Anda di halaman 1dari 37

SISTEM KOORDINAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kalkulus Variabel Banyak

Oleh Kelompok 1 :

1. Titin Masturoh (P2A920004)


2. Erwin Saputra (P2A920007)
3. Venty Emma Chahyanti (P2A920011)
4. Amelya Pertama Sari (P2A920029)

Dosen Pengampu:

1. Dr. Jefri Marzal, M.Sc.


2. Dr. Nizlel Huda, M. Kes
3. Dr. Muslim, M.Si.

PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan


serta petunjuk dalam menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem
Koordinat” dengan tepat waktu. Makalah yang telah disusun ini memuat
pembahasan mengenai definisi sistem koordinat, sistem koordinat
kartesius, dan sistem koordinat polar.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Jefri Marzal,


M.Sc, Ibu Dr. Nizlel Huda, M.Kes serta bapak Dr. Muslim, M.Si yang
telah membantu memberi masukan dan ilmu yang diberikan di dalam
maupun di luar kelas. Semoga makalah yang disusun ini dapat dijadikan
sumber referensi mengenai sistem koordinat.

Namun terlepas dari itu, penulis menyadari bahwa makalah ini


jauh dari kata sempurna, baik dalam penulisan ataupun segi isi. Penulis
mengharapkan saran yang bersifat membangun demi tersusunnya makalah
yang lebih baik lagi.

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .................................................................. 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3


2.1 Definisi Sistem Koordinat ................................................................... 3
2.2 Sistem Koordinat Kartesius ............................................................... 26
2.3 Sistem Koordinat Polar ..................................................................... 21

BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 31


3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 31
3.2 Saran................................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika adalah bidang ilmu yang mendasari perkembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Selain itu, matematika juga
mendasari perkembangan berbagai ilmu pengetahuan sains sekaligus ilmu
yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir. Untuk itu, matematika
merupakan ilmu yang penting dipelajari, mulai dari tingkat sekolah dasar
hingga tingkat perguruan tinggi. Selain dipelajari di setiap jenjang
pendidikan di Indonesia khususnya jurusan ilmu alam, matematika juga
dipelajari oleh siswa jurusan ilmu sosial karena keterkaitannya dengan
perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap perkembangan ilmu
sains, sosial, dan teknologi modern tidak dapat lepas dari bahasan
Matematika. Hal ini yang mendasari pentingnya matematika dalam
pembelajaran siswa di sekolah secara keseluruhan dan pemecahan
masalah dalam keseharian siswa.
Kalkulus merupakan salah satu bidang ilmu matematika. Dalam
pembelajaran kalkulus, salah satu konsep yang wajib dipahami adalah
sistem koordinat. Sistem koordinat adalah suatu cara yang digunakan
untuk menentukan letak suatu titik pada bidang (𝑅2 ) atau ruang (𝑅3 ).
Selanjutnya, untuk memperdalam terkait sistem koordinat maka penulis
mengangkat makalah berjudul “Sistem Koordinat”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini
yakni sebagai berikut :
1. Apa definisi sistem koordinat?
2. Bagaimana sistem koordinat kartesius?
3. Bagaimana sistem koordinat polar?

1
2

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini yakni sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi sistem koordinat
2. Untuk mengetahui sistem koordinat kartesius
3. Untuk mengetahui sistem koordinat polar

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini yakni sebagai berikut.
1. Menambah pengetahuan mengenai definisi sistem koordinat
2. Menambah pengetahuan mengenai sistem koordinat kartesius
3. Menambah pengetahuan mengenai sistem koordinat polar
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Koordinat


Sistem koordinat adalah suatu cara yang digunakan untuk
menentukan letak suatu titik pada bidang (𝑅2 ) atau ruang (𝑅3 ). Beberapa
macam sistem kooordinat yang kita kenal antara lain sistem koordinat
kartesius, sistem koordinat kutub, sistem koordinat tabung, sistem
koordinat bola dan sistem koordinat polar. Pada bidang (𝑅2 ), letak titik
pada umumnya dinyatakan dalam koordinat kartesius, koordinat kutub
dan koordinat polar. Sedangkan pada ruang (𝑅3 ) letak suatu titik pada
umumnya dinyatakan dalam koordinat kartesius, koordinat tabung,
koordinat bola, dan koordinat polar.
a. Sistem Koordinat Kartesius

Gambar.1

Terdiri dari sumbu-x, sumbu-y dan titik asal O. Koordinat titik dalam
sistem koordinat kartesius dinyatakan sebagai pasangan bilangan berurutan
(x,y). Dibagi menjadi empat kuadran yaitu

Kuadaran I : sumbu-x positif dan sumbu-y positif


Kuadran II : sumbu-x negatif dan sumbu-y positif
Kuadran III : sumbu-x negatif dan sumbu-y negatif
Kuadran IV : sumbu-x positif dan sumbu-y negatif

3
4

b. Sistem Koordinat Kutub

Sistem koordinat Cartesius, menyatakan bahwa letak titik pada bidang


dinyatakan dengan pasangan ( x, y) , dengan x dan y masing-masing menyatakan
jarak berarah ke sumbu-y dan ke sumbu-x. Pada sistem koordinat kutub, letak
sebarang titik P pada bidang dinyatakan dengan pasangan bilangan real r,  ,
dengan r menyatakan jarak titik P ke titik O (disebut kutub) sedangkan  adalah
sudut antara sinar yang memancar dari titik O melewati titik P dengan sumbu-x
positif (disebut sumbu kutub)

 P(r , )
r

O 

Gambar.2

c. Sistem Koordinat Polar

Gambar.3

Terdiri dari sumbu polar dan polar atau titik asal O. Koordinat titik
dalam sistem koordinat polar dinyatakan sebagai (𝑟,) dengan 𝑟 adalah jari-
jari lingkaran dan 𝜃 merupakan sudut yang terbentuk antara salah satu sinar
dan sumbu polar.
5

d. Sistem Koordinat Tabung

Gambar.4
Sistem koordinat tabung menggunakan koordinat-koordinat polar 𝑟
dan 𝜃 sebagai ganti dari koordinat kartesius 𝑥 dan 𝑦 dalam bidang.
Sedangkan koordinat-z sama seperti dalam koordinat kartesius. Biasanya
diasumsikan 𝑟≥0 dan 0≤𝜃≤2𝜋.

e. Sistem Koordinat Bola

Gambar.5

Sebuah titik 𝑃 mempunyai koordinat bola (𝜌,,) dengan :


𝜌 merupakan jarak titik 𝑃 ke titik asal atau |𝑂𝑃|,
𝜃 merupakan sudut polar yang berpadanan dengan proyeksi 𝑃′ dari 𝑃 ke
bidang-𝑥𝑦, dan
𝜙 merupakan sudut antara sumbu-𝑧 positif dengan ruas garis 𝑂𝑃.
6

2.2 Sistem Koordinat Kartesius


Istilah Kartesius digunakan untuk mengenang ahli matematika
yang berasal dari Perancis yaitu Rene Descartes. Koordinat Kartesius
sangat berpengaruh dalam perkembangan Geometri Analitik, Kalkulus,
dan Kartografi. Pada tahun 1637 dalam karyanya Descartes Discourse
on Method ia memperkenalkan penggambaran posisi titik atau objek
pada sebuah permukaan dengan menggunakan dua sumbu yang saling
tegak lurus antara satu sama lain.

Sistem Koordinat Kartesius adalah dua sumbu yang saling


tegak lurus antara satu dengan lainnya yang terletak pada satu bidang
yaitu xy di mana x sebagai sumbu horizontal atau absis dan y sebagai
sumbu Vertikal atau ordinat dengan titik pertemuan kedua sumbu
disebut titik asal yang diberi label O.

Dalam sistem Koordinat Kartesius terdapat Koordinat Kartesius


bidang dua dimensi dengan memiliki 2 sumbu yaitu x dan y serta
Koordinat Kartesius bidang tiga dimensi dengan memiliki 3 sumbu
yaitu x, y, dan z dimana sumbu z sebagai sumbu yang saling tegak lurus
dengan sumbu x dan sumbu y atau disebut ortogonal.
a. Koordinat Kartesius pada 𝑹𝟐
Sumbu-sumbu Koordinat pada bidang menbagi bidang
tersebut menjadi empat daerah yang disebut kuadran-
kuadran.seperti pada gambar 1. Kuadran I dengan sumbu x positif
dan sumbu y positif, Kudran II dengan sumbu x negatif dan
sumbu y positif, Kuadran III dengan sumbu x negatif dan sumbu y

Gambar.6
7

negatif, dan Kuadran IV dengan sumbu x positif dan sumbu y


negatif. Gambar.6.
Berdasarkan Gambar.6 di atas, terdapat 4 bidang simetris
yang dibatasi oleh sumbu-sumbu koordinat X dan Y, masing-masing
bidang yang dibatasi oleh bidang dinamakan kwadran, sehingga
terdapat 4 kwadran, yaitu kuadran I (x>0, y>0), kwadran II (x<0, y>0),
kwadran III (x<0, y<0), dan kwadran IV (x>0, y<0). Misalkan P(x,y)
sebarang titik pada bidang XOY, maka titik tersebut posisinya dapat
dikwadran I, atau II, atau III, atau kwadran IV tergantung besaran x dan
y. Jika letak titik P(x,y), maka x disebut absis, y disebut ordinat dan
P(x,y) disebut koordinat.
Perhatikan gambar berikut ini.
Misal P(x1,y1) dan terletak di kwadran I hal ini berarti x1 >0 dan y1 >0
Y
P( x1 , y1 )

y1

O(0,0) X
x1 M ( x1 ,0)

Gambar.7

Berdasarkan Gambar.7 di atas, tampak suatu segitiga yaitu OPM yang


salah satu sudutnya siku-siku dititik M. Menurut teorema Pythagoras
OP2 = OM2 + MP2
= (x1-0)2 + (y1-0)2
= x12 + y12

x1  y1
2 2
=

atau ditulis dengan notasi OP  x12  y 22


8

Rumus di atas dinamakan rumus jarak dua titik yang menghubungkan


titik O(0,0) dengan titik P(x 1 ,y 1 ).
Selanjutnya perhatikan gambar berikut.

P( x1 , y1 )

Q( x2 , y2 )

R ( x3 , y 3 )

Gambar.8
Gambar.8 di atas menunjukkan segitiga PQR yang masing-masing titik
sudutnya yaitu P( x1 , y1 ) terletak pada kuadran II, Q( x2 , y2 ) terletak
pada kuadran IV, R( x3 , y 3 ) terletak pada kuadran III dan jarak masing-
masing titik dinyatakan oleh:

1. PQ  ( xQ  xP ) 2  ( yQ  y P ) 2

 ( x 2  x1 ) 2  ( y 2  y1 ) 2

2. PR  ( x R  x P ) 2  ( y R  y P ) 2

 ( x3  x1 ) 2  ( y3  y1 ) 2

3. QR  ( xR  xQ ) 2  ( y R  yQ ) 2

 ( x3  x2 ) 2  ( y3  y1 ) 2

Salah satu contoh penyelesaian soal-soal sistem koordinat kartesius


dalam bentuk soal kontektual seperti menentukan letak benda-benda.
Contohnya dalam permainan catur seperti pada Gambar.9 berikut ini
9

Gambar.9

Dari Gambar.5, bagaimana kedudukan kuda coklat terhadap


meteri putih? Dan bagaimana kedudukan ster putih terhadap king
coklat?. kedua pertanyaan tersebut merupakan implementasi dari
persoalan dalam menentukan kedudukan suatu benda pada papan
catur yang berupa bidang kotak-kotak hitam-putih.

Jika kita amati gambar papan catur tersebut membentuk sebuah


sistem koordinat Kartesius seperti pada gambar berikut ini

Maka posisi kuda coklat berada pada koordinat (e,4) dan (c,6),
posisi Menteri putih pada koordinat (g,5), posisi ster putih pada
koordinat (e,1) dan posisi king coklat pada koordinat (d,8).

Contoh soal, gambar pada kertas berpetak sebuah bidang


koordinat. Tentukan letak titik- titik E(2,2), G(3,0), H(-4,0), M(-3,-
2), R(-2,1) pada bidang koordinat tersebut. Maka penyelesaian soal
tersebut adalah:
10

Gambar.10
Letak titik pada bidang kartesius
Contoh lainnya yaitu pada bidang Koordinat gambarlah titik-titik
(x,y) yaitu pada titik-titik yang koordinat x dan koordinat y yang
memenuhi persamaan x+y=4 dengan x=- 2, -1, 0, 1, 2, dan 3. Maka
penyelesaiannya adalah dengan membuat daftar tabel seperti
berikut:
Tabel.1 pasangan x dan y dari persamaan x+y=4

Persamaan x+y=4 Koordinat x Koordinat y Titik-titik Nama titik

-2+6=4 -2 6 (-2,6) S
-1+5=4 -1 5 (-1,5) U
0+4=4 0 4 (0,4) W
1+3=4 1 3 (1,3) O
2+2=4 2 2 (2,2) Y
3+1=4 3 1 (3,1) A

Dari daftar di atas, terlihat bahwa titik-titik (x,y) yang koordinat y


nya memenuhi persamaan x+y=4, dengan nilai x adalah -2, 01, 0,
1, 2, dan 3 adalah titik-titik S (-2,6), U (-1,5), W (0,4), O (1,3), Y
(2,2), dan A (3,1). Sehingga dapat di buat gambar pada bidang
koordinat berikut.
11

Gambar .11

Titik-titik tersebut jika dihubungkan satu sama lain akan


membentuk garis lurus atau grafik fungsi Linier.

b. Sistem Koordinat Kartesius Pada 𝑹𝟑

Untuk menyatakan posisi sebuah benda di dalam ruang, dibutuhkan suatu


sistem koordinat yang memiliki pusat koordinat dan sumbu koordinat. Sistem
koordinat yang paling umum adalah Koordinat Cartesius. Jika kita berbicara ruang
2 dimensi, maka koordinat Kartesian 2 dimensi memiliki pusat di O dan 2 sumbu
koordinat yang saling tegaklurus, yaitu x dan y. Selanjutnya koordinat Kartesian 2
dimensi dapat diperluas menjadi Kartesian 3 dimensi yang berpusat di O dan
memiliki sumbu x, y dan z. Pada Gambar berikut menyatakan titik P dapat
dinyatakan dalam x, y dan z. OP adalah jarak titik P ke pusat O.

Gambar.12
12

Koordinat Cartesius 3 dimensi (x, y, z) pada Gambar 7 di atas dapat diubah


menjadi Koordinat Tabung dan koordinat bola. Hubungan diantara ketiganya, jika
P(x,y,z) adalah letak titik dalam koordinat Cartesius, maka P(r , , z ) adalah
letak dalam koordinat tabung dan P(  , ,  ) adalah titik dalam koordinat bola
(Spherical Coordinate).
Hubungan ketiga koordinat dapat digambarkan sebagai berikut:

Z Z Z
P( x, y, z ) P( r ,  , z ) P(  ,  ,  )

X  X  X

Y
Y
Y

Gambar.13

c. Sistem Koordinat Tabung pada R3

Sistem koordinat tabung menggunakan koordinat-koordinat polar 𝑟 dan


𝜃 sebagai ganti dari koordinat kartesius 𝑥 dan 𝑦 dalam bidang. Sedangkan
koordinat-z sama seperti dalam koordinat kartesius. Biasanya diasumsikan 𝑟 ≥
0 dan 0 ≤ 𝜃 ≤ 2𝜋.

Gambar.14
13

Hubungan antara koordinat kartesius dan tabung dapat dinyatakan dalam


persamaan berikut.

Kartesius ke tabung Tabung ke kartesius


𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 𝑟 = √𝑥 2 + 𝑦 2
𝑦
𝑦 = 𝑟 sin 𝜃 tan 𝜃 = ⁄𝑥
𝑧=𝑧 𝑧=𝑧

Gambar.15
Contoh:
a. Tentukan koordinat kartesius yang berpadanan dengan koordinat tabung
2𝜋
(4, , 5).
3

b. Tentukan koordinat tabung yang berpadanan dengan koordinat kartesius


(−5,−5, 2).
Penyelesaian:
2𝜋
a. Misalkan (𝑟, 𝜃, 𝑧) = (4, , 5).
3
2𝜋 1
𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 = 4 cos = 4 (− 2) = −2
3
2𝜋 √3
𝑦 = 𝑟 sin 𝜃 = 4 sin = 4 ( 2 )= 2√3
3

𝑧=5
2𝜋
Jadi koordinat kartesius yang berpadanan dengan (4, , 5) adalah (−2, 2√3, 5).
3
14

b. Misalkan (𝑥, 𝑦, 𝑧) = (−5, −5, 2)


𝑟 = √𝑥 2 + 𝑦 2 = √(−5)2 + (−5)2 √25 + 25 = √50 = 5√2
𝑦 −5 5𝜋
Tan 𝜃 = 𝑥 = −5 = 1 (kuadran III) sehingga 𝜃 = 4

𝑧=2
5𝜋
Jadi koordinat tabung yang berpadanan dengan (−5, −5 ,2) adalah = (5√2, , 2).
4

d. Sistem Koordinat Bola pada R3

Sebuah titik 𝑃 mempunyai koordinat bola (𝜌, 𝜃, 𝜙) dengan :

𝜌 merupakan jarak titik 𝑃 ke titik asal atau |𝑂𝑃|,


𝜃 merupakan sudut polar yang berpadanan dengan proyeksi 𝑃′ dari 𝑃 ke bidang-𝑥𝑦,
dan
𝜙 merupakan sudut antara sumbu-𝑧 positif dengan ruas garis 𝑂𝑃.

Hubungan antara koordinat kartesius, polar dan bola


Tabung ke bola Bola ke tabung
Gambar.16
𝜌 = √𝑟 2 + 𝑧 2 𝑟 = 𝜌 sin 𝜙
𝜃=𝜃 𝜃=𝜃
𝑟
Tan 𝜙 = 𝑧 𝑧 = 𝜌 cos 𝜙

Kartesius ke bola Bola ke kartesius


𝜌 = √𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 𝑥 = 𝜌 sin 𝜙 cos 𝜃
𝑦
Tan 𝜃 = 𝑥 𝑦 = 𝜌 sin 𝜙 sin 𝜃
𝑧
Cos 𝜙 = 𝑧 = 𝜌 cos 𝜙
√𝑥 2+𝑦 2 +𝑧 2
15

Contoh:
  2 
1.  8, ,  menyatakan letak titik W dalam koordinat bola. Ubah dan nyatakan
 3 3 
letak titik W dalam koordinat Cartesius dan koordinat tabung.
Jawab
Koordinat Cartesius, koordinat tabung dan koordinat bola mempunyai hubungan
sebagai berikut:

r   sin  atau r  x 2  y 2

 
z   cos
x   sin  cos
y   sin  sin 

  x2  y2  z2

  2   2
sehingga dari titik  8, ,  diketahui   8,  dan  
 3 3  3 3
dan diperoleh

2   3  1 
x  8 sin cos  8.    2 3
 2 
3 3  2 

2   3  3 
y  8 sin sin  8.  
 2   6
3 3  2  
2  1
z  8 cos  8    4
3  2

r   sin
2
3
 3
 8   4 3 atau r  x 2  y 2 
 2 3   6
2 2
 48  4 3
 2 
  2 
Jadi koordinat Cartesius  8, ,
 3 3 
 
 adalah 2 3,6,4) , dan koordinat tabung

  2    
 8, ,  adalah  4 3 , ,4 
 3 3   3 
16

e. Sistem Koordinat Kutub


Sistem koordinat Cartesius, menyatakan bahwa letak titik pada bidang
dinyatakan dengan pasangan ( x, y) , dengan x dan y masing-masing menyatakan
jarak berarah ke sumbu-y dan ke sumbu-x. Pada sistem koordinat kutub, letak
sebarang titik P pada bidang dinyatakan dengan pasangan bilangan real r,  ,
dengan r menyatakan jarak titik P ke titik O (disebut kutub) sedangkan  adalah
sudut antara sinar yang memancar dari titik O melewati titik P dengan sumbu-x
positif (disebut sumbu kutub)

 P(r , )
r

O 

Gambar.17
Berbeda dengan sistem koordinat Cartesius (Rene Descartes: 1596-1650)
dalam koordinat kutub letak suatu titik dapat dinyatakan dalam tak hingga banyak
koordinat. Sebagai contoh, letak titik P(3,  3) dapat digambarkan dengan cara
terlebih dulu melukiskan sinar yang memancar dari titik asal O dengan sudut

sebesar radian terhadap sumbu mendatar arah positif. Kemudian titik P terletak
3
pada sinar tadi dan berjarak 3 satuan dari titik asal O (lihat Gambar 17 (a)). Titik
P dapat pula dinyatakan dalam koordinat 3,  3  2k  , dengan k bilangan bulat

(lihat Gambar 17 (b)). Mudah ditunjukkan pula bahwa koordinat  3, 4 3 pun


juga menggambarkan titik P (lihat Gambar 17 (c)). Pada koordinat yang terakhir,
jarak bertanda negatif. Hal ini dikarenakan titik P terletak pada bayangan sinar
OP  .
17

P(3,  3) P(3,  3  2k )

3 3

 3  2k
 3
Gambar. 17(b)
Gambar. 17(a)

P(3, 4 3)

4 3

P
Gambar.17(c)

Secara umum, jika r,  menyatakan koordinat kutub suatu titik maka koordinat
titik tersebut dapat pula dinyatakan sebagai berikut:
r,  2k  atau  r,  (2k  1)  dengan k bilangan bulat.
Kutub mempunyai koordinat (0, ) dengan  sebarang bilangan. Hubungan
Antara Sistem Koordinat Cartesius dan Sistem Koordinat Kutub Suatu titik P
berkoordinat ( x, y) dalam sistem koordinat Cartesius dan (r , ) dalam sistem
koordinat kutub. Apabila kutub dan titik asal diimpitkan, demikian pula sumbu
kutub dan sumbu-x positif juga diimpitkan, maka kedudukan titik dapat
digambarkan sebagai berikut.
18

P( x, y)  (r , )

r r
 X
O r

Gambar.18

Dari rumus segitiga diperoleh hubungan sebagai berikut:


(1.1) x  r cos y  r sin  atau:

 y  x
(1.2) r  x 2  y 2   arcsin    arccos 
r r
Contoh
1) Nyatakan ke dalam system koordinat Cartesius.
 2     5 
a. A 4,  b. B  5,  c. C   3, 
 3   4  6 
Jawab
Dengan menggunakan persamaan (1.1):
2 2
a. x  4 cos  2 y  4 sin 2 3.
3 3

Jadi, A  2,2 3 . 

 5  5
b. x  5 cos  2 y  5 sin  2.
4 2 4 2
 5 5 
Jadi, dalam system koordinat Cartesius B  2 , 2.
 2 2 
19

 5  3  5  3
c. x  3 cos   3 y  3 sin    .
 6  2  6  2
3 3
Jadi, C  2,  .
2 2

Apabila x  0 maka persamaan (1.2) dapat dinyatakan sebagai:


 y
(1.3) r 2  x 2  y 2   arctan , x  0
x
y
Hati-hati apabila menggunakan persamaan (1.3), karena   arctan akan
x
memberikan 2 nilai  yang berbeda, 0    2 . Untuk menentukan nilai  yang
benar perlu diperhatikan letak titik P, apakah di kwadran I atau II, ataukah

dikwadran II atau IV. Apabila dipilih nilai  yang lain, maka r   x 2  y 2 .

1) Nyatakan ke dalam sistem koordinat kutub:


a. P4,4 b. Q(4,4)

Penyelesaian: Dari persamaan (1.3), diperoleh:

a. r   4 2  (4) 2  4 2

4 3 7
  arctan  atau
4 4 4
Selanjutnya, karena letak titik P di kwadran IV, maka:
7
r  4 2 dengan   , atau
4
3
r  4 2 dengan   .
4
 7   3 
Jadi, P 4 2 ,  atau P  4 2 ,  .
 4   4 

b. r   (4) 2  4 2  4 2

 4 3 7
  arctan  atau
4 4 4
20

Selanjutnya, karena letak titik Q di kwadran II, maka:


3
r  4 2 dengan   , atau
4
7
r  4 2 dengan   .
4
 3   7 
Jadi, Q 4 2 ,  atau Q  4 2 , .
 4   4 

2).Nyatakan persamaan r  2a sin  ke dalam sistem koordinat Cartesius.


Jawab :
Jika ke dua ruas persamaan di atas dikalikan dengan r maka diperoleh:

r 2  2a(r sin  )

Selanjutnya, karena r 2  x 2  y 2 dan r sin   y maka:

x 2  y 2  2ay
 x 2  y 2  2ay  0,

yaitu persamaan lingkaran dengan pusat (0, a) dan jari-jari a .

3)Nyatakan x 2  4 y 2  16 ke dalam system koordinat kutub.


Penyelesaian: Dengan substitusi x  r cos dan y  r sin  maka diperoleh:

r 2 cos2   4r 2 sin 2   16

 r 2 (1  3 sin 2  )  16.
21

2.2 Sistem Koordinat Polar


Dua orang Perancis, yaitu Pierre de Fermat (1601-1665) dan Rene
Descrates (1596-1650), memperkenalkan apa yang kita sebut sistem kooordinat
Cartesius atau persegi panjang. Dasar pemikiran mereka ialah untuk merinci
setiap titik P di bidang dengan jalan memberikan dua bilangan (𝑥, 𝑦), jarak
berarah dari sepasang sumbu yang tegak lurus dengan sesamanya.
Gagasan ini sampai sekarang demikian umumnya sehingga kita
menggunakannya hampir tanpa berpikir. Namun ini adalah gagasan mendasar
dalam geometri analitis dan memungkinkan pengembangan kalkulus seperti
yang kita capai hingga saat ini.Pemberian jarak berarah dari sepasang sumbu
yang tegak lurus bukanlah satu-satunya jalan untuk merinci suatu titik. Cara lain
untuk melakukan ini adalah dengan memberikan apa yang disebut koordinat
polar.
Koordinat polar dimulai dengan sebuah setengah garis tetap, disebut
sumbu polar, memancar dari sebuah titik tetap O, disebut polar atau titik asal
(lihat gambar 2). Sumbu polar dipilih horizontal dan
mengarah ke kanan dan oleh sebab itu sumbu ini dapat
disamakan dengan sumbu x-positif pada sebuah koordinat
siku – siku. Sebarang titik P (selain polar) adalah
perpotongan anatar sebuah lingkaran tunggal yang
berpusat di O dan sebuah sinar tunggal yang memancar
dari O. Jika r adalah jari-jari lingkaran dan adalah salah
satu sudut antara sinar dan sumbu polar, maka (r,Ѳ) adalah sepasang koordinat
polar untuk P.
Dalam koordinat polar, r negatif menyatakan bahwa sinar yang
berlawanan dari sisi akhir Ѳ dan |𝑟| satuan dari titik asal. Contoh-contoh
2
dari persamaan polar adalah 𝑟 = 8 sin 𝜃 dan 𝑟 = 1−𝑐𝑜𝑠 𝜃. Persamaan polar

dapat dibuat dalam bentuk grafik persamaan polar dimana grafik persamaan
polar adalah himpunan titik-titik, masing-masing mempunyai paling sedikit
sepasang koordinat polar yang memenuhi persamaan polar tersebut.
22

Cara yang paling mendasar untuk mensketsakan grafik ialah menyusun tabel
nilai – nilai, plot titik – titik yang berpadanan, kemudian menghubungkan titik-
titik ini dengan kurva mulus.

a. Hubungan Koordinat Cartesius

Kita andaikan bahwa sumbu polar berimpit dengan sumbu x-positif


sistem Cartesius. Maka koordinat polar (𝑟, Ѳ) sebuah titik 𝑃 dan koordinat
Cartesius (𝑥, 𝑦) titik yang sama itu dihubungkan oleh persamaan

Polar ke Cartesius Cartesius ke Polar

𝒙 = 𝒓 𝒄𝒐𝒔 𝜽 𝒓 𝟐 = 𝒙𝟐 + 𝒚𝟐

𝒚 = 𝒓 𝒔𝒊𝒏 𝜽 𝒚
𝒕𝒂𝒏 𝜽 =
𝒙

Contoh :
𝜋
Carilah koordinat Cartesius yang berpadanan dengan (4, 6 ) dan koordinat polar

yang berpadanan dengan (-3,√3 ) !


Penyelesaian :
𝜋
Jika (𝑟, Ѳ) = (4, 6 ) maka :

𝜋 √3
𝑥 = 4 cos 6 = 4. = 2 √3
2

𝜋 1
𝑦 = 4 sin 6 = 4. 2 = 2

Jika (𝑥, 𝑦) = (−3, √3 ), maka:


𝟐
𝒓𝟐 = (−𝟑)𝟐 + (√3) = 𝟏𝟐
√3
𝒕𝒂𝒏 𝜽 = −𝟑
𝜋 −𝜋
Satu nilai (𝑟, Ѳ) adalah (2√3 , 5 6 ). Lainnya adalah (−2√3 , 6
).

b. Persamaan Polar untuk Garis, Lingkaran, dan Konik


Jika sebuah garis melalui polar, persamaannya adalah 𝜃 = 𝜃0 . Apabila
garis tidak melalui polar, maka garis
23

Gambar.19
tersebut berjarak misalnya 𝑑 dari kutub 𝑑 > 0. Andaikan 𝜃0 sudut antara sumbu
polar dan garis tegaklurus dari polar pada garis itu (Figure 9). Apabila 𝑃(𝑟, 𝜃)
𝑑
sebuah titik pada garis, maka cos(𝜃 − 𝜃0 ) = 𝑟 , atau apabila sebuah lingkaran

dengan jari-jari 𝑎 berpusat di polar, persamaannya adalah 𝑟 = 𝑎. Apabila


pusatnya di (𝑟0 , 𝜃0 ), persamaannya agak rumit, kecuali kalau
𝑑
𝐺𝑎𝑟𝑖𝑠: 𝑟 =
cos(𝜃 − 𝜃0 )

kita pilih 𝑟0 = 𝑎. (Figure 10). Maka menurut hukum kosinus, 𝑎2 = 𝑟 2 + 𝑎2 −


2𝑟𝑎 cos(𝜃 − 𝜃0 ) yang dapat disederhanakan menjadi
𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛: 𝑟 = 2𝑟𝑎 cos(𝜃 − 𝜃0 )
𝜋
Suatu hal yang menarik jika 𝜃0 = 0 dan 𝜃0 = 2 . Yang pertama menghasilkan
𝜋
persamaan 𝑟 = 2𝑎 cos 𝜃 ; yang kedua menghasilkan 𝑟 = 2𝑎 cos(𝜃 − 2 ) atau 𝑟 =

2𝑎 sin 𝜃. Persamaan terakhir hendaknya dibandingkan dengan contoh 1.


Akhirnya kalau sebuah konik (elips, parabol, atau hiperbol) diletakkan
sedemikian hingga fokusnya berada di polar, garis arahnya berjaark satuan
dari kutub (Figure 11), maka dengan menggunakan definisi konik, yaitu
|𝑃𝐹 | = 𝑒|𝑃𝐿|kita akan memperoleh
𝑟 = 𝑒[𝑑 − 𝑟 𝑐𝑜𝑠(𝜃 − 𝜃0 )]
Atau, secara analitik setara
𝑒𝑑
𝐾𝑜𝑛𝑖𝑘: 𝑟 = ]
1+𝑒 cos(𝜃−𝜃0 )
24

𝜋
Ada lagi kasus yang menarik, yaitu untuk 𝜃0 = 0 dan 𝜃0 = 2 . Perhatikan

bahwa apabila 𝑒 = 1 dan 𝜃0 = 0 kita memperoleh persamaan dalam contoh 2.


Contoh
1
Contoh 1: Tentukan persamaan elips mendatar dengan keeksentrikan , berfokus
2

di polar dan dengan garis arah tegak yang jaraknya 10 satuan di sebelah kanan
polar.
Penyelesaian:
1
.10 10
2
𝑟= 1 =
1+ cos 𝜃 2+cos 𝜃
2
25

Contoh 2: Tentukan jenis konik dan gambarkan grafik yang persamaannya


7
𝑟 = 2+4 sin 𝜃

Penyelesaian kita tulis persamaan itu dalam bentuk baku sebagai berikut.

7 7
7 2( )
2 2
𝑟 = 2+4 sin 𝜃 = = 1+2 sin 𝜃
1+2 sin 𝜃

Yang kita kenal sebagai koordinat polar


menggambarkan sebuah hiperbol dengan
𝑒 = 2, berfokus di polar dan dengan
7
garis arah yang mendatar, sejauh satuan
4

di atas sumbu polar

( Figure 12).

c. Grafik Persamaan Polar


Persamaan polar yang ditinjau dalam sebelumnya menuju ke grafik-
grafik yang dikenal, terutama garis, lingkaran, dan konik. Sekarang kita
mengalihkan perhatian kita pada grafik-grafik yang lebik eksotis – kardioida,
limason, lemniskat, mawar, dan spiral. Persamaan-persamaan Cartesius
padanannya agak rumit. Beberapa kurva memiliki persamaan sederhana dalam
suatu system; kurva- kurva ini mmiliki persamaan sederhana dalam system yang
kedua. Sifat simetri dapat membantu kita memahami sebuah grafik. Berikut
beberapa uji yang cukup untuk kesimetrian dalam koordinat polar. Diagram-
diagram akan membantu Anda mengembangkan validitas mereka.

1. Grafik persamaan polar simetri terhadap sumbu-x (sumbu polar) jiak


penggantian (𝑟, 𝜃) atau oleh ( − 𝑟, 𝜋 − 𝜃 ) memnghasilkan persamaan yang
ekuivalen.
26

Gambar.20

2. Grafik persamaan polar simetri terhadap sumbu-y (gari s = /2) jika penggantian
(𝑟, 𝜃) oleh (−𝑟, − 𝜃) atau oleh ( 𝑟, 𝜋 − 𝜃 ) menghasilkan persamaan ekuivalen.

Gambar.21

3. Grafik persamaan polar simetris terhadap titik asal (polar), jika pengganti (𝑟, 𝜃)
oleh (−𝑟, 𝜃)atau oleh ( 𝑟, 𝜋 + 𝜃 )menghasilkan persamaan yang ekuivalen.

Gambar.22

Karena pernyataan ganda titik-titik di dalam koordinat polar, maka mungkin


terdapat simetri-simetri yang tidak teridentifikasi oleh ketiga tes ini.

Kardioida dan Limason


kita tinjau persamaan yang berbentuk
𝑟 = 𝑎 ± 𝑏 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑟 = 𝑎 ± 𝑏 sin 𝜃
27

dengan a dan b positif. Grafik mereka dinamakan limason, dengan khusus untuk
𝑎 = 𝑏 disebut sebagai kardioda.

Gambar.23
Contoh

Analisis persamaan 𝑟 = 2 + 4 𝑐𝑜𝑠 𝜃 untuk simetri dan sketsakan grafiknya.

Penyelesaian: Karena kosinus adalah fungsi genap (𝑐𝑜𝑠(− 𝜃) = 𝑐𝑜𝑠𝜃 ), grafik


simetris terhadap sumbu-x. Pengujian simetri yang lain gagal.

Gambar.24

Lemniskat Grafik dari


𝑟 2 = ± 𝑎 𝑐𝑜𝑠 2𝜃 𝑟 2 = ± 𝑎 𝑠𝑖𝑛 2𝜃
berupa kurva berbentuk-angka-delapan dinamakan lemniskat.

Contoh
Analisis persamaan 𝑟 2 = 8 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 untuk simetri dan sketsakan grafiknya
Penyelesaian: Karena 𝑐𝑜𝑠(−2 𝜃) = 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 dan

𝑐𝑜𝑠 [2 (𝜋 − 𝜃 ) ] = 𝑐𝑜𝑠 (2𝜋 − 2𝜃 ) = 𝑐𝑜𝑠(−2𝜃 ) = 𝑐𝑜𝑠 2𝜃 maka grafik


simetris terhadap kedua sumbu. Jelas, garfik simetri juga terdapat titik asal.
28

Gamabar.25

Mawar Persamaan polar yang berbentuk

𝑟 = 𝑎 𝑐𝑜𝑠 𝑛𝜃 𝑟 = 𝑎 𝑠𝑖𝑛 𝑛𝜃
menyatakan kurva-kurva berbentuk bunga yang dinamakan mawar. Mawar
memiliki n daun jika n gasal dan 2n daun jika n genap.

d. Kalkulus Dalam Koordinat Polar


Luas dalam Koordinat Polar
Untuk memulai, misalkan 𝑟 = 𝑓(𝜃) menentukan sebuah kurva di bidang,
dengan fungsi kontinu, tak-negatif untuk ∝≤ 𝜃 ≤ 𝛽 dan 𝛽 − 𝛼 ≤ 2𝜋. Kurva-
kurva 𝑟 = 𝑓(𝜃), 𝜃 = 𝛼, dan 𝜃 = 𝛽 dan membatasi daerah R (yang
diperlihatkan di bagian kiri dalam Gambar 26). Yang luasnya A(R) ingin kita
temukan.

Gambar 26
29

Partisikan interval [∝, ∝ ] menjadi n interval bagian menggunakan sarana


bilangan-bilangan 𝛼 = 𝜃0 < 𝜃1 ≤< 𝜃2 < ⋯ < 𝜃𝑛 = 𝛽dengan demikian mengiris
daerah R menjadi n daerah berbentuk kue yang lebih kecil, yaitu
𝑅1 , 𝑅2 , … 𝑅𝑛, seperti diperlihatkan dalam paruhan kanan Gambar 26.
Jelas 𝐴(𝑅) = 𝐴(𝑅1 ) + 𝐴(𝑅2 ) + ⋯ + 𝐴(𝑅𝑛 )
Kita aproksimasi luas irisan ke-I, 𝐴(𝑅1 ); kenyataannya kita melakukannya
dalam dua cara. Pada interval ke-I [𝜃𝑖−1 , 𝜃𝑖 ], misalkan𝑓mencapai nilai
minimumnya dan nilai maksimumnya,masing-masing di 𝑢𝑖 dan 𝑣𝑖 ( Gambar
27). Jadi,jika

Gambar.27

Sehingga

Anggota pertama dan ketiga pertidaksamaan ini adalah jumlah Riemann


𝛽 1 2
untuk integral yang sama: ∫𝛼 2 [𝑓 (𝜃)] 𝑑𝜃. Ketika norma pastisi kita biarkan

menuju nol,kita peroleh (dengan menggunakan Teorema Apit) rumus luas


30

e. Garis Singgung dalam Koordinat Polar

Dalam koordinat Cartesius, kemiringan m dari garis singgung pada suatu


𝑑𝑦 𝑑𝑦
kurva diberikan oleh 𝑚 = 𝑑𝑥
. Dengan cepat kita menolak 𝑑𝜃
sebagai rumus

kemiringan yang berpadanan dalam koordinat polar. Lebih baik. Jika 𝑟 =


𝑓 (𝜃) menentukan kurva , kita tuliskan
𝑦 = 𝑟 𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 𝑓(𝜃) 𝑠𝑖𝑛𝜃

𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 = 𝑓(𝜃) cos 𝜃

jadi,

∆𝑦 𝑑𝑦
𝑑𝑦 ∆𝑦 ∆𝜃 𝑑𝜃
= 𝑙𝑖𝑚∆𝑥→0 ∆𝑥 = 𝑙𝑖𝑚∆𝑥→0 ∆𝑥 = 𝑑𝑥
𝑑𝑥
∆𝜃 𝑑𝜃

Yakni,
𝑓(𝜃)𝑐𝑜𝑠𝜃+𝑓′ (𝜃)𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑚 = −𝑓(𝜃)𝑠𝑖𝑛𝜃+𝑓′ (𝜃)𝑐𝑜𝑠𝜃

Rumus yang baru saja diturunkan menjadi sederhana jika grafik 𝑟 = 𝑓𝜃 melalui
polar. Sebagai contoh, andaikan untuk sudut 𝛼, 𝑟 = 𝑓 (𝛼) = 0 dan 𝑓’ (𝛼) ≠ 0.
Maka ( di polar tersebut ) rumus kita untuk m adalah

𝑓 ′ (𝛼 ) 𝑠𝑖𝑛 𝛼
𝑚= = 𝑡𝑎𝑛𝛼
𝑓 ′ (𝛼 ) 𝑐𝑜𝑠 𝛼
Karena garis = 𝛼 juga memiliki kemiringan 𝑡𝑎𝑛 𝛼, kita simpulkan bahwa garis
ini menyinggung kurva di polar. Kita memutuskan fakta yang berguna bahwa
garis – garis singgung di titik polar dapat dicari dengan menyelesaikan
persamaan𝑓 (𝜃) = 0
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem koordinat adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan


letak suatu titik pada bidang (𝑅2 ) atau ruang (𝑅3 ). Beberapa macam
sistem kooordinat yang kita kenal antara lain sistem koordinat kartesius,
sistem koordinat kutub, sistem koordinat tabung, sistem koordinat bola
dan sistem koordinat polar.
2. Sistem Koordinat
a. Sistem koordinat kartesius di 𝑅2 bidang dua dimensi dengan
memiliki 2 sumbu yaitu x dan y dan 𝑅3 bidang tiga dimensi
dengan memiliki 3 sumbu yaitu x, y, dan z dimana sumbu z
sebagai sumbu yang saling tegak lurus dengan sumbu x dan
sumbu y atau disebut ortogonal.

b. Pada sistem koordinat kutub letak sebarang titik P pada bidang


dinyatakan dengan pasangan bilangan real r,  , dengan r
menyatakan jarak titik P ke titik O (disebut kutub) sedangkan 
adalah sudut antara sinar yang memancar dari titik O melewati
titik P dengan sumbu-x positif (disebut sumbu kutub).

c. Hubungan antara koordinat kartesius dan tabung dapat


dinyatakan dalam persamaan berikut :

Kartesius ke tabung Tabung ke kartesius


𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 𝑟 = √𝑥 2 + 𝑦 2
𝑦
𝑦 = 𝑟 sin 𝜃 tan 𝜃 = 𝑥
𝑧=𝑧 𝑧=𝑧

31
32

d. Hubungan antara koordinat bola dengan koordinat kartesius dan


koordinat tabung dapaat dinyatakan dalam persamaan berikut.
Tabung ke bola Bola ke tabung
𝜌 = √𝑟 2 + 𝑧 2 𝑟 = 𝜌 sin 𝜙
𝜃=𝜃 𝜃=𝜃
𝑟
Tan 𝜙 = 𝑧 𝑧 = 𝜌 cos 𝜙

Kartesius ke bola Bola ke kartesius


𝜌 = √𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 𝑥 = 𝜌 sin 𝜙 cos 𝜃
𝑦
Tan 𝜃 = 𝑥 𝑦 = 𝜌 sin 𝜙 sin 𝜃
𝑧
Cos 𝜙 = 𝑧 = 𝜌 cos 𝜙
√𝑥 2+𝑦 2+𝑧 2
3. Sistem Koordinat Polar
a. Sebarang titik P (selain polar) adalah perpotongan anatar sebuah
lingkaran tunggal yang berpusat di O dan sebuah sinar tunggal
yang memancar dari O. Jika r adalah jari-jari lingkaran dan 𝜃
adalah salah satu sudut antara sinar dan sumbu polar, maka (𝒓, Ѳ)
adalah sepasang koordinat polar untuk P. Maka koordinat polar
(𝑟, Ѳ) sebuah titik P dan koordinat Cartesius (𝑥, 𝑦) titik yang sama
itu dihubungkan oleh persamaan
 Polar ke Cartesius Cartesius ke Polar

𝒙 = 𝒓 𝒄𝒐𝒔 𝜽 𝒓𝟐 = 𝒙 𝟐 + 𝒚 𝟐

𝒚 = 𝒓 𝒔𝒊𝒏 𝜽 𝒚
𝒕𝒂𝒏 𝜽 =
𝒙

b. Grafik persamaan polar dibagi menjadi grafik kadiodida,


limason, lemniskat, mawar dan spiral.

c. Perpotongan kurva dalam koordinat polar diperoleh dengan


menyelesaikan persamaan polar secara simultan dan
menggambarkan grafik dua persamaan tersebut untuk
kemungkinan titik potong yang lain.
𝛽1
d. Luas dalam koordinat polar, yaitu ∫𝛼 2 [𝑓 (𝜃)] 𝑑𝜃.
2

e. Garis singgung dalam koordinat polar dapat dicari melalui


kemiringan kurva polar tersebut.
33

3.2. Saran
Diharapkan untuk materi sistem koordinat kartesius dan sistem
koordinat polar yang lainnya agar lebih banyak literaturnya dan bahasanya
agar lebih mudah dipahami oleh mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Era Dewi. 2018. Kalkulus Peubah banyak. Malang

Purnomo, Dwi. 2008. Kalkulus Peubah Banyak. Malang

Vaberg. Purcell. Fligdon. 2011. Calculus Ninth Edition. Jakarta: Gelora


Aksara Pratama

34

Anda mungkin juga menyukai