Disusun oleh:
1
2.1.2 Teorema
(a) Jika 𝑧 dan 𝑎 merupakan elemen-elemen di ℝ dengan 𝑧 + 𝑎 = 𝑎, maka
𝑧=0
(b) Jika a dan 𝑏 ≠ 0 merupakan elemen-elemen di ℝ dengan 𝑢 ∙ 𝑏 = 𝑏,
maka 𝑢 = 1
(c) Jika 𝑎 ∈ ℝ, maka 𝑎 ∙ 0 = 0
Bukti:
(a) Dengan menggunakan (iii), (iv) dan (ii) pada (+, ℝ) diperoleh:
𝑧 = 𝑧 + 0 = 𝑧 + (𝑎 + (−𝑎)) = (𝑧 + 𝑎) + (−𝑎) = 𝑎 + (−𝑎) = 0
∴Terbukti 𝑧 = 0
(b) Dengan menggunakan (iii), (iv) dan (ii) pada (∙ , ℝ) diperoleh:
1 1 1
𝑢 = 𝑢 ∙ 1 = 𝑢 ∙ (𝑏 ∙ ) = (𝑢 ∙ 𝑏) ∙ ( ) = 𝑏 ∙ ( ) = 1
𝑏 𝑏 𝑏
∴Terbukti 𝑢 = 1
(c) Dari (𝑎) diperoleh
𝑎 + 𝑎 ∙ 0 = 𝑎 ∙ 1 + 𝑎 ∙ 0 = 𝑎 ∙ (1 + 0) = 𝑎 ∙ 1 = 𝑎
∴Terbukti 𝑎 ∙ 0 = 0
2.1.3 Teorema
1
(a) Jika 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ∈ ℝ dengan 𝑎 ∙ 𝑏 = 1, maka 𝑏 = 𝑎
2
Karena 𝑎 ∙ 𝑏 = 0 dan dengan menggunakan 2.1.2 (c), diperoleh:
1 1
( ) ∙ (𝑎 ∙ 𝑏) = ( ) ∙ 0 = 0
𝑎 𝑎
∴ Terbukti b = 0
3
Bukti
𝑝
Andaikan 𝑟 ∈ ℚ, maka 𝑟 = 𝑞 , 𝑞 ≠ 0 dengan 𝑝, 𝑞 anggota bilangan bulat.
4
2.1.6 Definisi
Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ
(a) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃, maka dapat ditulis 𝑎 > 𝑏 atau b < 𝑎
(b) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 ∪ {0}, maka dapat ditulis 𝑎 ≥ 0 atau b ≤ 𝑎
Berdasarkan Sifat Trikotomi pada 2.1.5 (iii), ∀𝑎, 𝑏 ∈ ℝ tepat salah satu
dari berikut ini berlaku:
𝑎 > 𝑏, 𝑎 = 𝑏, 𝑎 < 𝑏
2.1.7 Teorema
Misalkan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ
(a) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐, maka 𝑎 > 𝑐
(b) Jika 𝑎 > 𝑏, maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐
(c) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0, maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏
Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0, maka 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏
Bukti
(a) Berdasarkan 2.1.6 (a), karena 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐, maka berlaku
𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan 𝑏 − 𝑐 ∈ 𝑃.
Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan 𝑏 − 𝑐 ∈ 𝑃, maka berdasarkan 2.1.5 (i) diperoleh:
(𝑎 − 𝑏) + (𝑏 − 𝑐) = 𝑎 + ((−𝑏) + 𝑏) + (−𝑐) = 𝑎 − 𝑐 ∈ 𝑃
Karena 𝑎 − 𝑐 ∈ 𝑃, maka 𝑎 > 𝑐 (terbukti)
(b) Berdasarkan 2.1.6 (a) karena 𝑎 > 𝑏, maka berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃
(𝑎 − 𝑏) = (𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑐) ∈ 𝑃
sehingga berdasarkan 2.1.6 (a) diperoleh:
𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐 (terbukti)
(c) Berdasarkan 2.1.6 (a), diperoleh:
1) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan 𝑐 ∈ 𝑃, maka berdasarkan 2.1.5 (ii) diperoleh;
𝑐(𝑎 − 𝑏) = 𝑐𝑎 − 𝑐𝑏 ∈ 𝑃 .
Karena 𝑐𝑎 − 𝑐𝑏 ∈ 𝑃, maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏 (terbukti)
2) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan −𝑐 ∈ 𝑃, maka berdasarkan 2.1.5 (ii) diperoleh:
−𝑐(𝑎 − 𝑏) = −𝑐𝑎 + 𝑐𝑏 = 𝑐𝑏 − 𝑐𝑎 ∈ 𝑃,
Karena 𝑐𝑏 − 𝑐𝑎 ∈ 𝑃, maka 𝑐𝑏 > 𝑐𝑎 ⇔ 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏 (terbukti)
5
2.1.8 Teorema
(a) Jika 𝑎 ∈ ℝ dan 𝑎 ≠ 0, maka 𝑎2 > 0
(b) 1 > 0
(c) Jika 𝑛 ∈ ℕ, maka 𝑛 > 0
Bukti
(a) Dengan menggunakan Sifat Trikotomi, jika 𝑎 ≠ 0 maka 𝑎 ∈ 𝑃 atau
−𝑎 ∈ 𝑃.
Berdasarkan 2.1.5 (ii) diperoleh:
1) Jika 𝑎 ∈ 𝑃, maka 𝑎2 = 𝑎 ∙ 𝑎 ∈ 𝑃
2) Jika −𝑎 ∈ 𝑃, maka 𝑎2 = (−𝑎) ∙ (−𝑎) ∈ 𝑃
Sehingga, jika 𝑎 ≠ 0 maka 𝑎2 > 0 (terbukti).
(b) Dari teorema 2.1.8 (a), jika diambil 𝑎 = 1 maka diperoleh
1 = 1.1 = 12 ∈ 𝑃
Karena 1 ∈ 𝑃, maka 1 > 0 (terbukti).
(c) Jika 𝑛 ∈ ℕ dan 𝑛 ∈ ℕ ∈ ℝ dan didefinisikan sebagai
𝑛 ∶= 1 + 1 + 1 + ⋯ + 1 > 0, maka 𝑛 > 0
Sebantyak n suku
2.1.9 Teorema
Jika 𝑎 ∈ ℝ sedemikian sehingga 0 ≤ 𝑎 < 𝜀 ; ∀𝜀 > 0, maka 𝑎 = 0
Bukti
Andaikan 𝑎 > 0.
1
Jika diambil 𝜀0 = 2 𝑎, maka diperoleh
1
0 < 𝜀0 = 2 𝑎 < 𝑎 (kontradiksi)
2.1.10 Teorema
Jika 𝑎𝑏 > 0, maka salah satu dari dua bentuk berikut akan dipenuhi,
yaitu:
6
(i) 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0, atau
(ii) 𝑎 < 0 dan 𝑏 < 0
Bukti
Jika 𝑎𝑏 > 0, maka berakibat 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ≠ 0.
Karena 𝑎 ≠ 0, maka berdasarkan Sifat Trikotomi berlaku 𝑎 > 0 atau
𝑎 < 0.
1
(a) Jika 𝑎 > 0 maka > 0, dengan demikian diperoleh bahwa
𝑎
1
( ) (𝑎𝑏) > 0 ⇔ 𝑏 > 0
𝑎
1 1
(b) Jika 𝑎 < 0 maka < 0, sehingga − 𝑎 > 0 , dengan demikian
𝑎
diperoleh bahwa
1
(− ) (𝑎𝑏) > 0 ⇔ −𝑏 > 0 ⇔ 𝑏 < 0
𝑎
Contoh Pertidaksamaan
(a) Tentukan himpunan 𝐴 dari semua bilangan riil 𝑥 sedemikian sehingga
2𝑥 + 3 ≤ 6.
Penyelesaian :
3
𝑥 ∈ 𝐴 ⇔ 2𝑥 + 3 ≤ 6 ⇔ 2𝑥 ≤ 6 − 3 ⇔ 2𝑥 ≤ 3 ⇔ 𝑥 ≤
2
3
Jadi, 𝐴 = {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 ≤ 2}
7
(ii) 𝑥 − 1 < 0 dan 𝑥 + 2 < 0
Dari (i) diperoleh:
𝑥 > 1 dan 𝑥 > −2, sehingga
-2 1
Dari (ii) diperoleh:
𝑥 < 1 dan 𝑥 < −2, sehingga
-2 1
Jadi, 𝐵 = {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 > 1} ∪ {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 < −2}
2𝑥+1
(c) Tentukan himpunan 𝐶: = {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥+2 < 1}
2𝑥 + 1 2𝑥 + 1 2𝑥 + 1 (𝑥 + 2)
𝑥∈𝐶⇔ <1⇔ −1<0⇔ − <0
𝑥+2 𝑥+2 𝑥+2 𝑥+2
2𝑥 + 1 − 𝑥 − 2 𝑥−1
⇔ <0 ⇔ <0
𝑥+2 𝑥+2
Berdasarkan akibat 2.1.11, diperoleh:
(i) 𝑥 − 1 < 0 dan 𝑥 + 2 > 0, atau
(ii) 𝑥 − 1 > 0 dan 𝑥 + 2 < 0
Dari (i) diperoleh:
𝑥 < 1 dan 𝑥 > −2, sehingga
-2 1
Dari (ii) diperoleh:
𝑥 > 1 dan 𝑥 < −2, sehingga
-2 1
Jadi, 𝐶 = {𝑥 ∈ ℝ ∶ −2 < 𝑥 < 1}
8
KETAKSAMAAN BERNOULLI
Jika 𝑥 > −1, maka
(1 + 𝑥)𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥 ; ∀𝑛 ∈ ℕ
Bukti ;
Dengan menggunakan induksi matematika diperoleh:
𝑃(𝑛): (1 + 𝑥)𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥 ; ∀𝑛 ∈ ℕ
(i) Untuk 𝑛 = 1
𝑃(1): (1 + 𝑥)1 ≥ 1 + 1. 𝑥 ⇔ 1 + 𝑥 ≥ 1 + 𝑥
Jadi, 𝑃(1) terbukti.
9
2.2 Nilai Mutlak
2.2.1 Definisi
Jika 𝑎 ∈ ℝ, nilai mutlak 𝑎 dituliskan dengan |𝑎|, yang didefinisikan
dengan
Sebagai contoh, |5| = 5 dan |−8| = 8. Berdasarkan definisi kita akan
melihat bahwa |𝑎| ≥ 0 untuk semua 𝑎 ∈ ℝ. Maka dari itu, |𝑎| = 𝑎 untuk
𝑎 ≥ 0 , dan |𝑎| = −𝑎 untuk 𝑎 < 0.
2.2.2 Teorema
(a) |𝑎𝑏| = |𝑎||𝑏|, untuk 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ
(b) |𝑎|2 = 𝑎2 , untuk 𝑎 ∈ ℝ
(c) Jika 𝑐 ≥ 0, maka |𝑎| ≤ 𝑐 jika hanya jika −𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐
(d) −|𝑎| ≤ 𝑎 ≤ |𝑎|, untuk 𝑎 ∈ ℝ
Pembuktian :
(a) Jika 𝑎 dan/atau 𝑏 adalah 0, maka |𝑎𝑏| dan |𝑎||𝑏| keduanya 0.
Jika 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0, maka 𝑎𝑏 > 0, sehingga |𝑎𝑏| = 𝑎𝑏 = |𝑎||𝑏|
Jika 𝑎 > 0 dan 𝑏 < 0, maka 𝑎𝑏 < 0, sehingga
|𝑎𝑏| = −𝑎𝑏 = 𝑎(−𝑏) = |𝑎||𝑏|
Jika 𝑎 < 0 dan 𝑏 > 0, maka 𝑎𝑏 < 0, sehingga
|𝑎𝑏| = −𝑎𝑏 = (−𝑎)𝑏 = |𝑎||𝑏|
Jika 𝑎 < 0 dan 𝑏 < 0, maka 𝑎𝑏 > 0, sehingga
|𝑎𝑏| = (−𝑎)(−𝑏) = 𝑎𝑏 = |𝑎||𝑏|
10
2.2.3 Ketaksamaan Segitiga
Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, maka |𝑎 + 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏|
Pembuktian :
Berdasarkan Teorema 2.2.2 (d), kita punya −|𝑎| ≤ 𝑎 ≤ |𝑎| dan
−|𝑏| ≤ 𝑏 ≤ |𝑏|, selanjutnya dengan menambahkan kedua ketaksamaan
tersebut, diperoleh
−(|𝑎| + |𝑎|) ≤ 𝑎 + 𝑏 ≤ |𝑎|+|𝑏|
Berdasarkan teorema 2.2.2 (c) diperoleh |𝑎 + 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏|
Terdapat banyak variasi penggunaan Ketaksamaan Segitiga. Berikut ini
dua di antaranya.
2.2.4 Teorema Akibat
Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, maka
(a) ||𝑎| − |𝑏|| ≤ |𝑎 − 𝑏|,
(b) |𝑎 − 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏|
Pembuktian :
(a) Kita dapat menuliskan 𝑎 = 𝑎 − 𝑏 + 𝑏 , kemudian gunakan
ketaksamaan segitiga sehingga diperoleh |𝑎| = |𝑎 − 𝑏 + 𝑏| ≤ |𝑎 − 𝑏| +
|𝑏|, selanjutnya dengan mengurangi |𝑎| tersebut dengan |𝑏| sehingga
berakibat
|𝑎| − |𝑏| ≤ |𝑎 − 𝑏|
Begitupun sebaliknya, dari |𝑏| = |𝑏 − 𝑎 + 𝑎| ≤ |𝑏 − 𝑎| + |𝑎|, sehingga
|𝑏| − |𝑎| ≤ |𝑏 − 𝑎|
Karena itu, kita peroleh dua ketaksamaan yang dapat ditulis
−|𝑎 − 𝑏| = −|𝑏 − 𝑎| ≤ |𝑎| − |𝑏|
Dari kedua ketaksamaan tersebut, dengan menggunakan teorema 2.2.2 (c)
didapat
||𝑎| − |𝑏|| ≤ |𝑎 − 𝑏|
(b) Ganti 𝑏 pada definisi ketaksamaan segitiga dengan – 𝑏, sehingga
diperoleh
|𝑎 − 𝑏| ≤ |𝑎| + |−𝑏|, karena |−𝑏| = |𝑏|, kita peroleh
|𝑎 − 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏|
11
2.2.5 Teorema Akibat
Jika 𝑎1 , 𝑎2 , ⋯ , 𝑎𝑛 ∈ ℝ, maka
12
kemudian dapat dijabarkan menjadi 𝑥 2 − 2𝑥 + 1 < 𝑥 2 , disederhanakan
1 1
menjadi 𝑥 > 2. Sehingga dapat disimpulkan 𝐵 = {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 > 2}
Pada kasus (i), kita dapat menuliskan ulang ketaksamaan tersebut menjadi
1
2𝑥 − 1 ≤ 𝑥 + 1, yang ekuvalen dengan 𝑥 ≤ 2, karena syarat 𝑥 ≥ 2, maka
1
diperoleh 2 ≤ 𝑥 ≤ 2.
Pada kasus (ii), kita dapat menuliskan ulang ketaksamaan tersebut menjadi
1
−(2𝑥 − 1) ≤ 𝑥 + 1, yang ekuivalen dengan 𝑥 ≥ 0, karena syarat 𝑥 < 2,
1
maka diperoleh 0 ≤ 𝑥 < 2.
13
Berdasarkan 2 kasus tersebut, diperoleh nilai 𝑥 yang memenuhi adalah 0 ≤
𝑥 ≤ 2. Lihat Gambar 2.2.2
14
Garis Bilangan Real
Interpretasi geometri yang umum dan mudah untuk sistem bilangan real adalah
garis bilangan. Pada interpretasi ini, nilai mutlak |𝑎| dengan 𝑎 di ℝ dianggap
sebagai jarak dari 𝑎 ke pusat 0. Lebih umum lagi, jarak antara elemen 𝑎 dan 𝑏 di ℝ
adalah |𝑎 − 𝑏|. (Lihat Gambar 2.2.3)
15
2.2.9 Contoh
(a) Misalkan 𝑈 = {𝑥 ∶ 0 < 𝑥 < 1}. Jika 𝑎 ∈ 𝑈, misalakan 𝜀 adalah bilangan lebih
kecil dari 𝑎 dan 1 − 𝑎. Maka 𝑉𝜀 (𝑎) termuat di 𝑈. Jadi setiap elemen di
𝑈 mempunyai himpunan persekitaran yang termuat di 𝑈.
(b) Jika 𝐼 = {𝑥 ∶ 0 ≤ 𝑥 ≤ 1} maka untuk sebarang 𝜀 > 0, himpunan persekitaran
𝑉𝜀 (0) memuat titik di luar I, sehingga 𝑉𝜀 (0) tidak termuat dalam I. Sebagai contoh,
𝜀
bilangan 𝑥𝜀 = − 2 termuat di 𝑉𝜀 (0) tetapi tidak di I.
DAFTAR RUJUKAN
Bartle, R. G, and Sherbert, D. R. 2011. Introduction to Real Analysis. Fourth
Edition. Kota, Negara: John Wiley & Sons, Inc.
16