HIMPUNAN
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Humairotin (2031722030)
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Landasan
Matematika tepat waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada guru pembimbing yang selalu
memberikan dukungan dan bimbingannya Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk
memenuhi nilai tugas Landasan Matematika.
Tak hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kata, kami berharap semoga makalah Landasan Matematika ini bisa
memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan
terima kami kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.
2
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
4
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN
5
A. Kardinalitas ……………….........................................................
5
1. Ekivalensi Dua himpunan………………………………
6
2. Himpunan finit dan infinit…………………………........
B. Himpunan Terurut Parsial(Partially Ordered Set atau POSET)... 9
1. Pengertian Poset………………………………………... 9
2. Himpunan Bagian Dari Poset………………………….. 12
3. Elemen Awal Dan Elemen Akhir………………………
14
4. Elemen Minimum dan Elemen Maksimun……………..
15
5. Batas Bawah Dan Batas Atas…………………………...
17
6. Dua Himpunan Yang Similar…………………………...
19
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 23
B. Saran ...........................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 23
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
George Cantor (1845 – 1918) adalah seorang ahli Matematika bangsa Jerman yang pertama
kali mengembangkan teori himpunan. Pada permulaannya konsep mengenai himpunan bertahun-
tahun tidak diterima, tetapi baru tahun 1920 pendapatnya itu dipertimbangkan oleh para ahli
matematika pada waktu itu.
Himpunan adalah konsep dasar semua cabang matematika. Secara intuitif, himpunan
adalah kumpulan objek (konkrit atau abstrak) yang mempunyai syarat tertentu dan jelas. Teori
himpunan membantu kita dalam membandingkan himpunan-himpunan untuk melihat hubungan-
hubungannya. Untuk menyelesaikan persamaan, menggambar grafik, mempelajari peluang atau
kemungkinan, menjelaskan konsep-konsep atau gambar-gambar geometri akan lebih mudah dan
sederhana bila kita menggunakan konsep dan bahasa himpunan.
B.Rumusan Masalah
1. Apa itu Ekivalensi Dua Himpunan ?
2. Apa itu Himpunan Finit Dan Infinit ?
3. Apa Pengertian Poset ?
4. Apa Saja Himpunan Bagian Dari Poset ?
5. Apa itu Elemen Awal Dan Elemen Akhir ?
6. Apa itu Elemen Minimum Dan Elemen Maksimum ?
7. Apa itu Batas Bawah Dan Batas Atas ?
8. Apa itu Himpunan Yang Similar ?
C.Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa itu Ekivalensi Dua Himpunan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa itu Himpunan Finit Dan Infinit
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa Pengertian Poset
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa saja Himpunan Bagian Dari Poset
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa itu Elemen Awal Dan Elemen Akhir
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa itu Elemen Minimum Dan Elemen
Maksimum
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa itu Batas Bawah Dan Batas Atas
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa itu Himpunan Yang Similar
4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Kardinalitas
1. Ekivalensi dua himpunan
Telah kita pelajari pengertian dua himpunan A dan B yang ekivalen, yakni jika a dan
B berkorespomdensi satu-satu. Perhatikan dua himpunan A dan B yang sama banyak
anggotanya berikut ini.
Dengan demikian kita dapat menyatakan ekivalensi dua himpunan dengan cara lain,
yaitu:
Dua himpunan A dan B dikatakan ekivalen jika ada fungsi bijektif dari A ke B
atau dari B ke A.
Contoh
a) A = { 2, 4, 6, 8 } dan B = { p , q , r , s }
5
Keduanya ekivalen. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menghubungkan
elemen dari masing-masing himpunan, atau dengan menunjukkan satu fungsi
bijektif dari A ke B atau dari B ke A. Misal f : A B = { (2,p), ( 4, q) , (6, s) ,
(8, r) }
b) A = { 1, 2, 3, 4, 5, . . . } dan B = { 2, 4, 6, 8, 10, . . . }
Sebenarnya pengertian keduanya telah kita pelajari, tetapi sekarang kita dalami lagi
kedua jenis himpunan tersebut. Untuk itu perhatikan himpunan bilangan asli ini.
A = { 1, 2, 3, 4, 5, . . . }
An= { 1, 2, 3, 4, 5, . . , n }
Himpunan kedua, yaitu Am merupakan himpunan bagian dari himpunan bilangan asli
mulai dari bilangan 1 sampai dengan n.
P = { a, b, c, d, e, f }
Q = { x │x = 1, 3, 5, 7, 9 , . . . }
A = { 1, 2, 3, 4, 5, . . . }
Q = {1, 3, 5, 7, 9 , . . . }
6
Keduanya dapay dikorespondensikan satu-satu; hal ini dapat ditunjukkan dengan
fungsi dari A ke Q, misal f : x 2x – 1 yang bijektif. Jadi A ∞ Q.
Himpunan semacam P itulah yang kita sebut sebagai himpunan finit atau berhingga.
Sedangkan himpunan Q dan R disebut himpunan ibfinit atau tak berhingga ( atau
tak hingga). Namun, jika kita teliti lagi, himpunan Q dan R mempunyai ciri khusus
juga, yakni Q ∞ A sedangkan R ∞ A. /
Contoh:
Himpunan finit: B = { p, q, r, s, t }
U = { x │x = n + 3, n = 1, 2, 3, 4, ... }
7
Himpunan nondenumerable: D { x │ 3 ≤ x ≤ 6 , x bil. real }
Dari uraian dan cntoh tersebut di atas, terlihat ada hal lain yang perlu diperhatikan.
Perhatikan dua himpunan berikut.
A = { 1, 2, 3, 4, 5, ... }
G = { 2, 4, 6, 8, 10, ... }
Kedua himpunan di atas ekivalen bukan? Berarti anggota himpunan tersebut dapat
dipasangkan satu–satu, satu sama lain. Tetapi g adalah himpunan A bukan?
Mungkinkah hal tersebut tersebut jika himpunannya finit? Selanjutnya perhatikan
contoh berikut ini.
Ini berarti bahwa himpunan AB ekivalen dengan himpunan AC. Sedangkan jelas
bahwa panjang AC lebih kecil daripada panjang AB. Jika AB kita rebahkan ke arah
AC akan terlihat bahwa AC menjadi himpunan bagian sejati dari AB. Sekali lagi kita
hadapi ada suatu himpunan yang ekivalen dengan himpunan bagian sejatinya. Hal itu
hanya mungkin jika himpunan itu adalah infinit. (Ada pula buku yang menggunakan
ini sebagai definisi himpunan infinit).
Telah kita ketahui bahwa suatu himpunan H disebut denumerable jika H ekivalen
dengan himpunan bilangan asli A. Dengan demikian kita dapat memberi nomor
(misalnya dalam bentuk indeks) kepada anggota-anggota dari H. Ini sama artinya
8
dengan memasangkan bilangan asli dengan anggota himpunan H. Jadi setiap
himpunan denumerable dapat ditulis sebagai berikut.
Relasi urutan parsial itu seringkali disimbolkan dengan ‘≤’; namun jika tidak
menimbulkan kesalahpahaman seringkali digunakan simbol yang telah biasa
dikenal, yaitu ‘≤’.
Dengan demikian ketiga sifat yang dimiliki oleh relasi urutan parsial R di
1) (∀ a ∈ S). a ≤ a
2) (∀ a, b ∈ S). a ≤ b dan b ≤ a → a = b
3) (∀ a, b, c ∈ S). a ≤ b dan b ≤ c → a ≤ c
(bukankah hal tersebut sudah kita kenal dengan baik? Tetapi ingat bahwa makna
tanda ≤ tidak selalu seperti yang kita kenal selama ini).
(cara pertama dan kedua lebih bersifat umum daripada yang lain).
Dua buah anggota S yang dapat dihubungkan dengan relasi urutan parsial R,
dikatakan bahwa kedua anggota itu dapat dihubungkan. Jadi dua anggota a dan
b dalam himpunan S yang dapat dibandingkan oleh relasi R ditulis a R b atau b R
a. Memperhatikan adanya sifat refleksif, antisimetri (yang menggunakan kata
jika) serta transitif (yang juga menggunakan kata jika), maka jelas bahwa dalam
satu poset dimungkinkan adanya dua elemen atau anggota S yang tidak dapat
dibandingkan.
Suatu himpunan S yang di dalamnya berlaku relasi urutan parsial R, jadi suatu
poset (S,R), yang setiap dua elemennya atau setiap dua anggotanya dapat
dibandingkan disebut suatu himpunan terurut total (totally ordered set) atau
suatu chain.
Baik pula diperhatikan bahwa himpunan S yang kita bicarakan adalah sebarang
himpunan yang tidak kosong, yang berarti bahwa anggota himpunan S tidak
selalu berupa bilangan atau titik (geometris).
Contoh:
10
Penjelasan
Penjelasan
Jika a R b yang berarti a pembagi dari b ditulis dengan a│b, maka untuk
anggota-anggota dari P dapat kita tulis 1│2; 1│3; 1│4; 1│5; 1│6; 1│12;
1│15; 2│4; 2│6; 2v12; 3│6; 3│12; 3│15; 4│12; 5│15; 6│12; dan tentu
jga 1│1; 2│2; 3│3; 4│4; 5│5; 6│6; 12│12; 15│15.
Dalam poset (P,R) di atas terlihat bahwa poset tersebut bukanlah suatu chain,
karena ada elemen atau anggota yang tidak dapat dibandingkan. Misalnya 2 dan 3,
2 bukan pembagi dari 3. Jadi tidak dapat ditulis sebagai 2│3, Demikian juga 3
dan 5 dan masih banyak lagi (coba cari).
11
Dalam diagram di atas juga terlihat bahwa 2│12 benar namun tidak ditunjukkan
secara langsung dengan garis hubung, tetapi ditunjukkan dengan garis hubung
naik dari 2 ke 4 ke 12 atau dari 2 ke 6 ke 12. Ini menunjukkan sifat transitif dari
relasi R itu.
Jika suatu diagram telah dinyatakan sebagai diagram suatu poset, maka tidak
selalu semua garis hubung digambar.
(H, R) tersebut merupakan suatu poset. Dalam poset tersebt kita dapat menuliskan
aRd, karena dari a ke d selalu naik melalui b atau melalui c. Dengan cara
pemikiran yang sama kita juga dapat menulis aRf; cRf dan sebagainya. Hal
tersebut menunjukkan adanya sifat transitif dari relasinya.
12
Perhatikan kembali contoh di atas. H = { a, b, c, d, e, f } dan relasi R yang
terdefinisi dalam diagram berikut ini bermakna xRy jika x = y atau jika bergerak
dari x ke y selalu naik.
13
Akibat
Jika himpuna H suatu chain maka setiap himpunan bagian H juga merupakan
chain.
3. Elemen awal dan elemen akhir
Perhatikan poset (A,≤)
Dalam himpunan A tersebut mungkin terdapat elemen yang mempunyai
kedudukan khusus, yang disebut elemen awal atau elemen akhir, yang
pengertiannya didefinisikan sebagai berikut.
(Catatan: Seringkali untuk elemen awal dan elemen akhir lebih mudah diingat jika
digunakan istilah merendahi sebagai pengganti mendahului; dan istilah mengatasi
sebagai pengganti mengikuti).
Contoh:
a) Poset (H, <) ditunjukkan dengan diagram berikut ini.
14
Dalam poset tersebut a merupakan elemen akhir karena a mengatasi semua
elemen dari H, tetapi H tidak mempunyai elemen awal. Elemen e maupun d
bukanlah elemen awal karena e dan d tidak dapat dibandingkan, artinya kita
dapat menulis e ≤ d maupun d ≤ e.
Akan kita tunjukkan bahwa suatu poset, jika mempunyai elemen awal maka
elemen awal tersebut adalah tunggal.
Pandang poset (A,≤). Andaikan ada dua elemen awal yaitu a dan a’. Menurut
pengertian elemen awal, maka a ∈ A dan a ≤ x untuk setiap x anggota A. Karena
a’ elemen awal juga berarti a’ ∈ A. Jadi haruslah a ≤ a’. Tetapi a’ sendiri elemen
awal berarti a’ ≤ a. Dengan demikian terdapat a ≤ a’ dan a’ ≤ a sehingga haruslah
a = a’. Ini berarti pengandaian adanya dua elemen awal tidak benar atau dengan
kata lain hanya ada satu elemen awal.
Coba tunjukkan bahwa suatu poset, jika mempunyai elemen akhir tersebut adalah
tunggal.
15
Contoh :
a) Suatu poset digambarkan dengan diagram panah di bawah ini.
(H, R) membentuk suatu poset dengan satu titik terasing, yaitu 2, yang tidak
dapat dibandingkan dengan elemen manapun dari H. Tidak ada satu
elemenpun dari H yang murni merendahi 2, dan juga tidak ada satu
elemenpun yang murni mengatasi 2. Jadi 2 merupakan elemen maksimum
sekaligus minimum. Elemen minimum yang lain adalah 3 dan 5. Sedangkan
elemen maksimum yang lain adlah 9 dan 15. H tidak mempunyai elemen awal
maupun akhir.
c) Himpunan terurut total H= {x│0 < x < 3, x bil. real} dengan relasi biasa ≤
Himpunan tersebut tidak mempunyai minimum maupun maksimum.
Catatan
a) Jika A suatu himpunan terurut total (chain), maka A paling banyak dapat
memiliki sebuah elemen minimum. Demikian juga A paling banyak dapat
memiliki sebuah elemen maksimum.
16
b) Setiap poset yang finit paling sedikit memiliki sebuah elemen minimum dan
paling sedikit sebuah elemen maksimum. Sedangkan himpunan terurut yang
infinit belum tentu memiliki elemen minimum atau elemen maksimum.
Jika relasi merendahi, kita simbolkan dengan ≤ , maka pengertian di atas dapat
ditulis:
Dari pengertian tersebut terlihat bahwa suatu poset (A, R’) mungkin tidak
memiliki batas bawah, mungkin memiliki satu batas bawah tetapi mungkin juga
memiliki banyak batas bawah. Demikian juga tentang batas atas. Karenanya
dimungkinkan adanya batas bawah terbesar (bbt) atau greatest lower bound (glb)
yang biasa disebut infimum dan batas atas terkecil (bat) atau least upper bound
(lub) yang biasa disebut supremum (sup).
Untuk lebih mudahnya, infimum dan supremum dapat dinyatakan sebagai berikut.
a) Batas bawah terbesar dari A adalah batas bawah yang mengatasi semua
batas bawah A, ditulis inf(A).
b) Batas atas terkecil dari A adalah batas bawah yang merendahi semua batas
atas A, ditulis sup(A).
17
Memperhatikan pengertian batas bawah maupun batas atas, ternyata batas bawah
maupun batas atas mungkin merupakan anggota A tetapi mungkin juga bukan
anggota A.
Contoh :
18
c) Himpunan H = { 2, 3, 4, 6, 8, 12 } dengan relasi “kelipatan dari” yang
disimbolkan dengan #. Jadi 4 # 2 berarti 4 kelipatan dari 2. Mudah kita
tentukan bahwa (H, #) merupakan suatu poset. Bila S = { 2, 3, 4, 6, 8, 12,
16 }, jelas H himpunan bagian S. Diagram poset (H, #) seperti berikut ini.
Terlihat bahwa H tidak mempunyai batas atas ataupun batas bawah. Karena
tidak berlaku 8 # 12, juga tidak 2 # 3.
19
Untuk g(x) = -x.
Jika x, y ∈ A dan x < y maka g(x) > g(y) dan g(x), g(y) ∈ C. Misalnya: 1 dan 3
anggota A, maka g(1) = -1 dan g(3) = -3 keduanya anggota C, kecuali jika 1 < 3
tetapi -1 > -3.
Dengan demikian meskipun A dan B ekivalen demikian juga A dan C
ekivalen, namun ada perbedaan sifat. Selanjutnya A dan B disebut dua
himpunan yang similar. Sedangkan A dan C meskipun ekivalen tetapi tidak
similar.
Kita dapat mengatakan bahwa dua himpunan terurut disebut similar jika
ada korespondensi satu-satu antara elemen yang sesuai dalam relasi urutan
yang ada. Secara lebih baik, dapat kita katakan sebagai berikut.
Pandang himpunan terurut A dan B.
A similar dengan B (ditulis A ∞ B) jika dan hanya jika ada fungsi f dari A ke B
yang satu-satu dan onto serta memiliki sifat bahwa:
Contoh:
a) Perhatikan H = { 2, 4, 8, 12, 24 } dengan relasi “pembagi dari”
disimbolkan dengan R. Himpunan K = { a, b, c, d, e } dengan relasi yang
ditunjukkan sebagai diagram di bawah ini, yang membentuk suatu poset.
(H,R) juga membentuk suatu poset.
20
Keduanya dapat digambarkan sebagai berikut.
Kedua himpunan H dan K tersebut jelas ekivalen dan banyak fungsi bijektif
yang dapat dibuat dari H ke K. Misalkan relasi pada K kita simbolkan dengan
R’, maka (K,R’) menunjukkan poset.
Sekarang kita pilih fungsi bijektif dari H ke K sedemikian hingga f: H K
memetakan: 2 kepada a
4 kepada b
8 kepada c
12 kepada d
24 kepada e
Dengan demikian terlihat bahwa setiap kita mengambil dua elemen H, kita
akan mendapatkan dua elemen K yang bersesuaian dan berada dalam relasi
R”. Misalnya 2R4 berakibat f(2)R’f(4) dan sebaliknya. Ini berarti bahwa H
dan K similar. (Masih banyak lagi fungsi bijektif yang dapat dibuat dari H ke
K, tetapi tidaklah selalu menunjukkan sifat similar). Cobalah!
b) Sekali lagi kita perhatikan poset (H, R) dalam contoh nomor1 di atas. Dan
sebuah relasi lain 𝑅 −1 yang berarti “kelipatan dari”. Tentu mudah dilihat
bahwa (H, 𝑅 −1 ) juga merupakan suatu poset. (𝑅 −1 juga disebut relasi urutan
invers).
21
Kita buat diagram kedua poset tersebut.
Catatan
Dari uraian dan contoh di atas, bisa dikemukakan beberapa hal penting di bawah
ini.
a) Jika H himpunan terurut total (chain) dan H similar dengan K, maka K juga
merupakan terurut total. (dapat ditunjukkan dengan mengandaikan K tidak
terurut total).
b) Jika himpunan A dan B similar, f: A → B pemetaan silar, maka a merupakan
elemen awal A jhj f(a) merupakan awal B. (ini berlaku juga untuk elemen
akhir; minimum dan maksimum). (dapat ditunjukkan dengan mengandaikan
f(a) bukan elemen awal B sehingga ada elemen B yang merendahi f(a); dan
seterusnya).
c) Similaritas dua himpunan adalah relasi ekivalen
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Himpunan adalah konsep dasar semua cabang matematika. Secara intuitif, himpunan
adalah kumpulan objek (konkrit atau abstrak) yang mempunyai syarat tertentu dan jelas. Teori
himpunan membantu kita dalam membandingkan himpunan-himpunan untuk melihat hubungan-
hubungannya. Untuk menyelesaikan persamaan, menggambar grafik, mempelajari peluang atau
kemungkinan, menjelaskan konsep-konsep atau gambar-gambar geometri akan lebih mudah dan
sederhana bila kita menggunakan konsep dan bahasa himpunan.
Kardinalitas dibagi menjadi 2 yakni:
1. Ekivalensi dua himpunan
2. Himpunan finit dan infinit
DAFTAR PUSTAKA
Sibley, Thomas Q. 2009. The Foundations of Mathematics. United Stated of America: John
Wilwy & Sons, Inc.
23