Disusun oleh:
Kelompok 7
1. Lely Santika Putri (E1R017029)
2. Ni Nyoman Yustini Wikantari (E1R017041)
3. Silma Safira Hifyatin (E1R017055)
Kelas: A/III
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. RELASI.............................................................................................................. 2
B. FUNGSI ............................................................................................................. 13
A. KESIMPULAN .................................................................................................. 20
B. SARAN .............................................................................................................. 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi dan relasi adalah bagian dari pelajaran matematika, dimana fungsi dan relasi
ini saling berhubungan satu dengan yang lain. Dalam banyak hal, fungsi diterapkan
dalam berbagai bidang untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baik dalam bidang
tehnik, ekonomi dan bidang lain yang mempelajari hubungan-hubungan antar variabel,
dimana variabel satu sama lainnya saling mempengaruhi dan dapat diukur, seperti jarak
dan waktu dapat diukur, sehingga dapat dikatakan bahwa jarak adalah fungsi dari waktu.
Di dalam fungsi dan relasi ada yang namanya daerah asal, daerah kawan, dan daerah
hasil. Daerah asal disebut domain, daerah kawan disebut kodomain, sedangkan daerah
hasil disebut range.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari relasi?
2. Bagaimana cara menyajikan relasi?
3. Apa sifat-sifat relasi ?
4. Apa saja operasi pada relasi ?
5. Apa itu relasi ekuivalen dan relasi terurut ?
6. Apa pengertian dari fungsi?
7. Bagaimana cara menyajikan fungsi ?
8. Apa itu fungsi komposisi dan sifat-sifatnya ?
9. Apa saja sifat-sifat fungsi ?
C. Tujuan Makalah
Berdasarakan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan relasi.
2. Untuk mengetahui cara menyajikan relasi.
3. Untuk mengetahui sifat-sifat relasi.
4. Untuk mengetahui operasi pada relasi.
5. Untuk mengetahui relasi ekuivalen dan relasi terurut.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fungsi.
7. Untuk mengetahui cara menyajikan fungsi.
8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fungsi komposisi dan sifat-sifatnya.
9. Untuk mengetahui sifat-sifat fungsi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. RELASI
Adalah hubungan antara elemen himpunan dengan elemen himpunan yang lain. Cara
paling mudah untuk menyatakan hubungan antara elemen 2 himpunan adalah dengan
himpunan pasangan terurut. Himpunan pasangan terurut diperoleh dari perkalian
kartesian.
Definisi 1:
Perkalian kartesian (Cartesian products) antara himpunan A dan B ditulis: A x B
didefinisikan sebagai semua himpunan pasangan terurut dengan komponen pertama
adalah anggota himpunan A dan komponen kedua adlah anggota himpunan B.
A x B = { (x,y) / x ∈ A dan y ∈ B}
Definisi 2:
Relasi biner R antara A dan B adalah himpunan bagian dari A x B.
A disebut daerah asal dari R (domain) dan B disebut daerah hasil (range) dari R.
Definisi 3:
Relasi pada A adalah relasi dari A ke A.
Contoh:
1.1. Misal A = {1,2,3}, B = {a,b}, maka :
A x B = {(1,a), (1,b), (2,a), (2,b), (3,a), (3,b)}
1.3. Misal R adalah relasi pada A = {2,3,4,8,9} yang didefinisikan oleh (x,y)∈R
jika x adalah faktor prima dari y, maka :
R = {(2,2), (2,4), (2,8), (3,3), (3,9)}
2
b. Penyajian Relasi berupa Pasangan Terurut
Contoh relasi pada (a) dapat dinyatakan dalam bentuk pasangan terurut, yaitu :
R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 9), (3, 15)}
Unsur-unsur mij pada matriks itu bernilai satu atau nol, tergantung apakah unsur
ai pada himpunan A mempunyai relasi dengan unsur bj pada himpunan
B. Pernyataan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk :
Contoh :
Misalkan A = {2, 3, 4} dan B = {2, 4, 8, 9, 15}.
Jika kita definisikan relasi R dari A ke B dengan aturan :
3
(a, b) R jika a faktor prima dari b
Maka relasi tersebut dapat disajikan dalam bentuk matriks yaitu :
Contoh :
Misalkan R = {(a, b), (b, c), (b, d), (c, c) (c, a), (c, d), (d, b)} adalah relasi
pada himpunan {a, b, c, d}.
Relasi R dapat di sajikan dalam bentuk graf berarah yaitu :
R = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (1, 4), (2, 2), (2, 3), (2, 4), (3, 3), (3, 4), (4, 4)
4
Terlihat bahwa (1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) merupakan unsur dari R.
Dengan demikian R dinamakan bersifat refleksif.
Contoh 2 :
Sifat refleksif memberi beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi,
yaitu:
1
1
1
⋱
[ 1]
Relasi yang bersifat refleksif jika disajikan dalam bentuk graf berarah
maka pada graf tersebut senantiasa ditemukan loop setiap simpulnya.
2. Transitif (transitive)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat transitif jika (a, b) ∈ R
dan (b, c) ∈ R, maka (a, c) ∈ R, untuk a, b, c ∈ A.
Contoh 1 :
Misalkan A = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, dan relasi R didefinisikan oleh :
a R b jika dan hanya jika a membagi b, dimana a, b ∈ A,
Jawab :
Dengan memperhatikan definisi relasi R pada himpunan A, maka :
R = {(2, 2), (2, 4), (2, 6), (2, 8), (3, 3), (3, 6), (3, 9), (4, 4), (4, 8)} Ketika (2, 4) ∈
R dan (4, 8) ∈ R terlihat bahwa (2, 8) ∈ R.
Dengan demikian R bersifat transitif.
Contoh 2 :
R merupakan relasi pada himpunan bilangan asli N yang didefinisikan oleh :
R : a + b = 5, a, b ∈ A,
Jawab :
Dengan memperhatikan definisi relasi R pada himpunan A, maka :
R = {(1, 4), (4, 1), (2, 3), (3, 2) }
5
Perhatikan bawa (1, 4) ∈ R dan (4, 1) ∈ R , tetapi (1, 1) ∉ R.
Dengan demikian R tidak bersifat transitif.
Contoh 2:
Diberikan himpunan C = {2, 4, 5}. Didefinisikan relasi R pada himpunan
C dengan R = { (a,b) ∈ a kelipatan b, a,b ∈ C} sehingga diperoleh R = {(2,2),
(4,4), (5,5), (4,2)}. Relasi R tersebut bersifat antisimetris.
6
Dalam diagram venn diatas, menunujukkan A U B
Contoh 1.3 : misal P himpunan bilangan- bilangan riil positif dan Q himpunan
bilangan – bilangan rill negative. Maka P Q, yaitu perpaduan P dan Q, terdiri
dari semua bilangan rill kecuali nol.
Perpaduan A dan B dapat juga dituliskan
A B = {x l x ∈ A atau x ∈ B}
2. PERPOTONGAN
Perpotongan adalah himpunan dari elementer-elementer yand dimiliki bersama
oleh kedua himpunan. Dinyatakan dengan
AB
Dibaca “ perpotongan A dan B”
7
A ∩ B = {x | x ∈ A, x ∈ B}
Disini, tanda koma memiliki arti sama dengan “dan”
Pernyataan :
sesuai dengan definisi perpotongan 2 buah himpunan maka
A∩B = B∩A
Pernyataan:
Setiap himpunan A dan B mengandung A ∩ B sebagai subhimpunan , jadi (A∩B)
⊂ A dan (A∩B) ⊂ B
Jika himpunan A dan B tidak mempunyai elemen yang dimiliki bersama, jadi
berarti A dan B terpisah maka perpotongan A dan B adalah himpunan kosong
yaitu
A ∩ B =Ǿ.
3. SELISIH
Selisih himpunan A dan B adalah himpunan dari elemen yang termasuk A tetapi
tidak termasuk B.
A ̶ B
Selisih A dapat didefinisikan A dan B dapat juga didefinisikan secara ringkas oleh
A ̶ B = {x | x ∈ A , x ∉ B}
Pernyataan :
8
Himpunan A mengandung A-B sebagai subhimpunan,jadi berarti
(A-B) ⊆ A
Pernyataan :
4. KOMPLEMEN
A’= { x | x ∈ U , x ∉ A }
A’ = { x | x ∉ A }
Pernyataan:
A ∪ A’ = U
A ∩ A’= Ø
Pernyataan:
Pernyataan :
9
Komplemen dari komplemen himpunan A adalah himpunan A sendiri. Secara
lebih singkat,
Pernyataan :
A – B = A ∪ B’
Bukti dari pernyataan tersebut adalah sebagai akibat langsung dari definisi:
A – B = { x | x ∈ A, x ∈ B} = { x | x ∈ A, x ∈ B’} = A ∩ B’
Contoh 2 :
Misalkan R merupakan relasi pada sebuah himpunan Riil, yang dinyatakan oleh :
Jawab :
10
Untuk setiap a ∈ Rill maka a – a = 0 ∈ bilangan bulat, oleh karena itu R bersifat
refleksif.
bersifat simetri.
Contoh 3 :
(Modul Kongruen)
Misalkan m adalah bilangan bulat yang lebih besar dari 1. Tunjukan bahwa Relasi
Jawab :
a-b
Misalkan R adalah relasi ekivalen pada himpunan A. Semua unsur himpunan yang
relasi dengan suatu unsure a di A dinamakan kelas ekivalen dari a. Kelas ekivalen
dari a terhadap relasi R dinotasikan oleh [a]R. Jika hanya ada satu relasi pada
himpuanan tersebut, notainya adalah [a].
11
Contoh 4:
Jawab :
[1] = { . . . , – 11, – 7, – 3, 1, 5, 9, . . . }
[–3] = { . . . , – 11, – 7, – 3, 1, 5, 9, . . . }
b. Sebuah relasi R pada himpunan S dikatakan relasi terurut parsial jika relasi
tersebut bersifat refleksif, antisimetri dan transitif. Sebuah himpunan S yang
dilengkapi dengan sebuah relasi R yang terurut parsial, himpunan tersebut
dinamakan himpunan terurut parsial (partially ordering set – poset), Notasi :
(S, R).
Contoh 1 :
Tunjukan bahwa relasi ‘≤’ merupakan relasi terurut pada Z.
Jawab :
Karena a ≤ a untuk setiap a ∈ Z, maka relasi ‘≤’ bersifat refleksi.
Jika a ≤ b dan b ≤ a berarti a = a. Jadi relasi ‘≤’ bersifat antisimetri.
Jika a ≤ b dan b ≤ c berarti a ≤ c. Jadi relasi ‘≤’ bersifat transitif.
Dengan demikian relasi ‘≤’ merupakan relasi terurut pada Z.
Setiap unsur dalam poset (S, ρ) dikatakan comparable (dapat dibandingkan) jika
a ρ b atau b ρ a untuk setiap a, b ∈ S. Selanjutnya, Jika (S, ρ) merupakan
sebuah poset dan setiap dua unsur dalam S adalah comparable, maka S
dinamakan Totally Ordered Set (Himpunan terurut total) atau Chain,
sedangkan ρ dinamakan urutan total.
Contoh 2 :
1. ( N, ≤ ) merupakan toset.
2. ( N, | ) bukan toset karena tak comparable.
Jika (S, ρ) adalah sebuah toset dan setiap subset tak kosong dari S paling
sedikit memiliki satu unsur, maka (S, ρ) dinamakan Well-ordered Set (himpunan
terurut dengan baik).
12
Contoh :
B. FUNGSI
Misalkan A dan B merupakan himpunan. Suatu fungsi f dari A ke B merupakan
sebuah aturan yang mengkaitkan satu (tepat satu) unsur di B untuk setiap unsur di A.
Kita dapat menuliskan f(a) = b, jika b merupakan unsur di B yang dikaitkan oleh f untuk
suatu a di A. Ini berarti bahwa jika f(a) = b dan f(a) = c maka b = c.
Jika f adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B, kita dapat menuliskan
dalam bentuk :
f:A→ B
A dinamakan daerah asal (domain) dari f dan B dinamakan daerah hasil (codomain)
dari f. Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi.
Misalkan f(a) = b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a dinamakan pra-
bayangan (pre-image) dari b. Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f
dinamakan jelajah (range) dari f. Perhatikan bahwa jelajah dari f adalah himpunan bagian
(mungkin proper subset) dari B.
13
Contoh :
f(x) = x2.
Daerah asal dan daerah hasil dari f adalah himpunan bilangan Riil, sedangkan jelajah
dari f merupakan himpunan bilangan Riil tidak-negatif.
Contoh :
Berikut ini adalah beberapa contoh fungsi dalam berbagai cara penyajiannya, yaitu :
a. Diagram Panah
Diagram panah yang menggambarkan fungsi f tersebut seperti gambar di bawah
berikut ini.
14
b. Diagram Cartesius
Diagram Cartesius dari fungsi f tersebut seperti gambar di bawah berikut ini.
FUNGSI KOMPOSISI
Misalkan g merupakan fungsi dari himpunan A ke himpunan B, dan f merupakan
fungsi dari himpunan B ke himpunan C. Fungsi komposisi f dan g, dinotasikan
dengan f ο g, merupakan fungsi dari A ke C yang didefinisikan oleh :
(f ο g)(a) = f(g(a)), untuk suatu a di A.
Contoh :
Tentukan f ο g dan g ο f .
Jawab :
Contoh 2:
Tentukan :
a. fog d. (f o g) (2)
b. gof e. (g o f) (1)
c. (f o g) (4) f. (g o f) (4)
Jawab :
c. (f o g) (4) = 5
e. (g o f) (1) = -1
Tidak Komutatif
(g o f)(x) = (f o g)(x)
Asosiatif
(f o (g o h))(x) = ((f o g) o h)(x)]
Fungsi Identitas I(x) = x
(f o I)(x) = (I o f)(x) = f(x)
Cara Menentukan fungsi bila fungsi komposisi dan fungsi yang lain diketahui:
Misalkan jika fungsi f dan fungsi komposisi (f o g) atau (g o f) telah diketahui maka
kita dapat menentukan fungsi g. Demikian juga sebaliknya.
Contoh :
16
Jawab :
(f o g) (x) = -4x + 4
f (g (x)) = -4x + 4
2g (x) = -4x + 2
g (x) = -2x + 1
SIFAT-SIFAT FUNGSI
1. Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B dikatakan satu-ke-satu (one-to-
one) atau injektif (injective) jika tidak ada dua unsur himpunan A yang
memiliki bayangan sama pada himpunan B.
Contoh :
Misalkan f : Z → Z dan g : R → R.
Tentukan apakah f(x) = x2 dan g(x) = x + 1 merupakan fungsi satu-ke-satu?
Jawab :
a) f(x) = x2 bukan fungsi satu-ke-satu,
karena f(2) = f(–2) = 4 padahal –2 ≠ 2.
b) g(x) = x + 1 adalah fungsi satu-ke-satu karena untuk a ≠ b, a + 1 ≠ b + 1.
Misalnya untuk x = 1, g(1) = 2. Sementara itu, untuk x = 2, g(2) = 3.
Contoh :
Misalkan f : Z → Z dan g : R → R.
17
Tentukan apakah f(x) = x2 dan g(x) = x + 1 merupakan fungsi pada !
Jawab :
a. f(x) = x2 bukan fungsi pada,
karena tidak semua nilai bilangan bulat merupakan jelajah dari f, yaitu
bilangan bulat negatif.
b. g(x) = x + 1 adalah fungsi pada karena untuk setiap bilangan Riil y, selalu
ada nilai x yang memenuhi, yaitu y = x + 1.
18
Jawab :
Fungsi f(x) = x + 1 merupakan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu,
jadi invers fungsi tersebut ada.
Misalkan f(x) = y, sehingga y = x + 1, maka x = y – 1. Jadi, balikan
fungsi balikannya adalah f-1(y) = y – 1.
Contoh :
Tentukan balikan fungsi f(x) = x2.
Jawab :
Dari contoh sebelumnya, kita sudah menyimpulkan bahwa f(x) = x2 bukan
merupakan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, sehingga fungsi
balikannya tidak ada. Jadi, f(x) = x2 adalah fungsi yang not invertible.
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah hubungan yang memasangkan
anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B. Fungsi (pemetaan)
dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota
A dengan tepat satu anggota B. Relasi dan fungsi dapat dinyatakan dengan tiga cara,
yaitu: diagram panah, diagram Cartesius, dan himpunan pasangan berurutan. Sifat-sifat
relasi yaitu refleksif, transitif, dan simetri serta antisimetri. Sedangkan sifat-sifat fungsi
yaitu injektif, surjektif, dan bijektif.
Terdapat 4 operasi pada relasi yaitu perpaduan (A B), perpotongan (A B),
selisih (A ̶ B), dan komplemen (dengan didefinisikan A’= { x | x ∈ U , x ∉ A } dimana
A’ = { x | x ∉ A }).
Jika x anggota A (domain) dan y anggota B (kodomain) maka fungsi f yang
memetakkan x ke y dinotasikan dengan f : x → y, dibaca fungsi f memetakan x ke y atau
x dipetakan ke y oleh fungsi f.
Sebuah relasi R pada himpunan S dikatakan relasi terurut parsial jika relasi
tersebut bersifat refleksif, antisimetri dan transitif. Sebuah relasi pada himpunan A
dinamakan relasi ekivalen jika relasi tersebut refleksif, simetri dan transitif.
Dalam fungsi terdapat yang namanya fungsi komposisi yaitu penggabungan
operasi dua jenis fungsi f(x) dan g(x) sehingga menghasilkan sebuah fungsi baru. Fungsi
komposisi dinyatakan dengan ‘o’ yang dibaca komposisi atau bundaran. Sifat-sifat fungsi
komposisi yaitu komutatif, asosiatif, dan identitas.
B. SARAN
Dari makalah ini, penulis menyarankan kepada para pembaca agar memahami
pengertian dan konsep dari relasi dan fungsi. Selain disarankan agar mahasiswa
maupun mahasiswi diharapkan lebih mampu mencari dan menemukan solusi, serta
memecahkan suatu permasalahan dengan kemampuan atau dengan usaha sendiri
khususnya mengenai materi relasi dan fungsi.
20
DAFTAR PUSTAKA
M. Nababan. 1993. Pengantar Matematika untuk ilmu ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Munir, Rinaldi. 2005. Matematika Diskrit. Bandung: Informatika.
Tumisah P. Jono & Mukimin. 2002. Bahan Ajar Matematika SMK Kelas 1. Yogyakarta:
PPPG Matematika.
Agus, Nuniek Avianti. 2008. Mudah Belajar Matematika 2 untuk Kelas VIII SMP/ MTs.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
https://lovecheese.wordpress.com/2017/01/07/64/
https://mafia.mafiaol.com/2014/04/cara-menyajikan-suatu-fungsi.html
21