Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH INTERPOLASI

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Metode Numerik
Dosen Pengampu: Nendra Mursetya Somasih Dwipa, M.Sc

Disusun oleh:
Kelompok 3/7A4

1. Dyah Iswahyuni (16144100057)


2. Anisarani (17144100031)
3. Monika Efita Sari (17144100052)
4. Sinta Dwi Lestari (17144100054)
5. Novita Astuti (17144100055)
6. Dian Herawati (17144100067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah metode numerik
dengan harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah metode
numerik. Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan
yang penyusun miliki, penyusun berusaha mencari sumber data dari berbagai
sumber informasi, terutama dari media internet dan media cetak. Penyusun juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut serta
membantu dalam pembuatan makalah ini dan beberapa sumber yang kami pakai
sebagai data dan acuan.
Dalam penulisan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Tidak semua bahasan dapat
dideskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.Akhirnya kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

Yogyakarta, 5 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................................... 4
A. Metode Numerik ..................................................................................................... 4
B. Angka Signifikan/Bena ........................................................................................... 6
C. Deret Taylor .......................................................................................................... 11
D. Deret Mc. Laurin ................................................................................................... 13
E. Error/Galat ............................................................................................................ 15
F. Metode Biseksi...................................................................................................... 18
G. Metode Regula Falsi ............................................................................................. 20
H. Metode Newton Rapshon ...................................................................................... 22
I. Metode Secant ....................................................................................................... 23
BAB III............................................................................................................................. 25
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 25
A. Pengertian Polinom Interpolasi Beda Maju .......................................................... 25
B. Pengertian Polinom Interpolasi Beda Tengah ....................................................... 33
C. Pengertian Polinom Interpolasi Beda Mundur ...................................................... 35
BAB IV ............................................................................................................................. 38
STUDI KASUS ................................................................................................................ 38
BAB V .............................................................................................................................. 40
KESIMPULAN ............................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 41

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata pelajaran Bahasa InggrismaupunMatematika, merupakan 2
matapelajaran yang menjadimomokbagikebanyakansiswa.
UntukmenguasaiMatematikadiperlukankemampuanlogika yang mumpuni,
sedangkan Bahasa Inggrismenuntutpembiasaanpola yang
diterapkandalampercakapansehari-hari,
dimanasiswakitacenderungmenggunakanbahasadaerahmaupunbahasa
Indonesia untukkeperluanberkomunikasisehari-hari(Rahmawan & Dwipa,
2019).
Metodenumerikadalahteknik yang
digunakanuntukmemformulasikanmasalahmatematissehinggadapatdipecahka
ndenganoperasiperhitungan/ aritmatika biasa (tambah, kurang, kali dan
bagi).Metode adalah cara sedangkan numerik adalah angka sehingga, secara
harafiah metode numerik berarti cara berhitung dengan menggunakan angka-
angka. Perhitungan ini melibatkan sejumlah besar operasi-operasi hitungan
yang berulang-ulang. Selainitu,
Metodenumerikdidefinisakansebagaiteknikpenyelesaianpermasalahan yang
diformulasikansecaramatematisdengancaraoperasihitungan.
Dalammetodenumerikinidilakukanoperasihitungandalamjumlah yang banyak
dan prosesnyaberulang.
Sehinggadalamprakteknyaperlubantuankomputeruntukmenyelesaikanhitunga
ntersebut(Subakti, 2006).
Dalam pengertian matematika dasar, interpolasi adalah perkiraan suatu
nilai tengah dari satu set nilai yang diketahui. Dalam kehidupan sehari-hari,
interpolasi dapat digunakan untuk memperkirakan suatu fungsi di mana
fungsi tersebut tidak terdaftar dengan suatu formula, tetapi didefinisikan
hanya dengan data-data atau tabel yang tersedia.

1
Ada berbagai macam interpolasi berdasarkan fungsinya, di antaranya
adalah interpolasi linier, interpolasi kuadrat, dan interpolasi polinomial.
Dengan berbagai macam metode antara lain metode Newton dan metode
Lagrange, namun disini kita akan membahas dengan metode
Newton.Berdasarkan dua macam tabel selisih tersebut, maka ada dua macam
Polinom Newton-Gregory, yaitu polinom Newton-Gregory Maju dan
Polinom Newton-Gregory Mundur atau dapat disebut Polinom Newton Maju
dan Polinom Newton Mundur

B. Rumusan Masalah
1. BagaimanaPolinomInterpolasi Beda Maju ?
2. BagaimanaPolinomInterpolasi Beda Pusat ?
3. BagaimanaPolinomInterpolasi Beda Mundur ?

2
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. DapatmengetahuiPolinomInterpolasi Beda Maju
2. DapatmengetahuiPolinom Beda Pusat
3. DapatmengetahuiPolinom Beda Mundur

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Numerik
Metode numerik adalah teknik untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan menggunakan
operasi hitungan (arithmatic) yaitu operasi tambah, kurang, kali, dan bagi.
Terdapat banyak jenis metode numerik, namun pada dasarnya, masing -
masing metode tersebut memiliki karakteristik umum, yaitu selalu mencakup
sejumlah kalkulasi aritmetika.Solusi dari metode numerik selalu berbentuk
angka dan menghasilkan solusi hampiran. Hampiran, pendekatan, atau
aproksimasi (approximation) didefinisikan sebagai nilai yang mendekati
solusi sebenarnya atau sejati (exact solution). Sedangkan galat atau kesalahan
(error) didefinisikan sebagai selisih nilai sejati dengan nilai hampiran.
Metodenumerikdapatmenyelesaikanpermasalahanmatematis yang
seringnonlinier yang
sulitdiselesaikandenganmetodeanalitik.Metodeanalitikdisebut juga
metodesejatikarenamemberisolusisejati(exact solution) atausolusi yang
sesungguhnya, yaitusolusi yang memilikigalat(error) samadengan
nol.Jikaterdapatpenyelesaiansecaraanalitik, mungkin proses
penyelesaiannyasangatrumit, sehinggatidakeffisien. Contohnya:
menentukanakar-akar polynomial. Jadi,
jikasuatupersoalansudahsangatsulitatautidakmungkindigunakandenganmetode
analitikmakakitadapatmenggunakanmetodenumeriksebagaialternatifpenyelesa
ianpersoalantersebut.
Metode numerik ini disajikan dalam bentuk algoritma-algoritma yang
dapat dihitung secara cepat dan mudah. Pendekatan yang digunakan dalam
metode numerik merupakan pendekatan analisis matematis, dengan tambahan
grafis dan teknik perhitungan yang mudah. Algoritma pada metode numerik
adalah algoritma pendekatan maka dalam algoritma tersebut akan muncul
istilah iterasi yaitu pengulangan proses perhitungan. Dengan metode

4
pendekatan, tentunya setiap nilai hasil perhitungan akan mempunyai
nilaierror (nilai kesalahan). Ada
beberapaalasanmengapamempelajarimetodenumerik(Sutarno & Rachmatin,
2014), yaitu:
1. Metodenumerikmerupakanalatuntukmemecahkanmasalahmatematika
yang sangathandal. Banyak permasalahanteknik yang
mustahildapatdiselesaikansecaraanalitik, karenakitaseringdihadapkan
pada sistem-sistempersamaan yang besar, tidak linear dan cakupan yang
kompleks, dapatdiselesaikandenganmetodenumerik.
2. Program paketnumerik, misalnya MATLAB MAPLE, dan sebagainya
yang digunakanuntukmenyelesaikanmasalahmatematikadenganmetode
numeric dibuat oleh orang yang mempunyaidasar-
dasarteorimetodenumerik.
3. Banyak masalahmatematika yang tidakdapatdiselesaikandenganmemakai
program paketatautidaktercakupdalam program paket. Oleh
karenaitukitaperlubelajarmetodenumerikuntukdapatmembuat program
paket (software) untukmasalahsendiri.
4. Metodenumerikmerupakansuatusarana yang
efisienuntukmempelajaripenggunaankomputer.
Belajarpemrogramansecaraefektifadalahmenulis program computer.
Metode numeric mengandungbagian yang dirancanguntukditerapkan
pada computer, misalnyamembuatalgoritma.
5. Metode numeric
merupakansuatusaranauntuklebihmemahamimatematika. Karena
fungsimetode numeric adalahmenyederhanakanmatematika yang
lebihtinggidenganoperasi-operasihitungandasar
Penggunaan metode numerik biasanya digunakan untuk
solusimasalahteknis(“Numerical Methods and Algorithms,” 2005) dan
menyelesaikan persoalan matematis yang penyelesaiannya sulit didapatkan
dengan menggunakan metode analitik, yaitu:
1. Menyelesaikan persamaan non linear

5
2. Menyelesaikan persamaan simultan
3. Menyelesaikan differensial dan integral
4. Menyelesaikan persamaan differensial
5. Interpolasi dan Regresi
6. Masalah multivariabel untuk menentukan nilai optimal yang tak bersyarat
Keuntungan penggunaan Metode Numerik:
1. Solusi persoalan selalu dapat diperoleh
2. Dengan bantuan komputer, perhitungan menjadi cepat dan hasilnya dapat
dibuat sedekat mungkin dengan nilai sesungguhnya
Kekurangan penggunaan Metode Numerik:
1. Nilai yang diperoleh adalah hampiran(pendekatan)
2. Tanpa bantuan alat hitung (komputer), perhitungan umumnya lama dan
berulang-ulang.

B. AngkaSignifikan/Bena
1. PengertianAngkaBena
Angkabena (significant figure)
atauangkaberarartitelahdikembangkansecara formal
untukmenandakankeandalansuatunilainumerik.Angkabenamerupakanjuml
ahangka yang digunakansebagaibatas minimal
tingkatkeyakinan.Angkabenaterdiridariangkapasti dan
angkataksiran.Letakangkataksiranberada di akhirangkabena.
Contoh:
Bilangan 45.389; angka 9 adalahangkataksiran
Bilangan 4, 785; angka 5 adalahangkataksiran
2. Aturan-aturantentangAngkaBena
a. Angkabenaadalahsetiapangka yang bukannol pada suatubilangan
Contoh:
Bilangan 4678; terdiridari 4 angkabena
Bilangan 987, 654; terdiridari 6 angkabena
Bilangan 4550679; terdiridari 7 angkabena

6
b. Angkabenaadalahsetiapangkanol yang terletak di antaraangka-
angkabukan nol.
Contoh:
Bilangan 2001; terdiridari 4 angkabena
Bilangan 201003 terdiridari 6 angkabena
Bilangan 2001, 400009 terdiridari 10 angkabena
c. Angkabenaadalahangkanol yang terletak di belakangangkabukannol
yang terakhir dan dibelakangtandadesimal.
Contoh:
Bilangan 23, 3000; terdiridari 6 angkabena
Bilangan 3, 10000000 terdiridari 9 angkabena
Bilangan 345, 60000000 terdiridari 11 angkabena
d. Dari aturan b dan c
dapatdiberikancontohangkabenaadalahsebagaiberikut:
Bilangan 34, 060000; terdiridari 8 angkabena
Bilangan 0, 00000000000000566; terdiridari 3 angkabena
Bilangan 0, 600; terdiridari 3 angkabena
Bilangan 0, 060000; terdiridari 5 angkabena
Bilangan 0, 000000000000005660; terdiridari 4 angkabena
e. Angkanol yang terletak di belakangangkabukannolterakhir dan
tanpatandadesimalbukanmerupakanangkabena.
Contoh:
Bilangan 34000; terdiridari 2 angkabena
Bilangan 1230000; terdiridari 3 angkabena
f. Angkanol yang terletak di depanangkabukannol yang
pertamabukanmerupakanangkabena.
Contoh:
Bilangan 0, 0000023; terdiridari 2 angkabena
Bilangan 0, 000000000002424; terdiridari 4 angkabena
Bilangan 0, 12456; terdiridari 5 angkabena

7
g. Semuaangkanol yang terletak di belakangangkabukannol yang
terakhir, dan terletak di depantandadeimalmerupakanangkabena.
Contoh:
Bilangan 340, 67; terdiridari 5 angkabena
Bilangan 123000, 6; terdiridari 7 angkabena
h. Untukmenunjukkanjumlahangkabena, kitadapatmemberitanda pada
angka yang merupakanbatasangkabenadengangarisbawah, garisatas,
ataucetaktebal
Contoh:
56778adalahbilangan yang memiliki 5 angkasignifikan

56778 adalahbilangan yang memiliki 5 angkasignifikan


56778adalahbilangan yang memiliki 5 angkasignifikan

Penulisanangkabenadalamnotasiilmiahmengikutiaturanbentukumu
mnotasiilmiahyaitu a  10 n dengan a adalahbilanganriil yang memenuhi

1  a  10 dan n adalahbilanganbulat.
Contoh:

Bilangan 29000 jikaditulisdalamnotasiilmiahmenjadi 2,9  10


4

Bilangan 2977000 jikaditulisdalamnotasiilmiahmenjadi 2,977  10


6

Bilangan 14, 98 jikaditulisdalamnotasiilmiahmenjadi 1,498  101


Bilangan 0, 006 jikaditulisdalamnotasiilmiahmenjadi 6  10 3
4
Bilangan -0, 00029 jikaditulisdalamnotasiilmiahmenjadi  2,9  10
3. AturanPembulatan
Pembulatansuatubilanganberartimenyimpanangkabena dan
membuangbukanangkabenadenganmengikutiaturan-aturanberikut:
a. Jika digit pertamadaribukanangkabenalebihbesardari 5, maka digit
terakhirdariangkabenaditambah 1. Selanjutnyabuangbukanangkabena.
Contoh:

8
Jikabilangan 567864 akandibulatkanmenjadi 4 angkabena,
makaditulismenjadi 5679
Jikabilangan 145,89 akandibulatkanmenjadi 4 angkabena,
makaditulismenjadi 145,9
Jikabilangan 123,76 akandibulatkanmenjadi 3 angkabena,
makaditulismenjadi 124
b. Jika digit pertamadaribukanangkabenalebihkecildari 5,
makabuangbukanangkabena
Contoh:
Jikabilangan 123,74 akandibulatkanmenjadi 4 angkabena,
makaditulismenjadi 123,7
Jikabilangan 13416 akandibulatkanmenjadi 3 angkabena,
makaditulismenjadi 134
c. Jika digit pertamadaribilanganbukanangkabenasamadengan 5, maka:
1) Jika digit terakhir dari angka signifikan ganjil, maka digit terakhir
angka signifikan ditambah 1. Selanjutnya buang angka tidak
signifikan
Contoh:
Jikabilangan 13,356 akandibulatkanmenjadi 3 angkabena,
makaditulismenjadi 13,4
2) Jika digit terakhir dari angka signifikan genap, maka buang angka
tidak signifikan
Contoh:
Jikabilangan 13,456 akandibulatkanmenjadi 3 angkabena,
makaditulismenjadi 13,4
4. Aturan-aturan pada OperasiAritmetikaAngkaBena
a. Hasil penjumlahan atau pengurangan hanya boleh mempunyai angka
dibelakangkoma sebanyak angka di belakang koma yang paling sedikit
pada bilanganbilanganyang dilakukan operasi penjumlahan atau
pengurangan.
Contoh

9
0,4567 + 4,677 = 5,1337 (dibulatkan menjadi 5, 134)
345,31 + 3,5= 348,81 (dibulatkan menjadi 348, 8)
b. Hasil
perkalianataupembagianhanyabolehmempunyaiangkabenasebanyakbil
angandenganangkabena paling sedikit.
Contoh:
 6, 78 x 8, 9123 = 60, 425394 ditulismenjadi 60, 4
 420 : 2, 1 = 200 ditulismenjadi 2, 0 x 102
 46, 5 x 1,4 = 65, 1 ditulismenjadi 6, 5 x 101
5. ContohSoal
a. [(4,84 : 0, 40) x 2, 32] – [9, 12 x (4, 05 x 0, 212)]
b. [(3, 12 x 4, 87) + (0, 49 : 0, 7)]
c. 0, 00000121 : 1, 1
d. Hasil pengukuranpanjangtali yang diperoleh oleh siswa A adalah 0,
50300 m. Makabanyakangkapentinghasilpengukurantersebutadalah …
Penyelesaian
a. [(4,84 : 0, 40) x 2, 32] – [9, 12 x (4, 05 x 0, 212)]
= [12, 1 x 2, 32] – [9, 12 x 0, 8586]
Pembulatansesuaiaturanangkabena pada perkalian dan pembagian
= [12 x 2, 32] – [9, 12 x 0, 859]
= 27, 84 – 7, 83408
Pembulatansesuaiaturanangkabena pada perkalian
= 28 – 7, 83
= 20, 17
Pembulatansesuaiaturanangkabena pada pengurangan
= 20
b. [(3, 12 x 4, 87) + (0, 49 : 0, 7)]
= [15, 1944 + 0, 7]
Pembulatansesuaiaturanangkabena pada perkalian dan pembagian
= [15, 2 + 0, 7]
= 15, 9

10
c. 0, 00000121 : 1, 1
= 1, 1 x 10-6
d. Banyak angkapentingdaribilangan 0, 50300 adalah 5 angkapenting

C. Deret Taylor
1. PengertianDeret Taylor
Deret Taylor
merupakandasaruntukmenyelesaikanmasalahdalammetodenumerik,
terutamapenyelesaianpersamaandiferensial.
Teorema Taylor: Hanyaadasatuderetpangkatdalamx-cmemenuhiuntuk
f(x) sehingga:

f ( x)  a0  a1 ( x  c)  a2 ( x  c) 2  a3 ( x  c) 3  .....  an ( x  c) n  ...

=  a n ( x  c)
n

n 0

Berlaku untuk semua dalam beberapa interval di sekitar c dengan


f a (c )
an 
n!

f a (c )
Deret: f ( x)   ( x  c) n disebutderet Taylor
n 0 n!
Teorematersebutdijelaskansebagaiberikut:
Jika f (x ) kontinudalamselang (c-h, c+h) dengan 0 ≤ h ≤ ∞ dan andaikan f
didefinisikansebagai:

(1) f ( x)  a0  a1 ( x  c)  a 2 ( x  c)  a3 ( x  c)  .....  a n ( x  c)  ...


2 3 n

Untuksemua x dalamselang (c-h, c+h), maka:


f ' ( x)  a1  2a 2 ( x  c)  3a3 ( x  c) 2  4a 4 ( x  c) 3  5a5 ( x  c) 4  6a 6 ( x  c) 5  ...
f ' ' ( x)  2a 2  2.3a3 ( x  c)  3.4a 4 ( x  c) 2  4.5a5 ( x  c) 3  5.6a 6 ( x  c) 4  ...
f ' ' ' ( x)  2.3a3  2.3.4a 4 ( x  c)  3.4.5a5 ( x  c) 2  4.5.6a 6 ( x  c) 3  ...
.............................
f n ( x)  n ! a n  (n  1)! a n 1 ( x  c)  (n  2)! a n  2 ( x  c) 2  (n  3)! a n 3 ( x  c) 3  ...
Jika pada fungsi-fungsiturunantersebutditetapkan x = c makadiperoleh:

11
f (c)  a 0 ; f ' (c)  1! a1 ; f ' ' (c)  2 ! a 2 ; f ' ' ' (c)  3! a3 ;....
f ' (c ) f ' ' (c ) f ' ' ' (c ) f n (c )
f n (c)  n ! a n ;....atau : a 0  f (c); a1  ; a2  ; a3  ;....; a n  ;....
1! 2! 3! n!
Jikaharga-harga a0 , a1 , a2 , a3 ,...an ,... dimasukkanke (1) makadiperoleh:

f ' (c ) f ' ' (c ) f ' ' ' (c ) f n (c )


f ( x )  f (c )  ( x  c)  ( x  c) 
2
( x  c)  ..... 
3
( x  c) n  ...
1! 2! 3! n!

2. ContohSoalDeret Taylor

a. Tentukanderettaylordari f ( z )  1 di sekitar z = i!
1 z
Penyelesaian:
1 1
f ( z)  , f (i ) 
1 z 1 i
1 1
f ' ( z)  , f ' (i ) 
(1  z ) 2
(1  i ) 2
2 2
f ' ' ( z)  , f ' ' (i ) 
(1  z ) 3
(1  i ) 3
6 6
f ' ' ' ( z)  , f ' ' ' (i ) 
(1  z ) 4
(1  i ) 4
(1) n .n ! n (1) n .n !
f n ( z)  , f (i ) 
(1  z ) n1 (1  i ) n1
1
Jadiderettaylordari f ( z )  di sekitar z = iadalah
1 z

1
f ( z) 
1 z
 (n)
f (i )
 f (i )   ( z  i) n
n 1 n!
1 
(1) n
  ( z  i) n
1  i n 1 (1  i ) n 1


(1) n
 n 1
( z  i) n
n  0 (1  i )

12
b. Tentukanderettaylordari f ( x)  ln x di sekitar x = h!
Penyelesaian:
f ( x)  ln x, f (h)  ln h
1 1
f ' ( x )  , f ( h) 
x h
1 1
f ' ' ( x)  2
, f ' ' ( h) 
( x) ( h) 2
2 2
f ' ' ' ( x)  3
, f ' ' ' ( h) 
( x) ( h) 3
(n  1)! (1) n 1 . (n  1)! (1) n 1 .
f n ( x)  , f n
( h ) 
( x) n ( h) n

Jadiderettaylordari f ( x)  ln x di sekitar x = h adalah


f ( x)  ln x
 (n)
f ( h)
 f ( h)   ( x  h) n
n 1 n!

(n  1) ! (1) n 1
 ln h   n
( x  h) n
n 1 ( h ) n !

(1) n 1
 n
( x  h) n
n  0 ( h) n

D. Deret Mc. Laurin


1. PengertianDeret Mc. Laurin
Biladerettaylorditerapkan c = 0, makaterjadideret Mac. Laurin yaitu:
f ' (0) f ' ' (0) f ' ' ' (0) f n (0)
f ( x)  f (0)  ( x  0)  ( x  0) 
2
( x  0)  ..... 
3
( x  0) n  ...
1! 2! 3! n!
f ' (0) f ' ' (0) 2 f ' ' ' (0) 3 f n (0) n
f ( x)  f (0)  x x  x  .....  x  ...
1! 2! 3! n!

Catatan:
Seringdikatakanderettaylordaalambentuk x – c darisuatu f (x) adalahuraian
Taylor tentang f di sekitartitik c, sedangkanderet Mac. Laurin uraian
Maclaurin tentang f di sekitartitikasal (c = 0).

2. ContohSoalDeret Mc. Laurin

13
a. Deretkan f (c)  e x di sekitar c = 0
Penyelesaian:
f (0)  e0  1
f ( x)  e x  f ' (0)  1
f ' ' (0)  1

dan seterusnya berulang
1 2 1 3
Jadi e x  1  x  x  x  ....
2! 3!
1
b. Deretkan f ( x)  di sekitar 0!
1 x
Penyelesaian:
f (0)  1
1
f ' ( x)   f ' (0)  1  1!
(1  x) 2
2
f ' ' ( x)   f ' ' (0)  2  2 !
(1  x) 3
2.  3
f ' ' ' ( x)   f ' ' ' (0)  6  3!
(1  x) 4
1
Jadi  1  x  x 2  x 3  ....
1 x

c. Deretkan f ' ( x)  (1  x) p dalamderet Mac. Laurin


Penyelesaian:
f ( x)  (1  x) p , f (0)  1
f ' ( x)  p (1  x) p 1 , f ' (0)  p
f ' ' ( x)  p ( p  1)(1  x) p 2 , f ' ' (0)  p ( p  1)
f ' ' ' ( x)  p ( p  1)( p  2)(1  x) p 3 , f ' ' ' (0)  p ( p  1)( p  2)
.................................................,.....................................
p ( p  1) 2 p ( p  1)( p  2) 3
maka (1  x) p  1  px  x  x  ....
2! 3!

f p 0 p
atau (1  x) p   x
p 0 p!

14
E. Error/Galat
1. Pengertian Error/Galat
Error/Galat/kesalahanberasosiasidenganseberapadekatsolusihampir
anterhadapsolusisejatinya.
Semakinkecilgalatnyamakasemakintelitisolusinumerik yang didapatkan.
Galat= |Nilai sejati ( nilaisebenarnya ) –Nilai hampiran (aproksimasi)|
Ukuran galat kurang bermakna karena tidak menceritakan seberapa besar
galat itu dibandingkan dengan nilai sejatinya. Untuk mengatasi interpretasi
nilai galat tersebut , maka galat harus dinormalkan terhadap nilai sejatinya.
Gagasan ini melahirkan apa yang dinamakan galat relatif.

r R 
a
dengan

 r = error relatifsebenarnya
a = nilaisebenarnya
Contoh:
Misalkannilaisejati = 20/ 6 dan nilaihampiran = 3, 3333. Hitunglahgalat,
galatmutlak, galatrelatif, dan galatrelatifhampiran
Penyelesaian
20 20 3333 20.000  19.998 2
Galat =  3,333      0,000333...
6 6 1000 6000 6000
Galatmutlak = |0, 000333 …| = 0, 000333…
2
Galatrelatif = 6000  1  0,0001
20 10000
6
2
6000  1
Galatrelatifhampiran =
3,333 9999
2. Nilai Galat
Besarnyakesalahanatassuatunilaitaksirandapatdinyatakansecarakua
ntitatif dan kualitatif. Besarnyakesalahan yang

15
dinyatakansecarakuantitatifdisebutkesalahanabsolut. Besarnyakesalahan
yang dinyatakansecarakualitatifdisebutdengankesalahanrelatif.
Nilai
eksakdapatdiformulasikansebagaihubunganantaranilaiperkiraan dan
nilaikesalahansebagaiberikut:
v  v'  
Dimana:
v = nilaieksak
v’ = nilaiperkiraan
 = nilaikesalahan/galat
Berikutadalahpenjelasandarikesalahanabsolut dan kesalahanrelatif.
a. Kesalahan Absolut
Kesalahanabsolutmenunjukkanbesarnyaperbedaanantaranilaiek

sakdengannilaiperkiraan:  | v  v ' |
Kesalahanabsoluttidakmenunjukkanbesarnyatingkatkesalahan,
tetapihanyasekedarmenunjukkanselisihperbedaanantaranilaieksakdeng
annilaiperkiraan.
b. KesalahanRelatif
Kesalahanrelatifmenunjukkanbesarnyatingkatkesalahanantaran
ilaiperkiraandengannilaieksaknya yang
dihitungdenganmembandingkankesalahanabsolutterhadapnilaieksakny
a (biasanyadinyatakandalam %)
a
r  100%
v
dengan:
v = nilaieksak

 r = kesalahanrelatif
 a = kesalahanabsolut
Semakinkecilkesalahanrelatifnya, makanilaiperkiraan yang
diperolehakansemakinbaik.

16
Contoh:
Pengukurankabellistrik40 meterdarisebuahtokoalat-alatelektronika.
Setelah diukurulang oleh pembeli A, kabeltersebutmemilikipanjang 39, 96
meter. Berapakesalahanabsolut dan kesalahanrelatifhasilpengukuran yang
dilakukan oleh sipembeli?
Penyelesaian
Diketahui: v = 40 meter
v’= 39, 96 meter
Ditanya: Berapabesarkesalahanabsolut dan kesalahanrelatif?
Jawab:

Kesalahanabsolut:  a | 40  39,96 | 0,04 meter


0,04
Kesalahanrelatif:  r | | 100%  0,1% meter
40
3. Macam-macam Error/Galat
Penyelesaiansecaranumerikdarisuatupersamaanmatematishanyame
mberikannilaiperkiraan yang mendekatinilaisebenarnya.
Berikutadalahtigamacamkesalahandasar:
a. GalatBawaan (Inhern)
Galatbawaanbiasanyamerujuk pada galatdalamnilai data yang
terjadiakibatkekeliruandalammenyalin data, salah
membacaskalaataukesalahankarenakurangnyapengertianmengenai
hokum-hukumfisikdari data yang diukur.
Contoh:
Pengukuranselangwaktu 3, 1 detik:
terdapatbeberapagalatkarenahanyadengansuatukebetulanselangwaktua
kandiukurtepat 3, 1 detik.
Beberapa batas yang mungkin pada galat inheren diketahui:2,3± 0,1
detik. Berhubungan dengan galat pada data yg dioperasikan oleh suatu
komputer dengan beberapa prosedur numerik.
b. GalatPemotongan

17
Pengertian galat pemotongan biasanya merujuk pada galat yang
disebabkan oleh penggantian ekspresi matematika yang rumit dengan
rumus yang lebih sederhana. Istilah ini berawal dari kebiasaan
mengganti suatu fungsi rumit dengan deret Taylor terpotong (hanya
diambil berhingga suku).
Contoh :
Deret Taylor tak berhingga :
Sin x
Dapat dipakai menghitung sinus sebarang sudut x dalam radian. Jelas
kita tidak dapat memakai semua suku dalam deret untuk perhitungan,
karena deretnya tak berhingga; kita berhenti sesudah sampai pada
sejumlah suku yang berhingga, misalnya x7 atau x9.
Suku-suku yang dihilangkan (jumlahnya tak berhingga) menghasilkan
suatu galat dalam hasil perhitungan. Galat ini disebut galat pemotongan
atau pemenggalan, yaitu yang disebabkan oleh pemotongan suatu
proses matematika yang tak berhingga.Kebanyakan prosedur yang
dipakai dalam perhitungan numerik adalah tak berhingga, sehingga
galat jenis ini pentinguntukdipelajari.
c. GalatPembulatan
Akibat pembulatan angka Terjadi pada komputer yg disediakan
beberapa angka tertentu misal; 5 angka:
Penjumlahan 9,26536 + 7,1625 = 16,42786
Ini terdiri 7 angka sehingga tidak dapat disimpan dalam komputer kita
dan akan dibulatkan menjadi 16,428

F. Metode Biseksi
1. PengertianMetodeBiseksi
Metode bagi dua (Bisection) disebut juga pemotongan biner
(binarychopping), metode pembagian dua (interval halving). Prinsip
metode bagi duaadalah mengurung akar fungsi pada interval [a,b].
Selanjutnya interval tersebut terus menerus dibagi dua hingga sekecil

18
mungkin, sehingga nilai hampiran yang dicari dapat ditentukan dengan
tingkat akurasi tertentu. Menentukan selang [a,b] sehingga f (a) . f (b) < 0.
Pada setiap kali lelaran, selang [a,b] kita bagi dua di x = c, sehingga
terdapat dua buah upaselang yang berukuran sama, yaitu [a,c] dan [c,b].
selang yang diambil untuk lelaran berikutnya adalah upaselang yang
memuat akat, tergantung pada apakah f (a) . f (c) < 0 atau f (c) . f (b) < 0.
Selang yang baru dibagi dua lagi dengan cara yang sama. Begitu
seterusnya sampai ukuran selang yang baru sudah sangat kecil. Kondisi
berhenti lelaran dapat dipilih salah satu dari tiga kriteria berikut:
1. Lebar selang baru b c , yang dalam hal ini
adalah nilaitoleransi lebar selang yang menurung akar
2. Nilai fungsi hampiran akar f(c)=0 beberapa bahasan
pemrograman membolehkan pembandingan dua buah
bilangan real, sehingga perbandinganf(c)=0
Cbaru  Clama
3. Galat relative hampiran akar   yang di dalam  adalah
Cbaru
galat relatif hamparan yang diinginkan. Untuk menentukan
jumlah iterasi dalam mencari akar-akar yaitu
ln b  a  ln
r yang dalam hal ini r adalah jumlah lelaran (jumlah
 ln(2)
pembagi selang) yang dibutuhkan untuk menjamin bahwa c adalah
hampiran akar yang memiliki galat kurang dari .
2. Algoritma Metode Biseksi
Algoritma bisection adalah sebagai berikut:
1. Fungsi f(x) yang akan dicari akarnya
2. Taksir batas bawah (a) dan batas atas (b) dengan syarat f (a) . f (b) < 0
3. Tentukan toleransi
r  ln b  a  ln 
4. Iterasi maksimum r 
ln(2)
5. Hitung f(a) dan f(b)

19
6. Jika f(a).f(b)>0 maka proses dihentikan karena tidak ada akar, bila
tidak dilanjutkan
ab
7. Hitung nilai hampiran akar dengan rumus, c 
2
8. Hitung f(c)
9. Jika f (a). f (c) < 0, maka b= c. Lanjutkan ke langkah 4 Jika f (a). f (c)
> 0, maka a= c. Lanjutkan ke langkah 4 Jika f (a). f (c) = 0, maka akar
= c. Stop.
10. Lebar selang b–c. Jika b c maka proses dihentikan dan
didapatkan akarx =c dan bila tidak ulangi langkah 7.

G. Metode Regula Falsi


1. PengertianMetode Regula Falsi
Metode regula falsi disebut juga metode Interpolasi Linear atau
metode Posisi Salah adalah metode yang digunakan untuk mecari akar-
akar persamaan nonlinear melalui proses iterasi. Metode regula falsi
merupakan metode pencarian akar persamaan dengan memanfaatkan
kemiringan dan selilih tinggi dari dua titik batas range. Solusi akar (atau
akar-akar) dengan menggunakan metode Regula Falsi merupakan
modifikasi dari Metode Bisection dengan cara memperhitungkan
‘kesebangunan’ yang dilihat pada kurva berikut:

Gambar 3. Representasi grafis metode Regula-Falsi

Metode Regula Falsi menetapkan hampiran akar sebagai perpotongan


antara garis yang melalui titik [a, f(a)] dan titik [b, f(b)] dengan sumbu-x.

20
Jika titik potong tersebut adalah tersebut adalah c, maka akar terletak
antara (a,c) atau (c, b).
Perhatikan kesebangunan antara Pcb dan PQR pada Gambar 1 ,
sehingga didapatkan persamaan berikut dapat digunakan:
Pb PR

bc RQ
Diketahui :
Tabel 1. Koordinat titik-titik pada Gambar 1
Koordinat Titik koordinat
A (a, 0)
B (b, 0)
C (c, 0)
P (b, f(b))
Q (a, f(a))
R (c, f(c))
Dari persamaan di atas diperoleh:
f (b)  0 f (b)  f (a )

bc ba
Sehingga
f (b) b  a 
c b
 f (b)  f (a)
Persamaan di atas disebut sebagai persamaan rekursif dari metode
Regula Falsi.Nilai c merupakan nilai akar x yang dicari. Sehingga jika
dituliskan dalam bentuk yang lain, nilai akar x adalah sebagai berikut:
f (b) b  a 
x b
 f (b)  f (a)
Dengan kata lain titik pendekatan x adalah nilai rata- rata range
berdasarkan F(x).
Pada kondisi yang paling ekstrim |b – ar| tidak pernah lebih kecil dari
 , sebab salah satu titik ujung selang, dalam hal ini b, selalu tetap untuk

21
iterasi r = 1,2,3,..... Titik ujung selang yang tidak berubah itu dinamakan
titik mandek (stagnan point). Pada titik mandek,
|br – ar| = |b – ar| , dimana r = 1,2,3,...
Yang dapat mengakibatkan program mengalami looping. Untyk
mengatasi hal ini, kondisi berhenti pada algoritma Regula-Falsi harus
ditambah dengan memeriksa apakah nilai f(x) sudah sangat kecil hingga
mendekati nol.
2. Algoritma Metode Regula Falsi
Algoritma Metode Regula Falsi secara singkat dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Definisikan fungsi f(x)
b. Tentukan batas bawah (a) dan batas atas (b)
c. Tentukan toleransi error (  ) dan iterasi maksimum (n)
d. Tentukan nilai fungsi f(a) dan f(b)
e. Untuk iterasi I = 1 s/d n
f (b) b  a 
x b
 f (b)  f (a)
 Hitung nilai f(x)
 Hitung error = | f(x)|
 Jika f (a). f ( x)  0 maka a = c jika tidak b = c

 Jika | f(x)|   , hentikan Iterasi


f. Akar persamaan adalah x

H. Metode Newton Rapshon


1. PengertianMetode Newton Raphson
Metode newton raphson termasuk metode terbuka seperti halnya
metode iterasi titik tetap. Metode Newton Rapshon merupakan metode
pendekatan yang menggunakan satu titik awal dan mendekatinya dengan
memperhatikan gradien pada titik tersebut. Metode ini dimulai dengan
mencari garis singgung kurva pada titik  x1 , f ( x1 )  . Perpotongan garis

22
singgung dengan sumbu x yaitu Xi+1, akan menjadi nilai x yang baru,
dengan cara dilakukan berulang-ulang (iterasi).

2. Algoritma Newton Raphson


Algoritma Metode Newton raphson adalah sebagai berikut:
1. Definisikan fungsi f(x) yang akan dicari akarnya.
2. Tentukan harga awal / titik awal (x0).
3. Tentukan toleransi kesalahan (ɛ).
4. Cari turunan fungsi f(x).
Jika f ’(x) = 0, maka metode newton raphson tidak dapat dilanjutkan.
5. Hitung nilai fungsi f(x) dan f ’(x) dengan menggunakan titik awal.
6. Hitung nilai xi+1menggunakan rumus: f(xi )
f ( xi )
xi 1  xi 
f '( xi )

7. Hitung kesalahan xi 1  xi dan bandingkan dengan toleransi

kesalahan  

8. Jika xi 1  xi    , maka pilih akar persamaan xi 1

Jika xi 1  xi    , maka iterasi dilanjutkan.

9. Akar persamaannya adalah xi+1 yang terakhir diperoleh.

I. Metode Secant
1. Pengertian Metode Secant
Metode secant merupakan salah satu metode terbuka untuk
menentukan solusi akar dari persamaan non linear. Metode secant
melakukan pendekatan terhadap kurva f(x) dengan garis secant yang

23
ditentukan oleh dua titik. Kemudian nilai akar selanjutnya adalah titik
potong antara garis secant dengan sumbu x. Metode Secant merupakan
modifikasi darimetode Newton-Raphson, yaitu denganmengganti fungsi
turunan yang digunakan padametode Newton-Raphson menjadi bentuk
lainyang ekuivalen. Metode ini dimulai denganhampiran awal 𝑥𝑖−1 dan
𝑥𝑖 untuk solusi 𝑥 .
2. Algoritma Metode Secant
Algortima pada metode Secant yaitu:
a. Definisikan fungsi f(x)
b. Definisikan toleransi eror (εs)
c. Taksir batas atas xidan batas bawah xi-1.
d. Tentukan f(xi) dan f(xi-1). Jika f(xi) = f(xi-1) maka iterasi tidak
dilanjutkan, tetapi jika f(xi) = f(xi-1) maka iterasi dilanjutkan.
e. Lakukan iterasi dengan menghitung nilai taksiran akar selanjutnya
dengan:
f ( xi )( xi  xi 1 )
xi 1  xi 
f ( x i )  f ( xi 1 )
f. Iterasi berhenti jika εrh ≤ εs, dengan:

xi1  xi
 rh 
xi1
a.

24
BAB III
PEMBAHASAN

A. TeoriInterpolasi
Jikakitamempinyaisatu set data: (𝑥0 , 𝑦0 ), (𝑥1 , 𝑦1 ), …
,(𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 )makadalambabiniakandijelaskanbagaimanaharusmencari polynomial
yang melalui data di atas(Luknanto, 2001).
Jika polynomial iniditulissebagai:
𝑃(𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 𝑘 + ⋯ + 𝑎0 𝑥 𝑛
Makajika data diatasdisubstitusikanakandidapat(𝑛 + 1) persamaan dengan
(𝑛 + 1) variable tidakdiketahuinyayaitu:
𝑎0 + 𝑎1 𝑥0 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥𝑜 𝑛 = 𝑦0
⋮ ⋮
𝑎0 + 𝑎1 𝑥𝑛 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥𝑛 𝑛 = 𝑦𝑛
Persamaandiatasjikadiselesaikanakanmenghasilkan𝑎0 , ⋯ , 𝑎𝑛 sehingga
polynomial 𝑝(𝑥)dapatdicari.
B. Polinom Interpolasi Beda Maju
1. Beda Maju/Beda Muka/SelisihMuka (Forward Difference)
Apabila diketahui sekelompok data misalnya yaitu(𝑥0 , 𝑦0 ), (𝑥1 , 𝑦1 ),
(𝑥2 , 𝑦2 ), … ,(𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 ), maka bedadari y adalah(𝑦1 − 𝑦0 ), (𝑦2 − 𝑦1 ),
(𝑦2 − 𝑦2 ), … , (𝑦𝑛 − 𝑦𝑛−1 ). Namun apabila selisih tersebut akan
dinyatakan dengan ∆𝑦0 , ∆𝑦1, … ,∆𝑦𝑛−1, maka dapat di rumuskan
dengan:
∆𝑦0 = 𝑦1 − 𝑦0 , ∆𝑦1= 𝑦2 − 𝑦1, … , ∆𝑦𝑛−1= 𝑦𝑛 − 𝑦𝑛−1
Dimana∆ disebut dengan operator beda maju dan ∆𝑦0 , ∆𝑦1 , …
,∆𝑦𝑛−1 disebut dengan selisih muka pertama. Sedangkan beda maju
kedua adalah selisih dari beda maju pertama. Selisih dari beda maju
kedua dapat ditulis dengan ∆2 𝑦0 , ∆2 𝑦1, … ,∆2 𝑦𝑛−1 . Untuk beda maju
ketiga, keempat, dan seterusnya didapatkan dengan langkah yang sama.
Menurut Dewi Rachmawati dan Heri Sutarno (2008:12) secara
umum beda maju dapat dinotasikan dengan:

25
∆𝑓0 = 𝑓1 − 𝑓0 ; ∆𝑓1 = 𝑓2 − 𝑓1 hingga seterusnya. Beda maju tersebut
dapat disebut beda maju pertama. Secara umum rumus beda maju dapat
ditulis:

∆𝑓𝑚 = 𝑓𝑚+1 − 𝑓𝑚

Sedangkan untuk beda maju ketiga, keempat, dan seterusnya.


Bentuk umum dari rumusnya yaitu:
∆𝑓𝑚 = 𝑓𝑚+1 − 𝑓𝑚 untuk n= 0,1,2,…
Beda maju dapat dikerjakan menggunakan table. Table berikut
akan menunjukkan beda maju dari semua tingkat yang dapat dibentuk:
X f(x) ∆f ∆2 f ∆3f ∆4f
x0 f0 ∆ f0 ∆2 f0 ∆3 f0 ∆4f0
x1 f1 ∆ f1 ∆2 f1 ∆3 f1
x2 f2 ∆ f2 ∆2 f2
x3 f3 ∆ f3
x4 f4
Lambang ∆ menyatakan selisih maju atau operator beda maju. Arti
symbol di dalam table tersebut adalah:
f0 = f(x0) = y0
f1 = f(x1) = y1

f4 = f(x4)
Notasi: fp = f(xp)

∆f0 = f1 – f0
∆f1 = f2 – f1

∆f3 = f4 – f3
Notasi: ∆fp = fp+1 – fp

∆2f0 = ∆f1 – ∆f0

26
∆2f1 = ∆f2 – ∆f
∆2f2 = ∆f3 – ∆f2
Notasi: ∆2fp = ∆fp+1 – ∆fp

∆3f2 = ∆2f1 – ∆2f0


∆3f2 = ∆2f2 – ∆2f1
Notasi: ∆3fp = ∆2fp+1 – ∆2fp

Bentuk umum:
∆n+1fp = ∆nfp+1 – ∆nfp n = 0, 1, 2, …
Sedangkan menurut Djoko Luknanto (2001:18) beda maju dapat
dinotasikan dengan:
∆𝑓(𝑥𝑖) = 𝑓(𝑥𝑖+1) − 𝑓(𝑥𝑖) dengan xi= x0 + ih, i= 0,1,2,3,…
Untuk r≥0,
Secara umum rumus dari beda maju dapat dituliskan dengan
:∆𝑟+1 𝑓(𝑧) = ∆𝑟 𝑓(𝑧+ℎ) − ∆𝑟 𝑓(𝑧)
Dengan ∆𝑟 𝑓(𝑧) disebut dengan “beda maju orde r” dan ∆ disebut
dengan “operator beda maju”.
Contoh:
∆0 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥)
∆𝑓(𝑥) = ∆0 𝑓(𝑧+ℎ) − ∆0 𝑓(𝑧)
= 𝑓(𝑥+ℎ) − 𝑓(𝑥)
∆2 𝑓(𝑥) = ∆𝑓(𝑥+ℎ) − ∆𝑓(𝑥)

2. Penurunan Rumus Polinom Newton-Gregory Maju


Penurunanrumuspolinom Newton-
Grerorymajudidapatkandariselisihbedamaju,
𝑛
sehinggadidapatkanrumusyaitu:: 𝑠 𝑟
𝑓(𝑥) ≈ 𝑃𝑛 (𝑥) = ∑ ( ) ∆ 𝑓(𝑥)
𝑟
𝑟=0

𝑠(𝑠−1) 𝑠(𝑠−1)…(𝑠−𝑛+1)
=𝑓0 + 𝑠. ∆𝑓0 + 2!
∆2 𝑓0 + ⋯ + 𝑛!
∆𝑛 𝑓0

27
𝑥−𝑥𝑜
dengan x = x0 + rh ,s = , 0≤s≤n.

Rumustersebutdidapatkandaripembuktianberikut:
f  x1   f  x0 
f x1 , x 2  
x1  x0
f  x 0 

h
f
 0
1!h
f x 2 , x1   f x1 , x0 
f x1 , x 2 , x0  
x 2  x0
f x 2   f x1  f x1   f x0 

x 2  x1 x1

x 2  x0
f1  f 0
 h
2h
 f
2
 2 0
 f0
2 f 0

2!h 2
Bentuk Umum:
n f x0  n f 0
f xn ,..., x1 , x0   
n!h n n!h n
Dengandemikianpolinom Newton untuk data
berjaraksamadapatditulissebagai:
p n x   f x0   x  x0  f x1 , x 2   x  x0 x  x1  f x 2 , x1 , x0   ... 
x  x0 x  x1 ...x  xn1  f xn , xn1 ,..., x1 , x0 
f 0 2 f 0
 f 0  x  x0   x  x0 x  x1   ...  x  x0 x  x1 
1!h 2!h 2
n f 0
...x  x n 1 
n!h n

28
Persamaaninidinamakanpolinom Newton-Gregory maju. Persamaan di
atasdapat juga ditulissebagairelasirekursif:
n f 0
p n ( x)  p n 1 ( x)  x  x0 x  x1 ...x  xn 1 
n!h n
Jikatitik-titikberjaraksamadinyatakansebagai:
xi  x0  ih , i  0,1, 2, ...., n
dan nilaix yang diinterpolasikanadalah
x  x0  sh ,sR
Makapersamaanpolinom Newton-Gregory majudapat juga
ditulisdalam parameter sebagai
sh ss  1h 2 2 ss  1s  2...s  n  1h n n
p n ( x)  f 0  f 0   f 0  ...   f0
1!h 2!h 2 n!h n

yang menghasilkan
s ss  1 2 ss  1s  2...s  n  1 n
p n ( x)  f 0  f 0   f 0  ...   f0
1! 2! n!
Ataudalambentukrelasirekursif,
ss  1s  2...s  n  1 n
i) Rekurens: p n ( x)  p n 1 ( x)   f0
n!
ii) Basis: p0 ( x)  f ( x0 )
Seringkalipersamaandalam parameter sdinyatakandalambentuk
binomial:
𝑛
𝑠 𝑟
𝑃𝑛 (𝑥) = ∑ ( ) ∆ 𝑓(𝑥)
𝑟
𝑟=0

yang dalamhalini,
𝑠 𝑠 𝑠(𝑠−1)…(𝑠−𝑛+1)
( ) = 1, ( )=
𝑟 𝑟
Untuk s > 0, s 𝜖 bilangan bulat.
𝑛!

dan n!= 1×2× … ×n


Tahappembentukanpolinom Newton-Gregory majuuntuktitik-
titikberjaraksamadapatdituliskansebagaiberikut:

29
p0 ( x )  f 0
s s
p1 ( x)  p0 ( x)  f 0  f 0  f 0
1! 1!
ss  1 2
p2 ( x)  p1 ( x)   f0
2!
s ss  1 2
 f 0  f 0   f0
1! 2!

ss  1s  2 3
p3 ( x)  p 2 ( x)   f0
2!
s ss  1 2 ss  1s  2 3
 f 0  f 0   f0   f0
1! 2! 2!

s ss  1 2 ss  1s  2 3


p n ( x)  f 0  f 0   f0   f 0  ...
1! 2! 2!
ss  1s  2...s  n  1 n
 f0
n!

3. Galat Interpolasi Polinom Newton-Gregory Maju


Rumusdarigalat Newton-GreroryMajuadalah:

𝑓 (𝑛+1) (𝑥𝑡)
𝜀(𝑥)= (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) … (𝑥 − 𝑥𝑛 ) (𝑛+1)!

4. Algoritma Interpolasi Polinom Maju


Algoritma pada PolinomInterpolasiMaju:
1. Definisikanfungsif(x)
2. Tentukanselangf(x)
3. Tentukanjarakantarselangatauh
4. Tentukanderajatn
5. Buatlah table selisihmaju
6. Tentukan s
x  x0
s
h

30
s ss  1 2 ss  1s  2 3
7. Cari p n ( x)  f 0  f 0   f0   f 0  ...
1! 2! 2!
ss  1s  2...s  n  1 n
 f0
n!

5. Contoh Soal Interpolasi Polinom Maju


1. Diketahui: (1, 0), (4, 1.386294), (6, 1.791759), (5, 1.609438)
(darifungsiln x)
Ditanya: Perkirakanln 2 denganinterpolasi Newton orde ke-3
Penyelesaian:
𝑝3 (𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 (𝑥 − 𝑥0 ) + 𝑎2 (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 )
+ 𝑎3 (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 )(𝑥 − 𝑥2 )

1.386294−0
𝑓 [𝑥1 , 𝑥0 ] = = 0.462
4−1
1.609438−1.791759
𝑓 [𝑥3 , 𝑥2 ] = = 0.182
5−6
0.203−0.462
𝑓 [𝑥2 , 𝑥1 , 𝑥0 ] = = -0.052
6−1
0.182−0.203
𝑓 [𝑥3 , 𝑥2 , 𝑥1 ] = = -0.020
5−4
−0.020−(−0.052)
𝑓 [𝑥3 , 𝑥2 , 𝑥1 , 𝑥0 ] = = 0.008
5−1

i xi f(xi) First Second Third


0 1 0 0.465 -0.052 0.008
1 4 1.386294 0.203 -0.020
2 6 1.791759 0.182
3 5 1.609438

𝑝3 (𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 (𝑥 − 𝑥0 ) + 𝑎2 (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 )
+ 𝑎3 (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 )(𝑥 − 𝑥2 )
𝑝3 (𝑥) = 0 + 0.0465(𝑥 − 1) − 0.053(𝑥 − 1)(𝑥 − 4)
+ 0.008(𝑥 − 1)(𝑥 − 4)(𝑥 − 6)
𝑝3 (2)= 0.629

31
2. Diketahui: f ( x)  sin( x) di dalam selang [0.1, 1.7] dan h  0.4 Hitung
f(0.8) dengan polinom Newton-Gregory maju derajat 2.
Penyelesaian:
a. f ( x)  sin( x)
b. Selang f(x) = [0.1, 1.7]
c. h = 0.4
d. n = 2
e. Membuat tabel selisih maju

32
Tabel selisih maju:
x f ( x) f 2 f 3 f
0.1 0.09983 0.37960 -0.07570 -0.04797
0.5 0.47943 0.30390 -0.12367 -0.02846
0.9 0.78333 0.18023 -0.152134
1.3 0.96356 0.02810
1.7 0.99166

x  x0 0.8  0.1
f. s    1.75
h 0.4
sf 0 s ( s  1) 2 f 0
p2 (0.8)  f 0  
g. 1! 2!
(1.75)(0.75)
 0.09983  (1.75)0.37960  (0.07570)  0.71445
2

C. Polinom Interpolasi Beda Tengah


Merupakan metode gabungan dari maju dan mundur. Dengan metode
selisih tengah, titik hampiran yang diambil adalah titik sebelum 𝑥0 dan
sesudah 𝑥0 . Sehingga jarak antar kedua titik menjadi ℎ + ℎ = 2ℎ
Operasi selisih tengah ẟ didefinisikan oleh relasi
𝑦1 − 𝑦0 = 𝛿𝑦1 , 𝑦2 − 𝑦1 = 𝛿𝑦3 , … , 𝑦𝑛 − 𝑦𝑛−1 = 𝛿𝑦2𝑛−1
2 2 2

Dengan cara yang sama, selisih tengah berderajat tinggi dapat


didefinisikan. Perhatikan tebel selisih tengah nilai 𝑥 dan 𝑦 seperti berikut
𝑥𝑖 𝑦𝑖 ẟ𝑦𝑖 𝛿 2 𝑦𝑖 𝛿 3 𝑦𝑖 𝛿 4 𝑦𝑖
𝑥0 𝑦0 ẟ𝑦1/2 𝛿 2 𝑦1 𝛿 3 𝑦3/2 𝛿 4 𝑦2
𝑥1 𝑦1 ẟ𝑦3/2 𝛿 2 𝑦2 𝛿 3 𝑦5/2
𝑥2 𝑦2 ẟ𝑦5/2 𝛿 2 𝑦3
𝑥3 𝑦3 ẟ𝑦7/2
𝑥4 𝑦4

33
Sama dengan beda maju dan beda mundur, harga beda pusat (selisih
tengah) akan memiliki harga yang sama.sebagai contoh untuk menentukan
harga ẟ𝑦1 , harganya sama dengan ∆𝑦0 𝑑𝑎𝑛∇𝑦0 . Begitu juga untuk selisih
2

yang lainnya.
Contoh soal:

Diketahui 𝑦(𝑥) = 𝑥 3 − 8𝑥 2 − 4𝑥 + 1 dengan 𝑥 = 0(0,1)0,5. Tentukan tabel


selisihnya kemudian tentukan ∆𝑦0 , ∆𝑦1 , ∇𝑦1 , ∇2 𝑦2 , 𝛿𝑦3/2 , 𝛿 2 𝑦2 , 𝛿 3 𝑦3/2

Jawab :

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terlebih dahulu dibuat tabel


selisih pembaginya. Adapun tabel selisih pembaginya adalah sebagai berikut.

𝑥𝑖 𝑦𝑖 Selisih Pertama Selisih Kedua Selisih Ketiga

0 1 -0,154 0,006
0,1 0,521 -0,148 0,006
0,2 -0,112 -0,781 -0,142 0,006
0,3 -0,893 -0,923 -0,136
0,4 -1,816 -1,059
0,5 -2,875
Berdasarkan tabel berikut maka diperoleh bahwa

∆𝑦0 = −0,479∆𝑦1 = −0,633 ∇𝑦1 = −0,479 ∇2 𝑦2 = −0,154

𝛿𝑦3/2 = −0,633 𝛿 2 𝑦2 = −0,148 𝛿 3 𝑦3/2 = −0,633

Perhatikan bahwa

′ (𝑥)
ℎ2 ′′
𝑓(𝑥 + ℎ) = 𝑓(𝑥) + ℎ𝑓 + 𝑓 (𝑥) + 𝜕(ℎ3 ),
2!

′ (𝑥)
ℎ2 ′′
𝑓(𝑥 − ℎ) = 𝑓(𝑥) − ℎ𝑓 + 𝑓 (𝑥) + 𝜕(ℎ3 )
2!

Kurangkan persamaan atas dengan persamaan bawah, maka diperoleh

34
𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥 − ℎ)
𝑓 ′ (𝑥) = + 𝜕(ℎ2 )
2ℎ

Jadi rumus beda pusat untuk 𝑓′(𝑥) diberikan oleh

𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥 − ℎ)
𝑓′(𝑥) ≈
2ℎ

Dengan galat 𝜕(ℎ2 ). Dalam notasi partisi, ekspresi di atas dapat ditulis

𝑓𝑖+1 − 𝑓𝑖−1
𝑓𝑖′ ≈
2ℎ

Merupakan metode gabungan dari maju dan mundur. Dengan metode


selisih tengah, titik hampiran yang diambil adalah titik sebelum 𝑥0 dan
sesudah 𝑥0 . Sehingga jarak antar kedua titik menjadi ℎ + ℎ = 2ℎ
Operasi selisih tengah ẟ didefinisikan oleh relasi
𝑦1 − 𝑦0 = 𝛿𝑦1 , 𝑦2 − 𝑦1 = 𝛿𝑦3 , … , 𝑦𝑛 − 𝑦𝑛−1 = 𝛿𝑦2𝑛−1
2 2 2

D. Polinom Interpolasi Beda Mundur


Bentuk tabel beda-beda mundur sebagai berikut :
x f(x) Beda pertama Beda Kedua Beda Ketiga

𝑥−2 𝑓−2
𝑥−1 𝑓−1 ∇𝑓−1
𝑥0 𝑓0 ∇𝑓0 ∇2 𝑓0
𝑥1 𝑓1 ∇𝑓1 ∇2 𝑓1 ∇3 𝑓1
𝑥2 𝑓2 ∇𝑓2 ∇2 𝑓2 ∇3 𝑓2

Secara umum diperoleh,


∇𝑓𝑚= ∇𝑓𝑚−1 − 𝑓𝑚
∇2 𝑓𝑚= ∇𝑓𝑚−1 − ∇𝑓𝑚
Kaitan dari ketiga notasi beda-beda di atas adalah :

35
𝛿 𝑛 𝑓𝑚 = ∆𝑛 𝑓𝑚−𝑛 = ∆𝑛 𝑓𝑚+𝑛
2 2

Rumus Interpolasi Beda Mundur Newton adalah


𝑟(𝑟−1) 𝑟(𝑟−1)…(𝑟−𝑛+1)
𝑓(𝑥) = 𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑓0 + 𝑟∇𝑓0 + ∇2 𝑓0 +…+ ∇2 𝑓0
2! 𝑛!
𝑛
𝑟
= ∑ ( ) ∇2 𝑓0
𝑠
𝑠=0
𝑥−𝑥0
Dimana : 𝑟 = ,0 ≤ 𝑟 ≤ 𝑛

𝑟(𝑟−1)(𝑟−2)…(𝑟−𝑠+1)
(𝑟𝑠) = Adalah koefisien-koefisien binomial dari 𝑝𝑛 (𝑋)
𝑠!

Rumus interpolasi lain yang menggunakan beda hingga adalah Rumus


Everett. Rumus ini melibatkan beda-beda hingga tingkat genap. Rumus
Everett yang paling sederhana adalah :
(2 − 𝑟)(1 − 𝑟)(−𝑟) 2 (𝑟 + 1)𝑟(𝑟 − 1) 2
𝑓(𝑥) ≈ (1 − 𝑟)𝑓0 + 𝑟𝑓1 + 𝛿 𝑓0 + 𝛿 𝑓1
3! 3!
𝑥−𝑥0
Dimana : 𝑟 = ,0 ≤ 𝑟 ≤ 1

Untuk membuat penerapannya mudah, tabel-tabel fungsi biasanya


menyertakan beda-beda kedua yang diperlukan. Galatnya adalah
𝑟 + 1 (4)
𝜀(𝑥) = 𝑝𝑛 (𝑥) − 𝑓(𝑥) = −ℎ4 ( ) 𝑓 (𝑡)
4
Dimana 𝑥0 − ℎ < 𝑡 < 𝑥0 + 2ℎ

Contoh Soal:
1
Nilai dan beda dari f(x) = 𝑥, x = 1 (0.2) 2, 4D

X F(x) Beda Beda Beda Beda


Pertama kedua Ketiga keempat
1.0 1.000
1.2 0.8333 -1667
1.4 0.7143 -1190 477
1.6 0.6250 -893 297 -180

36
1.8 0.5556 -694 199 -98 82
2.0 0.5000 -556 138 -61 37

Catatan , bila ditetapkan 𝑥0 = 1.6, maka diperoleh –0.0893 = 𝛿𝑓−1 = ∇𝑓−1


2

= ∇𝑓0
Contoh :
Memakai nilai-nilai dari tabel berikut :
𝑥𝑖 𝑓(𝑥𝑖) 𝛿 2 𝑓𝑖
1.2 3.3201 333
1.3 3.6693 367

Terapkan rumus Everret untuk mencari f(1.24)


Jawab :
0.04
Untuk x = 1.24, tetapkan 𝑥0 = 1.2, sehingga r = = 0.4
0.1

𝑓(1.24) ≈ (0.6)(3.3201) + (0.4)(3.6693) +


(1.6)(0.6)(−0.4) (1.4)(0.4)(−0.6)
(0.0333)+ (0.0367)
6 6

= 3.4598-0.0021-0.0021
= 3.4598

37
BAB IV
STUDI KASUS

Sensus penduduk yang dilaksanakan 10 tahun sekali, merupakan suatu proses


keseluruhan dari pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan penilaian data
penduduk. Penelitian ini menggambarkan “Bagaimana Prediksi Banyaknya
Penduduk Sulawesi Tengah dengan Menggunakan metode Polinom Newton
Gregory Maju”. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dan jenis data
yang digunakan dalam metode polinom newton Gregory Maju untuk memprediksi
banyaknya penduduk Sulawesi Tengah disetiap tahun pada periode 1980 sampai
dengan 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi dengan menggunakan
metode polinom Newton Gregory Maju lebih mendekati data prediksi dari Badan
Pusat Statistik yang mana keakuratan metode tersebut dapat dilihat berdasarkan
perolehan galat relatifnya (eror).
Pelaksanaan sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Sulawesi Tengah dilaksanakan dalam kurun waktu 10 tahun sekali melalui sensus
penduduk. Prediksi penduduk pada tahun berikutnya dalam tiap periode sensus
perlu dilakukan untuk mengetahui selisih pertambahan penduduk pada tahun
tersebut (BPS, 2003). Polinom Newton Gregory merupakan kasus khusus dari
Polinom Newton untuk titik-titik yang berjarak sama, dimana rumus polinom
Newtinnya lebih sederhana. Selain itu, tabel selisih maju (forward difference)
lebih mudah dibentuk.
Peneliti tertarik untuk mengkaji banyaknya penduduk Sulawesi Tengah
diantara empat periode sensus, dengan menggunakan metode Polinom Newton
Gregory Maju. Selanjutnya untuk melihat kelayakan atau akurasi hasil prediksi
ini, akan dikaji tafsiran galat dari metode tersebut. Sedangkan untuk mendapatkan
hasil perhitungan dengan lebih cepat akan dibuatkan program komputernya.
Harapan peniliti adalah agar dapat dijadikan sebagai aplikasi alternative bagi
Badan Pusat Statistik (BPS) untuk memprediksi banyaknya penduduk pada tahun
diantara periode tersebut.

38
Prediksi Polinom Gregory Maju diselesaikan menggunakan persamaan
berikut:
s s( s  1) 2 s ( s  1)( s  2) 3
P4 ( x)  f 0  f 0   f0   f 0 , dimana f 0 , 2 f 0 , 3 f 0
1! 2! 3!
ditentukan melalui tabel beda terbagi Newton Gregory Maju dengan
menggunakan dara sensus penduduk Sulawesi Tengah dengan jarak sensus 10
tahun. Pada penelitian ini digunakan Pesamaan Galat Relatif untuk mengetahui
seberapa besar error yang dihasilkan dengan mensubtitusikan hasil prediksi dari
metode yaitu nilai sejati serta nilai hampiran. Berikut data prediksi dari metode
Polinom Newton Gregory Maju:
Tahun Prediksi Galat Relatif Tahun Prediksi Galat Relatif
Banyaknya Polinom Banyaknya Polinom Newton
Penduduk Newton Penduduk Gregory Maju
(Jiwa) Gregory (Jiwa)
Maju
1981 1328485 0,01014455 1996 2269804 0,004465699
1982 1368202 0,016672416 1997 2316503 0,005972059
1983 1498737 0,023405893 1998 2363000 0,007694581
1984 1450043 0,030331015 1999 2409246 0,009731615
1985 1492070 0,037249968 2001 1756662 0,001568844
1986 1534770 0,043637836 2002 1802378 0,002730135
1987 1578095 0,050198616 2003 1848427 0,003483706
1988 1621995 0,056979651 2004 1894760 0,003830102
1989 1666422 0,064018198 2005 1941327 0,003770944
1991 1988082 0,000249274 2006 2455192 0,003558163
1992 2034974 0,001174214 2007 2500791 0,003027382
1993 2081956 0,001174214 2008 2545992 0,00209709
1994 2128978 0,00212766 2009 2590747 0,000770642
1995 2222951 0,003169705 Total

 R  0,392737492

39
BAB V
KESIMPULAN
Metodenumerikadalahteknik yang
digunakanuntukmemformulasikanmasalahmatematissehinggadapatdipecahkanden
ganoperasiperhitungan/ aritmatika biasa (tambah, kurang, kali dan bagi). Metode
adalah cara sedangkan numerik adalah angka sehingga, secara harafiah metode
numerik berarti cara berhitung dengan menggunakan angka-angka. Perhitungan
ini melibatkan sejumlah besar operasi-operasi hitungan yang berulang-ulang.
Untuk mencari nilai diantara beberapa titik data yang telah diketahui gunakan
interpolasi. Interpolasi adalah metode untuk mencari nilai diantara data-data yang
telah diketahui .Dalam kehidupan sehari-hari, interpolasi dapat digunakan untuk
memperkirakan suatu fungsi di mana fungsi tersebut tidak terdaftar dengan suatu
formula, tetapi didefinisikan hanya dengan data-data atau tabel yang tersedia.
Salah satunya menggunakan Interpolasi Newton Maju.

40
DAFTAR PUSTAKA

Abdulla, F. (2014). "A New (Proposed) Formula for Interpolation and


Comparison with Existing Formula of Interpolation". Mathematical
Theory and Modeling. 4, (4), 33-48.
Adi Widodo, Swi. (2015). METODE NUMERIK. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Djojodiharjo, Harijono. (2000). METODE NUMERIK. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Luknanto, D. (2001). Metoda Numerik. In Metoda Numerik (p. 16).
Munir, Rinaldi. (2008) MetodeNumertik. Bandung: Informatika.
Numerical Methods and Algorithms. (2005). In Numerical Bifurcation Analysis of
Maps. https://doi.org/10.1017/9781108585804.008
Pratiwi, dkk. (2017). "Aplikasi Metode Polinom Newton Gregory Maju dan
Polinom Newton Gregory Mundur dalam Memprediksi Banyaknya
Penduduk Sulawesi Tengah". JIMT. 14, (2), 152-158.
Rahmawan, A. D., & Dwipa, N. M. S. (2019). Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris dan
Matematika. Abdimas Dewantara, 2(1), 36–44.
https://doi.org/10.30738/ad.v2i1.2825
Subakti, I. (2006). Metode Numerik. In Metode Numerik (p. 102). Retrieved from
http://directory.umm.ac.id
Sutarno, H., & Rachmatin, D. (2014). Metode Numerik. Bandung: PT Sinar Baru
Algensindo.
Uddin, dkk. (2019). "A New Method Of Central Differences Interpolation".
Applied Mathematics and Sciences: An International Journal (MathSJ). 6,
(2/3), 1-14.
Sutarno, Heri, dan Dewi Rachmawati. 2008. Hands-Out Metode Numerik. FKIP
Pendidikan Matematika UPI

41

Anda mungkin juga menyukai