Anda di halaman 1dari 5

Semesta Vol. … No.

… (year) Page

Science Education Journal


Departement of Science Education
Universitas Negeri Padang

Received … Accepted … Published …

IDENTIFIKASI ETNOSAINS DAN KEARIFAN LOKAL MENGENAI


JAMU TRADISIONAL DI MUARA PUTUS KABUPATEN AGAM

Thaniah, M1 a), and Diliarosta S2


1,2
Department of Science Education, Universitas Negeri Padang
a)
E-mail : mrd.thania@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai transformasi pengetahuan sains tradisonal menjadi sains ilmiah dalam
proses produksi jamu tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mentransformasikan
pengetahuan sains asli masyarakat Muara Putus mengenai jamu tradisional menjadi sains ilmiah.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai sumber belajar atau model
pembelajaran. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang mana peneliti terlibat
langsung dalam kancah penelitian dengan melakukan wawancara, diskusi, pengamatan langsung
serta mempelajari dokumen terkait jamu tradisional, serta literatur ilmiah berkaitan peracikan
jamu tradisional. Fokus penelitian adalah budaya pembuatan jamu tradisional difokuskan pada
pengetahuan penjual jamu berkaitan pembuatan jamu, cara meracik jamu, jenis jamu yang
dibuat, serta manfaatnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat beberapa
pengetahuan sains asli dari penjual jamu yang dapat dapat dijelaskann oleh sains ilmiah antara
lain terkait proses pembuatan jamu, bahan yang digunakan dan manfaat setiap jamu.

© Department of Science Education, Universitas Negeri Padang

Keywords: Kearifan lokal, Etnosains, Jamu tradisional.

PENDAHULUAN umum kearifan lokal muncul melalui proses


Kearifan lokal merupakan bentuk perilaku internalisasi yang panjang dan berlangsung
manusia dan hubungannya dengan turun-temurun sebagai akibat interaksi
lingkungan sekitar yang terbentuk secara antara manusia dengan lingkungannya.
alamiah dan bersumber pada adat istiadat Proses evolusi nilai yang berlangsung cukup
maupun petuah nenek moyang. Secara panjang ini berujung pada terbentuknya
sistem nilai yang terkristalisasi dalam sains ilmiah yang belum terformalkan (Duit,
bentuk hukum adat, kepercayaan dan budaya 2007). Pengetahuan sains asli yang terdapat
setempat (Wikantiyoso & Tutuko, 2009). di masyarakat, pola pengembangannya
Etnosains merupakan kegiatan mentrans- diturunkan secara terus menerus antar
formasikan antara sains asli yang terdiri atas generasi, tidak terstruktur secara sistematik
seluruh pengetahuan tentang fakta dalam suatu kurikulum, bersifat lokal, tidak
masyarakat yang berasal dari kepercayaan formal, dan umumnya merupakan
turun-temurun dan masih mengandung pengetahuan persepsi masyarakat terhadap
mitos. Ruang lingkup etnosains meliputi suatu fenomena alam (Battiste, 2005;
bidang sains, pertanian, ekologi, obat- Porsanger, 2005). Sedangkan pengetahuan
obatan, bahkan termasuk dari flora dan sains ilmiah hanya dapat dipahami secara
fauna (Rahayu & Sudarmin, 2015). Seiring ilmiah dan berbasis pada kerja ilmiah,
kemajuan jaman dan perkembangan karena itu pengetahuan sains ilmiah bersifat
teknologi, pengetahuan pun harus objektik, universal, dan proses bebas nilai
berkembang. Upaya pengembangan (value-free proces) dan dapat
pengetahuan bukan saja dilakukan para dipertanggungjawabkan (Taylor et al.,
ilmuwan dan pakar-pakar yang ahli di 2004).
bidangnya. Lebih dari itu, hal terpenting
yang perlu diterapkan adalah penggalian Jamu adalah obat tradisional Indonesia dan
potensi pengetahuan sains pada budaya yang warisan budaya yang berbahan dasar
berkembang di masyarakat. Lahirnya tumbuhan herbal dan telah digunakan secara
etnosains tidak terlepas dari pengetahuan turun-menurun di bidang kesehatan
yang ditemukan secara coba-coba dan belum (Biofarmaka IPB, 2013). Pengobatan
adanya kemampuan untuk menerjemahkan tradisional dengan tumbuhan herbal sering
hasil temuannya ke dalam pengetahuan disebut fitoterapi atau pengobatan dengan
ilmiah. Hal ini disebabkan titik awal jamu (Mulyani, dkk. 2016). Proses
etnosains berada pada tingkat lokal sampai pembuatan jamu dari tumbuhan herbal
regional sebagai bentuk pengetahuan hasil secara umum biasanya dimulai dengan
trial and error (Rist & Dahdouh-Guebas, pemilahan organ tumbuhan yang dibutuhkan
2006). lalu organ tumbuhan yang telah diiris akan
dikeringkan terlebih dahulu sebelum
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dihancurkan dan dikonsumsi. Apabila bahan
dan teknologi telah mondorong dasar berjumlah sangat banyak biasanya
perkembangan pendidikan sains yang proses untuk mendapatkan senyawa yang
melahirkan sains formal tertentu seperti aman harus melalui proses ekstraksi, yang
diajarkan di lingkungan sekolah. Sementara kemudian dipisahkan lalu dimurnikan secara
itu, di lingkungan masyarakat tradisional fisik dan kimiawi atau di-fraksinasi
terbangun pengetahuan sains asli (Herdiani, 2012)
(indegenous science) berbentuk pesan
simbol, adat istiadat, dan sosial budaya. METODE
Apabila dikaji dan ditelaah lebih seksama, Data Diambil melalui wawancara yang
kesemuanya itu seringkali mengandung dilakukan pada bulan September 2020
berbagai konsep, prinsip atau pengetahuan dengan narasumber yang merupakan tokoh
masyarakat atau masyarakat yang dianggap 40 tahun dan bekerja sebagai penjual jamu
familiar dengan jamu tradisional. Alat dan selama 3 tahun, kemudian ibu Jima yang
bahan yang digunakan dalam wawancara berumur 42 tahun bekerja sebagai
adalah alat perekam video dan suara berupa pedangang yang menjual jajanan pasar dan
smartphone, dan beberapa kisi-kisi sebagai narasumber ketiga adalah bapak Zal yang
bahan wawancara. Sumber atau informan berumur 81 tahun yang familiar dengan
diambil berdasarkan tokoh masyarakat dan
jamu. Ketiga responden yang dijadikan
masyarakat yang dianggap familiar dengan
narasumber sudah tinggal sejak lahir di
jamu tradisional. Kisi-kisi wawancara
digunakan sebagai penuntun agar wilayah ini dan belum pernah pindah ke
wawancara yang dilakukan terarah, sebagian daerah lain.
peserta wawancara bertugas untuk
mengajukan pertanyaan dan ada yang Tabel 2. Pertanyaan dan jawaban
bertugas untuk merekam proses wawancara narasumber terkait pemahaman
sebagai bukti dan lampiran pada laporan. mengenai jamu tradisional
Setelah data terkumpul, dilakukan N Pertanyaan Jawaban
rekapitulasi dan selanjutnya dilakukan o
analisis mengenai hasil wawancara yang 1. Apa motivasi Motivasi menjual
telah diperoleh. Beberapa indikator dalam Bapak/Ibu jamu digolongkan
wawancara ini adalah tingkat pemahaman meracik dalam tiga kategori
dan pengetahuan yang berkembang jamu? yaitu (1)
dikehidupan sehari-hari narasumber memperbaiki
terhadap manfaat jamu. Narasumber yang ekonomi, (2)
dijaring merupakan masyarakat yang tinggal membantu
di Muara Putus, Tiku V Jorong, Kecamatan mencegah atau
Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam. menyembuhkan
penyakit
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat, (3)
Hasil yang diperoleh dari tiga orang melestarikan budaya
narasumber yakni masyarakat Muara Putus, obat tradisional
Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung 2. Jamu apa 1) Kunyit asem
Mutiara, Kabupaten Agam diperoleh hasil yang pernah 2) Beras kencur
sebagai berikut: Bapak/Ibu 3) Ekstrak daun
racik? sirih
Tabel 1. Daftar Narasumber 4) Ekstrak daun
Nama Pekerjaan Umur pepaya
Ibu Elidar Penjual 40 3. Apa manfaat 1) Kunyit asem:
Jamu dari jamu Kebugaran,
Ibu Jima Pedagang 42 tersebut yang pelangsing, dan
Bapak/Ibu menstruasi
Bapak Zal Orang yang 81
ketahui? 2) Beras kencur:
dituakan
Masuk angin, obat
capek, menambah
Table 1 merupakan narasumber yang
daya tahan, batuk
merupakan masyarakat Muara Putus, Tiku V 3) Ekstrak daun
Jorong. Terdiri dari Ibu Elidar yang berumur sirih:
Keputihan, bau
badan/keringat, dan Tabel 3. Penjelasan Secara Ilmiah Jamu
gatal-gatal yang Diracik
4) Ekstrak daun No Nama Jamu Deskripsi
pepaya: 1. Kunyit Asam Penjelasan
Penambah nafsu responden
makan, obat cacing memanfaatkan
dan ASI.
kunyit asem sebagai
4. Bahan apa 1) Kunyit asem:
kebugaran benar dan
saja yang Bersihkan kunyit,
digunakan lalu haluskan. Rebus sesuai literatur,
dalam air karena kurkumin
pembuatan bersama kunyit yang dari kunyit terdapat
dan sudah diblender. gugus fungsional
bagaimana Campurkan gula yang memiliki
cara membuat merah keaktifan diaforeti,
jamu dan asam jawa lalu kebugaran ,
tersebut? ambahkan garam stimulan, karminatif
secukupnya. 2. Beras Kencur Penjelasan
2) Beras kencur: responden benar dan
Beras disangrai, sesuai literatur
kencur, jahe, kunyit
karena senyawa
ditumbuk halus,
kurkumin dari
kemudian ditambah
gula aren, kayu kencur bermanfaat
manis, cengkeh, penambah stamina.
dilanjutkan direbus 3. Esktrak Daun Penjelasan
lalu Sirih responden benar,
disaring. karena ekstrak daun
3) Ekstrak daun sirih mengandung
sirih: terpenoid yang
Cuci daun bermanfaat sebagai
sirih hingga bersih, pengurang bau
lalu rebus dengan badan, gusi
air dua gelas, berdarah, dan sakit
sampai mendidih
gigi.
dan tersisa satu
4. Ekstrak Daun Penjelasan
gelas.
4) Ekstrak daun Pepaya responden benar dan
pepaya: sesuai literatur,
Daun pepaya karena pepaya
digiling atau mengandung
didheplog, dipipis, alkaloid papain
ditambah gula jawa sebagai obat cacing
dan gula pasir, dan penambah nafsu
kemudian disaring. makan, sedangkan
sebagai penambah org/education/e3jg1g2.html.
produksi ASI belum Diakses tanggal 25 Oktober 2020.
ditemukan peneliti
Sudarmin, (2009). Merekonstruksi
Pengetahuan Sains Asli
Pada penelitian ini dilakukan eksplorasi
Masyarakat (Indegeneous Science)
pengetahuan sains asli masyarakat dari 3
Berbasis Budaya Jawa Sebagai
responden yang familiar dengan jamu dan
Sumber Belajar Sains dan
penjual jamu tradisional di Muara Putus
Mengembangkan Keterampilan
Tanjung Mutiara. Data hasil wawancara
Generik Sains Bagi Siswa.
terhadap sejumlah responden tersebut,
Laporan Penelitain Fundamental.
kemudian dijelaskan secara ilmiah dengan
Unnes Semarang.
membaca literatur dari berbagai sumber
yang disajikan pada pada tabel 3.

KESIMPULAN
Hasil penelitian disimpulkan adanya
pengetahuan sains asli narasumber mengenai
jamu tradisional walaupun secara garis besar
sedah benar namun masih kurang tepat.
Pengetahuan narasumber mengenai jamu
tradisional umumnya hasil pengetahuan
warisan yang terkadang narasumber kurang
mampu menerjemahkan pengetahuan
tersebut ke dalam sains ilmiah. Sedangkan
terkait fokus penelitian manfaat dan
kegunaan jamu tradisional disimpulkan
bahwa banyak pengetahuan sains
masyarakat yang dapat ditransformasikan
menjadi sains ilmiah dan sumber belajar.
Dari hasil penelitian ini, disarankan adanya
penelitian lebih lanjut mengenai
pengetahuan terkait jamu tradisional sebagai
upaya memperkaya sumber belajar dari alam
dan budaya sekitar.

REFERENCES
Djulia, E. (2005). Peran Budaya Lokal
Dalam Pembentukan Sains.
Ringkasan Di-sertasi. UPI
Bandung.
George, J. (2001). Culture and Science
Education: Developing Word.
http://www. id21.

Anda mungkin juga menyukai