Makalah
Oleh Kelompok 2:
1. Nabilah Syadza Mahdiyyah (17030174054)
2. Siti Ulinikmah (17030174082)
3. Mukhamad Farid (17030174084)
4. Luthfia Laili Ayu Novitasari (17030174086)
5. Laila Tuljannah (17030174092)
6. Ikka Ananda Hakiki (17030174095)
2017 C
DAFTAR ISI
i
A. Pengertian Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep
Model Pemerolehan konsep mula-mula didesain oleh Joice dan Well (1972)
yang didasarkan pada hasil riset Jerome Bruner dengan maksud bukan hanya
untuk mengembangkan berpikir induktif, tetapi juga untuk menganalisis dan
mengembangkan konsep. Bruner dalam Sanusi (2006: 75) berpendapat bahwa
belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur- struktur
matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari
hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika.
Peserta didik harus menemukan keberaturan dengan cara memanipulasi material
yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki oleh peserta
didik. Dengan demikian, peserta didik dalam belajar haruslah terlibat aktif
mentalnya. Lebih jauh, Bruner juga mengungkapkan bahwa cara terbaik untuk
belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk
sampai pada suatu kesimpulan.
Model Pemerolehan Konsep adalah proses mengidentifikasi dan
mendefinisikan konsep dengan jalan menemukan atributnya yang paling esensial
sesuai dengan pengertian konsep yang dipelajari. Atribut tersebut harus
membedakan contoh konsep itu dengan yang bukan contoh konsep. Oleh karena
itu model Pemerolehan Konsep (Concept Attainment Model) adalah model
pembelajaran induktif yang dirancang membantu siswa segala umur untuk belajar
konsep sekaligus mempraktikkan keterampilan berpikir analitis ((Klausmeier,
1985; Tennyson & Cocchiarella, 1986) dalam Arends, 2008 : 151).
Model pemerolehan konsep cukup sulit dilakukan untuk siswa sekolah
menengah karena permasalahan yang ditekankan adalah permasalahan sehari-
hari, dimana siswa masih terbiasa dengan permasalahan akademik. Permasalahan
sehari-hari adalah masalah yang ada di masyarakat, dan bukan merupakan
masalah akademik seperti yang tercantum pada kurikulum. Tetapi jika
permasalahan sehari-hari dapat dikaitkan dengan konsep atau prinsip yang ada
dalam kurikulum, maka siswa akan dapat menemukan sendiri konsep atau
prinsip tersebut melalui pembelajaran pemerolehan konsep.
Eggen dan Kauchak (2012: 218) dalam Sunendar menyatakan model
pemerolehan konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk
membantu siswa dari semua usia mengembangkan dan menguatkan pemahaman
mereka tentang konsep dan mempraktikkan kemampuan berpikir kritis. Pada
model pembelajaran ini, siswa tidak disediakan rumusan suatu konsep, tetapi
mereka menemukan konsep tersebut berdasarkan contoh-contoh yang memiliki
penekanan-penekanan terhadap ciri dari konsep itu.
Sanusi (2006: 72) menyatakan bahwa pada prinsipnya, model pemerolehan
konsep adalah suatu strategi mengajar yang menggunakan data untuk
2
mengajarkan konsep kepada siswa, dimana guru mengawali pembelajaran
dengan menyajikan data berupa contoh dan noncontoh dari suatu konsep,
kemudian guru meminta siswa untuk mengamati/memahami data yang disajikan
oleh guru tersebut. Atas dasar ini, kemudian dibentuk abstraksi. Model
pemerolehan konsep adalah suatu strategi pembelajaran induktif yang didesain
untuk membantu siswa pada semua usia dalam mempelajari konsep dan
membuat hipotesis tentang apa kemungkinan konsepnya, menganalisis hipotesis-
hipotesis mereka dengan melihat contoh dan noncontoh, yang pada akhirnya
sampai pada konsep yang dimaksud serta model ini memiliki keunggulan untuk
memahami (mempelajari) suatu konsep dengan cara lebih efektif.
Inti utama dari hasil belajar yang dapat dicapai menggunakan model
pemerolehan konsep ini adalah (a) Konsep khusus/tertentu, (b) Hakikat konsep,
(c) Penalaran logis dan berpikir tingkat tinggi, serta (d) Keterampilan komunikasi.
(Arends, 2008: 151).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran pemerolehan konsep adalah model pembelajaran yang
menggunakan data untuk mengajarkan konsep kepada siswa, dimana guru
mengawali pengajaran dengan menyajikan contoh dan noncontoh, kemudian
guru meminta siswa untuk mengamati atau memahami data yang disajikan oleh
guru tersebut sehingga siswa mampu meraih dan mengembangkan pemahaman
mereka tentang konsep.
3
mengiidentifikasi dan menggunakan contoh dan bukan contoh
merupakan hal penting dalam pembelajaran konsep.
3. Konsep Dipengaruhi oleh Konteks Sosial
Atribut penting konsep penghubung, seperti segitiga samasisi
adalah tetap disemua konsep social. Misalnya konsep geografis utara
dan selatan dalam kaitannya dengan iklim. Anak-anak belahan bumi
utara diajari bahwa bila orang pergi ke arah selatan, iklimnya lebih
hangat. Jelas, hubungan konseptual ini, tidak berlaku bagi anak-anak di
Australia dan Argentina.
4. Konsep Memiliki Definisi dan Nama
Semua konsep memiliki nama atau label dan defenisi yang kurang
lebih tepat. Nama dan definisi memungkinkan pemahaman yang sama
dan komunikasi dengan orang lain menggunakan konsep tersebut.
Keduanya merupakan prasyarat dalam pembelajaran konsep. Akan
tetapi nama merupakan buatan manusia dan pada dasarnya dibuat
sesuka hati. Mengetahui nama tidak berarti siswa memahami konsep.
Inilah yang membuat sulit pengajaran konsep.
5. Konsep Memiliki Atribut Penting dan Atribut Tidak Penting
Konsep memiliki atribut yang menggambarkan dan
mendefinisikan. Beberapa atribut adalah penting dan digunakan untuk
memisahkan satu konsep dengan konsep lainnya. Misalnya, segitiga
sama sisi adalaha segitiga yang memiliki tiga isisi yang sama panjang.
Atribut penting merupakan hal yang harus ada dalam segitiga karena
segitiga tanpa tiga sisi sama bukanlah merupakan segitiga sama sisi.
Konsep juga memiliki atribut yang tidak penting. Misalnya, ukuran
adalah atribut tidak penting dari segitiga sama sisi. Semua konsep
memiliki atribut penting dan tidak penting dan kadang sulit bagi siswa
untuk membedakan keduanya.
4
untuk mempresentasikan exemplar-exemplar sehingga sebagian besar siswa
memiliki suatu ide yang mereka pikir akan menahan kecermatan penelitiannya.
Pada saat itu, guru bertanya kepada salah satu siswa untuk menggabungkan ide
teman-temannya dan bagaimana cara teman- temannya dalam menggabungkan
ide-idenya. Joyce dan Weil dalam Huda (20014, hlm.82) mengemukakan bahwa
model pembelajaran pencapaian konsep memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) Tahap-tahap pelaksanaan
Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran pencapaian konsep
ialah tahap-tajap kegiatan dari model pembelajaran pencapaian konsep.
Model pembelajaran pencapaian konsep memiliki tiga fase kegiatan yaitu:
a) Fase pertama : penyajian data dan identifikasi konsep
i. Pengajar menyajikan contoh yang telah diberi nama konsep
ii. Siswa membandingkan ciri-ciri dalam contoh dan non contoh
iii. Siswa membuat dan menguji hipotesis
iv. Siswa membuat definisi tentang konsep atas ciri-ciri esensial
b) Fase kedua : pengujian pencapaian konsep :
i. Siswa mengidentifikasi contoh yang tidak diberi nama konsep
dengan menyatakan “ya” atau “bukan”.
5
Prinsip-prinsip pengelolaan /reaksi dari model pembelajaran
pencapaian konsep adalah
a) Memberikan dukungan dengan menitikberatkan pada sifat
hipotesis dari diskusi-diskusi yang berlangsung.
b) Memberikan bantuan pada siswa dalam mempertimbangkan
hipotesis.
c) Memusatkan perhatian siswa terhadap contoh-contoh yang spesifik
d) Memberikan bantuan kepada siswa dalam mendiskusikan dan
menilai strategi berpikir yang mereka pakai.
4) Sistem pendukung
Sistem pendukung model pembelajaran pencapaian konsep ialah
segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model
pembelajaran pencapaian konsep. Sarana pendukung yang diperlukan
dapat berbentuk gambar, foto, diagram, slide, tape, LKS, dan data yang
terpilih dan terorganisasikan dalam bentuk unit-unit yang berfungsi
memberikan contoh-contoh. Sistem yang diperlukan dalam model
pembelajaran pencapaian konsep ini adalah sistem yang banyak
memberikan contoh dan bukan contoh. Sistem pendukung ini diperlukan
agar siswa melihat contoh yang cukup, dan pada akhirnya menguasai
konsep yang terdapat pada contoh-contoh tersebut. Jadi, siswa bukan
menemukan konsep baru, tetapi menguasai konsep- konsep yang sudah
ada, melalui pengamatan terhadap contoh-contoh.
6
pada belajar pemula (initial learning). Dan juga akan efektif dalam membantu
siswa memahami hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang terkait
erat dan digunakan dalam bentuk review. Dengan kata lain, penggunaan
model ini akan lebih efektif jika siswa sudah memiliki pengalaman tentang
konsep yang akan dipelajari itu. Bukan siswa yang benar-benar baru
mempelajari konsep tersebut.Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan
dalam menerapkan model pencapaian konsep berkaitan dengan tujuan isi
tersebut, yaitu:
a) Model pencapaian konsep didesain khusus untuk mengajarkan
konsep secara eksklusif. Jadi, berfokus semata-mata pada
pembelajaran konsep.
b) Siswa yang diajari suatu konsep dengan menggunakan model
pencapaian konsep harus memiliki latar belakang pengetahuan
tentang konsep tersebut.
7
E. Sintaks Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep
Naylor & Diem dalam Sunendar (2013) menguraikan langkah-langkah
pembelajaran pemerolehan konsep sebagai berikut:
8
3.3 Siswa mendiskusikan jenis dan ragam
hipotesis.
9
1) Presentasi langsung (direct presentation)
Pada pendekatan presentasi langsung,guru secara hati-hati
menyediakan urutan presentasi expository (penjelasan) dan/atau
interrogatory (pemeriksaan) pada konsep,mengandung banyak konsep
contoh ilustratif. Pendekatan presentasi langsung untuk pengajaran
konsep membuat perbedaan tentang kebiasaan guru yang sesuai
berdasarkan pada hakikat konsep yang diajarkan.
2) Pembentukan konsep (concept formation)
Berdasarkan kerja Hilda Taba (1967), pendekatan ini sangat
bermanfaat ketika tujuan belajar mengandung penemuan konsep baru
dan pengembangan konsep-strategi pembangunan.
Pelajaran pembentukan konsep mengandung pertolongan bagi
siswa untuk membedakan properti objek atau kejadian,untuk
mengelompokkan properti ini berdasarkan pada unsur umum,dan
untuk membentuk kategorinya sendiri dan melabeli skema. Tujuan
utamanya adalah pengembangan keahlian membedakan dan
mengelompokkan.
3) Pencapaian konsep (concept attainment)
Dipengaruhi oleh kerja Bruner dan koleganya (1956), pendekatan
pencapaian konsep digunakan ketika siswa siap dengan beberapa ide
mengenai konsep tertentu atau seperangkat konsep. Melalui
pertimbangan berbagai contoh dan noncontoh dari konsep
tertentu,guru mempromosikan berpikir induktif oleh siswa dan
menolong mereka mengawasi proses berpikir mereka.
1. Dampak Instruksional
10
a. Penguasaan Bahan Ajar
11
sering menuntut siswa untuk dapat memecahkan masalah dengan baik,
tetapi tidak pernah mengajarkan dan melatihkan siswanya tentang strategi
pemecahan masalah yang baik. Sebaliknya pada model pembelajaran ini
siswa diajar dan dilatih untuk memilih, menggunakan, dan mengontrol
strategi kognitif dalam memecahkan masalah.
2. Dampak Pengiring
b. Keaktifan Belajar
c. Sikap Positif
12
2. Model pemerolehan konsep membuat siswa lebih mudah memahami
pelajaran
3. Proses pembelajaran lebih menarik
4. Siswa dirangsang lebih baik dalam pemrosesan informasi
5. Guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan
memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari oleh
siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
6. Model pemerolehan konsep melatih konsep siswa,
menghubungkannya pada kerangka yang ada, dan menghasilkan
pemahaman materi yang lebih mendalam.
7. Model pemerolehan konsep meningkatkan pemahaman konsep
pengetahuan siswa.
8. Model pemerolehan konsep membuat siswa bisa lebih mampu
mengerjakan karya-karya ilmiah.
9. Model pemerolehan konsep membuat siswa dapat lebih berpikir logis
dan mempunyai strategi.
10. Model pemerolehan konsep meningkatkan kemampuan untuk belajar
dengan cara yang lebih mudah dan efektif dimasa depan.
11. Model pemerolehan konsep Lebih mengaktifkan keterlibatan mental,
sehingga konsep yang diperoleh siswa lebih lama dapat diingat dan
akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
13
Referensi :
Eggen, Paul, Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.
Suherman, E. 1994. Evaluasi proses dan hasil belajar matematika modul 1-6. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran
Guru STLP Setara D-III.
14