NIP : 196311091991032001
Disusun oleh:
Kelompok 6
Sara Jidria Yusfira (2106103020083)
Sarah Dhafira (2106103020038)
Unit : 02
Konsep “elemen” dan hubungan “a termasuk pada A” tidak muncul dalam Tabel 1. Konsep-
konsep tersebut tidak muncul dalam menyelidiki aljabar himpunan. Hubungan “A adalah
subhimpunan dari B” didefinisikan dalam aljabar himpunan kita oleh
A B berarti A B = A
Membuktikan teorema dalam aljabar himpunan dengan cara membuktikan teorema yang
diperoleh secara langsung dari hukum-hukum dalam Tabel 1.
Contoh 1.1 : Buktikan : (A B) (A B) = A
Pernyataan Alasan
1. (A B) (A B) = A (B B) 1. Hukum Distributif
2. B B = 2. Hukum Komplemen
3. (A B) (A B) = A 3. Substitusi
4. A = A 4. Hukum Identitas
5. (A B) (A B) = A 5. Substitusi
Contoh 1.2 : Buktikan : A B dan B C menunjukkan A C.
Pernyataan Alasan
1. A = A B dan B = B C 1. Definisi Subhimpunan
2. A = A (B C) 2. Substitusi
3. A = (A B) C 3. Hukum Asosiatif
4. A = A C 4. Substitusi
5. A C 5. Definisi subhimpunan
Prinsip Dualitas
Jika kita mempertukarkan dan dan juga U dan dalam setiap pernyataan mengenai
himpunan, maka pernyataan baru tersebetu dinamakan dual dari pernyataan aslinya.
Contoh 2.1 : Dual dari
(U B) (A ) = A
Adalah
( B) (A U) = A
Perhatikan bahwa dual dari tiap-tiap hukum dalam Tabel 1 adalah juga sebuah hukum dalam
Tabel 1. Kenyataan ini sangat penting mengingat prinsip yang berikut :
Prinsip Dualitas : Jika aksioma – aksioma tertentu menyatakan dualnya sendiri, maka dual
dari sebarang teroema yang merupakan konsekuensi aksioma-aksioma tersebut adalah juga
konsekuensi aksioma-aksioma tersebut. Karena, di berikan sebarang teorema dan buktinya,
maka dual dari teorema tersebut dapat dibuktikan dengan cara yang sama dengan
menggunakan dual dari setiap Langkah dalam bukti aslinya.
HIMPUNAN BERINDEKS
Tinjaulah himpunan-himpunan
A1 ¿ {1, 10}, A2 ¿ {2, 4, 6, 10}, A3 ¿ {3, 6, 9}, A4 ¿ {4, 8}, A5 ¿ {5, 6, 10}
dan himpunan
I ¿ {1, 2, 3, 4, 5}
Perhatikan bahwa kepada setiap elemen i ε I terdapat sebuah himpunan Ai. Dalam situasi
seperti itu I dinamakan himpunan indeks (indeks set), himpunan {A 1,…,A5} dinamakan
himpunan berindeks (indeks set), dan indeks bawah i dari A i, yakni setiap i ε I , dinamakan
sebuah indeks. Lagi pula, sebuah keluarga himpunan berindeks seperti itu akan dinyatakan
dengan
{ Ai } i ε I
Kita dapat memandang sebuah keluarga himpunan berindeks dari segi pandangan lain.
Karena kepada setiap elemen i ε I ditetapkan sebuah himpunan Ai , maka kita menyatakan
Definisi
Sebuah keluarga himpunan berindeks { Ai } i ε I adalah sebuah fungsi f :l → cA di mana ranah
(domain) dari f adalah keluarga himpunan.
Contoh 1
Definisikan Bn= { x|0 ≤ x ≤(1/n)} , di mana n ε N , menyatakan bilangan asli, maka
B1=[ 0 , 1 ] , B2= 0 ,
[ ]
1
2
,…
Contoh 2
Misalkan I adalah himpunan kata dalam Bahasa Inggris, dan misalkan i ε I . Definisikan
W 1= { x| x adalah sebuah huruf dalam katai ε I }
Contoh 3
Definisikan Dn= { x| x adalah kelipatan n }, dimana n ε N ,menyatakan bilanganasli . Maka
D1= {1 , 2 ,3 , 4 , … } , D2= { 2, 4 , 6 , 8 , … } , D3={3 , 6 , 9 ,12 , … }
Perhatikan bahwa himpunan indeks N adalah juga D 1 dan adalah juga himpunan universal
untuk himpunan berindeks.
Pernyataan
Setiap keluarga B dari himpunan dapt diindeks oleh dirinya sendiri. Secara spesifik, fungsi
identitas
i: B → B
Adalah sebuah keluarga himpunan yang berindeks
{ Ai } i ε B
di mana Ai ε B dan di mana i= Ai . Dengan kata lain, indeks setiap himpunan dalam B adalah
himpunan itu sendiri.
Contoh 4
Misalkan An ={ x| x adalah kelipatan n }, di mana n ε N , menyatakan bilangan asli. Carilah
( 1 ) A 3 ∩ A 5 ; ( 2 ) A 4 ∩ A6 ;( 3)∪i ε P A idi mana P adalah himpunan bilangan prima, 2, 3, 5, 7, 11,
…..
Penyelesaian :
(1) Bilangan-bilangan yang dapat dibagi oleh 3 dan juga dapat dibagi oleh 5 adalah
kelipatan 15, maka
A3 ∩ A5= A 15
(2) Kelipatan 12 dan tidak ada bilangan lain terkandung dalam A 4 dan A6 , jadi
A 4 ∩ A 6= A12
(3) Tiap-tiap bilangan asli kecuali 1 adalah kelipatan setidak-tidaknya satu bilangan
prima, maka
∪i ε P A i= {2 , 3 , 4 , … }=N−{1}
Contoh 5
Misalkan Bi=[i , i+1] di mana i ε Z , menyatakan bilangan bulat.
Penyelesaian :
(1) B1 ∪ B2 terdiri dari semua titik dalam interval [1,2] dan dalam interval [2,3], maka
B1 ∪ B2=[1,3 ]
(2) B3 ∩ B 4 terdiri dari titik-titik yang terletak dalam [3,4] dan [4,5], jadi
B3 ∩ B 4={4 }
(3) ∪18
i=7 B i berarti perpaduan (atau gabungan) himpunan-himpunan [7,8], [8,9], …,
[18,19], jadi
18
∪i=7 B i=[7,19]
(4) Karena tiap-tiap bilangan riil adalah elemen dari setidak-tidaknya satu interval [i, i+ 1]
¿
, maka ∪i ε z Bi=R
PARTISI
Tinjaulah himpunan A={1 , 2, … , 9 , 10 } dan subhimpunan
B1= {1 , 3 } , B2= {7 , 8 , 10 } , B3 ={ 2 ,5 , 6 } , B 4={4 ,9 }
A=B 1 ∪ B2 ∪ B3 ∪ B 4
Definisi
Misalkan { Bi }i ε I adalah sebuah keluarga subhimpunan yang tak-kosong dari A. Maka { Bi }i ε I
dinamakan sebuah partisi dari A jika
P1 :∪ i ε I Bi= A
Contoh 1
Misalkan N= { 1, 2 ,3 ,… } , E={ 2 , 4 , 6 , … } , F= {1 , 3 ,5 ,… } .
Maka {E , F } adalah partisi dari N
Contoh 2
Misalkan T ={ 1 , 2, … , 9 , 10 } , dan misalkan A={ 1, 3 , 5 } , B={2 , 6 ,10 } dan C={4 , 8 , 9 }.
Maka { A , B ,C } bukan partisi dari T karena
T ≠ A ∪B ∪C
Yakni karena 7 ε T tetapi 7 ε ( A ∪ B ∪C)
Contoh 3
Misalkan T ={ 1 , 2, … , 9 , 10 } , dan misalkan F={ 1 ,3 , 5 , 7 , 9 } ,G={2 , 4 ,10 } dan
H={3 ,5 ,6 , 8 }
Maka {F ,G , H } bukan partisi dari T karena
F∩H ≠∅ ,F≠ H
Contoh 4
Misalkan y1, y2, y3 dan y4 berturut-turut adalah kata “follow”, “thumb”, “flow” dan “again”,
dan misalkan A={w , g , u , o , i , m ,l , a , t , f , n , h , b }
Selajutnya, definisikanlah
W i ={ x| x adalah sebuah huruf dalam kata y i }
Maka {W1, W2, W3, W4} adalah partisi dari A. Perhatikan bahwa W1 dan W3 bukanlah
terputus (disjoint), tetapi di sini tidak ada pertentangan karena himpunan-himpunan tersebut
sama. (contoh ini sangat dianjurkan. Pembaca harus betul-betul mencari himpunan W i dan
kemudian membuktikan bahwa himpunan-himpunan tersebut mendefinisikan partisi dari A).
Contoh 5
Misalkan A={a , b , c , d , e , f , g }. Nyatakan apakah setiap keluarga himpunan berikut
merupakan partisi atau tidak merupakan partisi dari A.
(1) {B1= { a , c , e } , B2= {b } , B3= { d , g } }
(2) {C 1= {a ,e , g } , C 2={ c , d } C 3={ b , e , f } }
(3) {D 1 ={ a , b , e , g } D 2={ c } D 3={ d , f } }
(4) {E 1={ a , b , c , d , e , f , g } }
Penyelesaian :
(1) Perhatikan bahwa A ≠ B1 ∪B 2 ∪ B3, karena f ε A tetapi f ε (B1 ∪ B2 ∪ B3 ). Jadi
{B1 ∪ B2 ∪ B 3 } bukan merupakan partisi dari A.
(2) Perhatikan bahwa C 1 ≠ C3 dan lagi pula C 1 dan C 3 tidak terputus karena e ε C1 dan
e ε C3. Maka {C 1 ,C 2 , C 3 } bukan merupakan partisi dari A.
(3) Karena A=D1 ∪ D2 ∪ D 3 dan himpunan-himpunan tersebut terputus secara sepasang-
sepasang. Maka {D1 , D2 , D3 } adalah partisi dari A.
(4) Walaupun {E 1 } hanya terdiri dari satu himpunan, namun {E } masih merupakan
partisi dari A. Dengan kata lain, untuk sebarang himpunan A yang tak kosong, maka
keluarga { A } adalah partisi dari A.
HUBUNGAN KESETARAAN DAN PARTISI
Definisi : Sebuah hubungan R dalam sebuah himpunan A adalah sebuah hubungan
kesetaraan (equivalence relation) jika :
(1) R reflektif, yakni untuk tiap-tiap a A, a dihubungkan kepada dirinya sendiri;
(2) R simetris, yakni jika a dihubungkan kepada b maka b dihubungkan kepada a;
(3) R transitif, yakni jika a dihubungkan kepada b dan b dihubungkan kepada c maka a
dihubungkan kepada c.
Alasan bahwa pastisi dan relasi kesetaraan muncul Bersama-sama adalah karena
Teorema 7.2 : Teorema Fundamental mengenai Hubungan Kesetaraan : Misalkan R
adalah hubungan kesetaraan dalam sebuah himpuna A dan, untuk tiap-tiap a A, misalkan
Bα = { x|( x , α ) R }
{ Bα } α A
Adalah partisi dari A.
Dengan kata lain, sebuah hubungan kesetaraan R dalam sebuah himpunan A akan membagi
himpunan A dengan menaruh elemen-elemn yang dihubungkan satu sama lain dalam kelas
kesetaraan yang sama.
Lagi pula, himpunan Bα dinamakan kelas kesetaraan (equivalence class) yang ditentukan
oleh α , dan himpunan kelas-kelas kesetaraan { Bα } α akan dinyatakan oleh
A/R
Dan yang dinamakan himpunan hasil bagi (quotient set).
Kebalikan teorema terdahulu tersebut juga benar. Secara spesifik,
Teorema 7.3 : Misalkan { Bi } i1 adalah partisi dari A dan misalkan R adalah hubungan dalam
A yang didefinisikan oleh kalimat terbuka “x berada dalam himpunan yang sama (dari
keluarga { Bi } i1 ) seperti y”. maka R adalah hubungan kesetaraan dalam A.
Jadi ada koserpodensi satu-satu (one to one correspondence) di antara semua partisi dari
sebuah himpunan A dan semua hubungan kesetaraan dalam A.
Contoh 6.1 : Dalam bidang Euclidia, keserupaan segitiga-segitiga adalah hubungan
kesetaraan. Jadi semua segitiga dalam bidang tersebut dibagi ke dalam himpunan-himpunan
terputus dalam mana segitiga-segitiga yang serupa adalah elemen himpunan yang sama.
Contoh 6.2 : Misalkan R5 adalah hubungan dalam bilangan-bilangan bulat yang didefinisikan
oleh
x ≡ y ( mod 5 )
Yang membaca “x kongruen kepada y modula 5” dan yang berarti x – y dapat di bagi 5”.
Maka R5 adalah hubungan kesetaraan. Ada persis lima kelas kesetaraan dalam
Z /R5 : E0 , E1 , E 2 , E3 , dan E4 . Karena setiap bilangan bulat x dapat dinyatakan secara unik
dalam bentuk x=5 q+ r di mana 0< r< 5, maka x adalah anggota kelas kesetaraan Er , di mana
r adalah sisa. Jadi
E0 ={ … ,−10 ,−5 , 0 ,5 , 10 , … }
E3 ={ … ,−7 ,−2 ,3 , 8 , 13 , … }
E5 ={ … ,−6 ,−1 , 4 , 9 , 14 , … }