TENAGA LISTRIK
Oleh:
TEGUH YUWONO
PROSES PEYAMPAIAN TENAGA
LISTRIK
1. PROSES PEYAMPAIAN TENAGA LISTRIK
Pusatpusat pembangkit tenaga listrik seperti: PLTA;
PLTU; PLTG; PLTP; PLTD.
Pembangkit tenaga listrik mempunyai tegangan sekitar
13 s/d 16 kV, sampai ke konsumen harus ditinggikan
dan diturunkan kembali.
Jaringan angtara pusat pembangkit dengan GI biasa
disebut jaringan transmisi, dan jaringan yang keluar
dari GI disebut jariungan distribusi.
Saluran transmisi kebanyakan mempunyai tegangan 66
KV; 150 KV; dan 500 KV biasa disebut tegangan
ekstra tinggi.
Keluaran dari GI biasa disebut juga distribusi primer
dengan tegangan 20 KV; 12 KV; dan 6 KV .
Kecenderungan yang dikembangkan PLN 20 KV.
Sampai ke konsumen diturunkan kembali mejadi
380/220 Volt atau 220 127 V.
PRINSIP OPERASI
PLTA PEMBANGKIT
KETERANGAN :
1. Waduk
2. Power Intake
3. Bendungan
4. Pipa Pesat
5. Katub Utama
6. Turbin
7. Generator
8. Tail race
9. Sungai
10.Trafo Utama
11.Gardu Induk
12.Tegangan Tinggi
13.Pelimpas Otomatis
PLTA / PUSAT LISTRIK TENAGA AIR
PLTGU / PUSAT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP
CONTOH PLTU
1. Steam Receiving
Header.
2. Flow Meter.
3. Separator.
4. Demister.
5. Main Steam Valve.
6. Turbine.
7. Generator.
8. Step-up Transformer.
9. Sistim Penyaluran Jawa-
Bali.
10. Condenser.
11. Cooling Water Pump.
12. Cooling Water.
13. First-stage dan second-
stage.
14. Sumur Reinjeksi.
15. Reservoir.
16. Primary Pump.
17. Inter Condenser.
PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK
KE KONSUMEN
Dalam pusat pembangkit tenaga listrik dan juga
GI selalu ada trafo pemakaian sendiri (Trafo
PS). Trafo pemakaian sendiri dipakai untuk
penerangan, menggerakan motormotor listrik,
mengisi batere untuk relairelai arus serah.
Dari Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) ke
Jaringan Tegangan Menengah (JTM), dan
selanjutnya ke Jaringan Tegangan Rendah
(JTR) diteruskan ke konsumen.
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
KE JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR)
SISTEM DISTRIBUSI
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem
tenaga listrik secara keseluruhan, sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga
listrik dari sumber daya besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen. Pada umumnya
sistem distribusi tenaga listrik di Indonesia
terdiri atas beberapa bagian, sebagai berikut :
• Gardu Induk (GI)
• Saluran Tegangan Menengah (TM)/ Distribusi
Primer
• Gardu Distribusi (GD)
• Saluran Tegangan Rendah (TR)
150
PEMBANGKITIT KV
INDUSTRI
PLTA
PLTP 20 KV
20 KV
PLTA BISNIS
BISNIS
PLTG
PLTU TRAFO GI TRAFO GI
RUMAH
PLTGU 20/150KV 150/20KV
PLTD 220 V RUMAH
220 V
TRAFO PUBLIK
DISTRIBUSI PUBLIK
SOSIAL
Tenaga Listrik dari Pusat Pembangkit ke
Konsumen
TENAGA LISTRIK DARI PUSAT PEMBANGKIT KE KONSUMEN
Gardu Induk adalah suatu instalasi, terdiri dari peralatan listrik yang
berfungsi untuk :
1. Transformasi tenaga listrik tegangan tinggi yang
satu ke tegangan tinggi yang lainnya atau ke
tegangan menengah.
2. Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan
pengamanan dari sistem tenaga listrik.
3. Pengaturan daya ke gardu gardu induk lain melalui
tegangan tinggi dan gardu gardu distribusi melalui feeder
tegangan menengah.
Peralatan dan fasilitas penting yang menunjang untuk kepentingan
pengaturan distribusi tenaga listrik yang ada di Gardu Induk adalah :
a. Sisi Tegangan Tinggi
Transformator Daya
Pemutus Tenaga (CB)
Saklar Pemisah (DS)
Pengubah transformator Berbeban
Transformator Arus (CT)
Transformator Tegangan (PT)
b. Sisi Tegangan Menengah
Pemutus Tenaga trafo (incoming circuit
Breaker)
Pemutus Tenaga Kabel (outgoing Circuit
Breaker)
Trafo Arus (CT)
Trafo Tegangan (PT)
c. Peralatan Kontrol
Panel Kontrol
Panel Relay
Metermeter pengukuran
SISTEM DISTRIBUSI PRIMER
Sistem distribusi primer merupakan bagian dari
sistem distribusi yang berfungsi untuk
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga
listrik dari pusat suplai daya besar (Bulk Power
Source) atau disebut gardu induk ke pusat pusat
beban. Sistem distribusi primer atau sistem
distribusi tegangan menengah tersususn oleh
penyulang utama (main feeder) dan penyulang
percabangan (lateral). Jaringan distribusi di
Indonesia adalah jaringan distribusi
bertegangan 20 KV.
SISTEM DISTRIBUSI SEKUNDER
Sistem distribusi sekunder
merupakan bagian dari sistem
distribusi, yang bertugas
mendistribusikan tenaga listrik
secara langsung dari trafo distribusi
ke pelanggan. Jaringan distribusi
sekunder di Indonesia adalah
jaringan distribusi bertegangan
220/380 Volt.
JARINGAN PRIMER DAN SEKUNDER
Titik Hubung dari
Jaringan Primer 20 KV
Pin Insulator
Trafo Distribusi
Jaringan
Sekunder 220 V
Titik Hubung ke Titik Hubung ke
Konsumen Penerangan Jalan
Sakelar Otomatis
Lampu Penerangan Lampu Jalan
Jalan
Photo diambil di Jl. Tlogosari Raya I. Tgl. 14/3/2013. jam 08.30
Jaringan listrik ke konsumen sambungan rumah (SR)
setelah melalui pembatasan daya dan KWH meter,
stelah meter KWH instalasi adalah milik pelanggan
listrik. Instalasi pelanggan juga dibagi beberapa
kelompok yang dibatasi dayanya untuk melayani beban,
seperti:
Lampu penerangan,
Pesawat televisi,
Pesawat radio
Lemari es,
Kipas angin,
Pompa air
Air Conditioner
Komputer
Dll
BATAS INSTALASI LISTRIK
KONSUMSI LITRIK NASIONAL
Konsumsi listrik nasional tahun 1990 s.d.
tahun 2002 meningkat dengan laju
pertumbuhan ratarata sebesar 10% pertahun
dari 27,7 TWh (1990) menjadi 87,1 TWh
(2002). Sejalan dengan hal tersebut, produksi
listrik PLN meningkat dari 23,29 TWh pada
tahun 1990 menjadi 89,29 TWh atau
meningkat dengan laju pertumbuhan ratarata
8,8% per tahun.
Dari berbagai pembangkit yang ada
di Indonesia, khususnya Jawabali,
perlu adanya interkoneksi bersama
agar dapat saling membantu
melayani pelanggan
KONEKSI PEMBANGKIT TENAGA
LISTRIK
NERACA DAYA
SAAT BEBAN PUNCAK TERTINGGI
21 Nopember 2007 PUKUL 19.00
672 MW
S
MDCAN KRIAN
1552 MW 1325 MW
UNGARAN
GITET PKIT RJTD
UNGARAN 1.915 MW
S
50 MW
JAWA BARAT
BOJONEGORO
TIMUR
SUNYARAGI
JAWA
225 MW
(28%) KONSUMSI
RJTD
BANJAR
2.590 MW
413 MW 42 MW
29 MW (52 %)
NGAWI /
MADIUN
186 MW
876 MW 1106 MW
INSTALASI PENYALURAN
GARDU JUMLAH
INDUK TOWER
GI 500 kV = 3 buah 500 kV =2.588 buah
GI 150 kV = 69 buah 150 kV =5.445 buah
GI 30 kV = 3 buah 30 kV = 61 buah
INSTALASI PENYALURAN
TRANSMISI ( SUTET, SUTT &
SKTT )
SUTET 500 kV = 1156.2 km - 1602 kms
SUTT 150 kV = 2326.52 km - 3585 kms
SKTT 150 kV = 23,68 km - 41,53 kms
SUTT 30 kV = 16,82 km - 33,64 kms
JUMLAH TRANSFORMATOR
b) Biaya pegawai
c) Biaya bahan bakar dan material operasi
d) Biaya lainlain
Dari ke empat biaya operasi, biaya bahan bakar yang
paling besar. Untuk PLN kurang lebih 60 persen dari
biaya operasi keseluruhan.
Manajemen operasi sistem tenaga listrik harus
memikirkan bagaimana menyediakan tenaga listrik
yang seekonomis mungkin dengan tetap
memperhatikan:
a) Perkiraan beban (load forecast)
b) Syaratsyarat pemeliharaan peralatan
c) Keandalan yang diinginkan
d) Alokasi beban dan produksi pembangkit yang
ekonomis
Keempat hal tersebut diatas sering kali harus dikaji
terhadap beberapa kendala, seperti:
a) Aliran beban dalam jaringan
b) Daya hubung singkat peralatan
c) Penyediaan suku cadang dan dana
d) Stabilitas sistem tenaga listrik
Dengan memperhatikan kendalakendala tersebut
harus sering dilakukan aturan kembali terhadap
rencana pemeliharaan dan alokasi. Makin besar
suatu sistem tenaga listrik makin banyak unsur yang
harus dikoordinasikan serta harus diamati, sehingga
diperlukan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
serta analisa operasi sistem secara cermat.
3. PERKEMBANGAN SISTEM TENAGA
LISTRIK
Indonesia merupakan negara kepulauan, perkembangan
sistem tenaga listrik menyesuaikan kondisi lokal
kepulauan, seperti suatu kepulauan cukup
menggunakan PLTD atau Mikrohidro yang langsung
ke jaringan didtribusi.
Di Jawa, kebutuhan listrik relatif pesat. Jawa Timur,
Jawa Tengah, dan Jawan Barat memunyai
karakteristik sendirisendiri mengenai sumber
energinya. Untuk saling mendukung harus digabung
menjadi satu kesatuan dengan interkoneksi supaya
saling mendukung.
Untuk perlu sarana pengendalian operasi dengan
menggunakan peralatan telekomunikasi, telemetering
dan pengolah data elektronik seperti komputer.
4. PERSOALANPERSOALAN OPERASI
SITEM TENAGA
Berbagai persoalan pokok yang dihadapai pengopersian
sistem tenaga listrik:
a) Pengaturan frekuensi: beban naik frekuensi turun;
beban turun frekuensi naik; padahal harus konstan.
b) Pemeliharaan peralatan: dilakukan secara periodik,
perbaiki jika rusak.
c) Biaya opersi: khusunya bahan bakar.
d) Perkembangan sistem: selalu perlun pengamatan,
sehingga tidak perlu pemadaman beban.
e) Gangguan sistem: inter dan ekstern.
f) Tegangan sistem: beban naik tegangan turun,
beban turun tegangan naik, tegangan harus
konstan.
5. MANAJEMEN OPERASI TENAGA
LISTRIK
Penyediaan tenaga listrik di konsumen harus handal dan
dapat dipercaya oleh konsumen. Oleh karena itu
sistem operasi harus tenaga listrik memerlukan
manajemen yang baik.
a) Perencanaan operasi: mencakup perkiraan beban,
koordinasi pemeliharaan peralatan, keandalan serta
mutu tenaga listrik.
b) Pelaksanaan dan pengendalian oparesasi:
pelaksanaan dari rencana operasi serta pemeliharaan
apabila terjadi penyimpangan dari rencana operasi.
c) Analisa operasi: analisa hasil operasi sebagai umpan
balik penyempurnaan pemeliharaan instalasi
KARAKTERISTIK BEBAN DI JAWA
KURVA BEBAN HARIAN
MW SISTEM JAWA TENGAH & DIY
3
HARI NATAL 2007 HARI KERJA 2007
0
2.179,8 MW 2590 MW
0
0 TAHUN BARU
2500 2008
2.073,2 MW
IDUL FITRI 2007
2.032,8
MW
2000
1500
1.414
1.302
1.130
10
00 941