Anda di halaman 1dari 23

HIMPUNAN

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5

Khotipah Adelia Lubis (5191151012)

Muhammad Ichsan (5193151010)

KELAS PTIK REG. B

Dosen Pengampu:
Amirhud Dalimunthe, ST., M.Kom.
NIP. 197506182008121002

Reni Rahmadani, S.Kom., M.Kom.


NIP: 199303092019032023

PEND. TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER


PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan Nikmat serta Hidayah-Nya
terutama Nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Matematika Terapan dengan materi ‘Himpunan’. Makalah ini dibuat bertujuan
untuk menambah ilmu dan wawasan.

            Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

            Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Medan, 27 Februari 2020

Kelompok 5

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah...................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
3. Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................2
1. Defenisi Himpunan........................................................................................................2
2. Penyajian Himpunan......................................................................................................2
3. Jenis-Jenis Himpunan....................................................................................................5
4. Operasi Terhadap Himpunan.........................................................................................8
5. Perempatan Operasi Himpunan....................................................................................12
6. Hukum-Hukum Aljabar Himpunan..............................................................................13
7. Prinsip Dualitas............................................................................................................14
8. Prinsip Inklusi- Eksklusi..............................................................................................16
9. Pembuktian Proposisi Himpunan.................................................................................17
BAB III PENUTUP................................................................................................................20
1. Kesimpulan...................................................................................................................20
2. Saran ............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

BAB I
ii
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dalam matematika, himpunan adalah segala koleksi benda-benda tertentu yang
dianggap sebagai satu kesatuan. Walaupun hal ini merupakan ide yang sederhana, tidak salah
jika himpunan merupakan salah satu konsep penting dan mendasar dalam matematika
modern, dan karenanya, studi mengenai himpunan sangatlah berguna.Pengertian himpunan
merupakan salah satu dasar dari matematika. Konsep dalam matematika dapat dikembalikan
pada pengertian himpunan, misalnya garis adalah himpunan titik. Sebetulnya pengertian
himpunan mudah dipahami dan dapat diterima secara intuitif,. Tetapi dalam matematika
dapat dibuat definisinya. Kata himpunan dan kumpulan digunakan dalam definisi secara
bersamaan, meskipun keduanya mempunyai arti yang sama. Demikian pula dengan kata
himpunan dan koleksi.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan apa itu defenisi himpunan dan bagaimana penyajian himpunan?


2. Menjelaskan jenis-jenis himpunan dan bagaimana operasi terhadap himpunan?
3. Menjelaskan apa itu perempatan operasi himpunan?
4. Menjelaskan bagaimana hukum-hukum aljabar himpunan?
5. Menjelaskan apa itu prinsip dualitas?
6. Menjelaskan apa itu prinsip inklusi-eksklusi?
7. Menjelaskan bagaimana pembuktian proposisi himpunan?

3. TUJUAN

1. Mengetahui itu defenisi himpunan dan penyajiannya


2. Mengetahui jenis-jenis himpunan dan bagaimana operasi terhadap himpunan
3. Mengetahui apa itu perempatan operasi himpunan
4. Mengetahui bagaimana hukum-hukum aljabar himpunan
5. Mengetahui apa itu prinsip dualitas
6. Mengetahui apa itu prinsip inklusi-eksklusi
7. Mengetahui bagaimana pembuktian proposisi himpunan
BAB II
PEMBAHASAN
iii
1. DEFENISI HIMPUNAN
Himpunan (set) adalah kumpulan objek objek yang berbeda. Objek yang terdapat
di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota. Kita katakan bahwa himpunan
mengandung elemen-elemennya. Kata “berbeda” di dalam definisi diatas adalah penting
untuk menekankan maksud bahwa anggota himpunan tidak boleh sama.

2. PENYAJIAN HIMPUNAN
Ada terdapat banyak cara untuk menyajikan himpunan. Ada empat cara yang
disajikan, yaitu mengenumerasi elemen-elemennya, menggunakan simbol-simbol baku,
menyatakan syarat keanggotaan, dan menggunakan diagram venn.

2.1 Enumerasi
Jika sebuah himpunan terbatas dan tidak terlalu besar, kita bisa menyajikan himpunan
dengan cara mengenumerasi, artinya menuliskan semua elemen himpunan yang bersangkutan
di antara dua buah tanda kurung kurawal. Biasanya suatu himpunan diberi nama dengan
menggunakan huruf kapital maupun dengan menggunakan simbol-simbol lainnya.
Contoh 1:
Himpunan A yang berisi empat anggota 1, 2, 3, dan 4 dapat ditulis sebagai A = {1, 2, 3, 4}.
Perhatikan bahwa himpunan ditentukan oleh anggota-anggotanya dan bukan pada urutan
anggota-anggotanya. Urutan anggota di dalam himpunan tidak mempunyai arti apa-apa. Jadi,
kita bisa saja menuliskan A sebagai A = {2,4,1,3} atau A = {4,3,2,1}. Karena itu beberapa
literatur menambahkan definisi himpunan sebagai kumpulan objek tak terurut ( unordered
collection).
Contoh 2:
Contoh-contoh himpunan lainnya:
R = {a,b, {a,b,c}, {a,c}
C = {a,{a},{{a}}}
K = {{}}
Perhatikan dari contoh 2 adalah himpunan yang terdiri dari3 elemen, yaitu a, {a}, dan{{a}}.
Contoh 2 memperlihatkan bahwa suatu himpunan dapat merupakan anggota himpunan lain.
Perhatikan juga bahwa K hanya berisi satu elemen yaitu {}. Lebih lanjut, disebut himpunan
kosong, sering dilambangkan dengan Ø.

iv
Untuk menuliskan himpunan dengan jumlah anggota yang besar dan telah memiliki pola
tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan tanda ‘…’ ( ellipsis ).
Contoh 3:
Himpunan bilangan positif ditulis sebagai {1,2,3…}, sedangkan himpunan bilangan bulat
dituliskan sebagai {….,-2,-1,0,1,2,…}.
Terhadap suatu himpunan, suatu objek dapat menjadi anggota atau bukan anggota himpunan
tersebut, untuk menyatakan keanggotaan tersebut digunakan notasi berikut.
x ∈  A untuk menyatakan x merupakan anggota himpunan A dan
x ∉ A untuk menyatakan x bukan merupakan anggota himpunan A

2.2 Simbol-Simbol Baku


Beberapa himpunan yang harus dituliskan dengan simbol simbol yang sudah baku.
Terdapat sejumlah simbol baku yang berbentuk huruf tebal (boldface) yang biasa digunakan
untuk mendefinisikan himpunan yang sering digunakan antara lain:
P = himpunan bilangan positif = {1, 2, 3,…}
N = himpunan bilangan asli = {1,2,..}
C = himpunan bilangan bulat = {….,-2,-1,0,1,2,…)
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan rill
C = himpunan bilangan Kompleks
Kadang-kadang kita berhubungan dengan himpunan-himpunan yang semuanya merupakan
bagian dari semua himpunan yang universal. Himpunan yang universal ini disebut semesta
dan disimbolkan dengan U. Himpunan U harus diberikan secara eksplisit atau diarahkan
berdasarkan pembicaraan. Sebagai contoh, misalnya U = {1,2,3,4,5} dan A adalah himpunan
bagian dari U , dengan A = {1,3,5}.

2.3 Notasi Pembentuk Himpunan


Cara lain menyajikan himpunan adalah dengan notasi pembentuk himpunan (set
Builder). Dengan cara penyajian ini, himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus
dipenuhi oleh anggotanya.

v
Notasi : { x | syarat yang harus dipenuhi oleh x }
Aturan yang digunakan dalam penulisan syarat keanggotaan :
a. Bagian di kiri tanda ‘|’ melambangkan elemen himpunan.
b. Tanda ‘|’ dibaca di mana atau sedemikian sehingga .
c. Bagian di kanan tanda ‘|’ menunjukkan syarat keanggotaan himpunan .
d. setiap tanda ‘,’ di dalam syarat keanggotaan dibaca dan dibaca sebagai dan
Contoh:
i. A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5, dinyatakan sebagai
A = { x | x adalah himpunan bilangan bulat positif lebih kecil dari 5 atau dalam notasi
yang lebih ringkas: yang sama dengan A = {1,2,3,4}.
ii. B adalah himpunan bilangan genap positif yang lebih kecil atau sama dengan 8,
dinyatakan sebagai
B = { x | x adalah himpunan bilangan genap positif lebih kecil atau sama dari 8} atau
dalam notasi yang lebih ringkas: yang sama dengan B = {2,4,6,8}
iii. Notasi pembentuk himpunan sangat berguna untuk menyajikan himpunan yang anggota-
anggotanya tidak mungkin di enumerasikan. Misalnya Q adalah himpunan bilangan
rasional, dinyatakan sebagai Q = {a/b | a,b ∈ Z, b ≠ 0 }
iv. M adalah Himpunan Mahasiswa yang mengambil kuliah Matematika Diskrit,
M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah Matematika Diskrit}.

2.4 Diagram Venn


Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara penyajian himpunan ini
diperkenalkan oleh matematikawan Inggris yang bernama John Venn pada tahun 1881. Di
dalam Diagram Venn , himpunan semesta (U) digambarkan sebagai Suatu segiempat
sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran di dalam segiempat tersebut.
Anggota anggota suatu himpunan berada dalam lingkaran, sedangkan anggota himpunan lain
di dalam lingkaran yang lain pula. Ada kemungkinan dua himpunan yang mempunyai
anggota yang sama, dan hal ini digambarkan dengan lingkaran yang saling beririsan. Anggota
U yang tidak termasuk dalam himpunan manapun digambarkan di luar lingkaran.
Contoh :
Misalkan U = {1, 2,…, 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}. Ketiga himpunan tersebut
digambarkan dengan diagram Venn pada gambar di bawah. Perhatikan bahwa A dan B

vi
mempunyai anggota bersama, yaitu 2 dan 5. Anggota U yang lain, yaitu 7 dan 4 tidak
termasuk dalam himpunan A dan B.

3. JENIS-JENIS HIMPUNAN

3.1 Himpunan Kosong


Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki satu pengalaman atau
himpunan dengan kardinal = 0
Notasi : Ø atau { }
Contoh:
i. E = { x | x < x }, maka | E | = 0
ii. P = {orang Indonesia yang pernah ke bulan}, maka | P | = 0
iii. A = { x | x adalah akar-akar persamaan kuadrat { x 2+ 5 x +10= 0},| A | = 0

Perhatikan bahwa himpunan {{}} dapat juga ditulis sebagai {Ø}, begitu pula
himpunan {{}, {{}}} dapat juga ditulis sebagai { Ø, {Ø}} . Perhatikan juga bahwa {Ø}
bukan himpunan kosong karena ia memuat 1 elemen yaitu Ø.
Istilah seperti kosong, hampa, nihil, ketiganya mengacu pada himpunan yang tidak
mengandung elemen, tetapi istilah nol tidak sama dengan ketiga istilah diatas, sebab nol
menyatakan sebuah bilangan tertentu.

3.2 Himpunan Bagian (Subset)


Sebuah himpunan dapat merupakan bagian dari himpunan lain. Anggota yang
dikandung di dalam himpunan tersebut juga terkandung di dalam himpunan yang lain.
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya jika setiap
elemen A merupakan elemen dari B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
Notasi : A ⊆ B
vii
Dengan menggunakan Diagram Venn, A ⊆ B lebih mudah di mengerti maksudnya, A ⊆ B di
gambarkan dengan Diagram Venn pada gambar di bawah.

3.3 Himpunan Yang Sama


Dua himpunan mungkin saja sama, yaitu semua anggota di dalam kedua himpunan
tersebut sama. Meskipun anggotanya di dalam himpunan tidak sama. Kita mendefinisikan
kesamaan dua buah himpunan melalui definisi berikut ini.
Defenisi :Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika keduanya
mempunyai elemen yang sama. Dengan kata lain, A sama dengan B Jika A adalah himpunan
bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka kita akan
katakan A tidak sama dengan B.
Notasi : A = B ↔ A ⊆ B dan B ⊆ A
Contoh:
i. Jika A = {0,1} dan B = { x | x ( x – 1 ) = 0 } maka A = B
ii. Jika A = {3,5,8,5} dan B = {5,3,8} maka A = B
iii. Jika A = {3,5,8,5} dan B = {3,8}, maka A ≠ B

Tiga hal yang perlu dicatat dalam memeriksa kesamaan dua buah himpunan
1. Urutan elemen di dalam himpunan tidak penting.
Jadi, {1,2,3} = {3,2,1} = {1,3,2}
2. Pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan.
Jadi { 1,1,1,1 } = {1, 1 }= {1}
{ 1, 2, 3} = { 1, 2, 1, 3, 2, 1}
3. Untuk tiga buah himpunan A, B, dan C berlaku aksioma berikut :
(a) A = A, B = B dan C = C.
(b) Jika A = B maka B = A
(c) Jika A = B dan B = C maka A = C
viii
3.4 Himpunan Yang Ekivalen
Dua himpunan dapat mempunyai nilai cardinal yang sama meskipun meskipun
Anggota kedua himpunan tersebut tidak sama. Kita katakan kedua himpunan tersebut
ekuivalen.
Defenisi: Himpunan A dikatakan ekuivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal
dari kedua himpunan tersebut sama.
Notasi : A ~ B ↔ | A | = | B |
Contoh:
Jika A = {1, 3, 5, 7} dan B = {a, b, c, d} maka A ~ B sebab | A | = | B | = 4

3.5 Himpunan Saling Lepas


Dua himpunan mungkin saja tidak memiliki anggota yang sama satu buahpun. Kedua
himpunan tersebut dikatakan saling lepas (disjoint).

Defenisi: Dua Himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika kedua tidak memiliki elemen
yang sama.

Notasi : A // B

Diagram Venn yang menggambarkan dua himpunan yang saling lepas ditunjukkan pada
gambar dibawah

Contoh 1:

Jika A = { x | x ∈ P , x < 8 dan B = {10, 20, 30,…}, maka A // B

Contoh 2:

A = {p,q,r} bukan himpunan bagian dari B = {m,p,q,t,u} karena r ∈ A tetapi r ∉ B.

3.6 Himpunan Kuasa

ix
Satu terminologi yang banyak ditemui dalam ilmu komputer adalah himpunan kuasa(
power set). Himpunan kuasa dari suatu himpunan mengandung semua himpunan bagian dari
himpunan yang dimaksud.
Defenisi: Himpunan kuasa ( power set ) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang
elemennya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan
himpunan A sendiri.
Catatan :
Pada kebanyakan literatur, notasi untuk himpunan kuasa adalah “ ƥ” , tetapi untuk lebih
memudahkan penulisan kita menggantinya dengan huruf “ P” (dari huruf pertama kata
“power”).
Contoh 1:
Jika A = {1,2} maka P( A ) = {Ø,{1},{2},{1,2}}
Contoh 2:
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P (Ø) = {Ø} dan himpunan kuasa dari
himpunan {Ø} adalah = P ({Ø}) = {Ø,{ Ø}}.

4. OPERASI TERHADAP HIMPUNAN


Terhadap dua buah himpunan atau lebih, kita dapat melakukan operasi untuk
menghasilkan himpunan lain. Jenis operasi yang lazim digunakan terhadap himpunan adalah
operasi irisan (intersection), gabungan (union), komplemen, selisih (difference), perkalian
kartesian (cartesian product), dan beda setangkup (symmetric difference).

4.1 Irisan (Intersection)


Definisi : irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah sebuah himpunan yang setiap
elemennya merupakan elemennya dari himpunan A dan himpunan B.
Diagram Venn untuk A ∩ B pada gambar di bawah

x
Jika dua himpunan saling lepas, maka irisannya adalah himpunan kosong, karena
tidak ada elemen yang sama terdapat di dalam kedua himpunan tersebut. Contoh tinjau dan di
bawah ini.
Contoh:
Tinjau (i), (ii), dan (iii) di bawah ini.
(i) Jika A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {4,10,14,18}, maka A ∩ B = {4, 10}
(ii) Jika A = {(x, y) | x + y = 7, x, y ∈ R } dan B = { (x, y) | x - y = 3, x, y ∈ R } maka A ∩
B = { (5,2) }, yang merupakan titik potong garis x + y = 7 dan x - y = 3.
(iii) Jika A = {3,5,9} dan B = {-2, 6 }, maka A ∩ B = Ø . Artinya A // B

4.2 Gabungan ( Union)


Defenisi : Gabungan (Union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap
anggotanya merupakan anggota himpunan A atau himpunan B.
Diagram Venn untuk A ∪ B ditunjukkan pada gambar di bawah.

Contoh:
Tinjau (i) dan (ii) dibawah ini.
(i) Jika A = { 2, 5, 8 } dan B = {7, 5, 22}, maka A ∪ B = { 2, 5, 7, 8, 22 }
(ii) A ∪ B Ø = A

4.3 Komplemen (Complement)


Definisi : Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U adalah
suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen U yang bukan elemen A.
xi
Diagram Venn untuk Ā ditunjukkan pada gambar di bawah
Catatan : Beberapa literatur menuliskan lambang komponen sebagai AC atau A’.

Contoh:
Misalkan U = {1,2,3,…,9},
(i) Jika A = {1,3,7,9} , maka Ā = {2, 4, 6, 8}
(ii) Jika A = {x | x / 2ε P, x < 9} maka Ā = {1,3,5,7,9}

4.4 Selisih (Difference)


Definisi : Selisih dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya
merupakan dari A tetapi bukan elemen dari B . selisih antara A dan B dapat juga dikatakan
sebagai komplemen himpunan B relatif terhadap himpunan A.
Perhatikan bahwa komplemen dari sembarang himpunan A terhadap semesta U dapat juga
didefinisikan sebagai Ā = U – A.
Diagram Venn untuk A - B ditunjukkan pada gambar dibawah

Contoh:

xii
Tinjau (i), (ii), dan (iii) di bawah ini
(i) Jika A = {1, 2, 3,…,10} dan B = {2, 4, 6, 8, 10}, maka A- B = {1, 3, 5, 7, 9 } dan B - A = Ø
(ii) {1, 3, 5}- {1, 2, 3}= { 5 }, tetapi {1, 2, 3} – {1,3 ,5} = { 2 }
(iii) A = Himpunan fungsi menurus (kontinu) dan terbatas di dalam selang [0,1]
B = Himpunan fungsi differentiable di dalam selang [0,1].
B - A = Himpunan fungsi differentiable tak terbatas di dalam selang [0,1]

4.5 Beda Setangkup (Symmetric Difference)


Definisi : beda setangkup dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya ada
pada himpunan A atau B, tetapi tidak pada keduanya.

Diagram Venn untuk A ⊕  B diarsir ditunjukkan pada gambar dibawah

Contoh:

(i) Jika A = {2,4,6} dan B = {2,3,5}, A ⊕  B = {3, 4, 5, 6}


(ii) A = Himpunan segitiga sama kaki, B = himpunan segitiga siku-siku
A ⊕  B = himpunan segitiga sama kaki yang tidak siku-siku dan segitiga siku-
siku yang tidak sama kaki

4.6 Perkalian Kartesian (Cartesian Product)


Definisi : Perkalian kartesian dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya
semua pasangan berurutan (order pairs) yang dibentuk dari komponen pertama dari
himpunan A dan komponen kedua dari himpunan B.

xiii
Contoh:
Tinjau (i) dan (ii) dibawah ini
(i) Misalkan C = {1,2,3} dan D = {a ,b} , maka perkalian kartesian C dan D adalah C
x D = { (1, a ) ,(1, b), (2, a), (2, b),(3,a), (3,b)}
(ii) Misalkan A = B = himpunan semua bilangan rill, maka A x B = himpunan semua
titik bidang datar
Catatlah bahwa :
1. Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka | A x B | = |A| | B .
2. Pasangan berurutan (a, b) berbeda dengan benda (b ,a ) dengan kata lain (a, b) ≠ (b,a)
3. Perkalian kartesian tidak komutatif yaitu, A x B ≠ B x A dengan syarat A atau B tidak
kosong. Pada contoh di atas, D x C = { (a,1), (a,2), (a,3), (b,1), (b,2), (b,3) }≠ C x D
4. Jika A = ⊕ atau B = ⊕ maka A x B = B x A = ⊕

5. PEREMPATAN OPERASI HIMPUNAN


Operasi himpunan dapat dilakukan terhadap dua atau lebih himpunan. Dalam hal ini
kita melakukan perampatan (generalization) operasi himpunan dengan menggunakan dasar
perempatan yang ada pada operasi aritmatika biasa. Misalkan A1 , A2, A3,….An merupakan
himpunan, maka:

Notasi perempatan di atas dapat mempermudah penulisan ekspresi yang panjang, misalnya

xiv
6. HUKUM-HUKUM ALJABAR HIMPUNAN
Terdapat beberapa sifat yang berlaku pada operasi antara dua himpunan atau lebih.
Sifat-sifat tersebut dinyatakan dalam kesamaan himpunan( set identities). Kesamaan tersebut
diberi nama “hukum” yang menyatakan bahwa bila dua himpunan atau lebih dioperasikan,
maka hukum-hukum yang mengatur koperasi tersebut berlaku. Beberapa hukum tersebut
mirip dengan hukum aljabar pada sistem bilangan rill seperti a (b + c) = ab + bc, yaitu hukum
distributif, sehingga kadang-kadang hukum-hukum pada himpunan dinamakan juga hukum-
hukum aljabar pada himpunan.

7. PRINSIP DUALITAS

xv
Prinsip dualitas banyak ditemukan pada beberapa situasi. Prinsip ini menyatakan
bahwa dua konsep yang berbeda dapat dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang
benar. Misalnya di negara Amerika Serikat kemudi mobil terletak di depan bagian kiri,
sedangkan di negara Inggris (juga di Indonesia) kemudi mobil terletak di depan bagian kanan.
Kedua letak kemudi ini menimbulkan peraturan yang berbeda pada kedua negara.
(a) di Amerika Serikat
- Mobil harus berjalan di bagian kanan jalan
- Pada jalan yang berjalur banyak, jalur kiri lajur kiri untuk mendahului
- Bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung
(b) di Inggris
- Mobil harus berjalan di bagian kiri jalan
- Pada jalur yang berlanjur banyak, lajur kanan untuk mendahului
- Bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung

Jadi, konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara tersebut sehingga
peraturan yang berlaku aku di Amerika Serikat menjadi berlaku pula di Inggris .prinsip inilah
yang dinamakan dengan prinsip dualitas
Definisi : (Prinsip Dualitas Pada Himpunan) Misalkan S adalah suatu persamaan yang
melibatkan himpunan (set identity) dan operasi operasi seperti ∪, ∩ dan komplemen. Jika S*
diperoleh dari S dengan mengganti ∪ menjadi ∩, ∩ menjadi ∪, Ø menjadi U , dan U menjadi
Ø , sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka kesamaan S* juga benar dan
disebut dual dari kesamaan S.
Contoh 1

Prinsip dualitas merupakan prinsip yang penting di dalam aljabar himpunan. Kita
dapat menggunakan prinsip ini untuk menurunkan kesamaan himpunan (set identities) lain
yang mengandung operator ∪ dan ∩, dan himpunan Ø dan U atau membuktikan dua dari
kesamaan himpunan lain. Tabel dibawah memperlihatkan bahwa hukum hukum aljabar
himpunan merupakan contoh dualitas.

xvi
8. PRINSIP INKLUSI- EKSKLUSI
Berapa banyak anggota di dalam gabungan himpunan A dan B ?. Penggabungan dua
buah himpunan menghasilkan himpunan baru yang elemen-elemennya berasal dari himpunan
A dan himpunan B. Himpunan A dan himpunan B mungkin saja memiliki elemen-elemen
yang sama . Banyaknya elemen bersama antara A dan B | A ∩ B |. Setiap unsure yang sama
itu telah dihitung dua kali, sekali pada | A | sekali pada | B |, meskipun ia seharusnya
dianggap sebagai satu buah elemen di dalam | A ∪ B |. Karena itu, jumlah elemen hasil
penggabungan seharusnya adalah jumlah elemen di masing- masing himpunan dikurangi
dengan jumlah elemen di dalam irisannya, atau | A ∪ B | = | A | + | B | - | A ∩ B |

xvii
Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi-eksklusi. Sejumlah lemma dan
teorema yang berekaitan dengan prinsip ini dituliskan sebagai berikut .
LEMMA 1. Misalkan A dan B adalah himpunan berhingga yang saling lepas (disjoint), maka
|A∪B|=|A |+|B|

TEOREMA 2. Misalkan A dan B adalah himpunan berhingga, maka | A ∪ B | berhingga


dan | A ∪ B | = | A | + | B | - | A ∩ B |
Dengan cara yang sama kita dapat menghitung jumlah elemen hasil operasi beda setangkup:
|A=⊕ B|==|A |+|B|-2|A∩B|
Prinsip inklusi- eksklusi dapat dirampatkan untuk operasi lebih dari dua buah himpunan.

9. PEMBUKTIAN PROPOSISI HIMPUNAN

Proposisi himpunan adalah pernyataan yang menggunakan notasi himpuan.


Pernyataan dapat berupa kesamaan ( set identity ), misalnya “A ∩ ( B ∪ C ) = A ∩ B ∪ (A ∩
C) “ adalah sebuah kesamaan himpunan, atau dapat berupa implikasi seperti “ Jika A ∩ B = Ø
dan A ∩ (B ∪ C ) maka selalu berlaku bahwa A ∩ C “.

Terdapat beberapa metode untuk membukyikan kebenaran proposisi himpunan.


9.1 Pembuktian dengan menggunakan diagram venn
Buatlah diagram venn untuk bagian ruas kiri atau keramaan dan diagram venn untuk
rus kanan kesamaan. Jika diagram venn keduanya sama, berarti kesamaan tersebut benar.
Contoh:
Misallan A, B, C adalah himpunan . buktikan A ∩ ( B ∪ C ) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) dengan
diagram venn.
Penyelesaian:
Diagram venn untk ruas kiri dan ruas kanan masing-masing di tunjukkan pada gambar d
bawah. Dari diagram venn untuk masing-masing ruas di atas, keduanya memnerikan area
arsiran yang sama. Jadi, terbukti bahwa A ∩ ( B ∪ C ) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C).

xviii
9.2 Pembuktian dengan menggunaka tabeal keanggotaan
Kesamaan himpunan juga dapat dibuktikan dengan mengguakan tabel keanggotaan
( membership tables ). Kita menggunakan angka 1 untuk menyatakan bahwa suatu elemen
adalah anggota himpunan, dan 0 untuk menyatakan bukan himpunan ( nilai ini dapat
dianalogikan true dan false ).
Contoh:
Misalkan A, B, C adalah himpunan. Buktikan bahwa A ∩ ( B ∪ C ) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C).
Tabel keanggotaan untuk kesamaan tersebut adalah seperti dibawah ini. Karena kolom A ∩
(B ∪ C) dan kolom (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) sama, maka kesamaan tersebut benar.

Penjelasan : pandang baris kedua dari tabel di atas :

xix
9.3 Pembuktian dengan menggunakan aljabar himpunan.
Aljabar himpunan mengacu pada hukum – hukum yang dikemukakan pada teorema-teorema
(yang ada buktinya), defenisi suatu operasi himpunan dan penerapan prinsip dualitas.
Contoh:
Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa (A ∩ B) ∪ (A ∩ B) = A
Penyelesaian ;

9.4 Pembuktiaan dengan menggunaka defenisi


Metode ini digunakan untuk membuktikan proposisi himpunan yang tidak berbentuk
kesamaan, tetapi proposisi yang terbentuk implikasi. Biasanya di dalam implikasi tersebut
terdapat notasi himpunan bagian
Contoh:

xx
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Himpunan adalah kumpulan objek objek yang berbeda. Objek yang terdapat di dalam
himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota. Jenis-jenis terdiri dari himpunan bagian,
himpunan kosong, himpunan semesta, himpunan sama, himpunan lepas, himpunan
komplement, dan himpunan ekuivalent.Himpunan dapat ditulis dengan menyebutkan semua
anggota, menyebutkan syarat-syarat anggota, notasi pembetuk himpunan, dan secara grafik.
Operasi pada himpudan terdiri dari gabungan, irisan, komplement, selisih, dan hasil kali
kartesius.Pembuktian proporsi himpunan dapat menggunakan diagram venn, tabel
keanggotaan, aljabar himpunan, dan definisi. Manfaat mempelajari himpunan
adalah membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren, meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak,
cermat, dan objektif, menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri, memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan asas-asas sistematis, meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari
xxi
kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan serta kesesatan, mampu melakukan analisis
terhadap suatu kejadian.

2. SARAN
Tanpa kita sadari ternyata begitu banyak manfaat dari aplikasi matematika untuk
kehidupan sehari-hari. Baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan dalam berbagai disiplin
ilmu yang lainya. Oleh karena itu penulis menyarankan agar kita lebih serius dalam
mempelajari matematika dan jangan dijadikan matematika sebagai sesuatu yang
menyeramkan untuk dipelajari karena matematika adalah bagian sangat dekat yang tak
terpisahkan dari kehidupan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Munir, R. (2017). Matematika Diskrit . Bandung: INFORMATIKA Bandung.

xxii

Anda mungkin juga menyukai