Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Matematika DISKRIT

K-MAP,GRAPH,ALGORITMA,dan BILANGAN BULAT


DOSEN PENGAMPU :

OLEH :

Retno Setyawati (181240000852)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA


JEPARA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi
petunjuk dan kekuatan kepada saya sehingga makalah, “Matematika DISKRIT” ini dapat
diselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Matematika Diskrit di
AMIK “UNISNU” Jepara.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada ….dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan,
bimbingan dan arahan kepada penyusun.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala
saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Jepara, Januari 2019

Penyusun,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................1

Daftar Isi........................................................................................................2

PEMBAHASAN

Pertemuan 1. Peta Karnaugh/K-map..............................................................3

Pertemuan 2. Graph .......................................................................................5

Pertemuan 3. Algoritma dan bilangan bulat...................................................9

PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………………16

Saran………………………………………………………………………..16

2
Pertemuan 1

Karnaugh Map atau Peta Karnaugh


Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melakukan penyederhanaan terhadap sebuah
persamaan logika. Salah satu cara yang cukup terkenal adalah dengan menggunakan teori
Karnaugh Map atau peta karnaugh. Bagi anda yang tidak suka menyederhakan rangkaian
logika menggunakan hukum Boolean dan De Morgan anda bisa menggunakan cara yang
satu ini. Berikut ini adalah penjelasan dari cara Karnaugh map dalam melakukan
penyederhanaan sebuah persamaan logika.

K-Map 2 variabel
Kita ambil 2 (dua) variable A dan B, dari kedua variable ini kemungkinan yang terjadi adalah
4 buah kemungkinan, dalam K-Map penyelesaiannya adalah dengan menggunakan 4 kotak
dan setiap kotak merupakan jalinan antara variable atau antara negasi dari variable. (lihat
table berikut).

Koordinat antara A dan B merupakan konjungsi, biasanya bernilai 0 atau 1, untuk menuliskan
aljabar boole diambil kotak bernilai 1 saja:

Berikut terdapat 3 kotak bernilai 1:

3
Dalam K-Map dapat pula diterapkan system kelompok mendatar atau kelompok vertical,
berikut menunjukan pengelompokan mendatar dan vertical.
Pengelompokan mendatar:

Pengelompokan vertikal:

Pengelompokan kombinasi:

4
K-Map 3 variabel
Kita ambil 3 (dua) variable A, B dan C, dari kedua variable ini kemungkinan yang terjadi
adalah 8 buah kemungkinan, dalam K-Map penyelesaiannya adalah dengan menggunakan 8
kotak dan setiap kotak merupakan jalinan antara variable atau antara negasi dari variable.
(lihat table berikut).

Untuk pengelompokan disamping dilakukan seperti diatas dapat pula dilakukan dengan
system berikut:

Pertemuan 2

TEORI GRAF
A. Pengenalan Teori Graf
Teori graf adalah cabang ilmu yang mempelajari sifat – sifat graf, yang pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1736. Baru pada sekitar tahun 1920 teori graf berkembang pesat terutama salah satunya
adalah aplikasinya yang sangat luas dalam kehidupan sehari - hari maupun dalam berbagai bidang
ilmu seperti: Ilmu Komputer, Teknik, Sains, bahkan Ilmu Sosial. (Ketut, 2007 : 1).

Menurut catatan sejarah, masalah jembatan Königsberg adalah masalah yang pertama kali
menggunakan graf pada tahun 1739 (Munir, 2005 : 354). Di kota Königsberg (sebelah timur negara
bagian Prussia, Jerman), sekarang bernama kota Kaliningrad, terdapat sungai Pregal yang mengalir
mengitari pulau Kneiphof lalu bercabang menjadi dua buah anak sungai yang diperlihatkan oleh
gambar 3.1. Permasalahannya ialah untuk menemukan pejalanan atau rute dari suatu kota melalui
ketujuh buah jembatan, masing - masing tepat satu kali dilewati, kemudian kembali lagi ketempat
awal.

5
B. Definisi Graf
Graf adalah sebuah struktur yang dapat digunakan untuk merepresentasikan hubungan yang terjadi
antara suatu objek diskrit yang satu dengan objek diskrit yang lain. Graf dapat didefinisikan sebagai
suatu pasangan himpunan dari himpunan tidak kosong dari simpul- simpul (V/Vertex) dan himpunan
sisi yang menghubungkan sepasang simpul (E/Edge), E boleh kosong. Jadi, sebuah graf
dimungkinkan tidak mempunyai sisi, tetapi memiliki jumlah titik minimal satu. Graf yang hanya
memiliki satu buah titik tanpa sisi dinamakan graf trivial. Penulisan untuk graf G dapat disingkat
dengan notasi G = (V,E)
Berikut adalah beberapa contoh dari graf :

Pada gambar 3.2,


G1 :
V = {1, 2, 3, 4}
E = {(1, 2), (1, 3), (2, 3), (2, 4), (3, 4)}
G2 :
V = {1, 2, 3, 4}
E = {(1, 2), (1, 3), (1, 3), (2, 3), (2, 4), (3, 4) , (3, 4)}
G3 :
V = {1, 2, 3, 4}
E = {(1, 2), (1, 3), (1, 3), (2, 3), (2, 4), (3, 3), (3, 4) , (3, 4)}

Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graf, maka graf digolongkan menjadi
dua jenis: 1. Graf sederhana (simple graph).
Graf yang tidak mengandung gelang maupun sisi-ganda dinamakan graf sederhana. G1 pada Gambar 3.2 adalah
contoh graf sederhana
2. Graf tak-sederhana (unsimple-graph).
- Graf ganda (multigraph) adalah graf yang mengandung sisi ganda, tetapi tidak memiliki loop. Sisi
ganda yang menghubungkan simpul dapat lebih dari dua buah. Contoh graf semu ialah G2 pada gambar
3.2.
- Graf semu (pseudograph)
adalah graf yang mengandung loop (termasuk bila memiliki sisi ganda sekalian). Graf semu lebih
umum daripada graf ganda, karena sisi pada graf semu dapat terhubung ke dirinya sendiri. Contoh
graf semu ialah G3 pada gambar 3.2.

• Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka secara umum graf dibedakan atas 2 jenis:
1. Graf tak-berarah (undirected graph)
Graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah disebut graf tak-berarah. Tiga buah graf pada
Gambar 3.2 adalah graf tak-berarah.

6
2. Graf berarah (directed graph atau digraph)
Graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graf berarah. Dua buah graf pada
Gambar 3.3 adalah graf berarah.
Tabel jenis-jenis graf :

C. Terminologi Graf
[4]Dalam pembahasan mengenai graf, banyak terminology (istilah) khusus terkait graf yang sering
digunakan. Terminologi yang berkaitan adalah sebagai berikut :
1. Bertetanggaan (Adjacent)
Dua buah simpul pada graf tak berarah dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung langsung
dengan sebuah sisi. Dengan kata lain, vj bertetangga dengan vk jika (vj, vk) adalah sebuah sisi pada
graf .

2. Bersisian (Incident)
Untuk sembarang sisi e = (vj, vk), sisi e dikatakan bersisian dengan simpul vj dan simpul vk
3. Simpul Terpencil (Isolated Vertex)
Simpul yang tidak mempunyai sisi yang bersisian dengannya atau dapat juga dinyatakan bahwa
simpul terpencil adalah simpul yang tidak satupun bertetangga dengan simpul-simpul lainnya. Contoh
graf simpul terpencil yaitu simpul v5,

4. Graf Kosong (Null Graph)


Graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong disebut graf kosong dan ditulis sebagai
Nn dengan n adalah jumlah titik.

7
5. Derajat (Degree)
Derajat suatu simpul pada graf tak berarah adalah jumlah sisi yang bersisian dengan simpul
tersebut.
Notasi untuk derajat simpul vj adalah d(vj).
D. Pewarnaan Graf
Ada tiga macam pewarnaan pada graf, yaitu pewarnaan titik, dan pewarnaan sisi, dan pewarnaan
bidang.
1. Pewarnaan Titik
Pewarnaan titik adalah memberi warna pada titik -titik suatu graf sedemikian sehingga tidak ada dua
titik terhubung langsung mempunyai warna yang sama.

2. Pewarnaan Sisi
Suatu pewarnaan sisi - k untuk graf G adalah suatu penggunaan sebagian atau semua k warna untuk
mewarnai semua sisi di G sehingga setiap pasang sisi yang mempunyai titik persekutuan diberi
warna yang berbeda.

3. Pewarnaan Bidang
Pewarnaan bidang adalah memberi warna pada bidang sehingga tidak ada bidang yang bertetangga
mempunyai warna yang sama. Pewarnaan bidang hanya bisa dilakukan denga n membuat graf
tersebut menjadi graf planar terlebih dahulu. Graf planar adalah graf yang dapat digambarkan pada
bidang datar dengan sisi - sisi yang tidak saling memotong (bersilangan).
8
Pertemuan 3
Algoritma dan bilangan bulat
TEORI BILANGAN BULAT
BILANGAN BULAT PADA KRIPTOGRAFI

Kriptografi saat ini berkembang sedemikaian rupa sehingga menjadi sebuah ilmu tidak hanya seni.
Memahami kriptografi dan kriptanalis memerlukan pengetahuan matematik. Matematika memberikan
landasan matematis pada sebagian besar konsep di dalam kriptografi. Pada kryptography dasar tidak
membutuhkan pengetahuan yang dalam atau sulit tapi seperti juga kita mempelajari ilmu-ilmu yang
bukan matematika, yang kita butuhkan hanya sebatas pengenalan semua ide dari yang dibutuhkan
saja.

Teori bilangan adalah teori yang mendasar dalam memahami kriptografi, khususnya system
kriptografi kunci public. Bilangan yang dimaksudkan di sini hanyalah blangan bulat (integer). Bilangan
bulat adalah blangan yang tidak mempunyai pecahan decimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0.

1. Modular Arithmetic
Aritmatika modular sering kali diberikan diawal bangku sekolah dasar sebagai pemahaman aritmatik
jam. Sebagai contoh 14 jam setelah jam 3 pagi adalah jam 5 pagi. Secara sederhana dapat dipahami
sebagai berikut :
14 + 3 5 ( mod 12)
atau
14 + 3 = 1 . 12 + 5
Misalkan a adalah bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat > 0. Operasi a mod m (dibaca a
modulo m) memberkan sisa jika a dibagi dengan m. Bilangan m disebut modulus atau modulo, dan
hasil arimetika modulo m terletak di dalam himpunan { 0, 1, 2, …, n-1 }
Notasi : m mod n = r sedemikian sehingga m = nq + r, dengan 0 ≤ r < n

Teorema EUCLIDEAN :
Misalkan m dan n adalah dua buah bilangan bulat dengan syarat n > 0. Jika m dibagi denga n maka
terdapat dua buah bilangan bulat unik q (quotient) dan r (remainder), sedemikian sehingga
m = nq + r
Dengan 0 ≤ r < n

Contoh :
• 1987 dibagi dengan 97 memberikan hasil bagi 20 dan sisa 47, atau ditulis sebagai
1987 mod 97 = 47 (1987 = 97. 20 + 47)
• -22 dibagi dengan 3 memberikan hasil bagi -8 dan sisa 2, atau ditulis sebagai
-22 mod 3 = 2 ( -22 = (-8). 3 + 2 )
• -22 = (-7).3 -1 salah karena r = -1 tidak memenuhi 0 ≤ r ≤ n
Apabila m negative, bagi | m | dengan n mendapatkan sisa r.
Maka m mod n = n – r bila r ≠ 0.
Jadi |-22| mod 3 = 1, sehingga – 22 mod 3 = 3 – 1 = 2

2. Pembagi Bersama Terbesar (PBB)


Misalkan a dan b adalah dua buah bilangan bulat tidak nol. Pembagi bersama terbesar PBB (PBB –
greatest common divisor atau gcd) dari a dan b adalah bilangan bulat terbesar d sedemikian
sehingga d | a dan d | b. Dalam hal ini kita nyatakan bahwa PBB(a,b) = d.

Contoh :
Factor pembagi 45 : 1, 3, 5, 9, 15, 45
Factor pembagi 36 : 1, 2, 3, 4, 9, 12, 18, 36
Factor pembagi bersama dari 45 dan 36 adalah : 1, 3, 9
Sehingga PBB(45,36) = 9
9
3. Algoritma Euclidean
Algoritma Euclidean adalah algoritma untuk mencari PBB dari dua buah bilangan bulat. Euclid adalah
matematikawan Yunani yang menuliskan algoritma Euclidean dalam bukunya yang berjudul Element
yang sangat terkenal.
Apabila diberikan dua buah bilangan blat tak negative m dan n (m ≥ n). Algoritma Eulidean berikut
mencari pembagi bersama terbesar dari m dan n
Algoritma Euclidean :
• Jika n = 0 maka m adalah PBB(m,n); stop
Kalau tidak (yaitu n ≠ 0) lanjutkan ke langkah 2
• Bailah m dengan n dan misalkan r adalah sisanya
• Ganti nilai m dengan nilai n dan nilai n dengan nilai r, lalu ulangi kembali ke langkah 1.
Contoh :
Misalkan m = 80 dan n = 12 dan dipenuhi syarat m ≥ n, maka PBB(80,12) dihitung dengan algoritma
Euclidean sebagai berikut :

Sisa pembagian terakhir sebelum 0 adalah 4, maka PB(80,12) = 4

4. Relatif Prima
Dua buah bilangan bulat a dan b dikatakan relaif prima jika PBB(a,b) = 1. Jika a dan b relatif prima, maka
terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga
ma + nb = 1
Contoh :
20 dan 3 relatif prima sebab PBB(20,3) = 1. Atau dapat ditulis
2 . 20 + (-13) . 3 = 1
Dengan m = 2 dan n = -13.
Tetapi 20 dan 5 tidak relatif prima karena PBB(20,5) = 5 ≠ 1 sehingga 20 dan 5 tidak dapat dinyatakan dalam m
. 20 + n . 5 = 1

5. Kekongruenan
Notasi a b (mod n) dibaca a adalah kongruen ke b modulo n. Dimana untuk integer a, b dan n 0 jika dan
hanya jika
A=b+kn untuk beberapa k
Oleh sebab itu n | (a – b) yang mana disebut juga n dibagi (a-b)
Jika a b (mod n), b disebut sisa dari a modulo n . Sebagai contoh 17 5 (mod 12) dan 5 adalah sisa dari
17 modulo 12. A adalah himpunan {r1, r2, …,rn} disebut semua himpunan sisa mod n jika setiap bilangan bulat
a, tepat berpasangan dengan satu ri di dalam himpunan yang memenuhi a ri (mod n). Untuk sembarang
modulus { 0,1, …, n-1} bentuk-membentuk semua himpunan sisa mod n. Untuk n = 12 semua himpunan sisa
adalah {0, 1, …, 11}
Kita selalu lebih suka menggunakan b {0, 1, …, n-1} tetapi kadang-kadang bilangan bulat berada didalam
range b {-½ (n-1), … ½(n-1)} yang lebih berguna lagi.
Sebagai catatan :
-12 (mod 7) -5 (mod 7) 2 (mod 7) 9 (mod 7) … dst.

Beberapa contoh kekongruenan :


• 17 2 ( mod 3) ( 3 habis membagi 17 – 2 = 15)
• -7 15 (mod 11) ( 11 habis membagi -7 – 15 = -22)
Kekongruenan a b (mod m) dapat pula dituliskan dalam hubungan
a = b + km
10
yang dalam hal ini k adalah bilangan bulat. Bedasarkan definisi aritmetika modulo, kitajuga dapat menliskan a
mod m = r sebagai
a r (mod m )
Contoh :
• 17 2 ( mod 3) dapat ditulis sebagai 17 = 2 + 5 . 3
• -7 15 (mod 11) dapat ditulis sebagai - 7 = 15 + (-2) . 11

Sekarang pembagian bilangan bulat n untuk penjumlahan dan perkalian dengan hukum assosiatif, komutatif, dan
distributive terbentuk. Untuk faktanya kita dapat menurunkan modulo n dari yang lain dan kemudian dilakukan
operasi dan kemudian dilakukan penurunan dari modulo n, karena sisa modulo n adalah homomorphism dari
lingkaran bilangan bulat ke lingkaran bilangan bulat modulo n.
Maka,
(a b) (mod n) [a(mod n) b (mod n)] (mod n)
dan
(a * b) (mod n) [a(mod n) * b (mod n)] (mod n)

Teorema : misalkan m adalah bilangan bulat positif


1. Jika a b (mod m) dan c adalah sembarang bilangan bulat maka
• (a + c) (b + c) (mod m)
• ac bc (mod m)
• ap bp (mod m) untuk suatu bilangan bulat tak negative p
2. Jika a b (mod m) dan c d (mod m), maka
• (a + c) (b + d) (mod m)
• ac bd (mod m)

Contoh :
Misalkan 17 2 (mod 3) dan 10 4 (mod 3), maka menurut teorema diatas:
• 17 + 5 = 2 + 5 ( mod 3 ) 22 = 7 ( mod 3)
• 17 . 5 = 2 . 5 ( mod 3 ) 85 = 10 ( mod 3 )
• 17 + 10 = 2 + 4 (m0d 3) 27 = 6 (mod 3)
• 17 . 10 = 2 . 4 (m0d 3) 170 = 8 (mod 3)

6. Invers Modulo
Jika a dan m relative prima dan m > 1, maka kita dapat menemukan inversi dari a modulo m. Inversi dari a
(mod m), disebut juga inversi perkalian, adalah bilangan bulat a-1, sedemikian sehingga
aa-1 1 (mod m)
dari definisi relative prima diketahui bahwa PBB (a,m) = 1, dan menurut persamaan terdapat bilangan bulat p
dan q, sedemikian sehingga
pa + qm = 1
yang mengimplikasikan bahwa
pa + qm 1 (mod m)
Karena qm 0 (mod m ) maka
pa 1 (mod m)
Kekongruenan yang terakhir ini berarti bahwa p adalah inverse dari a( mod m)
Pembuktian diatas juga menceritakan bahwa, untuk mencari inverse dari a(mod m),kita harus membuat
kombinasi lanjar dari a dan m = 1. Koeffisien a dari kombinasi lanjar tersebut merupakan, inverse dari a Modulo
m.

Contoh :
Tentukan inverse dari 4 (mod 9),17 (mod 7), dan 18 (mod 10 )

Penyelesaian :
a. Karena PBB (4,9) = 1, maka inverse dari 4 (mod 9) ada. Dari algoritma Euclidean diperoleh bahwa
9=2.4+1
Susun persamaan diatas menjadi
-2 . 4 + 1 . 9 = 1
Dari persamaan terakhir ini kita peroleh -2 adalah inverse dari 4 (mod 9)
Jadi 4-1 -2 (mod 9).
11
Periksalah bahwa
-2 . 4 1 (mod 9) (9 habis membagi -2 . 4 – 1 = -9)
Perhatikan bahwa semua bilangan bulat yang kongruen dengan -2 (mod 9) juga adalah inverse dari 4( mod 9),
misalnya 7( perhatikan bahwa 7 -2 (mod 9)), karena
7.4 1( mod 9) (9 habis membagi 7 . 4 – 1 = 27)
Bilangan bulat lain yang kongruen dengan -2 (mod 9) adalah 16,25,…
b. Karena PBB (17,7) = 1, maka inverse dari 17 (mod 7) ada. Dari algoritma Euclidean diperoleh bahwa
17 = 2 . 7 + 3 ……… ( i )
7 = 2 . 3 + 1 …….. ( ii )
3 = 3 . 1 + 0 …….. ( iii )
Susun persamaan ( ii ) menjadi
1 = 7 – 2 . 3 …….. ( iv )
Susun persamaan ( i ) menjadi
3 = 17 -2 . 7 …….. ( v )
Substitusikan ( v ) ke dalam ( iv )
1 = 7 – 2 . (17 – 2 . 7) = 1 . 7 – 2 . 17 + 4 . 7 =5 . 7 – 2 .17
Atau
-2 . 17 + 5 . 7 = 1
Dari persamaan terakhir ini kita peroleh -2 adalah invers dari 17 modulo 7
-2 . 17 1 (mod 7) ( 7 habis membagi -2 . 17 – 1 = -35)
c. Karena PBB (18,10) = 2 ≠ 1, maka inverse dari 18 (mod 10) tidak ada.

7. Chinese Remainder Problem


Pada abad pertama, seorang matematikawan China yang bernama Sun Tse mengajukan pertanyaan sebagai
berikut :
Tentukan sebuah bilangan bulat yang bila dibagi dengan 5 menyisakan 3, bila dibagi 7 menyisakan 5 dan bila
dibagi 11 menyisakan 7
Pertanyaan Sun Tse dapat diirumuskan ke dalam system konruen lanjar :
x 3 ( mod 5)
x 5 ( mod 7)
x 7 (mod 11)

Teorema Chinese Remainder Theorem


Misalkan m = m1, m2… mn dan setiap pasang mi,mj coprime (bilagan bulat positif sedemikain hingga
PBB(mi,mj) = 1 untuk i ≠ j), maka system kongruen lanjar
x = ak mod mk
mempunyai sebuah solusi unik modulo m = m1 .m2 … . mn

CONTOH : Diketahui 3 x mod 10 = 1, maka tentukan nilai x untuk permasalahan tersebut.

Penyelesaian :
• Nilai 10 = 2 x 5 ( 10 didapat dari perkalian 2 bilangan prime yaitu 2 dan 5)
• Pertama dicari solusi untuk nilai x1 dan x2, maka :
3 x mod 2 = 1 x1 = 1
3 x mod 5 = 1 x2 = 2
12
• Langkah selanjutnya aplikasikan Chinese remainder algorithm untuk mencari solusi dari persamaan :
X mod 2 = x1 = 1
X mod 5 = x2 = 2

Pertama dicari nilai y1 dan y2 sehingga didapat :

maka x = 7 adalah jawaban dari 3 x mod 10 = 1 (yang mana berarti 7 adalah multiplicative invers dari 3 modulo
10

1. General Equations
Penyelesaian general equation pada bentuk ax mod n = b
• Apabila gcd(a,n) = 1
Dicari penyelesaian x0 untuk ax mod n = b.
Jika ax0 mod n = 1 termasuk abx0 mod n = b, maka x = bx0 mod n
• Apabila gcd(a,n) = g :
Jika g pembagi b, yang mana b mod g = 0. Maka ax mod n = b jika q penyelesaian dari bentuk

g-1, dimana x0 adalah penyelesaian untuk

Jika g bukan pembagi b maka tidak ada penyelesaiannya.

CONTOH : jika diketahui 6x mod 10 = 4

Penyelesaian :
• g = gcd(6,10) = 2
dan 2 merupakan pembagi dari 4, maka tedapat 2 penyelesaian.
• Dihitung x0 dari

Diambil x0 = 2
• Kemudian dihitung kedua penyelesaian tersebut.
13

• Cek :
6 x 4 mod 10 = 24 mod 10 = 4
6 x 9 mod 10 = 54 mod 10 = 4

2. Euler Totient Function


Dasar teorema dari teori bilangan adalah :
Setiap bilangan bulat positif dapat ditulis dalam bentuk yang unik.

Untuk setiap bilangan bulat positif n, nilai

pada fungsi Euler Totient adalah jumlah bilangan bulat positif < n yang mana relative prime ke n.

Fungsi ini digunakan pada cryptography pada penggunaan Euler’s Theorem

Maka hal ini dimungkinkan untuk dicari multiplicative invers dengan fast exponentiation
14
15

PENUTUP
 KESIMPULAN

Manfaat mempelajari MATEMATIKA DISKRIT adalah membantu setiap orang yang mempelajari
logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren, meningkatkan
kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif, menambah kecerdasan dan meningkatkan
kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri, memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri
dengan menggunakan asas-asas sistematis, meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari
kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan serta kesesatan, mampu melakukan analisis terhadap suatu
kejadian.
 5.2 SARAN

Tanpa kita sadari ternyata begitu banyak manfaat dari aplikasi matematika untuk kehidupan sehari-
hari.Baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan dalam berbagai disiplin ilmu yang lainya.Oleh
karena itu penulis menyarankan agar kita lebih seius dalam mempelajari matematika dan jangan
dijadikan matematika sebagai sesuatu yang menyeramkan untuk dipelajari karena matematika adalah
bagian sangat dekat yang tak terpisahkan dari kehidupan kita.
16

Anda mungkin juga menyukai