penyimpangan tidak lagi melakukan penyimpangan.
d. Mendeskripsikan keberhasilan yang dicapai orang tua dan masyarakat setelah
melakukan berbagai solusi terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan
e. Mendeskripsikan dampak daripada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh
remaja.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Manfaat secara Teoritis
Hasil penelitian ini akan memberikan konstribusi substantif-konseptual-teoritis terhadap
ilmu pendidikan dalam melakukan penelitian studi kasus penyimpangan yang dilakukan
oleh seorang remaja yang cenderung setelah dewasa akan menjadi seorang penjahat.
b. Manfaat secara Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi orang tua dan masyarakat dalam
mengetahui tanda-tanda sejak dini seorang remaja akan menjadi seorang penjahat
yang ditinjau dari aspek penyimpangan-penyimpangan yang telah dilakukannya.
b. Sekolah sebagai tempat menuntut ilmu dan tempat mendidik siswa dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam mendidik siswa agar tidak
melakukan berbagai penyimpangan pada masa remaja yang identik bahwa masa
remaja merupakan masa serba ingin tahu.

BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 Masa Remaja


Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai
patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu
terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum
usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang)
mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan
sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata
orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan
balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki
pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi
bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu
mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
a. Merupakan periode transisi/peralihan
b. Merupakan periode perubahan, misalnya: perubahan kepekaan emosi, bentuk tubuh,
peran, minat, dan nilai.
c. Merupakan masa mencari jati diri/identitas diri.
d. Merupakan masa yang tidak realistik, karena mereka memandang sesuatu dari
kacamata-nya sendiri, yang kadang jauh dari realita
Ada beberapa tugas perkembangan pada masa remaja, diantaranya sebagai
berikut:
a. Menerima kodisi fisik apa adanya, dan mampu memanfaatkannya secara efektif.
b. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dg teman sebaya, baik sejenis maupun
lain jenis.
c. Mencapai peran sosial yang bertanggung jawab sebagai pria/wanita.
d. Mencapai kemandirian emosional dari ortu maupun orla.
e. Mempersiapkan karier ekonomi.
f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Pada masa remaja terdiri atas kebutuhan-kebutuhan:
a. Mencapai sesuatu => memupuk ambisi
b. Kebutuhan akan rasa: superior, ingin menonjol, ingin terkenal.
c. Kebutuhan u/ berkompetisi
d. Kebutuhan u/tampil memukau
e. Kebutuhan bebas menentukan sikap (tidak mau didekte) FILE DI: Psikologi
Perkembangan II-Pendahuluan-08
f. Kebutuhan u/ menjalin persahabatan
g. Kebutuhan u/ berempati
h. Kebutuhan u/ mencari simpati
i. Kebutuhan u/ menghindari rutinitas
j. Kebutuhan u/mengatasi hambatan
k. Kebutuhan u/menyalurkan agresivitas
l. Kebutuhan bergaul dengan lawan jenis

2.2 Permasalahan Remaja


Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah
dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi
Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa
remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih
banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang
menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/
confussion, moratorium, foreclosure,dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia,
dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses
untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
b. Ketidakstabilan emosi.
c. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
d. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
e. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentang dengan orang tua.
f. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
g. Senang bereksperimentasi.
h. Senang bereksplorasi.
i. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
j. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Namun ada beberapa permasalahan utama yang sering dialami oleh remaja,
yaitu:
a Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika
mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya
(remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan
ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya
tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan
fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini
sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002)
menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua
atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan
paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini
mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998).
Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang
berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan
perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut,
ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan
makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis.
Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun
penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada
remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi
dan berskplorasi.
b Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat
memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-
kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa
remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan
berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan
beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu,
untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun
untuk kompensasi.
a. Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua,
supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah,
perceraian dan perpisahan orang tua.
b. Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan
sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka
pendek dan kepuasan hedonis, dll.
c. Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang
yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang
buruk, dll.

2.3 Penyimpangan Remaja


Mussen dkk (1994), mendefinisikan penyimpangan remaja sebagai perilaku yang
melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang
berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan
mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan penyimpangan remaja
adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan
tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.
Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku penyimpangan remaja dibagi
menjadi empat, yaitu :
a. penyimpangan terisolir (Delinkuensi terisolir)
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka
tidak menderita kerusakan psikologis.
b. penyimpangan neurotik (Delinkuensi neurotik)
Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius,
antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan
berdosa dan lain sebagainya.
c. penyimpangan psikotik (Delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum
dan segi keamanan, mereka merupakan oknum criminal yang paling berbahaya.
d. penyimpangan defek moral (Delinkuensi defek moral)
Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang.
Menurut Kartono (2003), remaja nakal itu mempunyai karakteristik umum
yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :
a. Perbedaan struktur intelektual
Pada umumnya inteligensi mereka tidak berbeda dengan inteligensi remaja
yang normal, namun jelas terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus yang berbeda
biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi
daripada nilai untuk ketrampilan verbal (tes Wechsler). Mereka kurang toleran terhadap
hal-hal yang ambigius biasanya mereka kurang mampu memperhitungkan tingkah laku
orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai
cerminan dari diri sendiri.
b. Perbedaan fisik dan psikis
Remaja yang nakal ini lebih idiot secara moral dan memiliki perbedaan ciri
karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal.
Bentuk tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih
agresif. Hasil penelitian juga menunjukkan ditemukannya fungsi fisiologis dan
neurologis yang khas pada remaja nakal ini, yaitu: mereka kurang bereaksi terhadap
stimulus kesakitan dan menunjukkan ketidakmatangan jasmaniah atau anomali
perkembangan tertentu.
c. Ciri karakteristik individual
Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang, seperti :
a. Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,
bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.
b. Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.
c. Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak
mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab
secara sosial.
d. Mereka senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang
merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya risiko
dan bahaya yang terkandung di dalamnya.
e. Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya.
f. Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.
g. Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga mereka menjadi
h. Liar dan jahat.
Faktor-faktor penyimpangan remaja menurut Santrock, (1996) lebih rinci
dijelaskan sebagai berikut :
a. Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (Santrock, 1996) masa
remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus di atasi.
b. Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan
kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku.
c. Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan
serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah
laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan.
d. Jenis kelamin
Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan.
e. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah
terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu
bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah
cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.
f. Proses keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya
dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak,
kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat
menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.
g. Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja
untuk menjadi nakal.
h. Kelas sosial ekonomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial
ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah
perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki
banyak privilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal
i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja.
Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati
berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau
penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai
dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah.
Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir
adalah faktor- factor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan
remaja.
Berikut ini contoh-contoh penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja:
a. Berbohong
b. Pergi keluar rumah tanpa pamit
c. Keluyuran
d. Begadang
e. membolos sekolah
f. Berkelahi dengan teman
g. Berkelah antar sekolah
h. Buang sampah sembarangan
i. membaca buku porno
j. melihat gambar porno
k. menontin film porno
l. Mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM
m. Kebut-kebutan/mengebut
n. Minum-minuman keras
o. Kumpul kebo
p. Hubungan sex diluar nikah
q. Mencuri
r. Mencopet
s. Menodong
t. Menggugurkan Kandungan
u. Memperkosa
v. Berjudi
w. Menyalahgunakan narkotika
x. Membunuh

2.4 Penyimpangan Remaja dan Kejahatan


Remaja yang terbiasa melakukan penyimpangan maka kehidupannya akan
berpeluang besar berbuat kejahatan yang kemudian akan menjadi seorang penjahat.
Penjahat adalah orang yang telah melakukan kejahatan. Sedangkan kejahatan
adalah suatu perbuatan melanggar hukum atau norma, merugikan diri sendiri dan orang
lain, melakukan sesuatu yang tidak umum.
a Sebab-Sebab Berbuat Jahat
a. Pelaku kejahatan yang dilahirkan
Pelaku kejahatan yang dilahirkan menjadi penjahat, sehinnga seseorang berbuat jahat
karena dilahirkan menjadi jahat atau berdasarkan faktor genetic.
b. Pelaku kejahatan berdasarkan insting kejahatan yang ada pada dirinya
Dalam hal ini perbuatan kejahatan dilkaukan karena individu mengikuti insting dalam
dirinya.
c. Pelaku kejahatan karena lingkungan
Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku kejahatan
termasuk dalam hal ini pola pendidikan dan pengasuhan.
d. Pelaku kejahatan karena terpaksa
Pelaku kejahatan karena terpaksa mengi,kuti suasana anomie yaitu suasana yang
menekan sehingga memaksa orang berbuat sesuatu karena orang tersebut sudah tidak
bisa berbuat apa-apa lagi
b Dampak dari Kejahatan
Dampak yang dialami korban adalah frustasi (karena kehilangan harta benda),
trauma (karena mengalami hal yang mengerikan, misalnya pemerkosaan), bahkan bisa
jadi korban akan mengalami phobia karena traumatic terhadap kejadian yang
dialaminya. Keluarga korban juga akan mengalami hal yang sama dengan korban
Sedangkan dampak yang dialami pelaku adalah deperes karena takut
tindakannya ketahuan dan apabila ketahuan pelaku tersebut juga akan depresi karena
dikucilkan oleh masyarakat. Pengucilan oleh masyarakat juga akan dialami keluarga
pelaku tindak criminal tersebut.
c Klasifikasi Jenis Kejahatan
a. Klasifikasi Kejahatan Berdasarkan Dampaknya
a) Kejahatan berdampak luas
b) Kejahatan berdampak local
c) Kejahatan korbannya diri sendiri
d) Kejahatan yang tidak ada korbannya
b. Klasifikasi Kejahatan Berdasarkan Jenis Objek Sasaran
a) Kejahatan kemanusiaan
b) Kejahatan perang
c) Kejahatan politik
d) Kejahatan harta benda
c. Klasifikasi Kejahatan Berdasarkan Cara yang digunakan
a) Kejahatan yang menyakiti orang lain
b) Kejahatan dengan kekerasan
c) Kejahatan dengan kelembutan
d) Kejahatan dengan Media

d Teori-Teori Kejahatn
a. Teori asosiasi diferensial (Differensial Association (differensial Association)
Menurut teori ini bahwa kejahatan dipelajari melalui belajar
b. Teori Kontrol social
Menurut teori ini bahwa masyarakat bias mencegah terjadinya kejahatan dengan
memberikan control melalui hal-hal yang bias mencegah kejahatn dengan cara
memberikan kasih saying, melibatkan, partisipasi, dan kepercayaan
c. Teori Label/Cap/Stigma
a) Primary Deviancy adalah penyimpangan yang dilakukan pertama kali dan tidak
diberikan sanksi
b) Secondary Deviance adalah penyimpangan yang dilakukan berulang-ulang dan
merupakan sebuah kebiasaan
d. Teori Anomi (Kacau)
Menurut teori ini bahwa kejahatan terjadiketika dalam masyarakat tidak ada kepastian
hukum.

2.5 Minuman Beralkohol


Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol
adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di
berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja,
umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.
Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan ganggguan
mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan
berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-
sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-
kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan
atau mabuk.
Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti
misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu
menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan
fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau mata
juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah tersinggung,
bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.
Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang
disebut sindrom putus alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka
akan sering gemetar dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak
berhalusinasi.
Jenis-jenis minuman beralkohol terdiri
atas : anggur, bir, bourbon, brendi, brugal, caipirinha,chianti, jgermeister, mirin, prosec
co, rum, sake, sampanye, shch, tuak, vodka, wiski

2.6 Pornografi
Pornografi (dari bahasa Yunani pornographia secara
harafiah tulisan tentangatau gambar tentang pelacur) (kadang kala juga disingkat
menjadi "porn," "pr0n," atau "porno") adalah penggambaran tubuh
manusia atau perilaku seksual manusia secara terbuka (eksplisit) dengan tujuan
membangkitkan birahi (gairah seksual). Pornografi berbeda dari erotika. Dapat
dikatakan, pornografi adalah bentuk ekstrem/vulgar dari erotika. Erotika sendiri adalah
penjabaran fisik dari konsep-konsep erotisme. Kalangan industri pornografi kerap kali
menggunakan istilah erotika dengan motif eufemisme namun mengakibatkan
kekacauan pemahaman di kalangan masyarakat umum.
Pornografi dapat menggunakan berbagai media teks tertulis maupun
lisan, foto-foto, ukiran,gambar, gambar bergerak (termasuk animasi), dan suara seperti
misalnya suara orang yang bernapas tersengal-sengal. Film
porno menggabungkan gambar yang bergerak, teks erotik yang diucapkan dan/atau
suara-suara erotik lainnya, sementara majalah seringkali menggabungkan foto dan teks
tertulis. Novel dan cerita pendek menyajikan teks tertulis, kadang-kadang dengan
ilustrasi. Suatu pertunjukan hidup pun dapat disebut porno.
Menonton film porno dapat membangkitkan nafsi birahi yang bila tak terkendali
dan apabila ketika belum menikah maka akan berpeluang terjadi pemerkosaan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Penelitian


a Metode Penelitian
Dengan berdasarkan kepada latar belakang dan tujuan penelitian, dalam penelitian
ini penulis menggunakan metode studi kasus yang bertujuan mengumpulkan data dari
seseorang yang mempunyai kasus tertentu. Hal tersebut senada dengan yang
dikemukakan oleh Bogdan dan Bikien (1982) mengenai pengertian studi kasus yang
merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu
tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982)
membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan
perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan
batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan
Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha
menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan
sernua variabel yang penting. Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa
batasan studi kasus meliputi:
a. Sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen,
b. Sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai
dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami
berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
b Teknik Penelitian
Dalam mengumpulkan data serta informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Obsevasi adalah suatu pengamatan langsung terhadap objek penelitian dengan
maksud untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek tersebut dengan
melakukan pengamatan dan peninjauan langsung ke lokasi penelitian.
Teknik ini digunakan penulis dengan terjun langsung mengamati kehidupan nyata calon
korban tersebut dan mencari tahu kehidupan lainnya dari orang tuanya, temannya
saudaranya, dan tetangganya.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang menghendaki komunikasi
langsung antara peneliti dengan yang diwawancarai sehingga terjadi tanya jawab untuk
memperoleh data yang lebih lengkap. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data
dari calon korban langsung, Orang tua, saudara, teman, dan tetangga calon korban.
c. Studi Literatur
Studi ini dimanfaatkan untuk mengkaji beberapa kepustakaan yang
relevan dengan penelitian ini seperti situs yang dari internet, buku, dan sumber-sumber
lain untuk mengkaji masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian melalui
sumber-sumber yang mendukung.
3.2 Sumber Data
Data yang diperoleh penulis bersumber kepada:
a. Hasil wawancara terhadap terhadap calon korban, orang tua, tetangga, teman dan
saudara calon korban
b. Hasil observasi di lapangan, berupa hasil pengamatan secara langsung yang dilakukan
oleh penulis terhadap kehidupan calon korban secara nyata.
c. Hasil studi pustaka, dilakukan dengan mengkaji dan menelaah serta mengutif
mendapat ahli guna memperkuat hasil penelitian.

3.3 Langkah-Langkah Penelitian


a. Persiapan Penelitian
a) Persiapan Instrumen
Hal-hal yang disiapkan sebelum melakukan pengumpulan data yaitu instrument
penelitian yang berupa pedoman wawancara untuk mengumpulkan data dari calon
korban, orang tua, saudara, teman, dan tettangga calon korban.
b) Persiapan Perizinan
Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu menyiapkan perizinan agar
pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan lancar. Adapun perizinan tersebut
adalah:
a. Meminta izin kepada calon korban untuk diwawancarai terkait penyimpangan yang
telah dilakukannya.
b. Meminta izin kepada orang tua calon korban untuk diwawancarai seputar
penyimpangan yang dilakukan anaknya sekaligus mewawancarai anaknya terkait
penyimpangan yang telah dilakukannya.
c. Meminta izin kepada saudara calon korban untuk diwawancarai seputar penyimpangan
yang telah dilakukan calon korban.
d. Meminta izin kepada teman calon korban untuk diwawancarai seputar penyimpangan
yang telah dilakukan calon korban.
e. Meminta izin kepada tetangga calon korban untuk diwawancarai seputar
penyimpangan yang telah dilakukan calon korban.

3.4 Pelaksanaan Penelitian


a Pelaksanaan Observasi
Pelaksaaan observasi ini dilakukan di Kampung Tapis RT/RW 01/01 Desa
Kadupandak Kecamatan Kadupandak kabupaten Cianjur pada tanggal 03 s/d 16 Mei
2010.

b Pelaksaaan Wawancara
Pelaksaan wawancara dilaksanakan dilakukan kepada calon korban pada hari
jumat tanggal 07 Mei 2010, kepada Orang tua calon korban pada hari sabtu tanggal 08
Mei 2010, kepada saudara calon korban pada hari minggu tanggal 09 Mei 2010,
kepada teman calon korban pada hari jumat tanggal 14 Mei 2010, dan kepada
tetangga calon korban pada hari sabtu tanggal 15 Mei 2010.
Adapaun pelaksaaannya sebagai berikut:
a. Menyusun kisi-kisi wawancara sesuai tujuan penelitian
b. Menyusun daftar pertanyaan yang akan menjadi pedoman dalam pelaksaan wawncara
c. Melaksanakan wawancara dengan calon korban, orang tua, saudara, teman, dan
tetangga calon korban, sehingga diperoleh data dan informasi yang diperlukan bagi
penelitian.

3.5 Data Hasil Penelitian


a Data Hasil Observasi
Adapun data hasil observasi yang penulis dapatkan adalah sebagai berikut:
a. Calon korban suka meminum minuman beralkohol sengan teman-temannya yang
terdiri dari 5 orang di rumah temannya.
b. Calon korban dan teman-temannya dalam membeli minuman beralkohol melalui
patungan
c. Calon korban dan teman-temannya suka minum minuman beralkohol secara bersama-
sama dilakukan 1 minggu sekali.
d. Calon korban hamper setiap malam suka keluar rumah untuk nongkrong bersama
teman-temannya dipinggir jalan dekat rumah temannya.
e. Calon korban jarang tidur di rumah dan hapir setiap malam dia selalu menginap di
rumah temannya.
f. Semua teman Calon korban adalah remaja-remaja tidak baik dan selalu melakukan
penyimpangan-penyimpangan.
g. Calon korban selalu melawan orang tua bila dia minta uang tidak di kasih oleh orang
tuannya.
h. Calon korban selalu membangkang bila disuruh oleh kedua orang tuannya.
i. Calon korban setiap malam selalu nonton film porno di rumah temannya.
j. Calon korban jarang melakukan kewajiban shalat 5 waktu dan juga tidak pernah
melakukan ibadah lainnya.
k. Calon korban tidak menghormati kedua orang tuannya bahkan selalu menyakiti hati
kedua orang tuannya.

b Data Hasil Wawancara


Hasil wawancara penulis dengan calon korban, orang tua, saudara, teman, dan
tetangga calon korban adalah sebagai berikut:
a Wawancara 1 dengan Calon Korban
Nama sumber : Zemi Andriansyah
Jabatan/Status : Tidak sekolah
Hari/Tanggal : Jumat /07 Mei 2010
Pukul : 15.00 s/d 17:00
Tempat : Di depan Mesjid Darussolihin

Pertanyaan 1
Kenapa Zemi tidak sekolah?
Jawaban
Karena saya mau sekolah di Bandung tapi orang tua saya bisa membiayai sekolah
saya di Kadupandak. Oleh karena itu lebih baik saya tidak sekolah saja.
Pertanyaan 2
Kenapa Zemi selalu minum minuman beralkohol?
Jawaban
Awalnya karena saya diajak oleh teman-teman saya disuruh untuk mencoba minum
minuman beralkohol, kemudian setelah itu saya jadi sering minum minuman beralkohol
sama teman-teman dan sampai sekarang saya jadi kecanduan. Pokoknya kalau minum
muniman beralkohol saya merasa hidup ini tidak mempunyai masalah sedikit pun. Bila
saya sedang mempunyai masalah dengan minum muniman beralkohol maka masalah
tersebut hilang.
Pertanyaan 3
Apakah benar Zemi selalku keluar malam?
Jawaban
Iya, karena kalau malam ada di rumah sama orang tua saya merasa suntuk, pokoknya
sepi enggak asyik kalau diam di rumah. Jadi kalau malam saya suka berkumpul
bersama teman-teman saya di luar.
Pertanyaan 4
Dimana Zemi selalu berkumpul bersama teman-teman Zemi?
Jawaban
Biasanya suka di pinggir jalan, warung dan pos ronda
Pertanyaan 5
Benar tidak Zemi jarang tidur di rumah?
Jawaban
Benar, hampir setiap malam saya selalu tdur di rumah teman saya dengan teman-tean
yang lain juga.
Pertanyaan 6
Teman-teman Zemi semuanya orang baik bukan?
Jawaban
Teman-teman saya semuanya adalah orang-orang yang tidak baik, semua
kelakuannya sama dengan saya.
Pertanyaan 7
Zemi selalu mewan orang tua tidak?
Jawaban
Sering, disaat orang tua saya tidak memberi uang saya selalu melawan orang tua saya
dengan cara memarahinya.
Pertanyaan 8
Zemi selalu membangkang orang tua tidak?
Jawaban
Sering juga, disuruh apapun oleh kedua orang tua saya selalu tidak melakukannya.
Pertanyaan 9
Apakah zemi selalu nonton film porno?
Jawaban
Suka, hampir setiap malam nonton film porno di rumah teman saya.
Pertanyaan 10
Apakah Zemi suka melakukan shalat lima waktu?
Jawaban
Untuk masalah shalat, saya jarang sekali melakukan shalat. Saya melakukan shalat
disaat lagi mau saja.
b Wawancara 2 dengan Orang Tua Calon Korban
Nama sumber : Solihin
Jabatan/Status : Guru honorer Sekolah Dasar
Hari/Tanggal : Sabtu/08Mei 2010
Pukul : 14.00 s/d 15:30
Tempat : Di rumah orang tua calon korban

Pertanyaan 1
Apakah putra Bapak selalu minum minuman beralkohol?
Jawaban
Setahu saya, saya pernah memergoki anak saya 3 kali lagi minum minuman
beralkohol.
Pertanyaan 2
Apakah putra Bapak suka keluar malam?
Jawaban
Iya, anak saya setiap malam selalu keluar malam bersama teman-temannya.
Pertanyaan 3
Putra Bapak selalu melawan Bapak tidak?
Jawaban
Sering, dia tidak mempunyai rasa hormat kepada orang tua
Pertanyaan 4
Apakah putra Bapak suka membangkang?
Jawaban
Sering juga, dia tidak pernah menuruti kedua orang tuannya.
Pertanyaan 5
Apakah semua teman anak bapak adalah remaja yang baik?
Jawaban
Sepertinya semua teman anak saya adalah renaja yang tidak baik, karena sebelum
berteman dengan mereka anak saya tidak seperti sekarang ini.
Pertanyaan 6
Apakah putra Bapak suka nonton film porno?
Jawaban
Saya pernah memergoki anak saya 5 kali sedang nonton film porno di kamarnya.
Pertanyaan 7
Apakah putra bapak selalu menunaikan shalat lima waktu?
Jawaban
Anak saya jarang sekali menunaikan shalat lima waktu, untuk seminggu ini saja saya
baru lihat dia 5 kali shalat itu pun hanya shlat magrib saja.
Pertanyaan 8
Apakah Bapak selalu menasihati putra Bapak supaya berubah menjadi orang yang
baik?
Jawaban
Setiap hari saya delalu menasihati anak saya, tapi dia tidak pernah mendengarkan
sedikitpun kata-kata orang tua.
c Wawancara 3 dengan Saudara Calon Korban
Nama sumber : Sutarman
Jabatan/Status : Pegawai Negeri Sipil
Hari/Tanggal : Minggu/09Mei 2010
Pukul : 14.00 s/d 15:30
Tempat : Di Alun-alun Kadupandak

Pertanyaan 1
Apakah Zemi selalu minum minuman beralkohol?
Jawaban
Saya pernah lihat dia sedang minum minuman beralkohol
Pertanyaan 2
Apakah Zemi suka keluar malam?
Jawaban
Setiap malam selalu nongkrong bersama teman-temannya.
Pertanyaan 3
Apakah Zemi suka melawan orang tuanya?
Jawaban
Sering, dia selalu bertengkar dengan orang tuannya
Pertanyaan 4
Apakah Zemi suka membangkang kepada orang tuannya?
Jawaban
suka, dia tidak pernah menuruti kata-kata kedua orang tuannya.
Pertanyaan 5
Apakah semua teman Zemi anak baik?
Jawaban
Semua teman-temannya anak yang enggak baik.
Pertanyaan 6
Apakah Zemi suka nonton film porno?
Jawaban
Setiap malam dia suka nonton film porno di rumah temannya
Pertanyaan 7
Apakah Zemi selalu shalat lima waktu?
Jawaban
Saya lihat dia tidak pernah shalat.

d Wawancara 4 dengan Teman Calon Korban


Nama sumber : Rendi
Jabatan/Status : Pelajar
Hari/Tanggal : Jumat/14 Mei 2010
Pukul : 20:00 s/d 21:00
Tempat : Di depan Madrasah Kadupandak

Pertanyaan 1
Apakah Zemi selalu minum minuman beralkohol?
Jawaban
Dia sering minum minuman beralkohol dengan teman-temannya
Pertanyaan 2
Apakah Zemi suka keluar malam?
Jawaban
Setiap malam dia selalu ada di luar rumah
Pertanyaan 3
Apakah Zemi suka melawan orang tuanya?
Jawaban
Dia selalu bertengkar dengan orang tuannya
Pertanyaan 4
Apakah Zemi suka membangkang kepada orang tuannya?
Jawaban
Sering
Pertanyaan 5
Apakah semua teman Zemi anak baik?

Jawaban
Semua teman-temannya anak yang enggak baik.
Pertanyaan 6
Apakah Zemi suka nonton film porno?
Jawaban
Dia tiap malam nonton film porno di rumah temannya
Pertanyaan 7
Apakah Zemi selalu shalat lima waktu?
Jawaban
Dia tidak pernah shalat.

e Wawancara 5 dengan Tetangga Calon Korban


Nama sumber : Siti Mufida
Jabatan/Status : Ibu Rumah Tangga
Hari/Tanggal : Sabtu/15 Mei 2010
Pukul : 17:00 s/d 18:00
Tempat : Di depan rumah Ibu Siti Mufida

Pertanyaan 1
Apakah Zemi selalu minum minuman beralkohol?
Jawaban
Sering dengan teman-temannya
Pertanyaan 2
Apakah Zemi suka keluar malam?
Jawaban
Tiap malam juga dia selalu ada di luar rumah
Pertanyaan 3
Apakah Zemi suka melawan orang tuanya?
Jawaban
Tiap hari dia suka melawan orang tuanya
Pertanyaan 4
Apakah Zemi suka membangkang kepada orang tuannya?
Jawaban
Tiap hari selalu dilakukannya
Pertanyaan 5
Apakah semua teman Zemi anak baik?
Jawaban
Semua anak yang tidak baik.
Pertanyaan 6
Apakah Zemi suka nonton film porno?
Jawaban
Suka di rumah temannya
Pertanyaan 7
Apakah Zemi selalu shalat lima waktu?
Jawaban
Kayaknya tidak pernah shalat

c Solusi yang Dilakukan untuk Merubah Perilaku Calon Korban


a Solusi dari Orang Tua Calon Korban
a. Calon Korban dimasukan ke pesantern untuk belajara agama Islam lebih dalam
b. Menyuruh ulama/kiayi untuk menasihati calaon korban melalui pendekatan-pendekatan
dari segi agama
c. Membawa calon korban ke ahli psykhologi untuk meneliti kejiwaaan calon korban serta
membantu memecahkan berbagai bentuk permasalahan pada diri calon korban supaya
tidak melakukan penyimpangan lagi.
d. Melarang calon korban untuk keluar rumah terutama pada malam hari serta melarang
berteman dengan orang-orang yang tidak baik.
e. Membuat kesepakatan dengan calon korban bahwa orang tuannya akan memberikan
hadiah berupa sepeda motor bila calon korban bisa berubah menjadi orang yang baik
f. Menyuruh calon korban untuk bekerja ke kota.
b Solusi dari Masyarakat
a. Ketua RT membuat kelompok yang terdiri atas 5 orang warga untuk meyelidi semua
kegiatan sehari-hari calon korban terutama kegiatan yang dilakukan calon korban pada
malam hari dengan teman-temannya, serta menegur calon korban dan teman-
temannya bila akan melakukan penyimpangan supaya tidak jadi melakukan
penyimpangan tersebut.
b. Calon korban dan dan teman-temannya dimasukan ke asrama untuk diberi arahan dan
nasihat oleh guru, ahli psykhologi, dan ulama supaya tidak melakukan penyimpangan
lagi serta dapat berubah menjadi orang yang baik
c. Menyuruh pihak kepolisian untuk supaya melakukan razia pada malam hari terhadap
calon korban dan teman-temannya.

d Pembahasan Terhadap Data Hasil Penelitian


Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara menunjukan bahwa calon korban
melakukan berbagai penyimpangan yang dilakukannya setiap hari dan telah
berlangsung selama 2 tahun penyebabnya adalah karena faktor lingkungan dimana
semua teman-temannya tergolong remaja yang tidak baik sehingga terpengaruhi
semua kelakuan teman-temannya yang kemudian melakukan berbagai penyimpangan
terutama kebiasaan minum minuman beralkohol. Berdasarkan hal tersebut bahwa
semua penyimpangan yang dilakukan calon korban bila digolongkan kepada teori-teori
kriminologi termasuk teori asosiasi diferensial (differensial association) yang
dikemukakan oleh Sutherland. Teori ini menyatakan kejahatan atau tingkah laku
kejahatan dipelajari melalui belajar yang tergantung pada keadaan. Ketika seseorang
berada di lingkungan yang baik maka dia akan berpeluang menjadi orang yang tidak
baik dan begitu pun sebaliknya.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Calon korban yang telah melakukan penyimpangan selama 2 tahun lamanya,
akhirnya sekarang sudah berangsur berubah menjadi orang yang baik walaupun belum
sempurna menjadi orang yang baik tapi sudah ada tanda-tanda yang menunjukan
bahwa calon korban akan berubah menjadi orang yang baik, bahkan calon korban juga
telah berjanji kepada orang tuanya dan masyarakat bahwa dia bersungguh-sungguh
akan berubah menjadi orang yang baik.
Tidak hanya itu, 4 orang temannya juga yang selalu bersama-sama melakukan
penyimpangan, mereka juga berjanji seperti calon korban akan berubah menjadi orang
yang baik, yang dapat dibanggakan oleh orang tuanya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Keberhasilan semua ini berkat solusi yang yang telah dibuat oleh masyarakat
kampung Tapis yang peduli terhadap masa depan calon korban dan teman-temannya.
Dalam pelaksanaannya pun yang secara bersama-sama warga masyarakat dengan
bekerja sama dengan pihak kepolisian yang tentunya dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh dan sebaik-baiknya sehingga menunjukan hasil yang maksimal.

4.2 Saran
a Saran untuk Masyarakat
Masyarakat secara bersama-sama dengan seluruh warga dan elemen-elemen lainnya
agar dapat peduli terhadap remaja supaya tidak melakukan penyimpangan-
penyimpangan, dengan cara mengontrol berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para
remaja terutama kegiatan yang dilakukan pada malam hari. Serta mengarahkan para
remaja untuk melakukan berbagai kegiatan yang positif yang berguna untuk masa
depannya.
b Saran untuk Orang Tua
Orang tua agar dapat mengontrol semua kegiatan yang dilakukan oleh anaknya sehari-
hari supaya anaknya tidak melakukan berbagai penyimpangan-penyimpangan yang
tentunya dapat merugikan dirinya sendiri, orang tua, masyarakat, bangsa dan negara
serta dapat menghancurkan masa depannya.
c saran untuk Para Remaja
Masa remaja yang serga ingin tahu rentan sekali melakukan penyimpangan, oleh
karena itu kepada setiap remaja agar dapat memilih teman yang sekiranya baik dan
tidak mengajak untuk melakukan penyimpangan. Karena faktor lingkungan terutama
pengaruh teman merupakan faktor yang dominan seorang remaja melakukan berbagai
penyimpangan.

DAFTAR PUSTAKA

Furchan, Arief, MA.,Ph.D. (Penerjemah). 2004. Pengantar penelitian Dalam


Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Keluarga sebagai Pencegah Penyimpangan anak dan Remaja oleh Uke Hani
Rasalwati.http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/uke_h_rasalwati.htm
Remaja, Problematika, Solusinya, Perkembangan Remaja, Masa Remaja, Oleh :
Ening Widiyarti,S.Ag. http://www.shodikin.20m.com/tentang_remaja.htm
Kartini Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta
a

Anda mungkin juga menyukai