Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SISTEM BILANGAN RIIL


(SIFAT ALJABAR & URUTAN BILANGAN RIIL DAN NILAI MUTLAK)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Real


yang diampu oleh Ibu Dra. Santi Irawati, M. Si., Ph. D.

Disusun oleh:

Aziz Rizky Muhdiyanto (190311867203)


Nisaa Arta Ngesti (190311867220)
Hijratullisa (190311867244)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA
OKTOBER 2019
2.1 Sifat-Sifat Aljabar dan Urutan Pada ℝ
2.1.1 Sifat-Sifat Aljabar pada ℝ
Pada himpunan ℝ terdapat dua operasi biner, yaitu penjumlahan (+) dan
perkalian (∙)
I) (+, ℝ)
(i) Komulatif
∀𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, berlaku 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎
(ii) Asosiatif
∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, berlaku (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐)
(iii) Mempunyai Elemen Identitas
∃0 ∈ ℝ, ∀𝑎 ∈ ℝ, sedemikian sehingga berlaku 0 + 𝑎 = 𝑎 + 0 = 𝑎
(iv) Mempunyai Elemen Invers
∀𝑎 ∈ ℝ, ∃ − 𝑎 ∈ ℝ, sedemikian hingga berlaku
𝑎 + (−𝑎) = (−𝑎) + 𝑎 = 0
II) (∙ , ℝ)
(i) Komutatif
∀𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, berlaku 𝑎 ∙ 𝑏 = 𝑏 ∙ 𝑎
(ii) Asosiatif
∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, berlaku (𝑎 ∙ 𝑏) ∙ 𝑐 = 𝑎 ∙ (𝑏 ∙ 𝑐)
(iii) Mempunyai Elemen Identitas
∃1 ∈ ℝ, ∀𝑎 ∈ ℝ, sedemikian sehingga berlaku 1 ∙ 𝑎 = 𝑎 ∙ 1 = 𝑎
(iv) Mempunyai Elemen Invers
1 1 1
∀𝑎 ≠ 0 ∈ ℝ, ∃ 𝑎 ∈ ℝ, sedemikian sehingga berlaku 𝑎 ∙ 𝑎 = 𝑎 ∙ 𝑎 = 1

III) Distributif (perkalian terhadap penjumlahan)


∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, berlaku 𝑎 ∙ (𝑏 + 𝑐) = (𝑎 ∙ 𝑏) + (𝑎 ∙ 𝑐), dan
(𝑏 + 𝑐) ∙ 𝑎 = (𝑏 ∙ 𝑎) + (𝑐 ∙ 𝑎)

1
2.1.2 Teorema
(a) Jika 𝑧 dan 𝑎 merupakan elemen-elemen di ℝ dengan 𝑧 + 𝑎 = 𝑎, maka
𝑧=0
(b) Jika a dan 𝑏 ≠ 0 merupakan elemen-elemen di ℝ dengan 𝑢 ∙ 𝑏 = 𝑏,
maka 𝑢 = 1
(c) Jika 𝑎 ∈ ℝ, maka 𝑎 ∙ 0 = 0
Bukti:
(a) Dengan menggunakan (iii), (iv) dan (ii) pada (+, ℝ) diperoleh:
𝑧 = 𝑧 + 0 = 𝑧 + (𝑎 + (−𝑎)) = (𝑧 + 𝑎) + (−𝑎) = 𝑎 + (−𝑎) = 0
∴Terbukti 𝑧 = 0
(b) Dengan menggunakan (iii), (iv) dan (ii) pada (∙ , ℝ) diperoleh:
1 1 1
𝑢 = 𝑢 ∙ 1 = 𝑢 ∙ (𝑏 ∙ ) = (𝑢 ∙ 𝑏) ∙ ( ) = 𝑏 ∙ ( ) = 1
𝑏 𝑏 𝑏
∴Terbukti 𝑢 = 1
(c) Dari (𝑎) diperoleh
𝑎 + 𝑎 ∙ 0 = 𝑎 ∙ 1 + 𝑎 ∙ 0 = 𝑎 ∙ (1 + 0) = 𝑎 ∙ 1 = 𝑎
∴Terbukti 𝑎 ∙ 0 = 0

2.1.3 Teorema
1
(a) Jika 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ∈ ℝ dengan 𝑎 ∙ 𝑏 = 1, maka 𝑏 = 𝑎

(b) Jika 𝑎 ∙ 𝑏 = 0, maka 𝑎 = 0 atau 𝑏 = 0


Bukti:
(a) Dengan menggunakan (iii), (iv), dan (ii) pada (∙ , ℝ) diperoleh:
1 1 1 1
𝑏 = 1 ∙ 𝑏 = (( ) ∙ 𝑎) ∙ 𝑏 = ( ) ∙ (𝑎 ∙ 𝑏) = ( ) ∙ 1 =
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
1
∴Terbukti 𝑏 = 𝑎
1
(b) Asumsikan 𝑎 ≠ 0 dan buktikan 𝑏 = 0. Kalikan 𝑎 ∙ 𝑏 dengan 𝑎 dan

gunakan (ii), (iv), (iii) pada (∙ , ℝ), sehingga diperoleh:


1 1
( ) ∙ (𝑎 ∙ 𝑏) = (( ) ∙ 𝑎) ∙ 𝑏 = 1 ∙ 𝑏 = 𝑏
𝑎 𝑎

2
Karena 𝑎 ∙ 𝑏 = 0 dan dengan menggunakan 2.1.2 (c), diperoleh:
1 1
( ) ∙ (𝑎 ∙ 𝑏) = ( ) ∙ 0 = 0
𝑎 𝑎
∴ Terbukti b = 0

Beberapa Himpunan Bagian pada Bilangan Rill


Beberapa himpunan bilangan yang merupakan himpunan bagian
(subset) dari himpunan bilangan riil, yaitu:
(a) Himpunan Bilangan Asli
Himpuanan bilangan asli dinotasikan dengan ℕ, dan 𝑛 ∈ ℕ ∈ ℝ,
didefinisikan sebagai berikut:
𝑛 ∶= 1 + 1 + 1 + ⋯ + 1
sebanyak n suku; 1 ∈ ℝ
(b) Himpunan Bilangan Bulat
Himpunan bilangan bulat dinotasikan dengan ℤ dan ℤ∈ℝ
didefinisikan sebagai berikut:
ℤ: = {−𝑛: 𝑛 ∈ ℕ} ∪ ℕ ∪ {0},
−𝑛 ≔ (−1) + (−1) + (−1) + ⋯ + (−1)
Sebanyak n suku
(c) Himpunan Bilangan Rasional dan Irrasional
Himpunan bilangan rasional dinotasikan dengan ℚ dan ℚ ∈ ℝ
didefinisikan sebagai berikut:
𝑏
ℚ ≔ { ; 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ, 𝑎 ≠ 0}
𝑎
Dalam sistem bilangan riil, selain himpunan bilangan rasional juga
terdapat himpunan bilangan irrasional yang dinotasikan dengan ℝ\ℚ.

Gambar 2.1.1 Struktur Bilangan Riil


2.1.4 Teorema
Tidak ada bilangan rasional r yang memenuhi 𝑟 2 = 2

3
Bukti
𝑝
Andaikan 𝑟 ∈ ℚ, maka 𝑟 = 𝑞 , 𝑞 ≠ 0 dengan 𝑝, 𝑞 anggota bilangan bulat.

Tanpa mengurangi keumuman, misalkan 𝑝 dan 𝑞 tidak mempunyai faktor


𝑝2
persekutuan selain 1. karena 2 = 𝑞2 atau 𝑝2 = 2 𝑞 2 , maka 𝑝 haruslah

bilangan genap (jika 𝑝 ganjil, misal 𝑝 = 2𝑘 + 1, maka


𝑝2 = 4𝑘 2 + 4𝑘 + 1 = 2(2𝑘 2 + 2𝑘) + 1
adalah ganjil). Selanjutnya misalkan 𝑝 = 2𝑚 untuk sembarang bilangan
bulat 𝑚 dan berlaku 4𝑚2 = 2𝑞 2 . hal ini menunjukkan bahwa 𝑞 2 = 2𝑚2,
dimana 𝑞 bilangan genap. Hal ini kontradiksi dengan pemisalan bahwa 𝑝
dan 𝑞 tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1 (karena 𝑝 dan 𝑞 bilangan
genap). Jadi, tidak ada bilangan rasional 𝑟 sedemikian sehingga 𝑟 2 = 2.

2.1.5 Sifat-Sifat Urutan pada ℝ


Terdapat himpunan bagian (subset) tak kosong 𝑃 dari ℝ yang disebut
himpunan bilangan riil positif dengan sifat-sifat berikut:
(i) Jika 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑃; maka 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝑃
(ii) Jika 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑃; maka 𝑎 ∙ 𝑏 ∈ 𝑃
(iii) Jika 𝑎 ∈ ℝ; maka tepat salah satu dari berikut ini berlaku:
𝑎 ∈ 𝑃, 𝑎 = 0, −𝑎 ∈ 𝑃
Kondisi 2.1.5 (iii) disebut Sifat Trikotomi, karena ℝ terbagi menjadi tiga
elemen-elemen berbeda.
Himpunan ℝ merupakan gabungan dari himpunan-himpunan yang saling
lepas/asing (disjoint).
 Jika 𝑎 ∈ 𝑃, maka dapat ditulis 𝑎 > 0 (𝑎 merupakan bilangan riil positif)
 Jika 𝑎 ∈ 𝑃 ∪ {0}, maka dapat ditulis 𝑎 ≥ 0 (𝑎 merupakan bilangan riil
nonnegative)
 Jika −𝑎 ∈ 𝑃, maka dapat ditulis 𝑎 < 0 (𝑎 merupakan bilangan riil
negatif)
 Jika −𝑎 ∈ 𝑃 ∪ {0}, maka dapat ditulis 𝑎 ≤ 0 (𝑎 merupakan bilangan
riil nonpositive)

4
2.1.6 Definisi
Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ
(a) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃, maka dapat ditulis 𝑎 > 𝑏 atau b < 𝑎
(b) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 ∪ {0}, maka dapat ditulis 𝑎 ≥ 0 atau b ≤ 𝑎
Berdasarkan Sifat Trikotomi pada 2.1.5 (iii), ∀𝑎, 𝑏 ∈ ℝ tepat salah satu
dari berikut ini berlaku:
𝑎 > 𝑏, 𝑎 = 𝑏, 𝑎 < 𝑏

2.1.7 Teorema
Misalkan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ
(a) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐, maka 𝑎 > 𝑐
(b) Jika 𝑎 > 𝑏, maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐
(c) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0, maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏
Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0, maka 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏
Bukti
(a) Berdasarkan 2.1.6 (a), karena 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐, maka berlaku
𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan 𝑏 − 𝑐 ∈ 𝑃.
Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan 𝑏 − 𝑐 ∈ 𝑃, maka berdasarkan 2.1.5 (i) diperoleh:
(𝑎 − 𝑏) + (𝑏 − 𝑐) = 𝑎 + ((−𝑏) + 𝑏) + (−𝑐) = 𝑎 − 𝑐 ∈ 𝑃
Karena 𝑎 − 𝑐 ∈ 𝑃, maka 𝑎 > 𝑐 (terbukti)
(b) Berdasarkan 2.1.6 (a) karena 𝑎 > 𝑏, maka berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃
(𝑎 − 𝑏) = (𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑐) ∈ 𝑃
sehingga berdasarkan 2.1.6 (a) diperoleh:
𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐 (terbukti)
(c) Berdasarkan 2.1.6 (a), diperoleh:
1) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan 𝑐 ∈ 𝑃, maka berdasarkan 2.1.5 (ii) diperoleh;
𝑐(𝑎 − 𝑏) = 𝑐𝑎 − 𝑐𝑏 ∈ 𝑃 .
Karena 𝑐𝑎 − 𝑐𝑏 ∈ 𝑃, maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏 (terbukti)
2) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan −𝑐 ∈ 𝑃, maka berdasarkan 2.1.5 (ii) diperoleh:
−𝑐(𝑎 − 𝑏) = −𝑐𝑎 + 𝑐𝑏 = 𝑐𝑏 − 𝑐𝑎 ∈ 𝑃,
Karena 𝑐𝑏 − 𝑐𝑎 ∈ 𝑃, maka 𝑐𝑏 > 𝑐𝑎 ⇔ 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏 (terbukti)

5
2.1.8 Teorema
(a) Jika 𝑎 ∈ ℝ dan 𝑎 ≠ 0, maka 𝑎2 > 0
(b) 1 > 0
(c) Jika 𝑛 ∈ ℕ, maka 𝑛 > 0
Bukti
(a) Dengan menggunakan Sifat Trikotomi, jika 𝑎 ≠ 0 maka 𝑎 ∈ 𝑃 atau
−𝑎 ∈ 𝑃.
Berdasarkan 2.1.5 (ii) diperoleh:
1) Jika 𝑎 ∈ 𝑃, maka 𝑎2 = 𝑎 ∙ 𝑎 ∈ 𝑃
2) Jika −𝑎 ∈ 𝑃, maka 𝑎2 = (−𝑎) ∙ (−𝑎) ∈ 𝑃
Sehingga, jika 𝑎 ≠ 0 maka 𝑎2 > 0 (terbukti).
(b) Dari teorema 2.1.8 (a), jika diambil 𝑎 = 1 maka diperoleh
1 = 1.1 = 12 ∈ 𝑃
Karena 1 ∈ 𝑃, maka 1 > 0 (terbukti).
(c) Jika 𝑛 ∈ ℕ dan 𝑛 ∈ ℕ ∈ ℝ dan didefinisikan sebagai
𝑛 ∶= 1 + 1 + 1 + ⋯ + 1 > 0, maka 𝑛 > 0

Sebantyak n suku

2.1.9 Teorema
Jika 𝑎 ∈ ℝ sedemikian sehingga 0 ≤ 𝑎 < 𝜀 ; ∀𝜀 > 0, maka 𝑎 = 0
Bukti
Andaikan 𝑎 > 0.
1
Jika diambil 𝜀0 = 2 𝑎, maka diperoleh
1
0 < 𝜀0 = 2 𝑎 < 𝑎 (kontradiksi)

Jadi, pengandaian tidak benar dan seharusnya 𝑎 = 0 (terbukti).

2.1.10 Teorema
Jika 𝑎𝑏 > 0, maka salah satu dari dua bentuk berikut akan dipenuhi,
yaitu:

6
(i) 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0, atau
(ii) 𝑎 < 0 dan 𝑏 < 0
Bukti
Jika 𝑎𝑏 > 0, maka berakibat 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ≠ 0.
Karena 𝑎 ≠ 0, maka berdasarkan Sifat Trikotomi berlaku 𝑎 > 0 atau
𝑎 < 0.
1
(a) Jika 𝑎 > 0 maka > 0, dengan demikian diperoleh bahwa
𝑎
1
( ) (𝑎𝑏) > 0 ⇔ 𝑏 > 0
𝑎
1 1
(b) Jika 𝑎 < 0 maka < 0, sehingga − 𝑎 > 0 , dengan demikian
𝑎
diperoleh bahwa
1
(− ) (𝑎𝑏) > 0 ⇔ −𝑏 > 0 ⇔ 𝑏 < 0
𝑎

2.1.11 Akibat dari 2.1.10


Jika 𝑎𝑏 < 0, maka salah satu dari dua bentuk berikut akan dipenuhi,
yaitu:
(i) 𝑎 < 0 dan 𝑏 > 0, atau
(ii) 𝑎 > 0 dan 𝑏 < 0

Contoh Pertidaksamaan
(a) Tentukan himpunan 𝐴 dari semua bilangan riil 𝑥 sedemikian sehingga
2𝑥 + 3 ≤ 6.
Penyelesaian :
3
𝑥 ∈ 𝐴 ⇔ 2𝑥 + 3 ≤ 6 ⇔ 2𝑥 ≤ 6 − 3 ⇔ 2𝑥 ≤ 3 ⇔ 𝑥 ≤
2
3
Jadi, 𝐴 = {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 ≤ 2}

(b) Tentukan himpunan 𝐵: = {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 2 + 𝑥 > 2}


𝑥 ∈ 𝐵 ⇔ 𝑥 2 + 𝑥 > 2 ⇔ 𝑥 2 + 𝑥 − 2 > 0 ⇔ (𝑥 − 1)(𝑥 + 2) > 0
Berdasarkan teorema 2.1.10, diperoleh:
(i) 𝑥 − 1 > 0 dan 𝑥 + 2 > 0, atau

7
(ii) 𝑥 − 1 < 0 dan 𝑥 + 2 < 0
 Dari (i) diperoleh:
𝑥 > 1 dan 𝑥 > −2, sehingga

-2 1
 Dari (ii) diperoleh:
𝑥 < 1 dan 𝑥 < −2, sehingga

-2 1
Jadi, 𝐵 = {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 > 1} ∪ {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 < −2}

2𝑥+1
(c) Tentukan himpunan 𝐶: = {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥+2 < 1}

2𝑥 + 1 2𝑥 + 1 2𝑥 + 1 (𝑥 + 2)
𝑥∈𝐶⇔ <1⇔ −1<0⇔ − <0
𝑥+2 𝑥+2 𝑥+2 𝑥+2
2𝑥 + 1 − 𝑥 − 2 𝑥−1
⇔ <0 ⇔ <0
𝑥+2 𝑥+2
Berdasarkan akibat 2.1.11, diperoleh:
(i) 𝑥 − 1 < 0 dan 𝑥 + 2 > 0, atau
(ii) 𝑥 − 1 > 0 dan 𝑥 + 2 < 0
 Dari (i) diperoleh:
𝑥 < 1 dan 𝑥 > −2, sehingga

-2 1
 Dari (ii) diperoleh:
𝑥 > 1 dan 𝑥 < −2, sehingga

-2 1
Jadi, 𝐶 = {𝑥 ∈ ℝ ∶ −2 < 𝑥 < 1}

8
KETAKSAMAAN BERNOULLI
Jika 𝑥 > −1, maka
(1 + 𝑥)𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥 ; ∀𝑛 ∈ ℕ
Bukti ;
Dengan menggunakan induksi matematika diperoleh:
𝑃(𝑛): (1 + 𝑥)𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥 ; ∀𝑛 ∈ ℕ
(i) Untuk 𝑛 = 1
𝑃(1): (1 + 𝑥)1 ≥ 1 + 1. 𝑥 ⇔ 1 + 𝑥 ≥ 1 + 𝑥
Jadi, 𝑃(1) terbukti.

(ii) Asumsikan 𝑃(𝑘)benar, yaitu


𝑃(𝑘): (1 + 𝑥)𝑘 ≥ 1 + 𝑘𝑥 ; 𝑘 > 1
(iii) Akan dibuktikan 𝑃(𝑘 + 1) juga benar, yaitu
𝑃(𝑘 + 1): (1 + 𝑥)𝑘+1 ≥ 1 + (𝑘 + 1)𝑥
(1 + 𝑥)𝑘+1 = (1 + 𝑥)𝑘 (1 + 𝑥)
≥ (1 + 𝑘𝑥)(1 + 𝑥) berdasarkan asumsi
= 1 + (𝑘 + 1)𝑥 + 𝑘𝑥 2
≥ 1 + (𝑘 + 1)𝑥
Jadi, terbukti 𝑃(𝑘 + 1) benar.

9
2.2 Nilai Mutlak
2.2.1 Definisi
Jika 𝑎 ∈ ℝ, nilai mutlak 𝑎 dituliskan dengan |𝑎|, yang didefinisikan

dengan
Sebagai contoh, |5| = 5 dan |−8| = 8. Berdasarkan definisi kita akan
melihat bahwa |𝑎| ≥ 0 untuk semua 𝑎 ∈ ℝ. Maka dari itu, |𝑎| = 𝑎 untuk
𝑎 ≥ 0 , dan |𝑎| = −𝑎 untuk 𝑎 < 0.
2.2.2 Teorema
(a) |𝑎𝑏| = |𝑎||𝑏|, untuk 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ
(b) |𝑎|2 = 𝑎2 , untuk 𝑎 ∈ ℝ
(c) Jika 𝑐 ≥ 0, maka |𝑎| ≤ 𝑐 jika hanya jika −𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐
(d) −|𝑎| ≤ 𝑎 ≤ |𝑎|, untuk 𝑎 ∈ ℝ
Pembuktian :
(a) Jika 𝑎 dan/atau 𝑏 adalah 0, maka |𝑎𝑏| dan |𝑎||𝑏| keduanya 0.
Jika 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0, maka 𝑎𝑏 > 0, sehingga |𝑎𝑏| = 𝑎𝑏 = |𝑎||𝑏|
Jika 𝑎 > 0 dan 𝑏 < 0, maka 𝑎𝑏 < 0, sehingga
|𝑎𝑏| = −𝑎𝑏 = 𝑎(−𝑏) = |𝑎||𝑏|
Jika 𝑎 < 0 dan 𝑏 > 0, maka 𝑎𝑏 < 0, sehingga
|𝑎𝑏| = −𝑎𝑏 = (−𝑎)𝑏 = |𝑎||𝑏|
Jika 𝑎 < 0 dan 𝑏 < 0, maka 𝑎𝑏 > 0, sehingga
|𝑎𝑏| = (−𝑎)(−𝑏) = 𝑎𝑏 = |𝑎||𝑏|

(b) Karena 𝑎2 ≥ 0, kita dapat membuat 𝑎2 = |𝑎2 | = |𝑎𝑎| = |𝑎||𝑎| = |𝑎|2


Jika |𝑎| ≤ 𝑐, berdasarkan definisi didapat 𝑎 ≤ 𝑐 dan −𝑎 ≤ 𝑐, yang
ekuivalen dengan 𝑎 ≥ −𝑐, maka dapat ditulis −𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐.
Sebaliknya, jika −𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐, maka dapat dituliskan 𝑎 ≤ 𝑐 dan
−𝑐 ≤ 𝑎, yang ekuivalen dengan −𝑎 ≤ 𝑐, sehingga |𝑎| ≤ 𝑐
(c) Ambil 𝑐 = |𝑎| pada (c) sehingga didapat −|𝑎| ≤ 𝑎 ≤ |𝑎|, untuk 𝑎 ∈ ℝ

10
2.2.3 Ketaksamaan Segitiga
Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, maka |𝑎 + 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏|
Pembuktian :
Berdasarkan Teorema 2.2.2 (d), kita punya −|𝑎| ≤ 𝑎 ≤ |𝑎| dan
−|𝑏| ≤ 𝑏 ≤ |𝑏|, selanjutnya dengan menambahkan kedua ketaksamaan
tersebut, diperoleh
−(|𝑎| + |𝑎|) ≤ 𝑎 + 𝑏 ≤ |𝑎|+|𝑏|
Berdasarkan teorema 2.2.2 (c) diperoleh |𝑎 + 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏|
Terdapat banyak variasi penggunaan Ketaksamaan Segitiga. Berikut ini
dua di antaranya.
2.2.4 Teorema Akibat
Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, maka
(a) ||𝑎| − |𝑏|| ≤ |𝑎 − 𝑏|,
(b) |𝑎 − 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏|
Pembuktian :
(a) Kita dapat menuliskan 𝑎 = 𝑎 − 𝑏 + 𝑏 , kemudian gunakan
ketaksamaan segitiga sehingga diperoleh |𝑎| = |𝑎 − 𝑏 + 𝑏| ≤ |𝑎 − 𝑏| +
|𝑏|, selanjutnya dengan mengurangi |𝑎| tersebut dengan |𝑏| sehingga
berakibat
|𝑎| − |𝑏| ≤ |𝑎 − 𝑏|
Begitupun sebaliknya, dari |𝑏| = |𝑏 − 𝑎 + 𝑎| ≤ |𝑏 − 𝑎| + |𝑎|, sehingga
|𝑏| − |𝑎| ≤ |𝑏 − 𝑎|
Karena itu, kita peroleh dua ketaksamaan yang dapat ditulis
−|𝑎 − 𝑏| = −|𝑏 − 𝑎| ≤ |𝑎| − |𝑏|
Dari kedua ketaksamaan tersebut, dengan menggunakan teorema 2.2.2 (c)
didapat
||𝑎| − |𝑏|| ≤ |𝑎 − 𝑏|
(b) Ganti 𝑏 pada definisi ketaksamaan segitiga dengan – 𝑏, sehingga
diperoleh
|𝑎 − 𝑏| ≤ |𝑎| + |−𝑏|, karena |−𝑏| = |𝑏|, kita peroleh
|𝑎 − 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏|

11
2.2.5 Teorema Akibat
Jika 𝑎1 , 𝑎2 , ⋯ , 𝑎𝑛 ∈ ℝ, maka

|𝑎1 + 𝑎2 + ⋯ + 𝑎𝑛 | ≤ |𝑎1 | + |𝑎2 | + ⋯ + |𝑎𝑛 |

Contoh-contoh berikut mengilustrasikan bagaimana sifat-sifat nilai mutlak


sebelumnya dapat digunakan.
2.2.6 Contoh
(a) Tentukan himpunan A dari 𝑥 ∈ ℝ yang memenuhi |2𝑥 + 3| < 7
Solusi :
Berdasarkan 2.2.2 (c), kita dapat melihat bahwa 𝑥 ∈ ℝ jika dan hanya jika
−7 < 2𝑥 + 3 < 7 , yang dipenuhi jika dan hanya jika −10 < 2𝑥 < 4, kemudian
kita bagi dengan 2, kita dapat menyimpulkan bahwa 𝐴 = {𝑥 ∈ ℝ ∶ −5 < 𝑥 < 2}
(b) Tentukan himpunan 𝐵 = { 𝑥 ∈ ℝ ∶ |𝑥 − 1| < |𝑥|}
Cara pertama, dengan memperhatikan setiap kasus bila tanda mutlak
dihilangkan, maka diperoleh kasus :
(i) 𝑥 ≥ 1, (ii) 0 ≤ 𝑥 < 1, (iii) 𝑥 < 0.
 Pada kasus (i) ketaksamaan menjadi 𝑥 − 1 < 𝑥, yang dapat dipenuhi oleh
semua bilangan real. Akibatnya untuk semua 𝑥 ≥ 1 termuat di 𝐵.
1
 Pada kasus (ii) ketaksamaan menjadi −(𝑥 − 1) < 𝑥, diperoleh 𝑥 > 2,
1
sehingga pada kasus ini semua 2 < 𝑥 < 1 termuat di 𝐵

 Pada kasus (iii) ketaksamaan menjadi – (𝑥 − 1) < −𝑥, yang ekuivalen


dengan 1 < 0. Karena pernyataan tersebut salah, berarti tidak ada nilai
𝑥 yang memenuhi pada kasus (iii).
Berdasarkan ketiga kasus tersebut dpat disimpulkan,
1
𝐵 = {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 > }
2
Cara kedua, berdasarkan fakta bahwa 𝑎 < 𝑏 jika hanya jika 𝑎2 < 𝑏 2 , dengan
𝑎 ≥ 0 dan 𝑏 ≥ 0. Sehingga ketaksamaan
|𝑥 − 1| < |𝑥|
berdasar fakta tersebut maka |𝑥 − 1|2 < |𝑥|2, karena berdasar 2.2.2 (b)
bahwa |𝑎|2 = 𝑎2 untuk setiap 𝑎 ∈ ℝ, maka diperoleh (𝑥 − 1)2 < 𝑥 2 ,

12
kemudian dapat dijabarkan menjadi 𝑥 2 − 2𝑥 + 1 < 𝑥 2 , disederhanakan
1 1
menjadi 𝑥 > 2. Sehingga dapat disimpulkan 𝐵 = {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 > 2}

Gambar 2.2.1 berikut menunjukkan sketsa dari grafik 𝑦 = |𝑥| dan 𝑦 =


|𝑥 − 1|, kemudian kita dapat mengartikan ketaksamaan |𝑥 − 1| < |𝑥| dengan
melihat bahwa grafik 𝑦 = |𝑥 − 1| berada dibawah grafik 𝑦 = |𝑥|.

Gambar 2.2.1 Grafik |𝑥 − 1| < |𝑥|


(c) Tentukan nilai 𝑥 yang memenuhi |2𝑥 − 1| ≤ 𝑥 + 1
Solusi :
1 1
Terdapat dua kasus, (i) 𝑥 ≥ 2, (ii) 𝑥 < 2

 Pada kasus (i), kita dapat menuliskan ulang ketaksamaan tersebut menjadi
1
2𝑥 − 1 ≤ 𝑥 + 1, yang ekuvalen dengan 𝑥 ≤ 2, karena syarat 𝑥 ≥ 2, maka
1
diperoleh 2 ≤ 𝑥 ≤ 2.

 Pada kasus (ii), kita dapat menuliskan ulang ketaksamaan tersebut menjadi
1
−(2𝑥 − 1) ≤ 𝑥 + 1, yang ekuivalen dengan 𝑥 ≥ 0, karena syarat 𝑥 < 2,
1
maka diperoleh 0 ≤ 𝑥 < 2.

13
Berdasarkan 2 kasus tersebut, diperoleh nilai 𝑥 yang memenuhi adalah 0 ≤
𝑥 ≤ 2. Lihat Gambar 2.2.2

Gambar 2.2.2 Grafik |2𝑥 − 1| ≤ 𝑥 + 1


(2𝑥 2 +3𝑥+1)
(d) Misalkan fungis 𝑓 didefinisikan dengan 𝑓(𝑥) = , untuk 2 ≤ 𝑥 ≤ 3,
(2𝑥−1)

tentukan konstanta M sehingga |𝑓(𝑥)| ≤ 𝑀 untuk semua 𝑥 yang memenuhi


2≤𝑥≤3
Solusi :
Kita akan memperhatikan secara terpisah pembilang dan penyebut dari
|2𝑥 2 + 3𝑥 + 1|
|𝑓(𝑥)| =
|2𝑥 − 1|
Berdasarkan Ketaksamaan Segitiga, diperoleh
|2𝑥 2 + 3𝑥 + 1| ≤ 2|𝑥|2 + 3|𝑥| + 1 ≤ 2 ∙ 32 + 3 ∙ 3 + 1 = 28
Karena |𝑥| ≤ 3, untuk 𝑥 yang diperbolehkan
1 1 1 1
≤ ≤ ≤
|2𝑥 − 1| 2|𝑥| − 1 2 ∙ 2 − 1 3
yang ekuivalen dengan |2𝑥 − 1| ≥ 2|𝑥| − 1 ≥ 2 ∙ 2 − 1 ≥ 3,
karena |𝑥| ≥ 2, untuk 𝑥 yang diperbolehkan
Oleh karena itu, untuk 2≤𝑥≤3 diperoleh
28 28
|𝑓(𝑥)| ≤ . Dari hal ini kita dapat menetapkan 𝑀 = . Nilai tersebut
3 3
28
merupakan salah satu konstanta 𝑀, begitupun untuk 𝐻 > juga akan
3
28
memenuhi |𝑓(𝑥)| ≤ 𝐻. Hal ini juga dapat diperhatikan bahwa 3

kemungkinan bukan menjadi bilangan terkecil dari konstanta 𝑀.

14
Garis Bilangan Real
Interpretasi geometri yang umum dan mudah untuk sistem bilangan real adalah
garis bilangan. Pada interpretasi ini, nilai mutlak |𝑎| dengan 𝑎 di ℝ dianggap
sebagai jarak dari 𝑎 ke pusat 0. Lebih umum lagi, jarak antara elemen 𝑎 dan 𝑏 di ℝ
adalah |𝑎 − 𝑏|. (Lihat Gambar 2.2.3)

Gambar 2.2.3 Jarak antara 𝑎 = −2 dan 𝑏 = 3


Selanjutnya, kita akan memerlukan bahasa yang tepat untuk membahas gagasan
suatu bilangan real yang “dekat” pada yang lain. Bila diberikan bilangan real 𝑎,
maka bilangan real 𝑥 dikatakan “dekat” dengan 𝑎 seharusnya diartikan bahwa jarak
antara keduanya 𝑥 – 𝑎 “kecil”. Untuk membahas hal ini, kita akan menggunakan
kata lingkungan, yang akan kita bahas pada tulisan berikutnya.
2.2.7 Definisi
Misalkan 𝑎 ∈ ℝ dan 𝜀 > 0. Maka himpunan persekitaran dari 𝑎 (𝜀-neighborhood
of 𝑎) adalah
𝑉𝜀 (𝑎) = {𝑥 ∈ ℝ ∶ |𝑥 − 𝑎| < 𝜀}
Untuk 𝑎 ∈ ℝ, pernyataan 𝑥 termuat di 𝑉𝜀 (𝑎) ekuivalen dengan (lihat Gambar 2.2.4)
−𝜀 < 𝑥 − 𝑎 < 𝜀 ⇔ 𝑎 − 𝜀 < 𝑥 < 𝜀 + 𝑎

Gambar 2.2.4 himpunan persekitaran dari 𝑎


2.2.8 Teorema
Misalkan 𝑎 ∈ ℝ. Jika 𝑥 termuat dalam persekitaran 𝑉𝜀 (𝑎) untuk setiap 𝜀 > 0, maka
𝑥=𝑎
Bukti :
Jika 𝑥 memenuhi |𝑥 − 𝑎| < 𝜀 untuk setiap 𝜀 > 0, berdasarkan 2.1.9, maka
|𝑥 − 𝑎| = 0, sehingga 𝑥 = 𝑎

15
2.2.9 Contoh
(a) Misalkan 𝑈 = {𝑥 ∶ 0 < 𝑥 < 1}. Jika 𝑎 ∈ 𝑈, misalakan 𝜀 adalah bilangan lebih
kecil dari 𝑎 dan 1 − 𝑎. Maka 𝑉𝜀 (𝑎) termuat di 𝑈. Jadi setiap elemen di
𝑈 mempunyai himpunan persekitaran yang termuat di 𝑈.
(b) Jika 𝐼 = {𝑥 ∶ 0 ≤ 𝑥 ≤ 1} maka untuk sebarang 𝜀 > 0, himpunan persekitaran
𝑉𝜀 (0) memuat titik di luar I, sehingga 𝑉𝜀 (0) tidak termuat dalam I. Sebagai contoh,
𝜀
bilangan 𝑥𝜀 = − 2 termuat di 𝑉𝜀 (0) tetapi tidak di I.

(c) Jika |𝑥 − 𝑎| < 𝜀 dan |𝑦 − 𝑏| < 𝜀, maka berdasarkan Ketaksamaan Segitiga


mengakibatkan,
|(𝑥 + 𝑦) − (𝑎 + 𝑏)| = |(𝑥 − 𝑎) + (𝑦 − 𝑏)|
≤ |𝑥 − 𝑎| + |𝑦 − 𝑏| < 2𝜀
Jika 𝑥, 𝑦 berturut-turut termuat di himpunan persekitaran dari 𝑎, 𝑏 maka 𝑥 + 𝑦
termuat di 2𝜀-himpunan persekitaran( 2𝜀-neighborhood) dari 𝑎 + 𝑏.

DAFTAR RUJUKAN
Bartle, R. G, and Sherbert, D. R. 2011. Introduction to Real Analysis. Fourth
Edition. Kota, Negara: John Wiley & Sons, Inc.

16

Anda mungkin juga menyukai