Anda di halaman 1dari 8

Konstruktivisme merupakan sudut pandang mengenai pengetahuan dan

pembelajaran. Teori ini masih menjadi perdebatan oleh beberapa tokoh pendidikan.
Teori ini menyatakan bahwa masing-masing pelajar harus menemukan dan
mengubah informasi yang rumit, dengan memeriksa informasi baru terhadap
aturan-aturan lama dan kemudian mengubah aturan apabila hal itu tidak lagi
berguna (Slavin, 2009). Pandangan ini mempunyai implikasi yang sangat besar bagi
pengajaran karena hal itu menyarankan peran yang jauh lebih aktif bagi siswa dalam
pembelajaran mereka sendiri daripada biasanya ditemukan dalam banyak ruang
kelas. Karena penekanan pada siswa sebagai pelajar aktif, strategii konstruktivis
sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa. Terdapat dua jenis
pembelajaran konstruktivis yang akan kami bahas dalam makalah ini, yakni
konstruktivisme radikal dan konstruktivisme sosial.
1.1. Konstruktivisme Radikal
A. Definidi Konstruktivisme Radikal
Menurut Von Glaserfeld (1989) penganut konstruktivis radikal
mengesampingkan hubungan anatara pengetahuan dan kenyataan sebagai
kriteria kebenaran. konstruktivis radikal berpegang bahwa seseorang hanya
dapat mengetahui apa yang dibentuk/dikonstruksi oleh pikirannya sendiri.
Bentuk itu harus”jalan” dan tidak harus selalu merupakan representasi dunia
nyata. Adalah suatu ilusi bila percaya bahwa apa yang kita ketahui itu
memberikan gambaran akan dunia nyata (von Glasersfeld, 1989).
Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari seseorang yang
mengetahui, maka tidak dapat ditransfer kepada penerima yang pasif.
Penerima sendiri yang harus mengkonstruksi pengetahuan itu. Semua yang
lain, entah objek maupun lingkungan, hanyalah sarana untuk terjadinya
konstruksi tersebut.
Dalam pandangan konstruktivisme radikal sebenarnya tidka ada
konstruksi sosial, dimana pengetahuan itu dikonstruksikan bersama, karena
masing-masing orang harus menyimpulkan dan menangkap sendiri makna
terakhir. Pandangan orang lain adalah bahan untuk dikonstruksikan dan
diorganisasikan dalam pengetahuan yang sudah dipunyai orang itu sendiri.
Konstruktivisme ini tidak pernah mengklaim objektivitas. Menurut mereka,
kita tidak dapat melihat dunia pengalaman kita dari luar. Kita
membentuknya dari dalam dan hidup dengannya lama sebelum kita mulai
bertanya dari mana dan apa itu sebenarnya (von Glasersfeld, 1989).
B. Perbedaan Konstruktivis Radikal dan Non Konstruktivis Rasikal
Tabel 1.1
Perbedaan Non Konstruktivis Radikal dan Konstruktivis Radikal

Kelas Konstruktivis Radikal Kelas Non Konstruktivis Radikal


Kurikulum disajikan secara
Kurikulum disajikan secara linier
fleksibel.
Permasalahan sehari-hari sebagai Kurikulum disajikan sebagai acuan
acuan dan dapat mendorong rasa yang
ingin tahu siswa harus diikuti.

Aktivitas pembelajaran di arahkan Aktivitas pembelajaran terikat pada


pada penggunaan data mentah buku pegangan.

Siswa dianggap sesuatu yang Siswa dianggap sesuatu yang


kosong (kertas putih) di mana guru kosong (kertas putih) di mana guru
akan menggoreskan pengetahuan di akan menggoreskan pengetahuan di
atasnya atasnya
Guru bertindak sebagai moderator Guru bertindak sebagai pusat
dan fasilitator. informasi.

Penilaian terjalin dalam proses


Penilaian dilakukan dengan tes
belajar mengajar melalui observasi
hasil belajar yang terpisah dari
terhadap proses kerja dan
proses belajar mengajar.
kumpulan aktivitas siswa

Siswa lebih banyak bekerja Siswa banyak bekerja secara


kelompok individual

C. Langkah-Langkah Pendekatan Konstruktivisme Radikal


Tabel 2.2
Fase Pengajaran dan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan
Konstruktivisme Radikal
No Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Orientasi Memberikan Memperhatikan dan
kesempatan kepada memahami topik
siswa untuk materi yang akan
memperhatikan dan dipelajari.
memahami topik
materi yang akan
dipelajari sebelum
proses pembelajaran
dimulai.
2 Elicitasi memberikan contoh- mengeksplorasi
contoh yang dapat pengetahuan, ide
merangsang siswa atau konsep awal
untuk melakukan yang diperoleh dari
eksplorasi, dan pengalaman sehari-
mendorong siswa hari atau diperoleh
untuk mengemukakan dari pembelajaran
ide atau pendapat pada tingkat
dengan mendiskusikan sebelumnya, agar
atau menggambarkan siswa juga dapat
ide awal mereka mengutarakan ide
dengan tulisan yang atau pendapatnya
dipresentasikan sendiri
kepada seluruh peserta
didik lainnya.
3 Restrukturisasi Ide membantu siswa untuk merekonstruksi
mengklarifikasikan ide gagasannya, kalau
atau pendapat siswa tidak cocok.
yang telah didapatkan Sebaliknya menjadi
pada proses elicitasi lebih yakin jika
sebelumnya, dengan gagasannya cocok.
cara mengontraskan Membangun ide baru
ide-ide siswa dengan hal ini terjadi jika
teman lainnya melalui dalam diskusi idenya
diskusi dan tidak dapat
membimbing siswa menjawab
untuk mengevaluasi pertanyaan-
ide barunya dengan pertanyaan yang
eksperimen. diajukan teman
temannya.
Mengevaluasi ide
barunya dengan
eksperimen. Jika
dimungkinkan,
sebaiknya gagasan
yang baru dibentuk
itu diuji dengan suatu
percobaan atau
persoalan yang baru.
4 Aplikasi Ide membantu siswa untuk Mengaplikasikan
mengaplikasikan berbagai ide atau
berbagai ide atau pendapatnya masing
pendapatnya masing- masing dan
masing dan mengaitkannya
mengaitkannya dengan situasi yang
dengan situasi yang dihadapi sehari-hari,
dihadapi sehari-hari, menyelesaikan
yang akan membuat permasalahan secara
pengetahuan siswa sederhana dengan
lebih lengkap bahkan menggunakan
lebih rinci, dan konsep dalam situasi
membimbing siswa yang baru dalam
merumuskan berbagai konteks
permasalahan yang yang berbeda.
sangat sederhana.
5 Reviu membantu siswa untuk Menguraikan
kembali ide atau
menguraikan kembali pendapat yang
ide atau pendapat yang sebelumnya telah
sebelumnya telah dibentuk dan hasil
dibentuk oleh siswa, penyelesaian
setelah itu guru permasalahan yang
meluruskan atau didapat. Menerapkan
merevisi hasil gagasan konsep yang baru
siswa agar tidak dipelajari dalam
tumpang tindih dengan berbagai konteks
gagasan teman yang yang berbeda.
lainnya dengan
memberi kesimpulan
dari berbagai
pendapat-pendapat
siswa.

1.2. Konstruktivisme Sosial


Pendekatan konstruktivis sosial merupakan pendekatan yang menekankan
konteks sosial pembelajaran dan gagasan bahwa pengetahuan saling
dibentuk dan dikonstruksi. Tokoh yang mencetuskan teori ini adalah
Vygotsky. Pendekatan konstruktivis sosial Vygotsky menekankan bahwa
siswa membentuk pengetahuan melalui insteraksi sosial dengan orang lain.
Ilmu pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh budaya kehidupan siswa, yang
mencakup bahasa, keyakinan, dan keterampilan.
Gagasan Vygotsky memliki 4 prinsip utama. Yang pertama adalah
penekanan pada sifat sosial, dimana anak-anak belajar, berpendapat, dan
berinteraksi bersama orang dewasa dan teman yang lebih mampu. Melalui
interaksi tersebut anak-anak mampu mempelajari cara orang lain
menyelesaikan masalah berpikir melalui pendekatan mereka. Prinsip kedua
ialah gagasan bahwa anak-anak paling baik mempelajari konsep yang
berdada dalam zona perkembangan proksimal mereka (ZPD). Misalnya,
seorang anak tidak dapat menemukan sendiri media dari beberapa angka
tetapi dapat melakukannya dengan sedikit bantuan dari gurunya, barangkali
penemuan median tersebut berada dalam zona perkembangan proksimalnya.
Prinsip berikutnya adalah masa magang kognisi (cognitive apprenticeship)
yang merupakan proses yang digunakan seorang pelajar untuk memeroleh
keahlian melalui interaksi dengan pakar, orang dewasa, atau teman yang
lebih mampu secara bertahap. Prinsip yag terakhir adalah penekanan
pembelajaran termediasi, prinsip tersebut menekankan bahwa siswa
seharusnya diberi tugas-tugas yang sulit, rumit, dan realistis namun
kemudian diberi bantuan yang cukup.
Kognisi berdasarkan situasi adalah asumsi penting dalam pendekatan
konstruktivis sosial. Asumsi ini mengacu pada gagasan bahwa terjadi
pemikiran (terletak) dalam konteks sosial dan fisik. Dengan kata lain,
pengetahuan tersimpan dan terhubung ke konteks saat pengetahuan
dikembangkan (Langer, 2009). Berdasarkan hal tersebut penting untuk
mencipatakan situasi belajar yang nyata.
Pendekatan konstruktivis sosial menekankan bahwa guru dan rekan sebaya
dapat mendukung proses belajar siswa. Agar hal tersebut terjadi terdapat 4
faktor yang dibutuhkan. Empat faktor tersebut adalah perancah, magang
kognitif, bimbingan belajar, pembelajaraan kooperatif.
Perancah
Perancah dapat diartikan sebagi bantuan atau dukungan yang diberikan oleh
guru untuk membantu siswa dalam menyelesaikan proses permasalahan.
Magang Kognitif
Magang kognitif adalah teknik saat seorang ahli membentang dan
mendukung pemahaman bagi pemula dan penggunaan budayanya. Istilah
magang menggarisbawahi pentingnya pembelajaran aktif dan menyoroti
letak sifat pembelajaran. Pada magang kognitif, guru sering memperagakan
strategi bagi siswa kemudian guru atau rekan sebaya yang lebih terampil
mendukung upaya siswa dalam melakukan tugas. Akhirnya mereka
mendorong siswa untuk melanjutkan pekerjaan secara mandiri.
Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah magang kognitif antara ahli dan pemula.
Bimbingan dapat terjadi antara orang dewasa dengan anak atau antara anak
yang terampil dengan yang belum terampil. Bimbingan belajar dapat
dilakukan oleh mentor kelas, teman sebaya, dan dapat dilakukan secara
online maupun offline.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif terjadi saat siswa saling membantu belajar satu
sama lain dalam kelompok kecil. Setiap siswa biasanya belajar bagian unit
pengetahuan yang lebih besar kemudian mengajarkan bagian itu ke
kelompok.
Program Konstruktivis Sosial
1. Komunitas Membina Pembelajaran merupakan pengembangan yang
menekankan penggunaan orang dewasa sebagai panutan, anak-anak
mengajar anak-anak, konsultasi komputer online
2. Sekolah untuk berpikir merupakan penggabungan dari proyek Jasper,
FCL, dan CSILE. Jasper menekankaan pada pembelajaran berbasis
masalah, FCL menekankan pada budaya belajar, negosiasi, dan
menampilkan hasil karya. Sedangkan CSILE lebih menekankan pada
penjelasan konsep yang mendalam, pemecahan masalah yang lebih baik,
dan sikap yang lebih positif terhadap belajar.

Jenis-jenis

Konstruktivis radikal
Pengertian
Konstruktivisme radikal adalah salah satu teori konstruktivisme yang
beranggapkan bahwa
1. Kebenaran itu tidak diketahui secara mutlak.
2. Ilmu Pengetahuan (scientific) hanya dapat diketahui dengan menggunakan
instrumen yang tepat.
3. Konsep yang terjadi adalah hasil yang diperoleh individu setelah
melakukan ujicoba untuk menggambarkan pengalamannya sendiri.
4. Konsep akan berkembang dalam upaya penggambaran tentang
pengalaman seseorang
Sehingga kontruktivisme radikal merupakan konstruktivisme yang
beranggapan bahwa seseorang hanya dapat mengetahui apa yang dibentuk
oleh pikiran dan pengalamannya sendiri.
Langkah-langkah
Contoh
Konstruktivis Sosial
Pengertian
Langkah-langkah
Contoh

Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT


Indeks
Santrock. 2014. Psikologi Pendidikan Educational Psychology. Jakarta: Salemba
Humanika
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius

Anda mungkin juga menyukai