Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS

KONSERVASI PADA MATERI KEANEKARAGAMAN


MAKHLUK HIDUP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
SMP
(Proposal Skripsi)

Oleh
Jernia Rulintan Sitorus
NIM A1M020025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Later Belakang
 Uraian pembelajaran IPA yg ideal (sesuai teori pembelajaran
konstruktivisme, sesuai tuntutan kurikulum/zaman, tuntutan kebijakan)
 Uraian permasalahan pembelajaran yang dihadapi (adanya ketimpangan
antara harapan dan kenyataan, antara rencana dan pelaksanaan)
 Proses Pembelajaran IPA harus diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotor), namun di sekolah (SMPN X Kota
Bengkulu) aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan masih
cenderung fokus pada aspek pengetahuan, kegiatan/eksperimen
praktikum jarang dilakukan
 Model pembelajaran yang digunakan oleh guru di SMPN X belum
variatif, masih cenderung menggunakan model konvensional
(metode ceramah, diskusi kelas)
 Akibatnya siswa pasif dalam pembelajaran (lebih bersifat teacher
centered dari pada student centered), siswa kurang memiliki
pengalaman bekerja dalam tim (tim work), siswa kurang dilibatkan
dalam aktivitas nyata yang dapat memberikan pengalaman
langsung/pengalaman yang bermakna.
 Akibatnya hasil pembelajaran aspek keterampilan masih rendah,
diantaranya yaitu keterampilan proses sains (KPS). Rendahnya
capaian indikator KPS teramati saat studi pendahuluan/pengukuran
awal yang dilakukan, atau terlihat dari data hasil penelitian orang
lain sebelumnya)
 Padahal KPS sangat penting untuk dikuasai siswa pada era ini (beri
alasannya mengapa KPS harus dikuasai siswa, dan beri gambaran
apa dampak negatif kedepannya jika KPS siswa rendah)

 Salah satu solusi yang ditawarkan untuk meminimalisir kelemahan proses


pembelajaran yang dihadapi yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
inovatif yang berorientasi pada aktivitas siswa.

Melalui model pembelajaran ini siswa dapat/akan:


 dilibatkan secara aktif dalam aktivitas mengkonstruksi pengetahuan
dan keterampilan ilmiah (misalnya melalui kegiatan eksperimen,
praktikum, kegiatan mengobservasi, dan kegiatan penyelidikan)
 dilibatkan dalam kerja sama tim untuk melakukan
penyelidikan/observasi dalam menemukan permasalah
dilingkungan sekitar dan selanjutnya mengembangkan produk
tertentu guna memecahkan masalah yang dihadapi.
 dilibatkan dalam kegiatan nyata yang dapat memberikan
pengalaman langsung, mengasah kreativitas, dan melatih
tanggungjawab.

Dengan aktivitas pembelajaran seperti ini maka diyakini akan dapat


membekalkan/meningkatkan KPS siswa (berupa keterampilan:
mengobservasi/mengamati, merumuskan masalah, membuat
hipotesis/prediksi, merancang alat dan bahan (produk ilmiah),
melaksanakan percobaan menggunakan peralatan/produk yang telah dibuat,
berkomunikasi, bekerjasama, dll)

Salah satu model pembelajaran yang diyakini mampu mewadahi hal


tersebut adalah Model Project Based Learning. Dengan demikian solusi
yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran PjBL

 Beri dukungan teori untuk memperkuat solusi yang ditawarkan (teori


tentang model PjBL: kelebihan, manfaat, dll, dan kesesuaiannya dengan
pendekatan pembelajaran konstruktivisme)
 Beri dukungan hasil penelitian relevan terkait pengaruh penerapan model
PjBL terhadap peningkatan hasil belajar (diantaranya KPS)
 Uraikan karakteristik materi Pencemaran Lingkungan, tinjau KD dan IPK,
alasan pentingnya mempelajari materi ini (arahkan ke pembekalan
indikator KPS), beri gambaran logis bahwa materi ini tepat untuk diajarkan
dengan model PjBL
 Klaim akan pentingnya pelaksanaan penelitian ini: penerapan model PjBL
untuk meningkatkan KPS siswa pada materi Pencemaran Lingkungan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh Penerapan Model Project Based Learning Terhadap
Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMPN X Kota Bengkulu
pada Mapel IPA Konsep Pencemaran Lingkungan?
2. Bagaimana persepsi siswa terhadap penerapan Model Project Based
Learning pada Mapel IPA Konsep Pencemaran Lingkungan?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui/mendeskripsikan pengaruh penerapan Model Project Based
Learning terhadap Keterampilan Proses Sains siswa SMPN X Kota
Bengkulu pada Mapel IPA Konsep Pencemaran Lingkungan
2. Mengetahui/mendeskripsikan persepsi siswa terhadap penerapan Model
Project Based Learning pada Mapel IPA Konsep Pencemaran Lingkungan

D. Manfaat Penelitian

Sebagai referensi bagi pendidik dalam menerapkan model pembelajaran PjBL


sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa

E. Batasan Masalah
1. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII A dan VIII B SMPN X Kota
Bengkulu TA 2021/2022
2. Sintak Model Project Based Learning yang digunakan adalah: (1) ........,
(2) ........., (3) ..........., (4) ..........., dst
3. Indikator keterampilan proses sains yang digunakan adalah: (1) ........,
(2) ........., (3) ..........., (4) ..........., dst
4. Konsep Pencemaran lingkungan yang dieksplorasi terdiri dari sub
konsep .........., ..........., dan ...........
F. Definisi Operasional
Uraian Definisi Operasional (Bukan Definisi Istilah)
Contoh:
1. Model Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran
yang menekankan pada ........, dengan tahapan/sintak pembelajaran
yaitu ........(sebutkan). Model PjBL diterapkan pada kelas eksperimen
selama 3 kali pembelajaran tatap muka. Tugas proyek dikerjakan secara tim
baik di ruang kelas maupun diluar jam pembelajaran (Team-Based
Project).
2. Keterampilan proses sains (KPS) yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah keterampilan siswa dalam ......(sebutkan indikatornya). KPS siswa
diukur dengan instrumen KPS berbentuk soal pilihan ganda baik sebelum
maupun setelah mengikuti pembelajaran, baik pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol.
3. Pengaruh dalam penelitian ini akan diuji menggunakan uji beda dua rerata
dua sampel independent (uji parametrik atau uji non parametrik). Jika
terdapat perbedaan KPS yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol, maka dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan penerapan
model PjBL terhadap KPS siswa.
4. Kelas Eksperimen adalah kelas yang diberi perlakukan berupa model
pembelajaran PjBL selama tiga kali tatap muka.
5. Kelas Kontrol adalah kelas yang diberi perlakukan berupa model
pembelajaran konvensional selama tiga kali tatap muka.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari fenomena
alam berupa fakta, konsep, dan hukum yang telah dibuktikan dengan berbagai
kajian. Pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam dengan cara mengamati, bereksperimen, menalar, dan
membentuk teori agar siswa memiliki pengetahuan, gagasan, dan konsep
tentang alam. Pembelajaran IPA yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkonstruksi sendiri konsepnya, memberikan pengalaman langsung
dalam pembelajaran ilmiah dan pemahaman tentang alam. Pembelajaran IPA
dengan memberikan pengalaman langsung dapat menumbuhkan cognitive
thingking skill (keterampilan berpikir kognitif), psychomotor skills
(keterampilan psikomotorik) dan social skills (keterampilan sosial) (Fitriyati
et al., 2017).
Penumbuhan kompetensi-kompetensi dalam pembelajaran akan tercipta
jika pembelajar sebagai agen aktif dalam proses akuisisi pengetahuan. Guru
tidak dapat begitu saja mengirimkan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa
yang perlu secara aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka
sendiri. Proses pembelajaran seperti ini hadir dalam pandangan pembelajaran
kontruktivisme. Kontruktivisme adalah teori belajar yang di temukan dalam
psikologi yang menjelaskan bagaimana orang dapat memperoleh pengetahuan
dan belajar. Teori ini menunjukkan bahwa orang membangun pengetahuan
dan makna dari pengalaman mereka.
Teori konstruktivisme mengklaim bahwa pengetahuan hanya dapat ada
dalam pikiran manusia, dan teori tersebut tidak harus sesuai dengan dunia
nyata. Siswa terus berusaha untuk memperoleh model mental pribadi mereka
sendiri dari dunia nyata berdasarkan pandangan dunia mereka sendiri. Jika
kita menerima bahwa teori kontruktivisme adalah cara terbaik untuk
mendefinisikan pembelajaran, maka untuk mempromosikan pembelajaran
siswa perlu untuk menciptakan lingkungan belajar yang secara langsung
memaparkan siswa pada materi yang dipelajari. Karena hanya dengan
mengalami dunia secara langsung siswa dapat mempeoleh makna dari diri
mereka sendiri. Hal ini menimbulkan pandangan bahwa pembelajaran
kontruktivisme harus terjadi dalam lingkungan belajar kontruktivisme yang
cocok. Oleh karena itu, setiap lingkungan belajar kontruktivisme harus
memberikan kesempatan untuk belajar aktif (Sugrah, 2020).
Proses Pembelajaran IPA harus diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor), namun di sekolah (SMPN 11 Kota Bengkulu) aktivitas
pembelajaran yang dilaksanakan masih cenderung fokus pada aspek
pengetahuan. Proses pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Guru yang
mengajar pada mata pelajaran IPA di SMPN 11 Kota Bengkulu bukanlah
guru pada bidang asli IPA, melainkan guru pada bidang Fisika, belum
optimalnya pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan saintifik.
Akibatnya siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga
kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep, siswa kurang dilibatkan dalam
aktivitas nyata yaitu kegiatan luar yang dapat memberikan pengalaman
bermakna (kegiatan konservasi).
Salah satu solusi yang ditawarkan untuk meminimalisir kelemahan proses
pembelajaran yang dihadapi yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang
memberikan siswa peluang untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
dan menumbuh kembangkan hasil belajar. Melalui pembelajaran ini
diharapkan dapat mendorong siswa untuk mencari tahu dari berbagai sumber
observasi, siswa mampu merumuskan masalah (dengan banyak bertanya),
melatih siswa berpikir analitis, dan siswa dilibatkan dalam aktivitas nyata
yang dapat memberikan pengalaman bermakna (kegiatan konservasi).
Dengan aktivitas pembelajaran seperti ini, maka diyakini akan dapat
membangun sikap dan perilaku positif, penguasaan konsep, keterampilan
berpikir saintifik, berpikir tingkat tinggi, dan kemampuan menyelesaikan
masalah.
Salah satu pembelajaran yang diyakini mampu mewadahi hal tersebut
adalah melalui pembelajaran pendekatan saintifik. Dengan demikian solusi
yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi yaitu dengan
menerapkan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi
konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati atau dengan
kata lain untuk mengidentifikasi atau merumuskan masalah, mengusulkan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi dengan menggunakan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Kurikulum 2013 melalui pendekatan saintifik menuntut pembelajaran sains
agar dapat melatih kemampuan penalaran ilmiah siswa. Penalaran ilmiah
siswa dapat dilatihkan pada siswa melalui kegiatan pembelajaran. . Pemikiran
ilmiah yang baik dan dikembangkan secara sistematis meningkatkan
kemampuan berpikir siswa (Fitriyati et al., 2017). Pembelajaran dengan
pendekatan saintifik memberikan kelebihan bagi proses pembelajaran, yaitu
dapat meningkatkan kemampuan intlektual, membentuk kemampuan siswa
dalam menyelesaikan suatu masalah, terciptanya kondisi pembelajaran
dimana siswa merasa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan,
diperolehnya hasil belajar yang tinggi, melatih siswa dalam
mengomunikasikan ide-ide, dan mengembangkan karakter siswa (Purmadi et
al., 2020). Dalam hal ini maka sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme
dimana dalam setiap materi pembelajaran para siswa merasakan setiap
pengalaman baru, siswa akan terus memperbarui model mental pribadi
mereka sendiri untuk mencerminkan informasi baru.
Hasil penelitian relevan terhadap pengaruh pendekatan saintifik dapat
mengarahkan siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaan
dan berinteraksi serta berkomunikasi secara langsung dengan lingkungannya,
sehingga memudahkan siswa untuk dapat mengkaji terhadap apa yang sudah
di pelajari (RUSIYANTI, 2016).
Pembelajaran konservasi merupakan salah satu komponen penting dalam
penyelenggaraan di sekolah. Pembelajaran konservasi di sekolah bagi siswa
merupakan bentuk penerapan belajar mengajar pada keanekaragaman
makhluk hidup. Makhluk hidup yang hidup di bumi sangat berbeda. Oleh
karena itu, diperlukan suatu sistem yang di sebut taksonomi untuk
mempelajarinya. Dengan taksonomi, makhluk hidup yang memiliki kesamaan
dikelompokkan dalam satu kelompok. Dengan demikian, kita dapat
memberikan keanekaragaman tersebut dengan lebih mudah. Manusia
berperan dalam melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati. Pada
materi ini siswa diterapkan pendidikan karakter konservasi yaitu sikap
pribadi, kesadaran pemberdayaan potensi diri yang di arahkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dalam proses pembelajaran tersebut yang
dikaitkan dengan peristiwa yang sesuai kenyataan di lingkungan untuk
menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati. Sehingga di materi ini
dapat meningkatkan hasil belajar yang baik.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas maka
pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk menumbuhkan rasa
kepedulian siswa pada lingkungan, meningkatkan aktivitas siswa, dan siswa
mendapatkan hasil belajar yang baik setelah pembelajaran. Selain itu juga
diharapkan siswa mampu berkarakter konservasi moral, budaya, dan
lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh pendekatan saintifik berbasis konservasi
pada materi keanekaragaman makhluk hidup terhadap hasil belajar
siswa SMP ?
2. Bagaimana efektivitas penerapan pendekatan saintifik berbasis
konservasi pada materi keanekaragaman makhluk hidup terhadap hasil
belajar siswa SMP ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik berbasis konservasi
pada materi keanekaragaman makhluk hidup terhadap hasil belajar
siswa SMP
2. Untuk mengetahui efektivitas penerapan pendekatan saintifik berbasis
konservasi pada materi keanekaragaman makhluk hidup terhadap hasil
belajar siswa SMP
D. Manfaat Penelitian
Sebagai referensi bagi pendidik dalam menerapkan pendekatan saintifik
berbasis konservasi sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
SMP
E. Batasan Masalah
1. Konservasi dalam penelitian ini adalah konservasi tanaman di sekolah
SMP tersebut
2. Materi pembelajaran dalam penelitian ini yaitu materi keanekaragaman
makhluk hidup pada bab 2 kelas VII SMP semester 2
3. Subjek penelitian ini yaitu yaitu siswa kelas VII SMPN 11 Kota
Bengkulu
4. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini berupa
F. Definisi Operasional
1. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pengaruh
penerapan pendekatan saintifik yang akan di ukur secara statistik
menggunakan uji beda dua rerata
2. Aspek/indikatornya
3. Kapan dilakukan pengukuran
4. Instrumen (bentuk tes dan hasil belajar)
5. Dikelompokkan kedalam apa
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik jauh
berbeda dengan pembelajaran konvensional dimana guru merupakan satu-
satunya sumber informasi siswa dan guru selalu aktif menjelaskan, menuntun
siswa hingga siswa mengerti
Pendekatan saintifik termasuk pendekatan yang kreatif dan inovatif,
menjadikan siswa yang diberi tahu menjadi siswa yang mencari tahu, dari
guru yang merupakan sumber belajar menjadi belajar dari beraneka macam
sumber, dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas
hasil belajar. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai
rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai aktifitas untuk mencapai proses
perubahan, yang dilakukan seseorangdengan sengaja untuk memperoleh suatu
pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang
mengalami perubahan perilaku yang positif.
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu
bukan bersifat pada kira-kira, khayalan atau dongeng (kemendikbud,
2013). Pendekatan ini meliputi: mengamati, menanya, menalar, mencoba,
dan mengkomunikasikan (hubungan-hubungan) yang terjadi dari
pengetahuan yang dipelajari. Pembelajaran melalui pendekatan saintifik
adalah proses pembelajaran yang mengutamakan keterampilan peserta
didik dalam mengonstruksi konsep melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah
pada tahapan menanya, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep yang ditemukan (Sasomo
Budi, 2015)
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yang
menjadi faktor utamanya adalah faktor keterampilan dari masing-masing
individu peserta didik. Berawal dari keterampilan memperoleh,
mempelajari konsep, menyampaikan, dan mengevaluasi konsep.
Pendekatan saintifik adalah proses yang sistematis untuk memperoleh
pengetahuan baru yang menggunakan prinsip dasar penalaran deduktif
(dan pada tingkat lebih rendah induktif). Ini dianggap sebagai cara yang
paling ketat untuk menjelaskan sebab dan akibat, serta menemukan dan
menganalisis hubungan yang kurang langsung antara agen dan fenomena
yang terkait (Sujarwanta, 2012). Berdasarkan pemaparan beberapa
pendapat di atas, pendekatan saintifik dapat diartikan pendekatan yang
berbasis pada fakta untuk memperoleh pengetahuan baru secara terampil
melalui proses pembelajaran dengan mengikuti tahapan-tahapan secara
terperinci. Tahapan-tahapan pembelajaran harus diikuti oleh siswa yang
membutuhkan keterampilan memperoleh pengetahuan baru.
Berdasarkan pemaparan diatas maka pembelajaran dengan pendekatan
santifik mampu meningkatkan hasil belajar siswa SMP, disebabkan karena
pendekatan ini memberikan keterlibatan langsung siswa dalam menggali
dan menemukan konsep berdasarkan fakta yang merekatemukan
2. Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi
lima (5) aspek, yaitu mengamati, menanya, pengumpulan informasi,
mengasosiasi, dan komunikasi
1) Mengamati
Kegiatan belajaran yang dpat dilakukan peserta didik misalnya
membaca, mendengar, menyimak, melihat (dengan atau tanpa alat).
Kompetensi yang ingin dikembangkan melalui pengalaman belajar
mengamati adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan kemampuan
mencari informasi
2) Menanya
Kegiatan belajar yang dapat dilakukan adalah mengajukan pertanyaan
tentang informasi apa yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk memperoleh informasi tambahan tentang apa yang
sedang mereka amati. Pertanyaan yang peserta didik ajukan semestinya
dapat dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual saja
hingga mengarah kepada pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya
hipotetik (dugaan). Kompetensi yang dikembangkan adalah
pengembangan kreativitas, rasa ingin tahu (curiousity), kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk pengembangan keterampilan berpikir
kritis, dan pembentukan karakter pebelajar sepanjang hayat (life long
learner)
3) Pengumpulan Informasi
Kegiatan ini adalah melakukan eksperimen, membaca beragam sumber
informasi lainnya selain yang terdapat pada buku teks, mengamati
objek, mengamati kejadian, melakukan aktivitas tertentu, hingga
berwawancara dengan seorang nara sumber. Kompetensi yang ingin
dikembangkan antara lain: peserta didik akan mengembangkan sikap
teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, memiliki
kemampuan berkomunikasi, memiliki kemampuan mengumpulkan
informasi dengan beragam cara, mengembangkan kebiasaan belajar,
hingga menjadi seorang pebelajar sepanjang hayat (life long learner)
4) Mengasosiasi
Bentuk kegiatan belajar yang dapat diberikan tenaga pendidik antara
lain pengolahan informasi mulai dari beragam informasi yang
memperdalam dan memperluas informasi hingga informasi yang saling
mendukung, bahkan yang berbeda atau bertentangan. Melalui
pengalaman belajar ini diharapkan peserta didik akan mengembangkan
sikap jujur, teliti, disiplin, taat kepada aturan, bekerja keras, mampu
menerapkan suatu prosedur dalam berpikir secara deduktif atau
induktif untuk menarik suatu kesimpulan
5) Komunikasi
Memberikan pengalaman belajar untuk melakukan kegiatan belajar
berupa menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukannya,
kesimpulan yang diperolehnya berdasarkan hasil analisis, dilakukan
baik secara lisan, tertulis, atau cara-cara dan media lainnya. Ini
dimaksudkan agar peserta didik mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan kompetensinya dalam hal pengembangan sikap jujur,
teliti, toleransi, berpikir secara sistematis, mengutarakan pendapat
dengan cara yang singkat dan jelas, hingga berkemampuan berbahasa
secara baik dan benar
Kelima langkah dalam pendekatan saintifik tersebut dapat dilakukan
secara berurutan atau tidak berurutan, terutama pada langkah pertama
dan kedua. Sedangkan pada langkah ketiga dan seterusnya sebaiknya
dilakukan secara berurutan. Langkah ilmiah ini diterapkan untuk
memberikan ruang lebih pada peserta didik dalam membangun
kemandirian belajar serta mengoptimalkan potensi kecerdasan yang
dimiliki. Peserta didik diminta untuk mengkonstruk sendiri
pengetahuan, pemahaman, serta skill dari proses belajar yang
dilakukan, sedangkan tenaga pendidik mengarahkan serta memberikan
penguatan dan pengayaan tentang apa yang dipelajari bersama peserta
didik (Musfiqon, 2015)
3. Kelemahan Dan Kelebihan Pendekatan Saintifik
Kelemahan pendekatan saintifik :
1) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesilitan abstrak
2) Berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi
3) Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya
4) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-
cara belajar yang lama
5) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian
6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan.

Kelebihan pendekatan saintifik :

1) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan


ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer
2) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil
3) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri
4) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerjasama dengan yang lainnya
5) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan
6) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri
7) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri
8) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic
9) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang
10) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya
11) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa
12) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar
13) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu (Wanojaleni
Kartika, 2021)
B. Pembelajaran Berbasis Konservasi
Pendekatan saintifik berbasis konservasi bertujuan untuk
meningkatkan aktivitas, hasil belajar dan respon siswa karena
pembelajaran pendekatan saintifik itu sendiri merupakan suatu rancangan
pembelajaran berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik
(ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi
yang dibutuhkan untuk perumusanhipotesis atau mengumpulkan data.
Sedangkan pembelajaran berbasis konservasi merupakan
pembelajaran yang menumbuhkan kesadaran dalam menjaga lingkungan
dan keanekaragaman makhluk hidup di Indonesia agar tidak mengalami
kepunahan. Untuk biologi konservasi sendiri adalah ilmu lintas-disiplim
(terpadu) yang dikembangkan untuk menghadapi berbagai tantangan demi
melindungi spesies dan ekosistem. Terdapat tiga tujuan: pertama,
menyelidiki dampak manusia terhadap keberadaan dan kelangsungan
hidup spesies, menjaga variasi genetic dalam spesies, komunitas, dan
ekosistem, kedua, mengembangkan pendekatan praktis untuk mencegah
kepunahan spesies, menjaga variasi genetik dalam spesies, serta
melindungi dan memperbaiki komunitas biologi dan fungsi ekosistem
terkait, dan ketiga, mempelajari serta mendokumentasi seluruh aspek
keanekaragaman hayati dibumi
Selain itu juga salah satu cara untuk meningkatkat aktivitas siswa
adalah dengan cara belajar dari pengalamannya sendiri dengan menanam
berbagai jenis tanaman. selain anak harus belajar memecahkan masalah
yang dia peroleh ini merupakan salah satu komponen yang ada dalam
pembelajaran konservasi
Pembelajaran pendekatan saintifik berbasis konservasi adalah salah
satu rancangan pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi
permasalahan yang dialami oleh siswa baik itu berupa aktivitas siswa dan
kurangnya hasil belajar siswa karena perencanaan pembelarannya dapat
meningkatkan prestasi. serta memberikan pengalaman yang langsung pada
siswa dan berusaha menjadikan isi pembelajaran yang nyata bagi mereka
yang akan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran dan
menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran (Mansyur, 2016).
C. Hasil Belajar
Istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal secara
luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki
pemahaman dan definisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk
menghindari pemahaman yang beragam tersebut, berikut akan
dikemukakan berbagai definisi belajar menurut para ahli
Menurut Burton mendefinisakan bahwa belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga
mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Kata kunci pendapat
Buron adalah “interaksi”
James O. Whitaker memberikan pemahaman, belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan
pengalaman. “Kata diubah” merupakan kata kunci pendapatan whitaker,
sehingga dari kata tersebut mengandung makna bahwa belajar adalah
sebuah perubahan yang direncanakan sadar melalui suatu program yang
disusun untuk menghasilkan perubahan prilaku positif tertentu (Hosnan,
2014)
Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang
dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang
terjadinya perubahan perilaku yang memiliki tujuan positif
Kemampuan belajar siswa sangat menentukan keberhasilannya dalam
proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan
faktor pendekatan belajar. Faktor internal adalah faktor dari dalam diri
siswa (meliputi aspek fisiologis dan psikologis), faktor eksternal adalah
faktor dari luar siswa (meliputi faktor lingkungan sosial dan non sosial),
dan faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran
1. Pengertian Hasil Belajar
Setiap siswa tentunya ingin meraih sukses dalam belajar, untuk dapat
meraih suskses banyak cara yang dapat ditempuh. Tujuan dilaksanakannya
proses pembelajaran adalah memperoleh hasil belajar yang baik. (Fitriani,
2016) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajar. Semua hasil belajar siswa
merupakan proses dari terjadinya interaksi belajar dan mengajar.
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Sulastri dan Imran
(2014), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi
yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang
disebabkan adanya proses belajar yang dilakukannya. Hasil belajar adalah
suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan
berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta
dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang
lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik. Hasil belajar merupakan bentuk dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki siswa. Hasil
belajar siswa dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan
motorik.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar :
1) Keterampilan dan kebiasaan
2) Pengetahuan dan pengertian
3) Sikap dan cita-cita
Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari
semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa
karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut (Sulastri,
2014).
Bloom membagi tiga klasifikasi hasil belajar sebagai berikut :
1) Kognitif. Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
menerapkan, menguraikan, merencanakan, dan menilai
2) Afektif. Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
sikap menerima, memberikan respons, nilai, organisasi dan
karakteristik
3) Psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak (Fitriani, 2016).
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan siswa merupakan hasil usaha yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh. Keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Fitriani (2016) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1) faktor internal yang terdiri dari aspek pisiologis dan psikologis. Aspek
psikologis terbagi menjadi 5 yaitu :
a. Intelegensi siswa
b. Sikap siswa
c. Bakat siswa
d. Minat siswa
e. Motivasi siswa
2) Faktor eksternal yang terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan
non sosial
3) Faktor pendekatan belajar.

Sulastri (2014) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar


dari sisi sekolah yaitu meliputi :

1) Metode mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang
harus dilalui di dalam mengajardikuasai dan dikembangkan
2) Kurikulum. Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. kegiatan ini sebagian besar adalah menyajikan bahan
pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran itu
3) Relasi guru dengan siswa. Proses belajar mengajar terjadi antara guru
dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam
proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya
dengan gurunya
4) Relasi siswa dengan siswa. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah
laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri
atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari
kelompok. Akibatnya makin parah dan dapat minggu belajarnya
5) Disiplin sekolah. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan
siswa dalam sekolah juga dalam belajar.hal ini mencakup segala aspek
baik kedisiplinan guru dalam mengajar karena kedisiplinan pendidik juga
dapat memberi contoh bagi siswa atau peserta didik.
D. Kajian Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup
Keanekaragaman makhluk hidup disebut juga dengan
keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Istilah keanekaragaman hayati
atau “biodiversitas” menunjukkan sejumlah variasi yang ada pada
makhluk hidup di suatu lingkungan tertentu. Dengan kata lain,
biodiversitas dapat diartikan sebagai persamaan dan perbedaan ciri
makhluk hidup pada waktu dan tempat tertentu. Keanekaragaman makhluk
hidup dapat terjadi karena adanya proses evolusi yang sangat lama. Selain
itu juga dipengaruhi oleh adanya faktor adaptasi, batas geografi, dan
rekayasa genetik.
Keanekaragaman hayati dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1) Keanekaragaman Gen
Makhluk hidup tersusun atas unit satuan terkecil yang disebut sebagai
sel. Dalam inti sel terdapat materi pembawa sifat yang disebut gen.
Setiap individu memiliki jumlah dan variasi susunan gen yang
berbeda-beda namun bahan penyusunnya sama. Keanekaragaman
tingkat gen ini dapat dilihat dari perbedaan ciri makhluk hidup dalam
satu spesies. Keanekaragaman gen juga sering dikenal dengan ras.
Contohnya pada ayam yaitu ayam banten, ayam kate, dan ayam
cemani. Sedangkan pada tumbuhan misalnya mangga gedong, mangga
kuini, dan mangga golek.
2) Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis merupakan variasi pada tingkat jenis (genus)
makhluk hidup. Variasi ini disebabkan karena adanya rekombinasi
(pencampuran) gen-gen dalam jenis tersebut sehingga melahirkan
variasi yang lebih beragam. Keanekaragaman ini terjadi pada makhuk
hidup yang berbeda spesies namun masih satu family. Contohnya
harimau, singa, kucing, dan citah.
3) Keanekaragaman Ekosistem
Suatu ekosistem terdiri dari komponan biotik yaitu komunitas hewan,
tumbuhan danmikroorganisme serta komponen abiotek yaitu
lingkungan tempat makhluk hidup tersebut tinggal. Komponen-
komponen ini saling berinteraksi satu dengan lainnya dalam
melakukan siklus materi dan energi. Keanekaragaman ekosistem dapat
dilihat dari variasi ekosistem berdasarkan batas geografi. Contohnya
keanekaragaman pada hutan hujan tropis dan keanekaragaman pada
gurun pasir.
Usaha pelestarian makhluk hidup :
Agar keanekaragaman makhluk hidup dapat terus lestari dan mampu
memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada manusia,
pemanfaatannya harus secara bijaksana. Beberapa usaha penyelamatan
dan pelestarian keanekaragaman makhluk hidup sebagai berikut :
1) Sistem tebang pilih dengan cara memilih tanaman yang bila
ditebang tidak sangat berpengaruh terhadap ekosistem
2) Peremajaan tanaman dilakukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan hasil dengan mempersiapkan tanaman pengganti
3) Penangkapan musiman yang dilakukan pada saat populasi hewan
paling banyak dan tidak pada saat kondisi yang dapat
mengakibatkan kepunahan. Contohnya tidak berburu pada saat
musim berkembang biak
4) Pembuatan cagar alam dan tempat perlindungan bagi tumbuhan
dan hewan langka seperti suaka margasatwa dan taman nasional.
Tempat-tempat tersebut melindungi flora atau fauna yang sudah
terancam punah.
Perlindungan (konservasi) keanekaragaman hayati bertujuan untuk
melindungi flora dan fauna dari ancaman kepunahan. Konservasi
dibagi dua macam, yaitu :
1) In Situ
In situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan pada
habitat asli. Misalnya memelihara ikan yang terdapat di suatu
danau yang dilakukan di danau tersebut, tidak dibawa ke danau
lain atau sungai. Ini dilakukan agar lingkungannya tetap sesuai
dengan lingkungan alaminya. Meliputi 7 kategori, yaitu cagar
alam, suaka margasatwa, taman laut, taman buru, hutan, atau taman
wisata, taman provinsi, dan taman nasional
2) Ex Situ
Ex situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan di luar
habitat asli, namun kondisinya diupayakan sama dengan habitat
aslinya. Perkembangbiakan hewan di kebun binatang merupakan
upaya pemeliharaan ex situ. Jika berhasil dikembangbiakan, sering
kali organisme tersebut dikembalikan ke habitat aslinya.
Contohnya, setelah berhasil ditangkar secara ex situ, jalak Bali
dilepaskan ke habitat aslinya di Bali. Misalnya: konservasi flora di
Kebun Raya Bogor dan konservasi fauna di suaka margasatwa
Way Kambas, Lampung.
Kita dapat membantu melestarikan keanekaragaman makhluk
hidup dengan cara :
1) Tidak membunuh hewan dan tumbuhan liar
2) Tidak mempermainkan hewan liar dan memetik tumbuhan
langka
3) Sewaktu bertamasya atau berkemah, tetaplah memelihara
kelestarian lingkungan, tidak membawa pulang hewan dan
tumbuhan langka
4) Tidak membuang sampah di sembarang tempat, karena dapat
mengganggu kesehatan hewan jika termakan hewan tersebut
5) Tidak membuang limbah ke lingkungan, misal limbah rumah
tangga atau pestisida, karena dapat membahayakan kehidupan
hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan tersebut
6) Melakukan konservasi tanaman yang sudah mulai langka di
lingkungan sekitar tempat tinggal
E. Penelitian Relevan
Menurut Mansyur (2016) hasil penelitiannya telah membuat proses
pelaksanaan belajar mengajar materi keanekaragaman makhluk hidup yang
menyenangkan dengan menerapkan penerapan pendektan saintifik
berbasis konservasi. Penerapan pendekatan ini berpengaruh positif
terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor serta telah membuat
siswa perduli akan lingkungan disekitarnya. Juga telah mencapai
ketuntasan klasikal yang ditetapkan, yakni lebih dari 85% dari seluruh
siswa yang mengikuti pembelajaran. Aktivitas siswa selama pembelajaran
berjalan dengan jauh lebih baik. Hal ini dikarenakan pada kelas
eksperimen diterapkan pendekatan saintifik berbasis konservasi sehingga
siswa terlibatan aktif untuk mengamati, mempertanyakan, mengumpulkan
informasi atau mencoba, mengolah informasi dan mengkomunikasikan
kepada siswa lain ataupun guru agar mendapatkan tanggapan dan
menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam meningkatkan kesungguhan
dalam belajar serta melakukan praktek langsung dilingkungan sekolah.
Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik berbasis konservasi
dengan yang tidak menggunakan pendekatan tersebut. Hal ini dikarenakan
pendekatan saintifik berbasis konservasi yang membantu siswa
mengembangkan ketrampilan intelektual dan ketrampilan lainnya seperti
mengamati, mempertanyakan, mengumpulkan informasi/mencoba,
mengolah informasi dan mengkomunikasikan sehingga meningkatkan
hasil belajar siswa. Siswa memiliki respon sikap yang positif (senang)
dalam mengikuti pendekatan saintifik berbasis konservasi. ditunjukkan
dari hasil skor angket rata-rata pernyataan positif memperoleh persentase
84% dengan kriteria sangat kuat. sedangkan rata-rata pernyataan negatif
memperoleh presentase 82% dengan kriteria sangat kuat. Hal ini sekaligus
memperlihatkan bahwa siswa mengalami peningkatan hasil belajar siswa
pada konsep keanekaragaman makhluk hidup. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa siswa senang belajar dengan pendekatan saintifik
berbasis konservasi tersebut.
Mengkaji penelitian serupa
Misal : judul, peneliti, tahun, hasil penelitian
F. Kerangka berpikir
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori relevan, belum didasarkan pada fakt-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
a. Hipotesis Penelitian
Ho : tidak terdapat pengaruh signifikan penerapan pendekatan saintifik
berbasis konservasi terhadap hasil belajar siswa SMP
Ha : terdapat pengaruh signifikan penerapan pendekatan saintifik
berbasis konservasi terhadap hasil belajar siswa SMP
b. Hipotesis Statistik
Ho : ℓ = 0
Ha : ℓ ≠ 0
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen.
Desain penelitian ini adalah Nonequivalent control group design.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Kuasi Eksperimen

Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir


A (R) MT1 X1 T2
B (R) MT1 X2 T2

Keterangan :

M : Matching

A (R) : Kelas Eksperimen

B (R) : Kelas Kontrol

T1 : Tes Awal

T2 : Tes Akhir

X1 : Pendekatan Pembelajaran Saintifik (Kelas Eksperimen)

X2 : Pembelajaran metode ceramah dan diskusi (Kelas Kontrol)

B. Variabel Penelitian
 Variabel bebas (indepedendent) = pendekatan saintifik
 Variabel terikat (dependent) = hasil belajar siswa
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari hingga April 2024 di SMPN
11 Kota Bengkulu
D. Populasi dan Sampel
 Poupulasi penelitian ini adalah Siswa SMPN 11 Kota Bengkulu
Kelas VII yang terdiri dari … siswa (… laki-laki dan …
perempuan) yang terdistribusikan ke dalam … kelas (kelas VII A
hingga …)
 Sampel penelitian adalah siswa kelas VII … yang berjumlah … (…
laki-laki dan … perempuan) dan kelas VII … yang berjumlah …
(… laki-laki dan … perempuan) dengan rentang usia 13-14 tahun
 Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purpose sampling
berdasarkan masukan dari guru kelas dengan mempertimbangkan
kesetaraan prestasi belajar, kemampuan guru yang mengajar,
persamaan karakteristik kondisi ruang kelas, fasilitas kelas dan
suasana lingkungan kelas
E. Prosedur Penelitian
Penjelasan langkah-langkah yang ditempuh seorang peneliti dari awal
hingga akhir
Uraikan langkah-langkah penelitian :
 Identifikasi masalah
Aktivitas mengemukakan masalah, dilakukan melalui beberapa
cara, misal observasi pembelajaran, wawancara, angket, bahkan
bisa dilakukan tes
 Perumusan masalah
Aktivitas setelah tau permasalahannya apa, membuat semacam
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya akan diperoleh
setelah dilakukan analisis data penelitian
 Kajian teori
Melakukan telaah secara mendalam terkait teori tentang teori-teori
terkait variabel penelitian serta melakukan kajian penelitian relevan
 Perumusan hipotesis
Aktivitasnya adalah mempormulasikan prediksi atau jawaban
sementara atas rumusan masalah. Dilakukan uji statistik
mengunakan uji SPSS.
 Penyiapan perangkat pembelajaran dan instrument penelitian
Menyiapkan perangkat pembelajaran untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kelas eksperimen terdiri dari perangkat
pembelajaran silabus, rpp, bahan ajar, lkpd, media pembelajaran.
Kelas kontrol penyiapannya sama, tetapi lebih spesifik.
Instrument tes / non tes
Apa ? sebutkan,
Tes : hasil belajar
Non tes : wawancara, lembar angket, lembar penilaian kerja ilmiah,
lembar penilaian prestasi, lembar penilaian sikap siswa
 Uji validitas
Membuat instrument tes dan non tes berdasarkan kisi-kisi yang
telah dibuat sebelumnya, melakukan uji validasi ahli, melakukan
revisi instrument penelitian berdasarkan hasil validasi akhir,
setelah itu uji coba lapangan terhadap instrument tes, melakukan
uji validitas reliablitas tingkat kesukaran dan daya beda instrument
tes
 Pretest
Melakukan tes, melaksanakan pembelajaran dengan model … di
kelas eksperimen dan kelas kontrol
 Postest
Data hasil prestest dan posttest akan digunakan untuk pengujian
hipotesis (misal uji regresi atau uji beda dua rerata) sesuaikan
dengan penelitian
 Kesimpulan
Jawaban sebenarnya dari rumusan masalah
F. Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian

No Jenis Instrumen Tujuan Instrumen Sumber Data Waktu


1 Tes posttest hasil Untuk Siswa Pada awal
belajar ranah mengetahui hasil dan akhir
kognitif belajar kognitif keggiatan
setelah pembelajaran
menggunakan
pendekatan
saintifik
2 lembar bservasi Untuk Siswa Pada saat
hasil belajar mengetahui hasil kegiatan
psikomotorik belajar pembelajaran
pada kegiatan psikomotorik berlangsung
diskusi siswa melalui
lembar observasi
diskusi
3 Angket respon Mendeskripsikan Siswa Akhir
siswa setelah respon siswa kegiatan
penerapan tentang pembelajaran
pendekatan pembelajaran
saintifik IPA dengan
pendekatan
saintifik
4 Lembar observasi Untuk Siswa Pada awal
hasil belajar mengetahui hasil dan akhir
afektif siswa belajar afektif kegiatan
siswa setelah pembelajaran
penerapan
pendekatan
saintifik

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes

Sub Indikator Indikator Hasi Jumlah Nomor


Konsep Belajar Soal Soal
Menjelaskan Mengasosiasi
tujuan dan
manfaat
klasifikasi
makhluk hidup
Menjelaskan Mengasosiasi
dasar klasifikasi
makhuk hidup
Mengelompokkan Mengamati
makhluk hidup
dengan cara
dikotom
Menulis urutan Pengumpulan
taksonomi hewan informasi
dan tumbuhan
dari tingkatan
tinggi ke rendah
Menyajikan hasil Komunikasi
analisis data
observasi
mengenai
kasifikasi makhuk
hidup

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Tes
Berupa seperangkat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes awal (prestest) dan tes akhir (posttest). Prestest
digunakan untuk melihat kemampuan dasar siswa dan digunakan
sebagai tolak ukur pencapaian hasil belajar ranah kognitif sebelum
mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sedangkan
posttest digunakan untuk mengetahui perolehan hasil belajar da nada
tidaknya perubahan setelah melaksanakan pembelajaran dengan
penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
2. Kuesioner (angket)
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat ppertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Angket dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan terbuka atau tertutup. Angket dalam penelitian ini bersifat
tertutup dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Angket ini diberikan
setelah selesai mengikuti proses pembelajaran materi klasifikasi
makhluk hidup dengan menggunakan pendekatan saintifik sebagai data
untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran.
3. Observasi
Merupakan suatu metode pengumpulan data yang digunakan secara
langsung dalam mengamati objek yang sedang diteliti dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis. Dalam
penelitian ini data yang dapat dikumpulkan melalui observasi adalah
perilaku siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
pedoman observasi sebagai instrumen pengamatan.
4. Dokumentasi
H. Teknik Analisis Data
PR :
Persamaan untuk menghitung N-Gain
Mencari rentang N-Gain

Anda mungkin juga menyukai