Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

IMPELEMENTASI LIFE SKILL DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

Disusun oleh :
Amalia Nur Aini
16303241009
Pendidikan Kimia I 2016

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecakapan hidup mengacu pada kemampuan untuk perilaku positif dan
aditif yang memungkinkan seorang peserta didik untuk menangani secara efektif
tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari seperti mengatasi kesulitan yang
mereka hadapi dalam perkembangan pribadi, emosional dan sosial. Pendidikan
Kecakapan Hidup bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang kecakapan hidup terutama dalam kasus remaja.
Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang dipelajari di
sekolah menengah. Kimia berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan manusia,
memenuhi rasa penasaran intelektual manusia sehingga nantinya akan berdampak
pada kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia. Ilmu kimia juga sangan
berguna untuk mememcahkan masalah dan memahami kehidupan manusia.
Namun umumnya, pembelajaran kimia hanya terfokus pada dimensi konten dan
didominasi pemikiran bahwa pengetahuan kimia hanya berupa fakta-fakta dan
rumus-rumus yang harus dihafalkan siswa sehingga banyak siswa yang tidak
mengetahui manfaat belajar kimia bagi kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas, masalah pokok yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah
1. Apa pengertian life skill?
2. Bagaimana hakikat dan prinsip life skill?
3. Apa saja jenis-jenis life skill?
4. Bagaimana konsep pendidikan kecakapan hidup?
5. Bagaimana menerapkan pendidikan kecakapan hidup dalam pembelajaran
kimia?
1. Definisi Life Skill
Life skill atau biasa disebut kecakapan hidup, jika dilihat dari segi bahasa
berasal dari dua kata, yaitu ‘life’ dan ‘skill’. Life berarti hidup dan skill berarti
kecakapan, kepandaian, keterampilan, sehingga life skill secara bahasa dapat
diartikan sebagai kecakapan, kepandaian, keterampilan hidup. Umumnya dalam
kehidupan sehari-hari orang menyebut life skill dengan istilah kecakapan hidup.
Menurut Depdiknas (2003), kecakapan hidup merupakan kecakapan yang
harus dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan
dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari
serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Adapun pengertian
lainnya adalah kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang
dalam menjalani hidup dan kehidupannya dalam statusnya sebagai mahkluk
individu dalam konteks alam sekitar.
Menurut Anwar (2004) life skill adalah pendidikan yang dapat memberikan
bekal keterampilan yang praktis terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja,
peluang usaha, dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.
Broling (1989) mengemukakakn bahwa life skill adalah interaksi berbagai
pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga
mereka dapat hidup mandiri.
Menurut WHO (1997) life skill yaitu berupa berbagai keterampilan atau
kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berprilaku positif yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan
sehari-harinya secara efektif.
Istilah life skill menurut Depdiknas tidak semata-mata diartikan memiliki
keterampilan tertentu (vocational job) saja, namun ia harus memiliki kemampuan
dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menghitung, merumuskan
dan memecahkan masalah, mengelola sumbet daya, serta mampu bekerja dalam
tim.
Menurut Broling dalam bukunya Anwar (2004) yang berjudul Pendidikan
Kecakapan Hidup Konsep dan Aplikasi menjelaskan bahwa : “Life skilss constitute
a continuum of knowledfe and aptitude that are necessary for a person to function
effectively and availed interruptions of employment experience”. Kecakapan hidup
merupakan sebuah rangkaian kesatuan tentang sebuah pengetahuan dan itu
merupakan kebutuhan seseorang untuk tujuan yang efektif dalam memecahkan
masalah dari sebuah pengalaman. Dengan demikian, life skills dapat dinyatakan
sebagai kecakapan hidup.
UNICEF mendefinisikan kecakapan hidup sebagai perubahan perilaku atau
pendekatan pengembangan perilaku yang dirancang untuk menambah
keseimbangan tiga bidang; pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Remaja
membutuhkan informasi dan keterampilan untuk mengadopsi gaya hidup sehat.
Misalnya, remaja dapat tinggal jauh dari merokok saja, jika mereka memiliki
keterampilan untuk menangani stres dan menahan tekanan teman sebaya yang
negatif. Remaja perlu mengembangkan keterampilan kesadaran, berpikir kritis dan
kreatif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, mengatasi stres dan
pernyataan untuk tetap "bebas narkoba". Oleh karena itu, kecakapan hidup
memodifikasi perilaku dengan mengubah 'apa yang kita ketahui' dan 'apa yang kita
pikirkan/ rasakan dan percayai' menjadi 'apa yang harus dilakukan' dan 'bagaimana
melakukan'.

2. Hakikat Life Skill


Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh berbagai ahli mengenai definisi
kecakapan hidup atau life skill, maka dapat dirumuskan bahwa hakikat pendidikan
kecakapan hidup adalah upaya untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan,
sikap, dan kemampuan yang memungkinkan peserta didik untuk belajar hidup
mandiri. Dalam penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas
prinsip Empat Pilar Pendidikan menurut UNESCO, yaitu :
 learning to know (belajar untuk memeroleh pengetahuan yang diikuti oleh
learning to learn yaitu belajar untuk tahu cara belajar),
 learning to do (belajar agar dapat melakukan pekerjaan),
 learning to be (belajar agar dapat menjadi orang yang berguna sesuai minat dan
potensi diri), dan
 learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersalam orang lain).
Menurut Anwar (2004), prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup
(life skill) adalah sebagai berikut:
a) Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku
b) Tidak mengubah kurikulum yang berlaku
c) Pembelajaran menggunakan prinsip empat pilar, yaitu: belajar untuk tahu,
belajar untuk menjadi diri sendiri, belajar untuk melakukan, belajar untuk
mencapai kehidupan bersama.
d) Belajar konstektual (mengaitkan dengan kehidupan nyata) dengan
menggunakan potensi lingkungan sekitar sebagai wahana pendidikan.
e) Mengarah kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas, memperluas
wawasan dan pengetahuan, dan memiliki akses untuk memenuhi standar
kehidupan yang layak.

3. Jenis-jenis Life Skill


Slameto (2002) membagi life skill menjadi dua bagian yaitu: kecakapan dasar
dan kecakapan instrumental. Life skill yang bersifat dasar adalah kecakapan
universal dan berlaku sepanjang zaman, tidak tergantung pada perubahan waktu
dan ruang yang merupakan fondasi bagi peserta didik baik di jalur pendidikan
persekolahan maupun pendidikan non formal agar bisa mengembangkan
keterampilan yang bersifat instrumental. Life skill yang bersifat instrumental adalah
kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan dapat berubah-rubah sesuai
dengan perubahan ruang, waktu, situasi, dan harus diperbaharui secara terus-
menerus sesuai dengan drap perubahan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan kecakapan hidup ke
dalam tiga komponen berikut (1997) :
1) Keterampilan berpikir kritis/ keterampilan pengambilan keputusan termasuk
keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis dan
berpikir kreatif,
2) Interpersonal/ komunikasi keterampilan, terdiri dari komunikasi yang efektif,
keterampilan interpersonal dan empati,
3) Keterampilan mengatasi dan manajemen diri seperti mengatasi emosi,
mengatasi stres dan kesadaran diri.
(Parvathy & Pillai, 2015)
Keterampilan hidup diidentifikasi sebagai hubungan antara memotivasi
faktor pengetahuan, sikap, nilai dan penguatan perilaku yang mengarah ke perilaku
positif; sehingga membantu dalam pencegahan utama masalah kesehatan (Weisen
et al. 1994).
Departemen Pendidikan Nasional membagi life skills (kecakapan hidup)
menjadi empat jenis, yaitu :
a. Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan mengenal diri
(self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill),
b. Kecakapan sosial (social skill)
c. Kecakapan akademik (academic skill)
d. Kecakapan vokasi (vocasional skill)
(Anwar, 2004)
Broling (1989) dalam pedoman penyelenggaraan program kecakapan hidup
pendidikan non formal mengelompokkan life skill menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), antara lain meliputi :
pengelolahan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaran keamanan,
pengelolahan makanan-gizi, pengelolahan pakaian, kesadaran pribadi warga
negara, pengelolahan waktu luang, rekreasi, dan kesadaran lingkungan.
2) Kecakapan hidup sosial/ pribadi (personal/ social skill), antara lain meliputi :
kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan
orang lain, tenggang rasa dan kepedulian dengan sesama, hubungan antar
personal, pemahaman masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan
positif, kemandirian dan kepemimpinan.
3) Kecakapan hidup bekerja (vocational skill), meliputi : kecakapan memilih
pekerjaan, perencanaan kerja, persiapan keterampilan kerja, latihan
keterampilan, pengusahaan kompetensi, menjalankan suatu profesi, kesadaran
untuk menguasai berbagai keterampilan, kemampuan menguasai dan
menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, dan
menghasilkan produk barang dan jasa.
Skema kecakapan hidup dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Skema Kecakapan Hidup

4. Pendidikan Kecakapan Hidup


Pendidikan kecakapan hidup didasarkan pada pengajaran keterampilan hidup
umum dan termasuk praktek keterampilan hidup yang berhubungan dengan
masalah kesehatan dan masalah sosial. Pendidikan kecakapan hidup harus
dikombinasikan dengan informasi kesehatan, dan juga dapat dikombinasikan
dengan pendekatan lain, seperti program yang dirancang untuk mempengaruhi
perubahan faktor lingkungan dan sosial yang mempengaruhi kesehatan dan
perkembangan anak muda. Metode yang digunakan dalam pendidikan kecakapan
hidup didasarkan pada apa yang diketahui tentang bagaimana anak muda belajar
dari pengalaman mereka sendiri dan dari orang-orang di sekitar mereka, dari
mengamati bagaimana orang lain berperilaku dan konsekuensi apa yang timbul dari
perilaku. Ini dijelaskan dalam Teori Social Learning yang dikembangkan oleh
Bandura (1977).
Dalam teori Sosial Learning, pembelajaran dianggap sebagai akuisisi aktif,
pemrosesan, dan penataan pengalaman. Dalam pendidikan kecakapan hidup, anak-
anak secara aktif terlibat dalam proses pengajaran dan pembelajaran yang dinamis.
Pedagogi pendidikan keterampilan hidup didasarkan pada pembelajaran kooperatif,
kegiatan partisipatif dan pembelajaran eksperimental. Metode yang digunakan
untuk memfasilitasi keterlibatan aktif ini termasuk bekerja dalam kelompok kecil
dan pasangan, brainstorming, permainan peran dan debat. Pelajaran keterampilan
hidup dapat dimulai dengan guru yang mengeksplorasi dengan siswa apa ide atau
pengetahuan mereka tentang situasi tertentu di mana keterampilan hidup dapat
digunakan.
Mengajar 10 ketrampilan umum adalah alat yang efektif untuk meningkatkan
kekuatan mental. Penguasaan pengetahuan dari pelatihan keterampilan hidup
memengaruhi sikap dan nilai yang mengarah pada perilaku positif dan pada
saatanya nanti akan membantu mencegah perilaku berisiko tinggi. Pelatihan
kecakapan hidup bertujuan untuk mempengaruhi kesehatan dan perilaku dalam
konteks sosial. Meskipun perilaku seseorang sebagian dapat ditentukan atau
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial, pada dasarnya itu berasal dari
individu itu sendiri.
(Dr. Sreekumar, 2016)

5. Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Kimia


Kimia adalah bagian dari ilmu yang mempelajari fenomena dan hukum alam
yang berfokus pada studi materi, yang meliputi komposisi, sifat, dan perubahan
energi yang menyertai perubahan materi tersebut (Chang, 2005). Pendidikan kimia
dianggap sebagai penggabungan prinsip-prinsip pendidikan dan kimia itu sendiri,
oleh karena itu pembelajaran kimia fokus pada pembelajaran untuk memahami
konsep kimia. Namun, kimia dengan konsep abstraknya dianggap sulit bagi siswa
dalam menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata (Sirhan, 2007).
Menurut Gabel (1999), penelitian pendidikan kimia difokuskan pada upaya
untuk meningkatkan kegiatan belajar kimia, khususnya membantu siswa untuk
memahami konsep kimia dan menciptakan pembelajaran yang bermakna. Dengan
demikian, penelitian di bidang pendidikan kimia, umumnya difokuskan pada
metode pembelajaran untuk membantu siswa dalam memahami konsep serta aspek
pembelajaran lainnya seperti kurikulum dan penilaian. Subjek kimia melibatkan
tiga representasi dari representasi makroskopik, mikroskopik dan simbolis
(Treagust, 2015). Ketiga representasi ini perlu didiskusikan oleh guru kimia untuk
mengembangkan pemahaman yang baik tentang konsep kimia.
(Ridwan, et al., 2017)
Pendidikan kecakapan hidup memerlukan reorientasi pendidikan dari subject-
matter orientied menjadi life-skill orientied. Pada mata pelajaran kimia di SMA,
kecakapan hidup yang dikembangkan adalah kecakapan hidup generik (generic life
skill) dan kecakapan akademik (academic life skill). Kecakapan hidup yang harus
dimiliki peserta didik hendaknya termuat dalam pengalaman belajar yang disusun
oleh guru. Dalam menyusun pengalaman belajar untuk peserta didik, guru perlu
mempertimbangkan kecakapan hidup setiap kompetensi dasar. Pengalaman belajar
merupakan kegiatan yang melibatkan fisik dan mental yang dilakukan peserta didik
dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dilakukan oleh peserta
didik untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Contoh
pembelajaran life skill dalam materi Kimia SMA :

Kompetensi Materi Pokok Pengalaman Kecakapan Hidup


Dasar Belajar
3.1 Menganalisis Ciri-ciri larutan Melakukan  Kerja sama
sifat larutan elektrolit dan non- percobaan daya  Identifikasi
elektrolit dan elektrolit hantar listrik variabel
larutan non larutan untuk  Mengelola
elektrolit menentukan ciri- informasi
berdasarkan daya ciri larutan yang  Memecahkan
hantar listriknya bersifat elektrolit masalah
dan non-elektrolit  Mengambil
keputusan
 Komunikasi lisan
dan tulisan
3.7 Menganalisis Faktor-faktor yang Merancang dan  Indentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi melakukan variabel
mempengaruhi laju reaksi percobaan untuk  Menghubungkan
laju reaksi dan menentukan variabel
menentukan orde hubungan antara :  Merumuskan
reaksi berdasarkan luas permukaan hipotesis
data percobaan dan temperatur  Merancang
secara bersama- hipotesis
sama terhadap  Merancang
kecepatan reaksi percobaan
 Melakukan
percobaan
 Mengelola
informasi
 Memecahkan
masalah
 Mengambil
keputusan
 Komunikasi lisan
dan tulisan

Banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk


meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pendidikan
seperti merevisi kurikulum, melakukan pelatihan layanan untuk guru, seminar, dan
loka karya. Dalam kurikulum 2013, semua proses pembelajaran harus dilakukan
dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Di sisi lain, banyak peneliti telah
berusaha untuk mempelajari keefektifan model pembelajaran untuk meningkatkan
prestasi siswa seperti kemampuan berpikir kritis siswa.
Keterampilan berpikir kritis tertinggi diperoleh pada siswa yang diajarkan
menggunakan model Inquiry Science Diferentensi yang dikombinasikan dengan
peta pikiran. Selanjutnya, Sinaga dan Feranie (2017) menemukan bahwa variasi
dalam tugas menulis non-tradisional yang termasuk jenis tulisan, audiens otentik,
produksi teks, dan konten yang diberikan kepada siswa berhasil meningkatkan
keterampilan berpikir kritis mereka. Zhou, Huang, dan Tian (2013) menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam total skor, evaluasi, dan
kesimpulan dari Tes Keterampilan Berpikir Kritis California antara pembelajaran
berbasis tugas dan metode pengajaran mengajar, tetapi temuannya memberikan
cara yang efektif. untuk guru kimia untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa. Di sisi lain, Ahuna, Buffalo, dan Kiener (2014) menyatakan bahwa
keterampilan berpikir kritis siswa dapat langsung diajarkan dalam program
persiapan pendidikan seperti mempertimbangkan sudut pandang, mengenali
asumsi, mengevaluasi data, mengekstrapolasi konsekuensi, memahami konsep, dan
mensintesis informasi baru.
(Suardana & Redhana, 2018)
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Life Skill
dapat diimplementasikan pada pembelajaran kimia. Life skill adalah kemampuan
untuk menghadapi problematika kehidupan dan secara aktif kreatif mencari dan
menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan berorientasi life skill bagi peserta
didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan
bagik dalam kehidpan pribadi, kehidupan di masyarakat, atau di lingkup negara.

Saran
Pembelajaran berbasis pemecahan masalah diharapkan dapat mengembangkan
pola berpikir kritis peserta didik. Selain itu, perlu disusun rangkaian program
pembelajaran yang menyisikan muatan-muatan life skill yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran kimia.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) Konsep dan
Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Depdiknas. 2003. Pengembangan Pelaksanaan Broad-Based Education , High-Based
Education, dan Life Skills di SMU. Jakarta: Depdiknas.
Dr. Sreekumar, V. N., 2016. Life Skill Education Among Adoloscents. International
Journal of Current Research, 8(10), pp. 40787-40790.
Parvathy, V. & Pillai, R. R., 2015. Impact of Life Skills Education on Adolescentsin
Rural School. International Journal of Advanced Research, 3(2), pp. 788-
794.
Ridwan, A., Rahmawati, Y. & Hadinugrahaningsih, T., 2017. STEAM Integration in
Chemistry Learning for Developing 21st Century Skills. MIER Journal of
Educational Studies, Trends & Practices, 7(2), pp. 184-194.
Suardana, I. N. & Redhana, I. W., 2018. Student's Critical Thinking Skills in
Chemistry Learning Using Local Culture-Based 7E Learning Cycle Model.
International Journal of Instruction , 11(2), pp. 399-412.

Anda mungkin juga menyukai