Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Derlina, M.Si
Oleh :
i
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi pembelajaran (pengubahan konsep (conceptual
change), analogi; inquiry, discovery, dan lain lain), yang berkaitan dengan pembelajaran fisika”
dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan refrensi bagi kita
sehingga lebih mengetahui tentang metodologi pembelajaran fisika.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
belum sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................1
BAB I..............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..........................................................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Strategi Pembelajaran Pengubahan Konsep (Conceptual Change).....................3
B. Strategi Pembelajaran Pengubahan Konsep Analogi..........................................7
C. Strategi Pembelajaran Pengubahan Konsep Inquiry...........................................8
D. Strategi Pembelajaran Pengubahan Konsep Discovery....................................10
BAB III.........................................................................................................................................14
PENUTUP....................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Gambar 1
1) Demonstrasi
Demonstrasi didefinisikan sebagai proses memperlihatkan sesuatu kepada orang lain atau
kelompok orang. Metode ini efektif digunakan bila jumlah siswa relatif banyak namun
jumlah alat penunjang praktikum terbatas. Melalui demonstrasi, siswa akan dihadapkan
langsung pada sebuah kejadian, sehingga dalam pikiran siswa terjadi konflik kognitif jika
pengetahuan yang mereka miliki bertentangan dengan kejadian nyata. Hal tersebut memberi
peluang bagi siswa untuk mengalami proses akomodasi sehingga terjadi proses perubahan
konseptual dalam struktur kognitif siswa secara menyeluruh. Akibatnya, miskonsepsi yang
dialami siswa dapat berubah menjadi konsepsi ilmiah.
2) Analogi
Konsep-konsep fisika banyak yang bersifat abstrak. Tidak semua fenomena fisis yang terjadi
dapat diamati secara kasat mata (non-observable), sehingga muncul kesulitan untuk
menerangkan fenomena tersebut. Guru sering kesulitan dalam menyebutkan contoh non-
observabel, sehingga siswa sulit membayangkannya. Konsep-konsep seperti itulah yang
sering membuat siswa mengalami miskonsepsi. Analogi didefinisikan sebagai suatu metode
mengajar dengan memberikan konsep-konsep nyata yang hampir sama dengan konsep-
konsep yang masih bersifat abstrak. Proses analogi menghadapkan siswa pada hal-hal yang
tidak masuk akal, kemudian secara perlahan-lahan dihadapkan pada hal yang masuk akal,
sehingga mudah diterima. Pemberian analogi diharapkan dapat membuat konsep tersebut
menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa.
3) Konfrontatif
Sebelum memulai proses pembelajaran di kelas, seyogyanya guru menggali pengetahuan
awal siswa sehingga teridentifikasi konsep-konsep siswa yang masih berlabel miskonsepsi.
Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, guru dapat menyediakan berbagai cara untuk
mengkonfrontasi secara aktual konsepsi siswa. Tujuannya adalah untuk menggoyahkan
miskonsepsi yang masih terdapat di dalam pikiran siswa, sehingga akhirnya mereka memiliki
konsepsi yang ilmiah.
4) Contoh-contoh Tandingan
Pemberian contoh-contoh tandingan yang relevan sangat membantu siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya. Contoh-contoh tersebut, hendaknya mampu menantang
miskonsepsi siswa. Sajian contoh tandingan tersebut diharapkan dapat membuat siswa
tertarik untuk mempelajari konsep tersebut. Akibatnya, miskonsepsi berubah menjadi
konsepsi ilmiah yang kokoh.
Model penjelasan analogi adalah model penjelasan suatu konsep atau topik dengan cara
menganalogikan dengan suatu peristiwa yang mudah dimengerti oleh siswa (Suparno, 2007).
Pengajaran analogi berjalan dengan efektif, maka diperlukan konsep rujukan, yaitu konsep
fisika yang sudah diajarkan dan dipahami dengan baik oleh siswa. Konsep rujukan tersebut
diperlukan untuk menjelaskan konsep target, yaitu konsep fisika materi ajar baru.
Perbandingan yang menyeluruh antara kedua konsep tersebut dapat memperluas pola berpikir
baik guru maupun siswa, dan mencegah terjadinya miskonsepsi dengan jalan
mempertahankan prakonsepsi yang benar atau mengubah peta konsep berpikir siswa dari
prakonsepsi yang salah menuju konsep yang benar sesuai teori yang berlaku untuk satu
materi ajar tertentu (Brown, 1992; Clement, 1993).
Menurut Boo Hong Kwen & Toh Kok Aun (1985), beberapa kelebihan mengajar
menggunakan analogi yakni: 1. Sebagai alat untuk mengajarkan perubahan konseptual 2.
Analogi menyediakan visualisasi dan pemahaman pada konsep yang abstrak yang merujuk
pada contoh-contoh dalam kehidupan nyata 3. Analogi mungkin memicu minat belajar siswa
karenanya memiliki efek motivasi 4. Analogi menuntut guru untuk mempertimbangkan
prakonsepsi siswa terhadap materi yang akan diajarkan serta dapat mengeleminasi atau
mengurangi miskonsepsi pada materi yang diajarkan.
Menurut Shawn Glynn (1995:22) ada 6 langkah yang harus dilakukan pengajar untuk
menarik atau memperoleh sebuah analogi, yaitu: 1. Mengenalkan konsep target. Konsep
target adalah konsep yang tidak umum atau tidak diketahui dengan baik dan akan diajarkan
kepada pada siswa. 2. Mereview atau mengulas lengkap konsep analogi. Konsep analog
adalah konsep yang umum atau diketahui dengan baik dan biasanya telah lebih dahulu
diajarkan kepada para siswa. 3. Mengidentifikasi atau mencari fiturfitur atau atribut-atribut
relevan antara target dan analogi. Mengumpulkan seluruh fitur atau atribut baik dari konsep
target dan konsep analog untuk diidentifikasi.4. Memetakan keserupaan antara konsep-
konsep analogi dan target. Proses pembandingan seluruh fitur/atribut yang diperoleh tersebut
disebut pemetaan. Jika terdapat banyak fitur/atribut serupa, sebuah analogi dapat ditarik atau
diambil. Makin banyak fitur/atribut serupa berarti analoginya makin baik. 5. Mengidentifikasi
atau mencari keadaan pengecualian yang mana analogi tersebut tidak bekerja. Fiturfitur atau
atribut-atribut yang tidak serupa merupakan pengecualian dari analogi tersebut. 6. Mengambil
kesimpulan - kesimpulan tentang konsep - konsep target
Inquiry didefinisikan sebagai suatu proses yang mensyaratkan interaksi guru dan peserta
didik pada level yang sangat tinggi (high degree of interaction) antara guru, peserta didik,
materi pembelajaran dan lingkungan. Bagian terpenting dalam proses inkuiri ini adalah
bahwa antara guru dan peserta didik keduanya sama-sama sebagai penanya, pencari,
pengintrogasi, penjawab dan juga sebagai analisa (orlihch,1981:252-253). Proses
pembelajaran inquiri dapat ditandai oleh munculnya perbedaan-perbedaan pandangan akibat
dari pemikiran kreatif peserta didik dalam mengkaji sesuatu.
Metode pembelajaran inkuiri merupakan fenomena yang lahir di abad ke-20 ini. John
dewey adalah orang yang menggagas secara mendetail tentang metode inkuiri ini. Menurut
dewi bahwa metode pemecahan masalah atau (problem solving method) harus diterapkan
dalam proses pembelajaran.
Sejak zaman yunani kuno metode mengajar inkuiri sesungguhnya telah diterapkan secara
konsisten dan berkesinambungan mereka adalah socrate, aristoteles dan plato. Mereka bertiga
dianggap sebagai bapak moyang yang mempelopori lahirnya metode pembelajaran inkuiri.
Proses-proses yang mereka gunakan telah dijadikan sebagai secara oleh kebanyakan orang di
dalam proses berpikir masyarakat barat. Warisan yang pada akhirnya sampai kepada kita
merupakan suatu metode pembelajaran yang sebaiknya diberikan kepada peserta didik di
sekolah dalam rangka mengembangkan potensi dan kreativitasnya. Pengembangan potensi
dan kreativitas tersebut dapat diwujudkan melalui pengajaran dengan metode inquiry di mana
peserta didik dapat menemukan pengetahuan baru yang belum diperoleh sebelumnya.
Suatu pembelajaran dapat dikatakan menggunakan metode pembelajaran inkuiri atau dapat
terlihat dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengamatan
b. Mengklasifikasikan fakta
c. Menghubung hubungkan waktu
d. Melakukan per kira-kira kan
e. Penarikan kesimpulan sementara
f. Merumuskan definisi operasional
g. Menyusun dugaan sementara
h. Melakukan interpretasi data
i. Mengontrol variabel
j. Menguji cobakan
k. Mengkomunikasikan hasil atau temuan yang diperoleh.
2. Konsep Belajar
Dalam konsep belajar, strategi discovery learning merupakan pembentukan kategori-
kategori atau konsep-konsep yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana
teori Bruner tentang kategorisasi yang tampak dalam discovery, bahwa discovery adalah
pembentukan kategori-kategori atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan
kategori-kategori dan sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi
(similaritas&difference) yang terjadi di antara objek-objek dan kejadian-kejadian. Bruner
menjelaskan dalam pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang
berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Untuk memfasilitasi proses belajar
yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan
tingkatan perkembangan kognitif peserta didik. Manipulasi bahan pelajaran memiliki tujuan
untuk memfasilitasi kemampuan peserta didik dalam berpikir sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu enactive, iconic dan symbolic. Pada tahap
enactive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan
sekitarnya, artinya dalam memahami dunia sekitarnya, anak menggunakan pengetahuan
motorik seperti melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya. Kemudian pada tahap
iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan dan perbandingan. Dan pada tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki
ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berbahasa dan logika. Pada akhirnya Bruner menjelaskan yang menjadi tujuan dalam strategi
discovery learning adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin dan ahli matematic. Melalui
kegiatan tersebut peserta didik akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal
yang bermanfaat bagi dirinya.9 Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua
asumsi, asumsi pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.
Berlawanan dengan para penganut teori perilaku, Bruner yakin bahwa orang belajar
berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan,
tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi kedua ialah orang mengonstruksi pengetahuannya
dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang
diperoleh sebelumnya, suatu model alam.
3. Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Discovery Learning
Beberapa prinsip penggunaan strategi discovery learning adalah sebagai berikut:
a) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi pembelajaran discovery adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar
juga berorientasi pada proses belajar.
b) Prinsip interaksi Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri.
c) Prinsip bertanya
Dalam menggunakan strategi ini guru berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses
berpikir.
d) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya sekedar mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga merupakan proses
berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak.
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e) Prinsip keterbukaan
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya, karena pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model perubahan konseptual adalah model pembelajaran yang memfasilitasi siswa
agar terjadi proses perubahan konsepsi, melalui pembangkitan dan restrukturisasi
konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran. Ozdemir (dalam
Linuwih & Setiawan, 2010) mengklasifikasikan konsepsi seseorang menjadi dua yaitu
konsepsi ilmiah dan konsepsi alternatif (miskonsepsi). Konsepsi ilmiah adalah konsepsi
seseorang yang sama dengan konsepsi para pakar. Konsepsi alternatif adalah konsepsi
seseorang yang tidak sama dengan konsepsi para pakar.
Analogi merupakan jembatan konseptual yang membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep baru. Namun demikian, jika tidak hati-hati dalam penggunaannya analogi
dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Analogi digambarkan dengan pemindahan
ide atau perbandingan dari konsep yang dikenal kepada konsep yang tidak dikenal.
Konsep yang dikenal dinamakan analog dan konsep yang tidak dikenal dinamakan target.
Perbandingan tersebut berguna untuk membantu proses pemahaman siswa terhadap
konsep baru yang akan dipelajari. Menurut Sternberg (2008) komponen dari berpikir
analogi meliputi empat hal yaitu encoding, inferring, mapping, applying.
Pembelajaran inquiry adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswauntuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri. Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk
dapat mengembangkan didisiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu
mereka. Teori-teori belajar yang mendasari proses pembelajaran dengan strategi
pembelajaran inkuiri yaitu teori kontruktivisme, teori ausubel, dan teori belajar penemuan
dari bruner.
Strategi discovery adalah strategi belajar dengan cara mendorong dan membimbing
siswa untuk menemukan sesuatu dari apa yang telah dipelajari. Masalah dalam
pembelajaran discovery adalah masalah yang bersifat tertutup, artinya jawaban dari
masalah itu sudah pasti, tugas guru hanya menggiring siswa melalui proses tanya jawab
atau diskusi tentang sesuatu yang sebenarnya jawabannya sudah pasti.
B. Saran
Semoga makalah singkat ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak dan lebih
mendalami lagi materi tentang Berbagai Strategi Pembelajaran ( pengubahan konsep,
analogi, inquiry, dan discovery ).
DAFTAR PUSTAKA
Barlia, L. 2009. Perubahan konseptual dalam pembelajaran sains anak usia sekolah dasar.
Cakrawala Pendidikan. 28(1). 48-59
Cakir, M. 2008. Constructivist approaches to learning in science and their implication for
science pedagogy: a literature review. International Journal of Environmental &
Science Education. 3(4). 193-206.
Dole, J. A., & sinarta, G. M. 1998. Reconceptualizing change in the cognitive construction
of knowledge. Education Phsychologist. 33(2/3). 109-128
Linuwih, S., & Setiawan, A. 2010. Latar belakang konsepsi paralel mahasiswa pendidikan
fisika dalam materi dinamika. Jurnal pendidikan fisika Indonesia. 6(2010). 69-73
Mulyasa, E, 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pala, R.H. (2016). Efektivitas Pendekatan Kontekstual ditinjau dari Pemahaman
Konsep
Matematis Siswa. Skripsi pada FKIP UNILA. Dipublikasikan
Roestiyah N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi pembelajaran. Jakarta:Bumi aksara.
Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Santyasa, I W. 2007(a). Model-model pembelajaran inovatif. Makalah. Disajikan dalam
pelatihan tentang penelitian tindakan kelas bagi guru-guru SMP dan SMA di Nusa
Penida, tanggal 29 Juni s.d 1 Juli 2007, di Nusa Penida
Setyowati, A. 2011. Implementasi pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP kelas VIII. Jurnal
pendidikan fisika Indonesia. 7(2011). 89-96.
Suherman, dkk. (2001). Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar diSekolah. Jakarta : PT. RinekaCipta.
Suwangsih, E. &Tiurlina.(2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.
SyahMuhibin. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pt Remaja Rosda karya.
Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Winataputra ,Udin S,2008.Teori Belajar Minat dan Pembelajaran ,Jakarta: UT.