Anda di halaman 1dari 11

REMEDIASI PEMBELAJARAN FISIKA

TUGAS 3

OLEH :

MUQRIMA F1052171001
GITA SAFITRI F1052171009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
1. Pembelajaran Perubahan Konseptual
Model perubahan konseptual (conceptual change model=CCM) pertama kali
diajukan oleh Posner et al pada tahun 1982. Model ini pernah dikembangkan oleh
Hewson dan Hewson (1983, 1984), Strike dan Posner (1985, 1992), serta Thorley
(1990). Model perubahan konseptual berkaitan dengan perspektif filosofis bahwa
pembentukan pengetahuan dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah ada, pengalaman
masa lalu, dan kemampuan metakognitif (Barlia, 2009). Model perubahan konseptual
merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis konstruktivistik. Model
perubahan konseptual adalah model pembelajaran yang memfasilitasi siswa agar
terjadi proses perubahan konsepsi, melalui pembangkitan dan restrukturisasi
konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran (Santyasa, 2007a).
Ozdemir (dalam Linuwih & Setiawan, 2010) mengklasifikasikan konsepsi seseorang
menjadi dua yaitu konsepsi ilmiah dan konsepsi alternatif (miskonsepsi). Konsepsi
ilmiah adalah konsepsi seseorang yang sama dengan konsepsi para pakar.Konsepsi
alternatif adalah konsepsi seseorang yang tidak sama dengan konsepsi para pakar.
Faktor penyebab konsepsi alternatif adalah intuisi sebagai pengalaman kehidupan
sehari-hari, pembelajaran, buku teks, fragmentasi, penggunaan kerangka teori
spesifik, dan apresiasi konseptual. Model perubahan konseptual mengasumsikan
bahwa setiap siswa yang akan mengikuti pembelajaran di kelas telah mengalami
miskonsepsi mengenai fenomena alam. Miskonsepsi itu perlu diperbaiki atau
dihilangkan dengan memberikan pelajaran melalui demonstrasi, analogi, konfrontasi
dan contoh-contoh tandingan (Cakir, 2008).
Ada beberapa istilah untuk mengingkapkan konsepsi awal siswa, antara lain:
 Children Science yang diungkapkan oleh Osborne (1980:1), untuk
menggambarkan pengetahuan para siswa tentang dunia dan arti dari istilah-istilah
yang mereka gunakan. Para siswa mengembangkannya untuk lebih memahami
sesuatu yang ada di lingkungannya.
 Alternative Pre-Conception yang diungkapkan oleh Clernent (1982:66), yang
dikembangkan dengan alasan bahwa konsepsi alternatif dimiliki para siswa
sebelum mengikuti kegiatan belajar secara formal.
 Alternative Framework yang diungkapkan oleh Driver (1986:443), untuk
mengasumsikan bahwa para siswa memiliki kerangka berpikir yang berlainan
dengan kerangka berpikir ilmuan.
 Common Mis-conception yang diungkapkan oleh MC. Dermott (dalam Sutrisno,
1997:2), untuk menyatakan pandangan (konsepsi) para siswa yang tidak sesuai
dengan pandangan para ilmuan. Dalam hal ini konsepsi awal siswa dianggap
sebagai konsepsi yang keliru.
 Prior Knowledge yang diungkapkan oleh Bell (dalam Sutrisno, 1997:4), diartikan
sebagai pengetahuan yang dimiliki para siswa sebelum mengikuti kegiatan
pembelajaran

Model perubahan konseptual mengkonstruksi pengetahuan baru siswa dengan


memodifikasi konsep yang telah ada pada siswa. Model perubahan konseptual
mengisyaratkan dua fase sebelum akhirnya pengetahuan dapat dikonstruksi secara
benar, yaitu fase asimilasi dan akomodasi. Bila pengetahuan baru yang datang sesuai
dengan pengetahuan awal siswa, maka pengetahuan awal tersebut dikembangkan
melalui asimilasi. Melalui asimilasi siswa menggunakan konsep yang telah mereka
miliki untuk berhadapan dengan konsep baru. Apabila pengetahuan baru yang datang
bertentangan dengan pengetahuan awalnya, maka siswa mengubah konsepnya melalui
akomodasi. Proses akomodasi tersebut merupakan fenomena perubahan konseptual
(Setyowati, 2011). Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa, pengetahuan seseorang
tidak sekali jadi, melainkan dibentuk oleh individu tersebut secara berkelanjutan
dengan memperbaiki dan mengubah pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Pada gambar ini dijelaskan proses perubahan konsepsi awal siswa yang masih
berlabel miskonsepsi menjadi konsepsi baru yang ilmiah
Model Perubahan Konseptual
(Posner et al., dalam Dole dan Sinatra, 1998)
Berdasarkan Gambar 1, dapat diasumsikan empat variabel dalam proses
perubahan konseptual, adalah sebagai berikut.
 Ketika struktur pengetahuan awal siswa terkristalisasi, koheren, dan benar-benar
dipertahankan, maka perubahan konseptual sulit terjadi. Hal ini didasari oleh sifat
manusia yang sulit meninggalkan zone nyaman. Siswa yang mengalami perubahan
konseptual adalah siswa yang memiliki motivasi untuk berubah, memiliki upaya
untuk berubah, dan memiliki keyakinan untuk berubah. Teori perubahan konseptual
mengharuskan siswa untuk merasa tidak puas terhadap konsepsi yang mereka miliki
(dissatifield).
 (2)Siswa harus dapat menemukan bahwa konsepsi baru tersebut dapat dimengerti
(intelligible). Siswa harus memahami konsepsi baru tersebut jika mereka mau
mengadopsinya.
 Siswa harus merasakan bahwa konsepsi tersebut masuk akal (plausible). Jadi,
konsepsi baru tersebut tidak hanya dapat dipahami, tetapi juga harus masuk akal dan
dapat diyakini. Konsepsi-konsepsi tersebut harus koheren dengan ide-ide siswa
sebelumnya, sehingga konsepsi tersebut dapat diyakini.
 Para siswa harus menemukan kebermanfaatan dari konsepsi-konsepsi tersebut
(fruitfull). Jadi, konsepsi-konsepsi baru diupayakan memberi peluang
mengembangkan hipotesis lebih lanjut.

Strategi-strategi Pembelajaran Konseptual

Strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan sangkalan


yang diikuti dengan strategi konflik kognitif, yaitu 1) demonstrasi, 2) analogi, 3)
konfrontatif, dan 4) contoh-contoh tandingan (Cakir, 2008).

1. Demonstrasi
Demonstrasi didefinisikan sebagai proses memperlihatkan sesuatu kepada
orang lain atau kelompok orang. Metode ini efektif digunakan bila jumlah siswa
relatif banyak namun jumlah alat penunjang praktikum terbatas. Melalui
demonstrasi, siswa akan dihadapkan langsung pada sebuah kejadian, sehingga
dalam pikiran siswa terjadi konflik kognitif jika pengetahuan yang mereka miliki
bertentangan dengan kajadian nyata. Hal tersebut memberi peluang bagi siswa
untuk mengalami proses akomodasi sehingga terjadi proses perubahan konseptual
dalam struktur kognitif siswa secara menyeluruh. Akibatnya, miskonsepsi yang
dialami siswa dapat berubah menjadi konsepsi ilmiah.
2. Analogi
Konsep-konsep fisika banyak yang bersifat abstrak. Tidak semua fenomena
fisis yang terjadi dapat diamati secara kasat mata (non-observable), sehingga
muncul kesulitan untuk menerangkan fenomena tersebut. Guru sering kesulitan
dalam menyebutkan contoh non-observabel, sehingga siswa sulit
membayangkannya. Konsep-konsep seperti itulah yang sering membuat siswa
mengalami miskonsepsi. Analogi didefinisikan sebagai suatu metode mengajar
dengan memberikan konsep-konsep nyata yang hampir sama dengan konsep-
konsep yang masih bersifat abstrak. Proses analogi menghadapkan siswa pada hal-
hal yang tidak masuk akal, kemudian secara perlahan-lahan dihadapkan pada hal
yang masuk akal, sehingga mudah diterima. Pemberian analogi diharapkan dapat
membuat konsep tersebut menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa.
3. Konfrontatif
Sebelum memulai proses pembelajaran di kelas, sayangnya guru menggali
pengetahuan awal siswa sehingga teridentifikasi konsep-konsep siswa yang masih
berlabel miskonsepsi. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, guru dapat
menyediakan berbagai cara untuk mengkonfrontasi secara aktual konsepsi siswa.
Tujuannya adalah untuk menggoyahkan miskonsepsi yang masih terdapat di
dalam pikiran siswa, sehingga akhirnya mereka memiliki konsepsi yang ilmiah.
4. Contoh-contoh Tandingan
Pemberian contoh-contoh tandingan yang relevan sangat membantu siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Contoh-contoh tersebut, hendaknya
mampu menantang miskonsepsi siswa. Sajian contoh tandingan tersebut
diharapkan dapat membuat siswa tertarik untuk mempelajari konsep tersebut.
Akibatnya, miskonsepsi berubah menjadi konsepsi ilmiah yang kokoh.

Tahap-tahap Model Perubahan Konseptual

Proses pembelajaran dengan model perubahan konseptual merupakan proses


pembelajaran yang mampu mengaktifkan pengetahuan awal siswa. Pengetahuan awal
siswa tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi guru untuk memulai proses
pembelajaran. Secara umum sintaks model perubahan konseptual tersaji pada Tabel 1

No Sintaks Model Perubahan Konseptual


1 Sajian masalah konseptual dan kontekstual.
2 Konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah tersebut.
3 Konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi, analogi atau contoh-
contoh tandingan.
4 Pembuktian konsep dan prinsip secara ilmiah.
5 Sajian materi dan contoh-contoh kontekstual.
6 Konfirmasi melalui pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman dan
penerapan pengetahuan secara bermakna

Langkah – Langkah Yang Dilakukan Dalam Pembelajaran Perubahan Konseptual

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran perubahan konseptual untuk


membangkitkan perubahan konseptual dalam hal ini adalah;
1. Orientasi, yaitu pengajar membuka pelajaran dengan memberikan uraian singkat
tentang materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran.
2. Pemunculan ide, yaitu mahasiswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil.
Pengajar berusaha memunculkan ide siswa dengan siswa diminta untuk menyatakan
secara eksplisit idenya kepada teman dalam kelompok dan pengajar (guru).
3. Penyusunan ulang ide, yaitu siswa menyusun kembali ide yang telah diperoleh pada
langkah 2), yaitu meliputi;
1. Pertukaran ide, yaitu siswa mendiskusikan jawaban pada langkah pemunculan
ide dalam kelompoknya.
2. Pembukaan situasi konflik.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran perubahan konseptual adalah sebagai berikut :

A. Kelebihan
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran,
pendapat, pemahamannya tentang suatu konsep sebelum dipelajari secara
formal. Dengan demikian siswa dilibatkan dalam merencanakan
pengajarannya.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk peduli dengan konsepsi awalnya
(terutama konsepsi awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah). Dengan
demikian siswa diharapkan menyadari kekeliruannya dan bersedia
memperbaiki kekeliruaan tersebut.
3. Dapat menciptakan suasana kelas yang hidup karena siswa dituntut untuk
aktif berdiskusi dengan teman dan gurunya. Dengan demikian cara belajar
siswa aktif dapat terlaksana.
4. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang
diajarkan dengan memperhatikan konsepsi awalnya. Dengan demikian akan
terjadi pembelajaran yang bermakna.
5. Guru yang mengajar menjadi kreatif karena harus berusaha mencarikan
alternatif untuk meluruskan konsepsi awal siswa yang tidak sesuai dengan
konsep ilmiah.
B. Kekurangan
1. Karena untuk menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual
menggali konsepsi awal siswa sebelum siswa belajar secara formal, maka bagi
siswa yang belum terbiasa pada situasi ini merasa ”takut” dengan beberapa
pertanyaan berkenaan dengan materi yang belum dipelajari. Namun ini bisa
diatasi dengan memberikan informasi bahwa tes awal tidak mempengaruhi
nilai siswa.
2. Membutuhkan waktu yang banyak, namun ini bisa diatasi dengan membatasi
waktu ketika membagikan kelompok.
3. Bagi guru yang kurang berpengalaman akan merasa kesulitan karena
pengajaran disusun berdasarkan pada konsepsi awal siswa yang beragam,
namun ini bisa diatasi dengan seringnya menerapkan model pembelajaran
perubahan konseptual pada materi yang ada miskonsepsinya

2. Perbedaan asimilasi dan akomodasi dalam perubahan konseptual

a. Asimilasi
Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada dalam benak individu. Proses ini didasarkan atas
kenyataan bahwa setiap saat manusia mengasimilasikan informasi-informasi yang
sampai kepadanya, dimana kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokkan ke
dalam istilah-istilah yang sebelumnya telah seseorang ketahui.
siswa menggunakan konsep-konsep yang telah ada untuk menghadapi suatu
gejala baru dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian, dalam hal ini
konsep awal siswa tidak salah hanya saja kurang lengkap, maka mereka harus
mengembangkan konsep awalnya menjadi lebih lengkap dan utuh.
b. Akomodasi
Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui, atau
menggabung-gabungkan istilah lama untuk menghadapi tantangan baru. Dengan kata
lain, proses akomodasi adalah permodifikasian skema-skema yang ada untuk
mencocokannya dengan situasi-situasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang
sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru dan
belum pernah diketahui siswa.
siswa harus mengubah konsep awalnya karena tidak dapat menjelaskan atau
menjawab gejala baru, sehingga siswa harus melepas konsep awalnya dan membentuk
konsep baru yang dapat digunakan dalam menghadapi permasalahan tersebut.
c. Perbedaan asimilasi dan akomodasi

Asimilasi Akomodasi
1. Siswa mempunyai pengalaman yang 1. Pengalaman siswa tidak sesuai
sama atau hampir sama dengan perintah dengan perintah yang diberikan.
yang diberikan. 2. Siswa menyesuaikan skema dalam
2. Siswa menyesuaikan pengalaman- dirinya dengan fakta-fakta baru yang
pengalaman baru yang diperolehnya diperoleh melalui pengalaman dari
dengan struktur skema yang ada dalam lingkungannya.
diri siswa.

3. Variabel-variabel kritis proses perubahan konseptual


Model Pembelajaran Perubahan Konseptual atau dikenal dalam bahasa
Indonesia dengan istilah MPPK mampu merubah konseptual atau intuisi-intuisi yang
dimiliki peserta didik menjadi konsep ilmiah, meningkatkan pemahaman konsep
peserta didik, dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Ada empat variable kritis
proses perubahan konseptual, yaitu:
a) Harus ada ketidakpuasan (dissatisfaction) dengan konsepsi yang ada.
Ilmuwan dan para siswa tidak mungkin untuk membuat perubahan
utama di (dalam) konsep mereka sampai mereka percaya bahwa adanya
sedikit perubahan radikal yang terjadi. Perubahan seperti itu terjadi
sebelum akomodasi.
b) Intelligible, konsep yang baru (new conceptions) yang diketahui
pembelajar dapat dimengerti dan membangun pemahaman,
c) Plausible, pembelajar harus merasa bahwa konsep-konsep yang baru
tersebut adalah masuk akal, artinya pengetahuan tersebut bukan hanya
membangun pengertian dan dapat dipahami, akan tetapi harus menjadi
sebuah kepercayaan, dan
d) Fruitful, pembelajar harus menemukan bahwa konsep-konsep baru yang
diperoleh adalah bermanfaat dan berperan untuk membangun wawasan
baru (new insight) dan hipotesis-hipotesis lebih lanjut.

Keempat variable kritis sudah menjelaskan secara jelas tentang bagaimana


peserta didik dapat merupakan miskonsepsinya. Sehingga muncul perubahan
konsep yang lebih utuh dan kuat berdasarkan proses yang sudah dilewatinya.
Perubahan konsep memunculkan sebuah pengetahuan baru dalam memahami
sebuah konsep.

4. Pengertian konflik kognitif atau disequilibrium


Konflik kognitif atau disequilibrium merupakan suatu konflik kognitf yang
muncul apabila terjadi perubahan konsep pada siswa dimana siswa dihadapkan pada
keadaan tidak seimbang yaitu ketidak cocokan antara konsep yang mereka miliki
dengan keadaan lingkungan sekitarnya, sehingga menimbulkan konflik dalam pikiran
mereka. Bila terjadi ketidak seimbangan maka siswa dipacu untuk mencari
keseimbangan (equilibrium) dengan jalan akomodasi. Proses equilibrium akan
membuat siswa menyatukan antara pengalaman luar dengan pengetahuannya dan
konsep baru pun akan muncul. Bila siswa sudah dalam keadaan seimbang berarti
siswa tersebut sudah berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi daripada
sebelumnya.
Dalam kondisi konflik kognitif siswa dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu :
1) mempertahankan intuisinya semula
2) merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi
3) merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan
mengakomodasi pengetahuan baru. Perubahan konseptual terjadi
ketika siswa memutuskan pada pilihan ketiga.

Salah satu cara untuk memunculkan ketidak puasan itu menurut Posner et al.
adalah dengan menyajikan peristiwa anomali yaitu suatu peristiwa yang
bertentangan dengan konsep yang dimiliki siswa. Suatu peristiwa dimana siswa
tidak dapat mengasimilasi pengetahuan untuk memahami fenomena yang baru.
Banyak pendidik sains menggunakan data anomali untuk memacu perubahan konsep
pada siswa, meskipun terkadang data anomali ini juga bisa gagal merubah konsep
siswa karena siswa mengabaikannya.
 Contoh konflik kognitif dalam pembelajaran fisika

Sebagai contoh seorang siswa mempelajari materi fisika yaitu hokum Archimedes
dimana siswa sudah mempelajari peristiwa melayang, mengapung, dan tenggelam
berdasarkan pengamatannya bahwa benda yang besar sudah pasti tenggelam tanpa
mempertimbangan massa jenis benda tersebut. Ketika guru mengkonfirmasikan bahwa hal itu
kurang tepat, maka siswa mengalami kebingungan dan akan terjadinya konflik kognitif dalam
diri siswa tersebut dimana hal ini terjadi konflik antara konsep awal siswa dengan konsep
yang akan dipelajari.

Dari contoh diatas maka peran guru disinilah sangat penting dalam membantu siswa
untuk membangun atau memunculkan konflik kognitif pada siswa. Guru dapat memunculkan
konflik kognitif pada siswa dengan cara melakukan salah satu Teknik, yaitu teknik analogi
penghubung (bridging analogy). Teknik analogi penghubung (bridging analogy) dipahami
sebagai model penjelasan yang dapat memudahkan siswa memahami materi secara baik.
Konsep yang dipelajari diperkenalkan kasus analoginya dengan obyek keseharian atau
fenomena sekitar yang dikenali siswa kemudian diperkenalkan kasus analogi penghubung
yang dapat menghindari salah konsep dan menumbuhkan pemahaman secara mendalam
tentang konsep yang dipelajari. Hal ini merujuk dari fenomena belajar dimana siswa telah
memiliki konsepsi yang cenderung miskonsepsi sehingga perubahan konsep dilakukan
dengan melibatkan analogi sebagai media negosiasi pemahaman untuk terjadinya perubahan
konsep dari konsep konsepsi yang tidak ilmiah kepada konsep yang bersifat ilmiah.

5. Rancangan pembelajaran perubahan konseptual

Bentuk miskonsepsi : Pada materi perpindahan kalor pada peristiwa konduksi siswa
menganggap bagian besi yang dipanaskan partikel akan berpindah
lebih cepat. Maka semakin panas, perpindahan partikel semakin
cepat.
Model : Problem Sovling
Metode : Demonstrasi menggunakan media applikasi simulasi fisika
Tujuan : memperbaiki miskonsepsi pada peserta didik

Deskripti Pembelajaran :

Anda mungkin juga menyukai