Anda di halaman 1dari 32

HIMPUNAN

DisusunOleh:

Kelompok 5

-JAFAR SIDIK(5192451007)

-FIYA MONALISA(5193151005)

DosenPengampu: Amirhud Dalimunthe, S.T., M.Kom.

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Matematika tentang “Himpunan” dengan baik dan lancar, penulisan
makalah  ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Matematika Terapan

Dalam penyampaian materi di dalam makalah ini kami mencoba


menyajikannya dengan bahasa yang mudah dan ringan agar dapat dimengerti oleh
semua pihak. Harapan kami, semoga makalah ini berguna untuk proses kegiatan
belajar mengajar, dan kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Medan,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1..............................................................................................................LatarBelakang
1
1.2..............................................................................................................Tujuan
1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

2.1. Definisi Himpunan.............................................................................3


2.2. Penyajian Himpunan...........................................................................4
2.3. Kardinalitas.........................................................................................7
2.4. Jenis-Jenis Himpunan.........................................................................8
2.5. Operasi Terhadap Himpunan .............................................................11
2.6. Hukum-Hukum Himpunan.................................................................17
2.7. Prinsip Dualitas...................................................................................18
2.8. Prinsip Inklusi-Eksklusi......................................................................19
2.9. Partisi..................................................................................................23
2.10. Pembuktian proposisi Himpunan......................................................24
BAB III PENUTUP..................................................................................................27

3.1. Kesimpulan.........................................................................................27

3.2. Saran ..................................................................................................27


DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
“Himpunan”. Satu kata penuh pertanyaan. Beberapa orang belum mengetahui
apa arti sebenarnya dari himpunan sehingga kadang-kadang orang itu salah
mengartikannya. Sebenarnya kata himpunan itu erat kaitannya dengan
pengelompokkan . Beberapa orang yang telah mengetahui kaitan himpunan dengan
pengelompokkan ini akhirnya bisa menyimpulkan sendiri meskipun belum biasa
mendeksripsikannya secara jelas.
Seringkali masalah ini akhirnya berhubungan dengan masalah sampah juga.
Ketika suatu tempat sampah tertulis “Sampah basah”, beberapa orang masih saja
salah membuang sampah di tempat yang tidak sesuai dengan labelnya. Mereka tidak
mempedulikan arti dari himpunan “Sampah basah” itu. Mereka belum mengerti
secara jelas karena mereka belum menguasai konsep dasarnya, yaitu himpunan. Kita
harus melakukan 3M ,Mulai dari diri sendiri, Mulai dari kecil/dini, dan Mulai dari
sekarang.
Beranjak dari hal itu , untuk meningkatkan kesadaran kita sebagai mahasiswa
Kesehatan Masyarakat, kita harus memperhatikan pemilahan atau pengelompokkan
sampah yang baik dan benar sehingga di masa yang akan datang kita bisa
menerapkannya juga kepada orang lain atau bisa bermanfaat bagi semua orang.
Mengingat akan penting dan manfaatnya himpunan dalam kehidupan sehari-hari
terutama dalam dunia kesehatan maka penulis bermaksud menulis makalah tentang
“Himpunan”.

1.2. Tujuan dan Manfaat Penulisan


 Menambah pengetahuan tentang himpunan
 Mengetahui cara penyajian himpunan

1
 Mengetahui tentang kardinalitas
 Mengetahui apa saja jenis-jenis himpunan
 Mengetahui cara pengoprasian terhadap himpunan
 Mengetahui apa saja hukum-hukum himpunan
 Mengetahui tentang prinsip dualitas
 Mengetahui tentang prinsip inklusi-ekslusi
 Menambah pengetahuan tentang partisi
 Menambah cara pembuktian proposisi himpunan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Himpunan

Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan
jelas. Benda atau objek dalam himpunan disebut elemen atau anggota himpunan. Dari
defi nisi tersebut, dapat diketahui objek yang termasuk anggota himpunan atau bukan.
Contoh himpunan :

 Himpunan warna lampu lalu lintas, anggota himpunannya adalah merah,


kuning, dan hijau.
 Himpunan bilangan prima kurang dari 10, anggota himpunannya adalah 2, 3,
5, dan 7.

Contoh bukan himpunan:

 Kumpulan baju-baju bagus.


 Kumpulan makanan enak.

Notasi himpunan dilambangkan menggunakan huruf kapital (A, B, …). Benda


atau objek yang termasuk dalam himpunan tersebut ditulis di antara tanda kurung
kurawal {...}. Anggota suatu himpunan dinotasikan dengan ∈, sedangkan yang bukan
anggota himpunan dinotasikan dengan ∉. Banyak anggota suatu himpunan
dinyatakan dengan n.

Contoh:
A adalah himpunan bilangan positif kurang dari 5.

Anggota himpunan bilangan positif kurang dari 5 adalah 1, 2, 3, dan 4.

Jadi, A = {1, 2, 3, 4} dan n(A) = 4.

3
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota. Notasi
himpunan kosong adalah { } atau ø.

Contoh:
N adalah himpunan bilangan negatif yang lebih besar dari nol. N dalam notasi
himpunan adalah N = { } karena semua bilangan negatif kurang dari nol.

Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota atau objek
himpunan yang dibicarakan. Notasi himpunan semesta adalah S.

Contoh:
Misalkan, himpunan P = {2, 3, 5, 7}. Himpunan semesta yang mungkin dari P adalah
S = {bilangan cacah} atau S = {bilangan prima}.

2.2. Penyajian Himpunan

Ada banyak cara menyajikan himpunan. Disini akan dijelaskan 4 cara penyajian,
yaitu mengenumerasi elemen-eleelemen, menggunakan simbol-simbol baku,
menyatakan syarat keanggotaan dan menghunakan diagram ven.

1. Enumeras

Jika sebuah himpunan terbatas dan tidak terlalu besar kita bisa
menyajikannya dengan cara enumerasi maksudnya menulis semua elemen
himpunan yang bersangkutan diantara dua buah kurung kurawal {}.

contoh:

Himpunan k berisi lima bilangan genap positif

maka, k ={2, 4, 6, 8, 10}

4
2. Simbol-simbol Baku
Beberapa himpunan dituliskan dengan simbol-simbol baku. simbol baku
ditulis dalam bentuk huruf tebal (boldface) . yanh sering digunakan untuk
mendefinisikan himpunan, antar lain sebagai berikut:
P adalah bilangan bulat positif
N adalah bilangan asli
Z adalah bilangan bulat
Q adalah bilangan rasional
R adalah bilangan rill
C adalah bilangan kompleks
U adalah bilangan universal atau semesta
contoh:

U = {1, 2, 3, 4, 5} dan A adalah himpunan bagian dari U,dengan A={1, 3, 5}

3. Notasi pembentuk Himpunan


Cara penyajian ini dengan cara himpunan dinyatakan dengan menulis syarat
yang harus dipenuhi oleh anggotanya.

Notasi { x l syarat yang harus dipenuhi oleh x }

aturan yang digunakan dalam menulis syarat keanggotaan:

 bagian dikiri tanda | melambangkan elemem himpunan,


dibaca dimana atau sedemikian sehingga
 bagian dikanan tanda | menunjukkan syarat keanggotaa himpunan
 setiap tanda (,) didalam syarat keanggotaan dibaca

5
contoh:

C adalah himpunan bilangan bulat positif yang lebih kecil dari 5


C = { x | x adalah himpunan bilangan bulat positif yang lebih kecil dari 5}
maka notasi ringkasnya:

C = { x | x E,  x < 5}

4. Diagram Venn
Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan cara menuliskan anggotanya dalam
suatu gambar (diagram) yang dinamakan diagram Venn.Aturan dalam pembuatan
diagram Venn adalah sebagai berikut.
1. Menggambar sebuah persegi panjang untuk menunjukkan semesta dengan
mencantumkan huruf S di pojok kiri atas.
2. Menggambar kurva tertutup sederhana yang menggambarkan himpunan.
3. Memberi noktah (titik) berdekatan dengan masing-masing anggota himpunan.
contoh:
misalkan S ={1, 2, 3,…7, 8, 9}, A ={1, 2, 3, 4, 5} dan B ={ 2, 5, 6, 7}. ketiga
himpunan tersebut ditulis dalam diagramvennn. perhatikan
bahwa A dan B mempunyai anggota yang sama yaitu 2 dan 5. anggota S yang
lain yaitu 8 dan 9 tidak termasuk dalam himpunan  A  dan B

6
2.3. Kardinalitas

Kardinalitas dari sebuah himpunan dapat diartikan sebagai ukuran banyaknya


elemen yang dikandung oleh himpunan tersebut. Banyaknya elemen himpunan {apel,
jeruk, mangga, pisang} adalah 4. Himpunan {p, q, r, s} juga memiliki elemen
sejumlah 4. Berarti kedua himpunan tersebut ekivalen satu sama lain, atau dikatakan
memiliki kardinalitas yang sama. 

Kardinalitas adalah himpunan bilangan yang menunjukkan banyaknya Jumlah


Anggota.

Himpunan Kardinalitas terdiri dari :

a. Himpunan Berhingga (finit) dan Himpunan Tak berhingga (infinit)


Himpunan Berhingga (finit) adalah himpunan yang anggotanya berbatas.
Contoh :
A = {Himpunan bilangan genap < 10 }  => A = ( 2,4,6,8 }
B = {Himpunan bilangan ganjil < 10 }   => B = { 1,3,5,7,9 }
b. Himpunan Tak Berhingga (infinit) adlah himpunan yang anggotanya berbatas.
Contoh :
A = { Himpunan bilangan genap }  =>  A = { 2,4,6,8,… }
B = { Himpunan bilangan ganjil }  => B = { 1,3,5,7,9,… }
c. Himpunan Denumerable dan Himpunan Nondenumerable
- Himpunan Denumerable adalah jika sebuah himpunan ekuivalen dengan
Himpunan N yaitu Himpunan bilangan asli.
Contoh :
A = { Himpunan bilangan asli }  =>A = { 1,2,3,4,5,… }
- Himpunan Nondenumberable adalah jika sebuah himpunan ekuivalen
dengan himpunan R yaitu himpunan bilangan riil.
Contoh :
A = { Himpunan bilangan riil } =>A = { 1.01,1.001,1.0001,… }

7
d. Himpunan Countable dan Himpunan Uncountable
- Himpunan Countable jika himpunan itu merupakan himpunan finit atau
denumberable.
Contoh :
Dalam kehidupan sehari-hari : Beras , Rambut (memiliki unit )
Dalam bilangan : semua bilangan yang berbatas
- Himpunan Uncountable hika himpunan itu merupakan infinit atau
nodumerable.
Contoh :
Dalam kehidupan sehari-hari : Air, Udara
Dalam bilangan : bilangan riil

2.4 Jenis-Jenis Himpunan

A. Himpunan Kosong
Definisi :  Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki satupun
elemen atau himpunan dengan kardinalitas = 0 (nol) atau {}.
Contoh soal :

Sebutkan bilangan ganjil yang ada !

Jika Diketahui :

A= {2, 4, 6, 8}

B= {4, 6, 10}

 Jawabannya adalah {} atau Ø.

 Karena pada himpunan A dan B tidak terdapat bilangan ganjil.

8
B. Himpunan Bagian

Definisi : Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B


jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari B.
Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.

Contoh soal :

Buktikan bahwa A bagian himpunan dari B!

Jika :

Diketahui : A={2,  4, 6}

      B={2, 3, 4, 5, 6}

Jawabannya: A ⊆ B= {2, 4, 6}

Kenapa {3, 5} tidak termasuk ?

Karena 3 dan 5 tidak termasuk anggota himpunan A.

C. Himpunan sama

Definisi : Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya


jika keduanya mempunyai elemen yang sama. Dengan kata lain, A
sama dengan B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah
himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka kita katakan A
tidak sama dengan B.

Notasi : A = B  <==>  A ⊆ B dan B ⊆ A

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam memeriksa kesamaan dua buah
himpunan :

1. Urutan elemen di dalam himpunan tidak penting.


Jadi, {1,2,3} = {3,2,1 = {1,,3,2}

9
2. Pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan.
Jadi, {1,1,1,1} = {1,1} = {1}
3. Untuk tiga buah himpunan, A,B dan C berlaku aksioma berikut:

(a) A = A, B = B dan C = C

(b) Jika A = B, maka B = A

(c) Jika A = B dan B = C, maka A = C

D. Himpunan Ekuivalen
Definisi: Dua himpunan dikatakan Ekuivalen apabila jumlah anggota kedua
himpunan itu sama tetapi bendanya ada yang tidak sama.

Contoh :

P = { a, I, u, e, o } ; Q = { 1, 2, 3, 4, 5 }
Kedua himpunan P dan Q anggota-anggotanya tidak sama tetapi jumlah
anggotanya sama maka himpunan P Ekuivalen dengan Q, jadi ( P ~ Q ).

E. Himpunan saling lepas lepas


Dua himpunan yang tidak kosong dikatakan saling lepas jika kedua himpunan
itu tidak mempunyai satupun anggota yang sama .

Contoh :

P = { 1, 3, 5, 7, 9}

Q = { 2, 4, 6, 8, 10 }

perhatikan, tidak ada anggota himpunan P dan Q yang sama maka himpunan P


dan Q adalah dua himpunan yang saling lepas, jadi  P// Q

10
2.5 Operasi Terhadap Himpunan

1. Irisan (intersection)

Irisan dari himpunan A dan B adalah sebah himpunan yang setiap elemen nya


merupakan bagian dari himpunan A dan himpunan B.

Notasi : A ∩ B = { x | x  ∈ A dan x  ∈ B }

Diagram Venn untuk A ∩ B seperti gambar berikut :

Daerah yang diarsir merupakan bagian dari daerah A dan

daerah B.

Jika dua himpunan saling lepas, maka irisan nya adalah

himpunan kosong, karena tidak ada elemen yang sama didalam

kedua himpunan tersebut.

Contoh lainnya :

11
a. Jika A = {3, 6, 9, 12} dan B = {2, 4, 6, 8, 10, 12}, maka A ∩ B = {6, 12}

b. Jika A  = {4, 7, 9} dan B = {-2, 5}, maka A ∩ B = ∅. Yang berarti A || B

2. Gabungan (union)

Gabungan (union) dari himpunan A  dan B adalah himpunan yang setiap


anggotanya merupakan anggota himpunan A atau himpunan B.

Notasi : A  ∪ B = { x |  x  ∈ A atau x  ∈ B }

Diagram Venn untuk A ∪ B seperti gambar berikut.

Dapat kita perhatikan bahwa gabungan dari himpunan A dengan

himpunan B menjadikan satu kesatuan antara dua buah himpunan.

Jadi, misalkan :

A = {2, 4, 6} dan B = {1, 3, 5}, maka

A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}

Contoh lainnya :

a. Jika A =  {1, 5, 8} dan B = {7, 10, 15}, maka A ∪ B = {1,5,7,8,10,15}

b. Jika A  = {a, b, c} dan B = {d, e, f}, maka A ∪ B = {a,b,c,d,e,f}

12
3. Selisih (difference)

Selisih dari dua himpunan A  dan B adalah suatu himpunan yang elemennya


merupakan elemen dari A  tetapi bukan elemen dari B. Operasi selesih hanya
mengambil bagian yang tidak terdapat pada pasangan himpunan nya.

Notasi : A – B = { x | x ∈ A dan x  ∉ B }

Diagram Venn untuk A - B ditunjukkan pada gambar berikut.

Perhatikan bahwa bagian yang diarsir hanya elemen-elemen

khusus yang terdapat pada elemen A saja, dan bukan pada

elemen B.

Contoh lainnya :

a. Jika A = {1,2,3,…,10} dan B = {1,3,5,7,9}, maka A – B = {2,4,6,8,10}


dan B – A = Ø

b. {3, 7, 9} – {3, 6, 7} = {9}

c. {3, 6, 7} – {3, 7, 9} = {6}

4. Komplemen (complement)

Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U adalah


suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen U yang bukan elemen A.

Notasi : Ā = {x |  x  ∈ U dan x  ∉ A}

13
Operasi komplemen himpunan A terhadap himpunan semesta U

adalah sebagai berikut.

Contoh 1 :

Misalkan U = {1,2,3,..10}

a. Jika A = {2,4,6,8,10}, maka Ā = {1,3,5,7,9}

Contoh 2 :

A = himpunan semua rumah yang berada di Jakarta

B = himpunan semua rumah yang berada di Medan

C = himpunan semua rumah yang dibangun setelah tahun 2016

D = himpunan semua rumah yang nilai jualnya diatas dari

Rp 500 juta

E = himpunan semua rumah milik mahasiswa univeristas tertentu

a. Pernyataan "semua rumah milik mahasiswa universitas ini

berada di Jakarta atau berada di Medan" dapat dinyatakan

dalam notasi himpunan sebagai (E ∩ A) ∪ (E ∩ B) atau

14
E ∩ (A ∪ B)

b. Pernyataan "semua rumah yang berada di Jakarta yang

dibuat setelah tahun 2016 yang nilai jualnya diatas dari

Rp 500 juta" dapat dinyatakan dalam notasi himpunan sebagai

A∩C∩D

c. Pernyataan "semua rumah yang nilai jualnya diatas Rp 500

juta yang berada di luar Jakarta yang bukan milik mahasiswa

di Universitas tertentu" dapat dinyatakan dalam notasi

himpunan sebagai Ā ∩ Ē ∩ D

5. Beda-Setangkup (symmetric difference)

Operasi beda setangkup dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang


elemen nya ada pada himpunan A dan B tetapi tidak pada keduanya. Dengan kata
lain, operasi beda setangkup mengambil semua bagian yang berbeda dari kedua
himpunan.

Notasi : A  ⊕ B = (A  ∪ B)– (A ∩ B)

Diagram Venn untuk A ⊕ B adalah sebagai berikut.

Contoh :

a. Jika A = {2, 5, 8} dan B = {2, 4, 6}, maka

15
A ⊕ B = {4,5,6,8}

b. A = himpunan segitiga sama kaki

B = himpunan segitiga sama siku-siku

A ⊕ B = himpunan segitiga sama kaki yang tidak siku-siku

dan segitiga siku-siku yang tidak sama kaki.

6. Perkalian Kartesian (cartesian product)

Perkalian kartesian dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya


semua pasangan yang berurutan (ordered pairs) yang dibentuk dari komponen
pertama dari himpunan A dan komponen kedua dari himpunan B.

Notasi : A x B = {(a, b) |  a  ∈ A dan b  ∈ B}

Contoh 1:

Misalkan C = {1,2,3}, dan D = {a,b}, maka perkalian kartesian

C dan D adalah C x D = {(1,a),(1,b),(2,a),(2,b),(3,a),(3,b)}

Contoh 2:

Misalkan :

A = himpunan makanan = {n = nasi lemak, b = bubur,

m = mie rebus, g = gorengan }

B = himpunan minumam = {j = jus jerus, t = teh manis,

a = air putih}

Berapa banyak kombinasi makanan dan minuman yang dapat

dihasilkan dari kedua himpunan diatas?

16
= |A x B| = |A|.|B| = 4 . 3 = 12 kombinasi makanan dan

minuman, yaitu {(n,j),(n,t),(n,a),(b,j),(b,t),(b,a),(m,j),

(m,t),(m,a),(g,j),(g,t),(g,a)}.

Perlu diperhatikan bahwa :

a. Jika A dan B adalah himpunan berhingga, maka: |A x B| = |A| |B| .

b. Susunan (a, b) berbeda dengan (b, a), artinya (a, b) ≠ (b, a).

c. Jika A = Ø atau B = Ø, maka A x B = B x A = Ø.

2.6 Hukum-Hukum Himpunan

17
2.7 Prinsip Dualitas
Contoh prinsip dualitas :
Misalkan A ∈ U dimana A = (A ∩ B) ∪ (A ∩ B), maka pada dualnya, misalkan
U*, berlaku :
A = (A ∪ B) ∩ (A ∪ B)
Dalam membuktikan kebenaran suatu pernyataan atau merepresentasikan suatu
pernyataan dengan cara lain dengan menggunakan bantuan himpunan ada beberapa
cara, antara lain :
A. PEMBUKTIAN DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM VENN
Contoh pembuktian menggunakan diagram venn
Misalkan A, B, dan C adalah himpunan.
Tunjukan bahwa A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) dengan diagram Venn
Jawab :Cara ini dilakukan bukan dalam pembuktian formal, dengan
menggambarkan sejumlah himpunan yang diketahui dan mengarsir setiap
operasi yang diinginkan secara bertahap, sehingga diperoleh himpunan hasil
operasi secara keseluruhan.

Kedua digaram Venn memberikan area arsiran yang sama.


Terbukti bahwa A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C).

B. PEMBUKTIAN DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR HIMPUNAN


Contoh 1:
Misalkan A dan B himpunan. Tunjukan bahwa A ∪ (B – A) = A ∪ B

18
Jawab 1:
A ∪ (B – A) = A ∪ (B ∩ Ā)                      (Definisi operasi selisih)
= (A ∪ B) ∩ (A ∪ Ā)        (Hukum distributif)
= (A ∪ B) ∩ U              (Hukum komplemen)
= A ∪ B                     (Hukum identitas)

Contoh 2:
Tunjukan bahwa untuk sembarang himpunan A dan B, berlaku;
a. A ∪ (A ∩ B) = A ∪ B dan
b. A ∩ (A ∪ B) = A ∩ B
Jawab 2:
a. A ∪ (A ∩ B)  = ( A ∪ A) ∩ (A ∪ B)          (H. distributif)
= U ∩ (A ∪ B)                (H. komplemen)
= A ∪ B                    (H. identitas)
(b) adalah dual dari (a)

b. A ∩ (A ∪ B) = (A ∩ A) ∪ (A ∩ B)        (H. distributif)

= ∅ ∪ (A ∩ B)              (H. komplemen)

= A ∩ B                   (H. identitas)

2.8 Prinsip Inklusi-Eksluksi


Banyaknya anggota himpunan gabungan antara himpunan A dan himpunan B
merupakan jumlah banyaknya anggota dalam himpunan tersebut dikurangi
banyaknya anggota di dalam irisannya. Dengan demikian,

n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)

19
Contoh 1.

Dalam sebuah program studi pendidikan matematika yang terdiri atas 350 mahasiswa,
terdapat 175 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan 225
mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks, dan 50 mahasiswa yang
mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan analisis kompleks. Ada berapa
mahasiswa di dalam perkuliahan itu jika setiap mahasiswa mengambil mata kuliah
persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya?

Penyelesaian:
Misalkan A adalah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan
diferensial dan B menyatakan mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis
kompleks. Maka A B merupakan himpunan mahasiswa yang mengambil kedua mata
kuliah tersebut. Banyaknya mahasiswa di dalam kelas itu yang mengambil mata
kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya adalah

n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)

= 175 + 225 – 50 = 350

Ini berarti, terdapat 350 mahasiswa di dalam kelas yang mengambil mata kuliah
persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya. Karena banyaknya
siswa keseluruhan di dalam kelas tersebut adalah 350 mahasiswa, artinya tidak
terdapat mahasiswa yang tidak memilih salah satu dari kedua konsentrasi itu.

Contoh 2

Di sebuah jurusan dalam suatu perguruan tinggi terdapat 134 mahasiswa tingkat 3.
Dari sekian banyak mahasiswa tersebut, 87 di antaranya mengambil mata kuliah teori
graf diskrit, 73 mengambil mata kuliah matematika ekonomi, dan 29 mengambil mata
kuliah teori graf dan matematika ekonomi. Berapa banyak mahasiswa yang tidak
mengambil sebuah mata kuliah baik dalam teori graf maupun dalam matematika

20
ekonomi?
Penyelesaian:
Untuk menentukan banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil mata
kuliah teori graf ataupun matematika ekonomi, kurangilah banyaknya mahasiswa
yang mengambil mata kuliah dari salah satu mata kuliah ini dari keseluruhan
banyaknya mahasiswa tingkat 1. Misalkan A merupakan himpunan semua mahasiwa
tingkat 3 yang mengambil mata kuliah teori graf, dan B adalah himpunan mahasiswa
yang mengambil mata kuliah matematika ekonomi. Maka n(A)=87, n(B)=73, dan n(A
∩ B) = 29. Banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang mengambil mata kuliah teori graf
atau matematika ekonomi adalah

n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)

= 87 + 73 – 29 = 160-29 = 131

Ini artinya terdapat sebanyak 134–131 = 3 mahasiswa tingkat 3 yang tidak


mengambil mata kuliah teori graf ataupun matematika ekonomi.

Dalam bagian berikutnya akan diuraikan bagaimana cara-cara menentukan


banyaknya anggota dalam gabungan antara himpunan terhingga dari sebuah
himpunan. Hasil ini kemudian akan dikembangkan menjadi sebuah prinsip yang
dinamakan Prinsip Inklusi-Eksklusi.

Sebelum membicarakan gabungan dari n himpunan, dengan n sebagai bilangan


bulat positif, sebuah rumusan bagi banyaknya anggota dalam gabungan 3 himpunan
A, B, dan C akan diturunkan. Untuk menyusun rumus ini perlu diingat bahwa n(A)
+n(B)+n(C) membilang tiap anggota tepat satu kali dari ketiga himpunan tersebut
satu kali, anggota yang tepat 2 kali dari himpunan-himpunan itu adalah dua kali, dan
anggota-anggota dalam 3 himpunan tersebut 3 kali. Ini diilustrasikan dalam Gambar
berikut :

21
Ekspresi final ini membilang tiap anggota satu kali, apakah itu 1, 2 atau 3 dalam 3
himpunan. Jadi,

n(A ∪ B ∪ C)= n(A)+n(B)+n(C)- n(A ∩ B) – n(B ∩ C) – n(A ∩ C) + n(A ∩ B ∩ C)

Teorema (Prinsip Inklusi-Eksklusi)

Aplikasi Prinsip Inklusi-Eksklusi

Prinsip Inklusi-Eksklusi memiliki banyak aplikasi, di antaranya dalam


penyelidikan banyaknya bilangan prima dalam yang tidak meliebihi suatu bilangan
bulat positif tertentu. Perhitungan ini dapat dimanfaatkan dalam menjawab
permasalahan saringan Eratosthenes.

Dalam saringan Eratosthenes, kita membuat suatu saringan yang mampu


menyaring bilangan-bilangan, demikian sehingga yang tersisi setelah disaring
hanyalah bilangan prima yang dimaksud.

22
Untuk memahami prinsip ini, pertama-tama kita kaji pengertian bilangan bulat
komposit. Bilangan komposit adalah bilangan yang habis dibagi oleh bilangan prima
yang tidak melebihi akar kuadratnya. Sebagai contoh, 50 adalah bilangan komposit.
Bilangan ini dapat dibagi habis oleh bilangan prima yang tidak lebih dari 50 7 .

Dalam hal ini 50 habis dibagi 2 dan 5. Untuk mencari banyaknya bilangan prima
yang tidak lebih dari 100, kita perlu mencari bilangan komposit yang tidak melebihi
100. Karena 100 10 , maka bilanganbiangan prima yang kurang dari 10 adalah 2, 3, 5,
7. Dengan demikian banyaknya bilangan prima yang tidak lebih dari 100 adalah 4
ditambah dengan banyaknya bilangan bulat positif antara 100 yang habis dibagi 2, 3,
5, atau 7.Untuk memecahkan masalah ini akan kita gunakan prinsip Inklusi-Eksklusi

2.9 Partisi

Tinjau sekumpulan mahasiswa di sebuah kelas. Bagaimana caranya agar dosen


membagi (partisi) himpunan ini? Dosen dapat membagi menjadi beberapa buah
himpunan bagian, yang dalam hal ini setiap himpunan bagian mungkin berisi 1 orang
mahasiswa, 2 orang mahasiswa, dan seterusnya, bahkan kosong. Tidak ada
mahasiswa yang sama berada dalam dua atau lebih himpunan bagian yang berbeda.
Gabungan dari seluruh himpunan bagian itu adalah seluruh mahasiswa dalam kelas.

Definisi
Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong
A1,A2…..dari A sedemikian sehingga :
(a)    A1  A2  …. = A, dan
(b)   Himpunan bagian Ai saling lepas; yaitu Ai ∩ Aj = Ø untuk i ≠ j
Contoh :
Misalkan A = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}, maka { {1},{2, 3, 4},{7, 8},{5, 6}} adalah
partisi A.
Catatlah bahwa partisi membagi himpunan A menjadi beberapa buah “blok”. Pada
contoh diatas, himpunan A dibagi menjadi 4 buah blok, yaitu {1},{2, 3, 4},{7, 8},

23
dan {5, 6}. Jika himpunan A terbatas jumlah elemennya, maka jumlah blok yang
dapat dibentuk tidak lebih besar dari │A│.

2.10 Pembuktian Proposisi Himpunan

Proposisi himpunan adalah pernyataan yang menggunakan notasi himpunan.


Pernyataan dapat berupa kesamaan (set identity), misalnya A (B C) = (A B) (A C) 
adalah kesamaan himpunan atau dapat berupa implikasi seperti “ jika A B =  dan
(B C), maka selalu berlaku bahwa A Terdapat beberapa metode untuk membuktikan
kebenaran proposisi himpunan. Untuk suatu proposisi himpunan . untuk suatu
proposisi himpunan kita dapat membuktikannya dengan beberapa metode yang
menghasilkan kesimpulan yang sama. Di bawah ini dikemukakan beberapa metode
pembuktian proposisi perihal himpunan.
a. Dengan diagram venn
Buatlah diagram venn untuk bagian ruas kiri kesamaan dan diagram venn
untuk ruas kanan kesamaan. Jika diagram venn keduanya sama beraarti
kesamaan tersebut benar. Kelebihan metode ini yaitu pembuktian dapat
dilakukan dengan cepat sedangkan kekurangannya hanya dapat digunakan
jika himpunan yang digambarkan tidak banyak jumlahnya. Metode ini lebih
mengilustrasikan dibandingkan membuktikan fakta. Dan banyak
matematikawan tidak menganggap sebagai pembuktian valid untuk
pembuktian secara formal. Oleh karena itu pembuktian dengan diagram
venn kurang dapat diterima.
b. Pembuktian dengan tabel keanggotaan
Kesamaan himpunan dapat dibuktikan dengan menggunakan tabel
keanggotaan. Kita menggunakan angka 1 untuk menyatakan bahwa suatu
elemen adalah anggota himpunan , dan 0 untuk menyatakan bukan
himpunan. (nilai ini dapat dianalogikan dengan true dan false).
Contoh : Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. buktikan bahwa A (B C) =
(A B) (A C) tabel keanggotaan untuk kesamaan tersebut adalah seperti

24
dibawah ini. Karena kolom A (B C) dan kolom (A B) (A C) sama maka
kesamaan tersebut benar.
A B C BC A(BC) AB AC (AB)(AC)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1

c. Pembuktian dengan aljabar himpunan


Aljabar himpunan mengacu pada hukum- hukum aljabar himpunan,
termasuk di dalamnya teorema-teorema ( yang ada buktinya ), definisi suatu
operasi himpunan dan penerapan prinsip dualitas.
Contoh :
Misalkan A dan B himpunan . buktikan bahwa A  (B - A) = A Penyelesaian:
A  (B - A) = A  (B  Ac)                 definisi operasi selisih
                    = (A B)  (A  Ac)           hukum distributif
                    = (A B)                      hukum komplemen
                    = A B                         hukum identitas         
d. Pembuktian dengan menggunakan definisi
Metode ini digunakan untuk membuktikan proposisi himpunan yang tidak
berbentuk kesamaan , tetapi proposisi yang berbentuk implikasi. Biasanya
di dalam implikasi tersebut terdapat notasi himpunan bagian ( ).
Langkah-langkah untuk membuktikan bahwa X   Y  adalah sebagai berikut:
- Ambil sembarang x  X
- Dengan langkah-langkah yang benar tunjukkan bahwa x  Y
Oleh karena itu x diambil sembarang dalam X , maka berarti bahwa setiap
anggota X merupakan anggota Y atau  X   Y.  Pembuktian yang melibatkan
kesamaan himpunan (X = Y) haruslah melalui  2 arah sesuai dengan
definisinya , yaitu X   Y   dan Y   X.
e. Pembuktian dengan menggunakan sifat keanggotaan.

25
Contoh :
Bagaimana membuktikan A∪(B∩C) = (A∪B)∩(A∪C)?
          x ∈A ∪ (B ∩ C)
      ⇔x ∈ A ∨ x ∈ (B ∩ C)
      ⇔x ∈ A ∨ (x ∈ B ∧ x ∈ C)
      ⇔(x ∈ A ∨ x ∈ B) ∧ (x ∈ A ∨ x ∈ C)
          (hukum distributif untuk logika matematika)
     ⇔x ∈ (A ∪ B) ∧ x ∈ (A ∪ C)
     ⇔x ∈ (A ∪ B) ∩ (A ∪ C)
f. Argument dan diagram venn
Banyak statemen verbal dapat dialihkan menjadi statemen himpunan.
Statemen ini dapat digambarkan dengan diagram Venn. Oleh karena itu,
diagram Venn acap kali digunakan untuk menganalisa validitasnya suatu
argumen.
Contoh :
Pandang asumsi SI, S2, S3 berikut :
S1  : Guru adalah orang yang tenteram hidupnya

S2  : Setiap raja merupakan orang kaya

S3  : Tidak ada orang kaya yang juga tenteram hidupnya

Kita hendak menggambarkan asumsi di atas dalam diagram Venn.

Himpunan guru termuat dalam himpunan orang yang tentram hidupnya


(asumsi SI). Himpunan orang tenteram hidupnya akan saling lepas dengan
himpunan orang kaya (asumsi S3). Himpunan raja termuat seluruhnya di
dalam himpunan orang kaya (asumsi S2).

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Himpunan adalah kumpulan benda atau objek-objek atau lambang-lambang
yang mempunyai arti yang dapat didefinisikan dengan jelas mana yang
merupakan anggota himpunan dan mana bukan anggota himpunan
2. Jenis-jenis terdiri dari himpunan bagian, himpunan kosong, himpunan
semesta, himpunan sama, himpunan lepas, himpunan komplement, dan
himpunan ekuivalent.
3. Himpunan dapat ditulis dengan menyebutkan semua anggota, menyebutkan
syarat-syarat anggota, notasi pembetuk himpunan, dan secara grafik
4. Operasi pada himpudan terdiri dari gabungan, irisan, komplement, selisih, dan
hasil kali kartesius
5. Pembuktian proporsi himpunan dapat menggunakan diagram venn, tabel
keanggotaan, aljabar himpunan, dan definisi
6. Manfaat mempelajari himpunan adalah membantu setiap orang yang
mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib,
metodis dan koheren, meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak,
cermat, dan objektif, menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan
berpikir secara tajam dan mandiri, memaksa dan mendorong orang untuk
berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis, meningkatkan
cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir,
kekeliruan serta kesesatan, mampu melakukan analisis terhadap suatu
kejadian.

3.2 Saran
Demikianlah makalah matematika terapan ini kami buat. Kami sadar, bahwa
makalah ini sebenarnya masih banyak kekurangan dan termasuk jauh dari kata
sempurna. Oleh karenaitu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang

27
membangun dari pembaca agar makalah ini bisa lebih sempurna. Semoga makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kami dan para pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://erlangga.co.id/materi-belajar/smp/7855-pengertian-himpunan-.html

https://kasmahdiana.wordpress.com/2017/12/27/cara-penyajian-himpunan/

https://purnawantomaksum.wordpress.com/bahan-ajar/himpunan/kardinalitas-himpunan/

https://lintiyuni.wordpress.com/matematika-diskrit/himpunan/jenis-jenis-himpunan/

http://www.catatanrobert.com/himpunan-operasi-terhadap-himpunan/

https://slideplayer.info/slide/4888798/

https://komarru04.wordpress.com/2017/03/21/prinsip-dualitas/

https://ibumei.wordpress.com/2011/03/25/matematika-diskret-2-prinsip-inklusi-dan-
eksklusi/

https://ainunannisablog.wordpress.com/2013/09/28/6/

http://blogngori.blogspot.com/2015/11/makalah-himpunan.html

29

Anda mungkin juga menyukai