Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH HIMPUNAN & LOGIKA

“Kumpulan Materi Himpunan dan Logika”

Disusun Oleh Kelompok 2:


Annisa Fitri (12010523276)
Ghina Mardiyah (12010520066)
Rahma Zahra Octavia (12010522820)

Dosen Pengampu: Ismail Mulia Hasibuan, S.Pd, M.Si


Kelas: 1-B
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020/2021
i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT karena hanya dengan
rahmat, hidayah, kasih sayang, dan barokah-Nya kami dapat menyajikan makalah yang berjudul
“Kumpulan Materi Himpunan dan Logika”. Shalawat serta salam tidak lupa kita panjatkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya sampai hari
kiamat. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Himpunan dan Logika pada
program studi Pendidikan Matematika.
Dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan sumbangsih
pemikiran serta intervensi dari berbagai sumber. Karena itu dalam kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Demikian
yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.....
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pekanbaru, 10 Januari 2021

Pemakalah

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB Ⅰ PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 1

BAB Ⅱ PEMBAHASAN

A. Himpunan ...................................................................................... 2
B. Logika .......................................................................................... 19
C. Fungsi .......................................................................................... 23

BAB Ⅲ PENUTUPAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 28
B. Saran ............................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aspek dalam pembelajaran matematika yang paling penting ditekankan adalah
keterampilan dalam proses berpikir. Kita dilatih untuk dapat mengembangkan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, dan konsisten. Untuk membantu dalam proses berpikir
tersebut, gambar dan atau animasi dapat digunakan.
Logika Matematika dan Himpunan sebagai salah satu pembahasan dalam
perkuliahan di program studi pendidikan matematika mempunyai kesulitan tersendiri. Pada
materi ini kita diminta untuk menentukan kebenaran suatu pernyataan, yang terkadang
sangat membingungkan mahasiswa, sehingga perlu digunakan media yang bisa
menjelaskan lebih nyata, serta menyediakan simulasisimulasi guna melatih dan
meningkatkan pemahaman mahasiswa.
Menurut ilmu matematika, himpunan adalah kumpulan atau kelompok benda/objek
yang dapat terdefenisi dengan jelas. Objek didalam himpunan dinamakan elemen, unsur
atau anggota himpunan. Keanggotaan suatu himpunan dinyatakan oleh notasi "∈".
Himpunan biasanya ditulis dengan menggunakan huruf kapital, sementara anggota
himpunan ditulis dengan huruf kecil atau dengan angka. Jumlah atau banyaknya elemen
suatu himpunan berhingga dinamakan kardinalitas. Untuk menyatakan kardinalitas
himpunan A ditulis dengan notasi: n(A) atau |A|.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian, penyajian, dan macam – macam himpunan
2. Operasi himpunan
3. Prinsip inkluisi dan ekslusi
4. Pernyataan, nilai kebenaran, dan negasi logika

C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian, penyajian, dan macam – macam
himpunan
2. Dapat mengetahui dan memahami operasi himpunan
3. Dapat mengetahui dan memahami prinsip – prinsip inkluisi dan ekslusi
4. Dapat mengetahui dan memahami pernyataa, nilai kebenaran, serta negasi logika

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. HIMPUNAN
1. Pengertian Himpunan
Himpunan (set) : adalah kumpulan objek – objek yang berbeda.
Objek yang terdapat didalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.
Keanggotaan suatu himpunan dinyatakan oleh notasi " ∈ ".
Contoh:
𝐴 = {𝑥, 𝑦, 𝑧}
𝑥 ∈ 𝐴 ∶ 𝑥 merupakan anggota himpunan 𝐴.
𝑤 ∉ 𝐴 ∶ 𝑤 bukan merupakan anggota himpunan 𝐴.

2. Penyajian Himpunan
a. Enumerasi
Enumerasi : menuliskan elemen himpunan yang bersangkutan diantara
dua buah himpunan yang bersangkutan diantara dua buah tanda kurung kurawal
(menyebutkan semua anggota himpunannya didalam suatu kurung kurawal).
Contoh:
- Himpunan empat bilangan ganjil pertama: 𝐴 = {1, 3, 5, 7}
- Himpunan bilangan asli diantara 5 hingga 12 : 𝐵 = {5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12}
- Himpunan bilangan asli kurang dari 20 : 𝐶 = {1,2,3,4,5, … , 20}
b. Simbol – simbol baku (standar)
Beberapa himpunan yang khusus dituliskan dengan simbol – simbol yang
sudah baku. Terdapat sejumlah simbol baku yang berbentuk huruf tebal yang
biasa digunakan untuk mendefenisikan himpunan yang sering digunakan, yaitu:
𝐍 = Himpunan bilangan alami (natural) = {1, 2, 3, … }
𝐙 = Himpunan bilangan bulat = { … , −2, −1, 0, 1, 2, … }
𝐐 = Himpunan bilangan rasional
2
𝐑 = Himpunan bilangan riil
𝐂 = Himpunan bilangan kompleks
Himpunan yang universal (semesta pembicaraan) dinotasikan dengan 𝐔.
Contoh:
Misalkan 𝐔 = {1, 2, 3, 4, 5} dan 𝐴 = {1, 3, 5} merupakan himpunan bagian dari
𝐔.
c. Notasi pembentukan himpunan (set builder)
Himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi oleh
anggotanya.
Notasi : {𝑥 |syarat yang harus dipenuhi oleh 𝑥}
Contoh:
- 𝐴 adalah himpunan bilangan asli yang kecil dari 10
𝐴 = {𝑥 |𝑥 ≤ 10 dan 𝑥 ∈ 𝐍 } atau { 𝑥 ∈ 𝐍 |𝑥 ≤ 10 }
yang ekivalen dengan 𝐴 = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 }
- 𝑀=
{ 𝑥 |𝑥 adalah mahasiswa yang mengambil kuliah matematika diskrit}
atau
𝑀 = { 𝑥 adalah mahasiswa | ia mengambil kuliah matematika diskrit}
d. Menggunakan Diagram Venn
Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan cara menuliskan anggotanya dalam
suatu gambar (diagram) yang dinamakan diagram venn.
Contoh:
Misalkan 𝐔 = { 1, 2, … , 7, 8}, 𝐴 = {1, 2, 3, 5, }, dan 𝐵 = {2, 5, 6, 8}.
Diagram Ven:

𝑼 A B
7

1 2 8 4
3 5 6
3
3. Kardinalitas
Sebuah himpunan dikatakan berhingga (finite set) jika terdapat n elemen
berbeda (distinct) yang dalam hal ini n adalah bilangan bulat tak negatif. Srbaliknya
himpunan tersebut dinamakan tak berhingga (infinite set).
Kardinal = jumlah elemen berbeda didalam A (misalkan A merupakan himpunan
berhingga).
Notasi : n(A) atau |A|
Catatan: notasi |A| untuk menyatakan kardinalitas himpunan.

Contoh:
Dibawan ini adalah contoh – contoh himpunan berhingga:
- 𝐴 = {𝑥 |𝑥 merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 20 }, maka |𝐴| =
8,
Dengan elemen – elemen A adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19.
- 𝐵 = {kucing, 𝑎, Amir, 10, paku}maka |𝐵| = 5 , dengan elemen – elemen B
(yang berbeda) adalah kucing, a, Amir, 10, dan paku.

- 𝐶 = {𝑎, {𝑎}, {{𝑎}}}, maka |𝐶 | = 3, dengan elemen – elemen A (yang berbeda)

adalah 𝑎, {𝑎}, dan {{𝑎}}


- 𝐷 = {𝑥 |𝑥 adalah faktor dari 12}, maka |𝐷 | = 6, dengan elemen – elemen D
adalah 1,2,3,4,6,dan 12.
- 𝐸 = {𝑥 |𝑥 adalah bilangan bulat positif kurang dari 1}, maka |𝐸| = 0, karena
tidak ada bilangan positifyang kurang dari 1
- 𝐹 = {𝑥 |𝑥 adalah kucing di Bandung} , merupakan himpunan berhingga.

Himpunan yang tidak berhingga mempunya kardinal tidak berhingga pula. Sebagai
contoh, himpunan bilangan rill mempunyai jumlah anggota tidak berhingga, maka
|𝐑| = ∞, begitu juga himpunan bilangan bulat tak-negatif, himpunan garis yang
melalui titik pusat koordinat,himpunan titik disepanjang garis 𝑦 = 2𝑥 + 3, dan lain
– lain.
4
a. HIMPUNAN KOSONG
Himpunan Kosong (empty set) = himpunan yang tidak memiliki satupun elemen
atau himpunan dengan kardinal = 0.

Notasi ∶ ∅ atau {}

Contoh:
- 𝐸 = { 𝑥 |𝑥 < 𝑥 }, 𝑚𝑎𝑘𝑎 |𝐸| = 0
- 𝑃 = { orang Indonesia yang pernah kebulan }, maka |𝑃| = 0
- 𝐴 = { 𝑥 |𝑥 adalah akar − akar persamaan kuadrat 𝑥 2 + 5x + 10 =
0}, |A| = 0

Himpunan {{ }}dapat ditulis sebagai {∅}, begitu pula himpunan {{ }, {{ }}}


dapat juga ditulis sebagai {∅, {∅}}.
- P = {Mahasiswa Teknik Industri STT Telkom yang pernah ke Mars},
maka n(P) = 0
Jadi P = ∅
- A = {x | akar persamaan kuadrat 𝑥 2 + 1 = 0 dan x ∈ R}, maka n(A) = 0
Jadi A = {}
- B = {{ }} dapat juga ditulis sebagai B = {∅}.
Jadi B bukan himpunan kosong karena ia memuat satu unsur yaitu
himpunan kosong.

b. HIMPUNAN BAGIAN (Subset)


Himpunan A dikatakan himpunan bagian (Subset) dari himpunan B jika dan
hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari B. Dalam hal ini, B
dikatakan superset dari A.

5
Notasi: 𝐴 ⊆ 𝐵

Dengan menggunakan diagram Venn, 𝐴 ⊆ 𝐵 lebih mudah dimengerti.

A B

Contoh:
- 𝐍⊆𝐙⊆𝐑⊆𝐂
- {2, 3, 5} ⊆ {2,3,5}
Untuk setiap himpunan A berlaku hal – hal sebagai berikut:
a. A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, 𝐴 ⊆ 𝐴).
b. Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A ( ∅ ⊆ A).
c. Jika A ⊆ B dan B ⊆ C, maka A ⊆ C

∅ ⊆ A dan A ⊆ A, maka ∅ dan A disebut himpunan bagian tak sebenarnya


(improper subset) dari himpunan A. Pernyataan A ⊆ B berbeda dengan A ⊂ B
: A ⊂ B : A adalah himpunan bagian dari B tetapi A ≠ B. Yang demikian, A
merupakan himpunan bagian sebenarnya (proper subset) dari B.

c. HIMPUNAN KUASA
Dari himpunan A merupakan suatu himpunan yang unsurunsurnya merupakan
semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A
sendiri. Himpunan kuasa dinotasikan oleh P(A). Jumlah anggota (kardinal) dari

6
suatu himpunan kuasa bergantung pada kardinal himpunan asal. Misalkan,
kardinalitas himpunan A adalah m, maka |P(A)| = 2𝑚 .

Contoh:

jika 𝐴 = {𝑥, 𝑦}, maka 𝑃(𝐴) = {∅, {𝑥 }, {𝑦}, {𝑥, 𝑦}}

d. HIMPUNAN YANG SAMA


Pernyataan 𝐴 ⊆ 𝐵 digunakan untuk menyatakan bahwa A adalah himpunan
bagian (subset) dari B yang memungkinkan 𝐴 = 𝐵. Dua buah himpunan
dikatakan sama jika memenuhi kondisi berikut: 𝐴 = 𝐵 jika dan hanya jika
setiap unsur A merupakan unsur B dan sebaliknya setiap unsur B merupakan
unsur A. untuk menyatakan 𝐴 = 𝐵, yang perlu dibuktikan adalah A adalah
himpunan bagian dari B dan B merupakan himpunan bagian dari A. jika tidak
demikian, maka 𝐴 ≠ 𝐵.

Notasi: 𝐴 = 𝐵 ⟺ 𝐴 ⊆ 𝐵 dan 𝐵 ⊆ 𝐴

Contoh:
- Jika 𝐴 = {0, 1} 𝑑𝑎𝑛 𝐵 = { 𝑥 | 𝑥 (𝑥 − 1) = 0}, maka 𝐴 = 𝐵
- Jika 𝐴 = {3, 5, 8, 5} dan 𝐵 = {5, 3, 8}, maka 𝐴 = 𝐵 {5, 3, 8}, maka 𝐴 = 𝐵
- Jika 𝐴 = {3, 5, 8, 5} dan 𝐵 = {3, 8}, maka 𝐴 ≠ 𝐵}

Untuk 3 buah himpunan, A,B, dan C, berlaku aksioma berikut:


a) 𝐴 = 𝐴, 𝐵 = 𝐵, dan 𝐶 = 𝐶
b) Jika 𝐴 = 𝐵, maka 𝐵 = 𝐴
c) Jika 𝐴 = 𝐵 dan 𝐵 = 𝐶, maka 𝐴 = 𝐶

7
e. HIMPUNAN YANG EKIVALEN
Ekivalen : Himpunan A bisa dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan
hanya jika kardinal dari kedua himpunan tersebut sama.

Notasi: 𝐴 ∼ 𝐵 ⟷ |𝐴| = |𝐵|

Misalkan: 𝐴 = {4, 5, 6, 7, 8} dan 𝐵 = {𝑝, 𝑞, 𝑟, 𝑠, 𝑡}


Maka 𝐴 ∼ 𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏 |𝐴| = |𝐵| = 5

f. HIMPUNAN SALING LEPAS (disjoint)

Jika keduanya tidak memiliki unsur yang sama. Notasi yang digunakan adalah
A // B. Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah sebagai berikut :

A B

Contoh:
Jika 𝐴 = { 𝑥 | 𝑥 ∈ 𝑁, 𝑥 < 10} dan 𝐵 = {11, 12, 13, 14, 15}, maka A // B

4. Operasi Himpunan
a. Irisan (Intersection)
Irisan antara dua buah himpunan dinotasikan dengan tanda " ∩ ".

Notasi: 𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑥 |𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐵}

Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn:

8
Misalkan:
- 𝐴 = {2, 3, 5, 7, 11} 𝑑𝑎𝑛 𝐵 = {3, 6, 9, 12}, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐴 ∩ 𝐵 = {3}
- A adalah himpunan mahasiswi TI STT Telkom dan B merupakan
himpunan wanita lanjut usia (50 tahun ke atas) maka 𝐴 ∩ 𝐵 = ∅. Hal ini
berarti A dan B adalah saling lepas atau A // B.

b. Gabungan (union)
Gabungan antara dua buah himpunan dinotasikan dengan tanda “∪”. Misalkan
A dan B himpunan, maka 𝐴 ∪ 𝐵 = { 𝑥 |𝑥 ∈ 𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ∈ 𝐵}.

Contoh:
- Jika A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 }, maka A ∪ B = { 1, 2, 3, 4,
5, 7}
- A∪∅=A

c. Komplemen (complement)

9
Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U adalah
himpunan yang elemennya merupakan elemen U yang bukan elemen A.

Notasi: 𝐴̅ = { 𝑥 | 𝑥 ∈ 𝑈 dan 𝑥 ∉ 𝐴}

Contoh:
Misalkan
U = { 1, 2, 3, ..., 9 }, jika A = {1, 3, 7, 9}, maka A = {2, 4, 5, 6, 8}
jika A = { x ∈ U | x habis dibagi dua }, maka A = { 1, 3, 5, 7, 9 }

d. Selesih (difference)
Selisih antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda “−". Misalkan A dan
B adalah himpunan, maka selisih A dan B dinotasikan oleh
𝐴 − 𝐵 = { 𝑥 | 𝑥 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ∉ 𝐵} = 𝐴 ∩ 𝐵̅

Contoh:
Jika
𝐴 = {1, 2, 3, … , 10} dan 𝐵 = {2, 3, 5, 7}, maka 𝐴 − 𝐵 = {1, 4, 6, 8, 9} dan
𝐵−𝐴 =∅

10
e. Beda setangkup (Symmetric Difference)
Beda setangkup antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda “⨁”.
Misalkan A dan B adalah himpunan, maka beda setangkup antara A dan B
dinotasikan oleh

𝐴 ⊕ 𝐵 = (𝐴 ∪ 𝐵) − (𝐴 ∩ 𝐵) = (𝐴 − 𝐵) ∪ (𝐵 − 𝐴)
Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :

Jika A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 }, maka A ⊕ B = { 1, 4, 7 }


Beda setangkup memenuhi sifat-sifat berikut:
1) A ⊕ B = B ⊕ A (hukum komutatif)
2) (A ⊕ B ) ⊕ C = A ⊕ (B ⊕ C ) (hukum asosiatif)

f. Perkalian Kartesia (Cartesian Product)


Perkalian kartesian antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda “×”
Misalkan A dan B adalah himpunan, maka perkalian kartesian antara A dan B
dinotasikan oleh :
𝐴 × 𝐵 = {(𝑎, 𝑏)|𝑎 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ∈ 𝐵}
Contoh:
- Misalkan 𝐶 = {1, 2, 3}, dan 𝐷 = {𝑎, 𝑏}, maka
𝐶 × 𝐷 = { (1, 𝑎), (1, 𝑏), (2, 𝑎), (2, 𝑏), (3, 𝑎), (3, 𝑏)}
- Misalkan 𝐴 = 𝐵 = himpunan semua bilangan riil, maka 𝐴 × 𝐵 =
himpunan semuatitik dibidang datar.
Hukum-hukum yang berlaku untuk operasi himpunan adalah sebagai berikut :

11
𝐴∪∅ =𝐴
1. Hukum Identitas
𝐴∩𝑈 = 𝐴
𝐴∪∅= ∅
2. Hukum null/dominasi
𝐴∩𝑈 = 𝑈
𝐴 ∪ 𝐴̅ = 𝑈
3. Hukum komplemen
𝐴 ∪ 𝐴̅ = ∅
𝐴∪𝐴 = 𝐴
4 Hukum idempoten
𝐴∩𝐴 = 𝐴
5 Hukum involusi ̅̅̅̅̅
(𝐴̅ ) = 𝐴
𝐴 ∪ (𝐴 ∩ 𝐵 ) = 𝐴
6 Hukum Penyerapan (absorpsi)
𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐴 ) = 𝐴
𝐴∪𝐵 = 𝐵∪𝐴
7 Hukum Komutatif
𝐴∩𝐵 = 𝐵∩𝐴
𝐴 ∪ (𝐵 ∪ 𝐶 ) = ( 𝐴 ∪ 𝐵 ) ∪ 𝐶
8 Hukum Asosiatif
𝐴 ∩ (𝐵 ∩ 𝐶 ) = (𝐴 ∩ 𝐵) ∩ 𝐶
𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶 ) = (𝐴 ∪ 𝐵 ) ∩ ( 𝐴 ∪ 𝐶 )
9 Hukum Distributif
𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶 ) = (𝐴 ∩ 𝐵) ∪ (𝐴 ∩ 𝐶)
̅̅̅̅̅̅̅
𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴̅ ∪ 𝐵̅
10 Hukum De Morgan
̅̅̅̅̅̅̅
𝐴 ∪ 𝐵 = 𝐴̅ ∩ 𝐵̅
̅=𝑈

11 Hukum Komplemen
̅ = ∅
𝑈

5. Prinsip Dualitas
Prinsip dualitas mengemukakan bahwa dua konsep yang berbeda dapat dipertukarkan
namun tetap memberikan jawaban yang benar.

Contoh:
AS → kemudi mobil di kiri depan

12
Indonesia → kemudi mobil dikanan depan

Peraturan :
- Di Amerika Serikat
→ Mobil harus berjalan dibagian kanan jalan
→ Pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului
→ Bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung

- Di Indonesia
→ Mobil harus berjalan dibagian kiri jalan
→ Pada jalan yang berlajur banyak, lajur kanan untuk mendahului
→ Bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung

Prinsip dualitas pada kasus tersebut adalah:


Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara tersebut
sehingga peraturan yang berlaku di Amerika Serikat menjadi berlaku pula di Inggris.
Prinsip inilah yang dinamakan prinsip Dualitas.
Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang melibatkan himpunan dan
operasi-operasi seperti ∪, ∩, dan komplemen. Jika S* merupakan kesamaan yang
berupa dual dari S maka dengan mengganti ∪ → ∩, ∩ → ∪, ∅ → U, U → ∅,
sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka operasi-operasi tersebut pada
kesamaan S* juga benar.
Tabel dualitas dari hukum aljabar
Hukum Aljabar Dualnya
Hukum identitas 𝐴 ∪ ∅ = 𝐴 𝐴 ∩ 𝑈 = 𝐴
Hukum null/dominasi 𝐴 ∩ ∅ = ∅ 𝐴 ∪ 𝑈 = 𝑈
Hukum komplemen 𝐴 ∪ 𝐴 = 𝑈 𝐴 ∩ 𝐴= ∅
Hukum idemponten 𝐴 ∪ 𝐴 = 𝐴 𝐴 ∩ 𝐴 = 𝐴

13
Hukum penyerapan 𝐴 ∪ (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝐴 𝐴 ∩ (𝐴 ∪ 𝐵) = 𝐴
Hukum komutatif 𝐴 ∪ 𝐵 = 𝐵 ∪ 𝐴 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐵 ∩ 𝐴
Hukum asosiatif 𝐴 ∪ (𝐵 ∪ 𝐶) = (𝐴 ∪ 𝐵) ∪ 𝐶 𝐴 ∩ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∩ 𝐵) ∩ 𝐶
𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶)
𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴
Hukum distributif = (𝐴 ∩ 𝐵) ∪ (𝐴
∪ 𝐶)
∩ 𝐶)
Hukum de morgan ̅̅̅̅̅̅̅
𝐴 ∪ 𝐵 = 𝐴̅ ∪ 𝐵̅ ̅̅̅̅̅̅̅
𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴̅ ∩ 𝐵̅
Hukum 0/1 ̅=𝑈
∅ ̅=∅
𝑈

Contoh:
Misalkan 𝐴 ∈ 𝑈 dimana 𝐴 = (𝐴 ∩ 𝐵) ∪ (𝐴 ∩ 𝐵̅), maka pada dualnya , misalkan U*
berlaku 𝐴 = (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴 ∪ 𝐵̅).
Dalam membuktikan kebenaran suatu pernyataan atau merepresentasikan suatu
pernyataan dengan cara lain dengan menggunakan bantuan himpunan ada beberapa
cara, antara lain :
a. Pembuktian dengan diagran venn:
Contoh:
Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Tunjukan bahwa A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪
(A ∩ C) dengan diagram Venn.
Jawab:

𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) (𝐴 ∩ 𝐵) ∪ (𝐴 ∩ 𝐶)

Kedua digaram Venn memberikan area arsiran yang sama.Terbukti bahwa :


𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶 ) = (𝐴 ∩ 𝐵) ∪ (𝐴 ∩ 𝐶)
14
b. Beberapa contoh dalam membuktikan pernyataan dengan menggunakan aljabar
himpunan:
1) Misalkan A dan B himpunan.
Tunjukkan bahwa:
𝐴 ∪ (𝐵 − 𝐴 ) = 𝐴 ∪ 𝐵
Jawab:
𝐴 ∪ (𝐵 − 𝐴 ) = 𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐴 ) (Definisi operasi
selisih)
= (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴 ∪ 𝐴) (Hukum distributif)
= (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ 𝑈 (Hukum komplemen)
=𝐴∪𝐵

2) Tunjukkan bahwa untuk sembarang himpunan A dan B, berlaku


i) 𝐴 ∪ (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝐴 ∪ 𝐵
ii) 𝐴 ∩ (𝐴 ∪ 𝐵) = 𝐴 ∩ 𝐵
Jawab:
i) 𝐴 ∪ (𝐴 ∩ 𝐵 ) = (𝐴 ∪ 𝐴 ) ∩ (𝐴 ∪ 𝐵 ) (H. distributif)
= 𝑈 ∩ (𝐴 ∪ 𝐵) (H. komplemen)
=𝐴∪𝐵 (H. identitas)

ii) Adalah dual dari i).


𝐴 ∩ (𝐴 ∪ 𝐵) = (𝐴 ∩ 𝐴) ∪ (𝐴 ∩ 𝐵) (H. distributif)
= ∅ ∪ (𝐴 ∩ 𝐵 ) (H. komplemen)
=𝐴∩𝐵 (H. identitas)

15
6. Prinsip Inklusi Dan Ekslusi
Penggabungan dua buah himpunan menghasilkan sebuah himpunan baru yang
elemen nya berasal dari himpunan A dan himpunan B. Himpunan A dan himpunan B
mungkin saja memiliki elemen yang sama, dan hal tersebut dapat di temukan dalam
|A ∩ B|. Setiap unsur yang sama itu telah dihitung dua kali, sekali pada |A| dan sekali
pada |B|, meskipun ia dianggap sebagi sebuah elemen pada |A ∪ B|. Karena itu,
jumlah elemen hasil penggabungan seharusnya adalah elemen di masing-masing
himpunan dikurangi dengan jumlah elemen di dalam irisannya, atau |A ∪ B| = |A| +
|B| – |A ∩ B|.
Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi-eksklusi.

Contoh 1
Dalam kelas Kombinatorika setiap mahasiswa menempuh mata kuliah Kalkulus atau
Analisis Real, atau keduanya. Jika 25 mahasiswa menempuh mata kuliah Kalkulus,
13 mahasiswa menempuh mata kuliah Analisis Real, dan 8 mahasiswa menempuh
kedua - duanya, berapabanyak nahasiswa dalam kelas Kombinatorika tersebut?
Jawab:
Misalkan A adalah himpunan mahasiswa dalam kelas Kombinatorika yang
menempuh mata kuliah Kalkulus dan B adalah himpunan mahasiswa dalam kelas
Kombinatorika yang menempuh mata kuliah Analisis Real. Maka A ∩ B adalah
himpunan mahasiswa dalam kelas Kombinatorika yang menempuh mata kuliah
Kalkulus dan Analisis Real. Karena banyaknya mahasiswa dalam kelas
Kombinatorika terdiri dari mahasiswa yang menempuh Kalkulus atau Analisis Real
atau keduanya, maka banyaknya mahasiswa dalam kelas Kombinatorika adalah |A ∪
B|. Sehingga,

| A ∪ B| = | A | + | B | − | A ∩ B |
= 25+13−8=30
Jadi, ada 30 mahasiswa dalam kelas Kombinatorika.

16
Contoh 2
Berapa banyak bilangan bulat positif tidak melebihi 1000 yang dapat dibagi oleh 7
atau 11?
Jawab:
Misalkan A adalah himpunan bilangan bulat positif tidak melebihi 1000 yang dapat
dibagi oleh 7, dan B adalah himpunan bilangan bulat positif tidak melebihi 1000 yang
dapat dibagi oleh 11. Maka A ∪ B adalah himpunan bilangan bulat positif tidak
melebihi 1000 yang dapat dibagi oleh 7 atau 11, dan A ∩ B adalah himpunan bilangan
bulat positif tidak melebihi 1000 yang dapat dibagi 7 dan 11. Diantara bilangan bulat
1000
positif yang tidak melebihi 1000 ada ⌊ ⌋ bilangan bulat positif yang dapat dibagi
7
1000
7 dan ⌊ ⌋ bilangan bulat positif yang dapat dibagi 11. Karena 7 dan 11 relatif
11

prima, bilangan bulat positif yang dapat dibagi 7 dan 11 juga dapat dibagi 7.11.
1000
Akibatnya, ada ⌊ ⌋ bilangan bulat positif tidak melebihi 1000 yang dapat dibagi 7
7.11

dan 11. Sehingga, ada


|A∪B|=|A|+|B|−|A∩B|
1000 1000 1000
=⌊ ⌋+⌊ ⌋ − ⌊ 7.11 ⌋
7 11

= 142 + 90 −12 = 220


bilangan bulat positif tidak melebihi 1000 yang dapat dibagi 7 atau 11.

Prinsip inklusi-eksklusi dapat dirampatkan untuk operasi lebih dari dua buah
himpunan. Untuk tiga buah himpunan A, B dan C adalah himpunan berhingga, maka
| 𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶 | berhingga dan
| 𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶 | = |𝐴| + |𝐵| + |𝐶 | − |𝐴 ∩ 𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐶 | − |𝐵 ∩ 𝐶 | + |𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶 |
dan untuk r buah himpunan berlaku teorema berikut: misalkan 𝐴1 , 𝐴2 , … , 𝐴𝑟 adalah
himpunan berhingga, maka berlaku
|𝐴1 ∪ 𝐴2 ∪ … ∪ 𝐴𝑟 | = ∑𝑖|𝐴𝑖 | − ∑1≤𝑖≤𝑗≤𝑟|𝐴𝑖 ∩ 𝐴𝑗 | + ∑1≤𝑖≤𝑗≤𝑘≤𝑟|𝐴𝑖 ∩ 𝐴𝑗 ∩ 𝐴𝑘 | +
… + (−1)𝑟−1 |𝐴1 ∩ 𝐴2 ∩ … 𝐴𝑟 |

17
Contoh 3
Sebanyak 1232 orang mahasiswa mengambil kuliah Bahasa Inggris, 879 orang
mengambil kuliah Bahasa Perancis, dan 114 mengambil kuliah Bahasa Jerman.
Sebanyak 103 orang mengambil kuliah Bahasa Inggris dan Perancis, 23 orang
mengammbil kuliah Bahasa Inggris dan Jerman, dan 14 orang mengambil kuliah
Bahasa Perancis dan Bahasa Jerman. Jika 2092 orang mengambil paling sedikit satu
buah kuliah Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, dan Bahasa Jerman, berapa banyak
mahasiswa yang mengambil kuliah ketiga buah Bahasa tersebut?
Jawab:
Misalkan:
I = himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah Bahasa Inggris
P = himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah Bahasa Perancis
J = himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah Bahasa Jerman
Maka,
|𝐼 | = 1232 |𝑃| = 879 |𝐽| = 114
|𝐼 ∩ 𝑃| = 103 |𝐼 ∩ 𝐽| = 23 |𝑃 ∩ 𝐽| = 14

Dan
|𝐼 ∪ 𝑃 ∪ 𝐽| = 2092
Penyulihan nilai-nilai di atas pada persamaan
|𝐼 ∪ 𝑃 ∪ 𝐽| = |𝐼 | + |𝑃| + |𝐽| − |𝐼 ∩ 𝑃| − |𝐼 ∩ 𝐽| − |𝑃 ∩ 𝐽| + |𝐼 ∩ 𝑃 ∩ 𝐽|
Memberikan
2092 = 1232 + 879 + 114 − 103 − 23 − 14 + |𝐼 ∩ 𝑃 ∩ 𝐽|
Sehingga
|𝐼 ∩ 𝑃 ∩ 𝐽 | = 7
Jadi, ada 7 orang mahasiswa yang mengambil ketiga bauh kuliah Bahasa Inggris,
Perancis dan Jerman.

18
B. Logika
1. Disjungsi Inklusif Dan Eksklusif

Kata “atau” (or) dalam operasi logika digunakan dalam dua cara. Cara pertama,
“atau” digunakan secara inklusif (inclusive or) yaitu dalam bentuk “p atau q atau
keduanya”. Artinya, disjungsi dengan operator “atau” bernilai benar jika salah satu dari
proporsisi atomiknya benar atau keduanya benar.

Disjungsi kita ketahui adalah salah satu dari metode dalam mengkombinasikan
proposisi yang menggunakan kata “ATAU” sebagai operatornya. Kata “ATAU”
sendiri sebenarnya dapat digunakan dalam dua cara. Cara pertama digunakan seperti
pada disjungsi yang sebelumnya kita pelajari bernilai benar apabila salah satu diantara
kedua proposisi atomiknya benar atau keduanya benar. Artinya, ∨ dalam kasus ini
digunakan secara inklusif (Disjungsi Inklusif).

Lihat Disjungsi Inklusif dalam tabel kebenaran di bawah ini.

p q p∨q
T T T
T F T
F T T
F F F

Contoh 1. Disjung Inklusif

Tamu yang datang pada ulang tahun Riri harus membawa hadiah atau kue tart

Dari pernyataan di atas, Tamu yang datang para ulang tahun Riri memiliki 3 pilihan ,
yakni:

1) Hanya membawa hadiah


2) Hanya membawa kue
3) Membawa hadiah dan kue
Nah, berarti dengan inclusive or, pernyataan bernilai benar apabila salah satu diantara
dua proposisinya benar, atau keduanya benar.
19
Contoh 2. Disjungsi Inklusif

Tenaga IT yang dibutuhkan harus menguasai Bahasa C++ atau Java

Dari pernyataan diatas, Tenaga IT yang dibutuhkan memiliki 3 pilihan, yakni:

1) Bisa Bahasa C++ saja


2) Bisa Bahasa Java saja
3) Bisa Kedua Bahasa
Cara kedua, “atau” digunnakan secara eksklusif (exclusive or) yaitu dalam bentuk “p
atau q tetapi bukan keduanya”. Artinya, disjungsi p dan q bernilai benar hanya jika
salah satu proporsisi atomiknya benar (tapi bukan keduanya).

Lihat Disjungsi Eksklusif dalam tabel kebenaran di bawah ini.

p q p⊕q
T T F
T F T
F T T
F F F

Contoh 1. Disjungsi Eksklusif


Pada sebuah ajang perlombaan pemenang dijanjikan mendapat hadiah. Hadiahnya
adalah sebuah pesawat televisi 20 inchi. Jika pemenang tidak menginginkan membawa
TV, panitia menggantinya dengan senilai uang. Proposisi untuk masalah ini ditulis
sebagai berikut:
Kata “atau” pada disjungsi di atas digunakan secara eksklusif yang artinya, hadiah yang
dapat dibawa pulang oleh pemenang hanya salah satu dari uang atau TV tetapi tidak
bisa keduanya.

2. Varian Proporsisi Bersyarat

Terdapat bentuk implikasi lain yang berkaitan dengan p  q, yaitu proporsisi sederhana
yang merupakan varian dari implikasi. Ketiga varian proposisi bersyarat tersebut
adalah konvers, invers, dan kontraposisi dari proposisi asal p  q
20
Konvers (kebalikan) :qp
Invers : p  q
Kontraposisi : q  p

Tabel memperlihatkan tabel kebenaran dari ketiga varian proposisi bersyarat tersebut.
dari tabel tersebut terlihat bahwa proposisi bersyarat p  q ekivalen secara logika
dengan kontraposisinya ~ q → ~ p

p q p q Implikasi Konvers Invers Kontraposisi


pq qp p  q q  p
T T F F T T T T
T F F T F T T F
F T T F T F F T
F F T T T T T T

Contoh:
Tentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari pernyataan berikut
1. “jika Andi mempunyai mobil, maka ia orang kaya”

Penyelesaian:

konvers : jika Andi orang kaya, maka ia mempunyai mobil


invers : jika Andi tidak mempunyai mobil, maka ia bukan orang kaya
kontraposisi : jika Andi bukan orang kaya, maka ia tidak mempunyai mobil

2. “Dian bisa lulus sarjana apabila ia telah menyelesaikan 144 sks”

Penyelesaian:

Misalnya,
p : Dian menyelesaikan 144 sks
q : Dian bisa lulus sarjana

• Implikasi : p → q
“Jika Dian menyelesaikan 144 sks, maka ia bisa lulus sarjana”.
• Konvers : q → p
“Jika Dian bisa lulus sarjana, maka ia telah menyelesaikan 144 sks”
• Invers : ~ p → ~
“Jika Dian belum menyelesaikan 144 sks, maka ia tidak bisa lulus sarjana”
21
• Kontraposisi : ~ q → ~ p
“Jika Dian tidak bisa lulus sarjana, maka ia belum menyelesaikan 144 sks”

Contoh lain:

• pq
“ Jika Saya Belajar, Maka Saya Akan Lulus”

• qp
“ Jika Saya Lulus , Maka Saya Belajar”

• ~p~q
“ Jika Saya Tidak Belajar, Maka Saya Tidak Akan Lulus”
• ~q~p
“ Jika Saya Tidak Lulus, Maka Saya Tidak Belajar”

Contoh kontraposisi:

a) Jika dia bersalah maka ia dimasukan ke dalam penjara


b) Jika 6 lebih besar dari 0 maka 6 bukan bilangan negative
c) Iwan lulus ujian jika ia belajar
d) Hanya jika ia tidak terlambat maka ia akan mndapatkan pekerjaan itu
e) Perlu ada angin besar agar layang-layang bisa terbang
f) Cukup hari hujan agar hari ini dingin.

Penyelesaian:

a) Jika ia tidak di masuka dalam penjara, maka ia tidak bersalah


b) Jika 6 bilangan negatif, amka 6 tidak lebih besar dari 0.
c) Peryataan yang diberikan ekuivalen dengan “ jika Iwan lulis ujian maka ia
sudah belajar”, sehingga kontraposisinya adalah “ Jika iwan tidak belajar maka
ia tidak lulus ujian”
d) Pernyataan yang diberikan ekuivalen dengan “ Jika ia mendapatka pekerjaan itu
maka ia tidak terlamabat”, sehingga kontraposisinya adalah “ Jika ia terlambat
mak ia tidak akan mendapatkan pekerjaan itu”.
e) Peryataan yang diberikan dapat ditulis dapat ditulis kembali menjadi “ Ada
angin adalah syarat perlu agar layang-layang bisa terbang” yang dalam hal ini
ekuivalen dengan “ Jika layang-layang bisa terbang maka hari ada angin”.

22
Kontraposisinya adalah “ Jika hari tidak ada angin , maka layang-layang tidak
bisa terbang.”
f) Peryataan dapat ditulis kembali menjadi “ Hari huajn adalah syarat agar hari
dingin”, yang dalam hal ini ekuivalen dengan “ Jiak hari hujan maka hari ini
dingin”. Kontraposisinya adalah” jika hari ini tidak dingin maka hari ini tidak
hujan”.

C. Fungsi
1. Beberapa Fungsi Khusus
a. Fungsi Floor dan Ceiling
Misalkan x adalah bilangan riil, berarti x berada diantara dua bilangan
bulat, fungsi floor dari x, dilambangkan dengan x dan fungsi ceiling dari x
dilambangkan dengan x. definisi kedua fungsi tersebut adalah:

x menyatakan nilai bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan x
x menyatakan bilangan bulat terkecil yang lebih besar atau sama dengan x

Dengan kata lain, funsi floor membulatkan x ke bawah, sedangkan fungsi ceiling
membulatkan x ke atas.
Sebagai contoh:
Floor Ceiling
4,5 = 4 4,5 = 5
1,5 = 1 1,5 = 2
-1,5 = -2 -1,5 = -1
-4,5 = -5 -4,5 = -4

b. Fungsi Modulo
Misalkan a adalah sembarang bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat
positif, fungsi modulo adalah fungsi dengan operator mod, yang dalam hal ini:
a mod m memberikan sisa pembagian bilangan bulat pada a dibagi dengan
m
secara lebih rinci, a mod m = r sedemikian sehingga a = mq + r, dengan 0 ≤ r < m.

Beberapa contoh fungsi modulo:

25 mod 7 – 4
15 mod 4 – 3
23
3612 mod 45 – 12
0 mod 5 – 0
-25 mod 7 – 3 ( sebab -25 – 7 . (-4) + 3)

Contoh:
Misalkan f adalah fungsi dari x = {0,1,2,3,4} ke x yang didefinisikan oleh f(x) = 4x
mod 5. Tuliskan f sebagai himpunan pasangan terurut. Apakah f fungsi satu-ke-satu
(one-to-one) atau dipetakan pada (onto)?
Penyelesaian:
x = 0  f(0) = 4 (0) mod 5 = 0
x = 1  f(1) = 4 (1) mod 5 = 4
x = 2  f(0) = 4 (2) mod 5 = 3
x = 3  f(0) = 4 (3) mod 5 = 2
x = 4  f(0) = 4 (4) mod 5 = 1
Jadi, f = {(0,0), (1,4), (2,3), (3,2), (4,1)}

Jadi fungsi f adalah sungsi satu-ke-satu karena tidak ada dua elemen di x
yang mempunyai peta yang sama dihimpunan hasil. Fungsi f juga fungsi dipetakan
pada (onto)
Karena setiap dielemen x adalah peta dan himpunan daerah asal. (yaitu x juga).
Dengan kata lain, f adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu (bijective).

c. Fungsi faktorial
Faktorial adalah sebuah fungsi permutasi dari bilangan bulat positif yang
menggunakan notasi n!.
Didefinisikan sebagai:

n! = 1 ,n = 0

1 x 2 x …, x (n-1) x n ,n > 0

Sebagai contoh:
0! = 1
1! = 1
2! = 1 x 2
3! = 1 x 2 x 3
4! = 1 x 2 x 3 x 4

24
Sekarang coba perhatikan bahwa faktorial dari n dapat didefinisikan dalam
terminologi faktorial juga:

0! = 1
1! = 1 x 0!
2! = 2 x 1!
3! = 3 x 2!
4! = 4 x 3!
Nyatalah, bahwa untuk n > 0 kita melihat bahwa
n! = 1 x 2 x … x (n - 1) x n = (n – 1)! x n
Dengan menggunakan notasi matematika, maka n! didefinisikan dalam
hubungan rekursif sebagai berikut:
n! = 1 ,n = 0

n x (n – 1) ,n > 0

Jika misalkan f(n) = n!, maka fungsi faktorial diatas dapat juga ditulis sebagai
f(n) = 1 ,n=0

n x f (n -1) ,n > 0
Kita dapat melihat bahwa dalam proses perhitungan faktorial bilangan tak-negatif
n terdapat definisi factorial itu sendiri. Cara pendefinisian seperti itu, yang
mendefinisikan sebuah objek dalam terminologi dirinya sendiri dinamakan definisi
rekursif.
Nama lain dari fungsi rekursif adalah relasi rekursif, (recurrence relation). Ingatlah
bahwa fungsi adalah bentuk khusus dari relasi.
Fungsi rekursif disusun oleh dua bagian:
1) Basis
Bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu pada dirinya sendiri. Bagian
ini juga sekaligus menghentikan definisi rekursif (dan mmberikan sebuah nilai
yang terdefinisi pada fungsi rekursif).

2) Rekurens
Bagian ini mendefinisikan argument dalam terminology dirinya sendiri. Setiap
kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri, argument dari fungsi harus lebih
dekat kenilai awal (basis).
25
Tinjau kembali perhitungan n! secara rekursif. Dengan mengingat kembali dafinisi
rekursif dari factorial.
a. Basis
n! = 1 ,jika n = 0

b. Rekurens
n! = n x (n – 1)! ,jika n > 0
maka 5! Dihitung dengan langkah sebagai berikut:
(1) 5! = 5 x 4! (rekurens)
(2) 4! = 4 x 3!
(3) 3! = 3 x 2!
(4) 2! = 2 x 1!
(5) 1! = 1 x 0!
(6) 0! = 1
Pada baris (6) kita memperoleh nilai yang terdefinisi secara langsung dan
bukan fakrorial dari bilangan lainnya. Dengan melakukan runut-balik
(blacktrack) dari baris (6) ke baris (1) kita mendapatkan nilai pada setiap baris
untuk menghitung hasil pada baris sebelumnya.

(6’) 0! = 1
(5’) 1! = 1 x 0! = 1 x 1 = 1
(4’) 2! = 2 x 1! = 2 x 1 = 2
(3’) 3! = 3 x 2! = 3 x 2 = 6
(2’) 4! = 4 x 3! = 4 x 6 = 24
(1’) 5! = 5 x 4! = 5 x 24 = 120

Jadi, 5! = 120

d. Fungsi Eksponensial dan Logaritmik


Fungsi eksponensial berbentuk

1 ,n=0
a-n =
axax…xa ,n>0

n
Untuk kasus perpangkatan negatif,

26
1
a-n = 𝑎𝑛

Fungsi logaritmik berbentuk,

y = a log x  x = ay

sebagai contoh
33 = 3 . 3 . 3 = 27

1
4-3 = 64

2 log 1000 = 9 karena 29 = 512 tetapi 210 = 1024

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan
jelas. Benda atau objek dalam himpunan disebut elemen atau anggota himpunan.
Dari defi nisi tersebut, dapat diketahui objek yang termasuk anggota himpunan atau
bukan. Notasi himpunan dilambangkan menggunakan huruf kapital (A, B, …).
Benda atau objek yang termasuk dalam himpunan tersebut ditulis di antara tanda
kurung kurawal {...}. Anggota suatu himpunan dinotasikan dengan ∈, sedangkan
yang bukan anggota himpunan dinotasikan dengan ∉.

2. Prinsip Inklusi dan Eksklusi merupakan perluasan ide dalam Diagram Venn beserta
operasi irisan dan gabungan.

3. Disjungsi adalah salah satu dari metode dalam mengkombinasikan proposisi yang
menggunakan kata “ATAU” sebagai operatornya. Kata “ATAU” sendiri
sebenarnya dapat digunakan dalam dua cara. Cara pertama digunakan seperti pada
disjungsi yang sebelumnya kita pelajari bernilai benar apabila salah satu diantara
kedua proposisi atomiknya benar atau keduanya benar. Artinya, ∨ dalam kasus ini
digunakan secara inklusif (Disjungsi Inklusif).

B. Saran
Demikian makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Himpunan
dan Logika. Semoga dapat menambah wawasan kita dalam Himpunan dan Logika. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dalam membuka lebih
jauh wawasan pengetahuan pembaca dalam Himpunan dan Logika. Amin.

28
DAFTAR PUSTAKA

Munir, Rinaldi. 2010. Matematika Diskrit. Cetakan ke-4 (Edisi revisi keempat) Bandung:
Informatika Bandung.

29

Anda mungkin juga menyukai