Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HIMPUNAN
Mata Kuliah : Matematika Terapan

Dosen Pengampu : Dr. Amirhud Dalimunthe, S.T., M.Kom

Disusun Oleh :

TIRTA YASA AGUNG BARUS (5233151023)

FRANS JHONATAN SARAGI (5233151019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas mata kuliah Matematika Terapan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan menanamkan konsep yang
benar tentang himpunan bagi para pembaca serta para penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Amirhud Dalimunthe, S.T., M.Kom.
selaku dosen mata kuliah Mate-matika Terapan telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman terkait himpunan. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyusunan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar kami
dapat menjadi lebih baik ke depannya.

Medan, 4 Februari 2024

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................5
Bab II Pembahasan Materi........................................................................................6
A. Defenisi Himpunan..........................................................................................6
B. Penyajian Himpunan........................................................................................6
C. Kardinalitas......................................................................................................9
D. Jenis – Jenis Himpunan..................................................................................10
E. Operasi Terhadap Himpunan.........................................................................12
F. Hukum – Hukum Himpunan..........................................................................13
G. Prinsip Dualitas..............................................................................................16
H. Prinsip Inklusi – Eksklusi................................................................................18
I. Partisi................................................................................................................19
J. Pembuktian Proposisi Himpunan.....................................................................20
BAB III PENUTUP.................................................................................................22
A. Kesimpulan......................................................................................................22
B. Saran................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti telah kita ketahui bahwa matematika merupakan salah satu ilmu yang
sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya konsep dasar himpunan
yang hamper mendasari seluruh cabang matematika. Himpunan sendiri berhubungan
erat dengan keseharian kita, dengan belajar himpunan kita di harapkan mampu
memanami dari materihimpunan itu sendiri yang mungkin bermanfaat dalam
kehidupan kita.

Himpunan adalah kumpulan benda-benda yang berbeda. Benda-benda dalam suatu


himpunan disebut unsur, unsur pokok, atau anggota.

B. Rumusan Masalah

Memberikan penjelasan tenatang

1. Defenisi Himpunan

2. Penyajian Himpunan

3. Kardinalitas

4. Jenis – Jenis Himpunan

5. Operasi Terhadap Himpunan

6. Hukum – Hukum Himpunan

7. Prinsip Dualitas

8. Prinsip – Prinsip Ekslusi

9. Partisi

10. Pembuktian Proposisi Himpunan


C. Tujuan

Untuk mengetahui tentang himpunan, syarat agar dapat di sebut sebagai


himpunan dan ketentuan-ketentuan lainnya dari himpunan.
Bab II
Pembahasan Materi

A. Defenisi Himpunan

Himpunan adalah kumpulan dari objek tertentu yang memiliki definisi yang jelas
dan dianggap sebagai satu kesatuan. Konsep himpunan mendasari hampir semua
cabang matematika. Gerorg Cantor dianggap sebagai Bapak teori himpunan.
Himpunan merupakan kumpulan benda-benda atau objek-objek yang didefinisikan
dengan jelas. Istilah didefinisikan dengan jelas dimaksukkan agar orang dapat
menentukan apakah suatu benda merupakan anggota himpunan yang dimaksud tadi
atau tidak.

Anggota atau elemen adalah benda-benda atau objek-objek yang termasuk dalam
sebuah himpunan.

Contoh:

Himpunan yang merupakan himpunan:

 Himpunan anak yang berusia 12 tahun

 Himpunan bilangan asli genap

 Himpunan pulau-pulau di Indonesia

Himpunan yang bukan merupakan himpunan:

 Himpunan anak-anak malas

 Himpunan wanita-wanita cantik

 Himpunan lukisan indah


B. Penyajian Himpunan

Biasanya, nama himpunan ditulis menggunakan huruf besar, misalnya S, A, atau


B, sementara elemen himpunan ditulis menggunakan huruf kecil (a, c, z). Cara
penulisan ini adalah yang umum dipakai, tetapi tidak membatasi bahwa setiap
himpunan harus ditulis dengan cara seperti itu. Tabel di bawah ini menunjukkan
format penulisan himpunan yang umum dipakai.

Himpunan-himpunan bilangan yang cukup dikenal, seperti bilangan kompleks,


riil, bulat, dan sebagainya, menggunakan notasi yang khusus.

Himpunan dapat di sajikan dengan cara enumerasi, simbol-simbol baku, notasi


pembentuk himpunan dan dengan diagram venn.

1) Enumerasi

Enumerasi adalah mendaftarkan semua anggota himpunan.

Contoh :

- Himpunan empat bilangan asli pertama: A = {1, 2, 3, 4}.


- Himpunan lima bilangan genap positif pertama: B = {4, 6, 8, 10}.
- C = {kucing, a, Amir, 10, paku}
- R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
- C = {a, {a}, {{a}} }
- K = { {} }
- Himpunan 100 buah bilangan asli pertama: {1, 2, ..., 100 }
- Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.

2) Simbol - Simbol Baku

Penulisan himpunan yang sudah baku dikhususkan bagi himpunan yang telah
baku dan sering digunakan dalam penjabaran matematika.

Contoh :

P = himpunan bilangan bulat positif = { 1, 2, 3, ... }


N = himpunan bilangan alami (natural) = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks

Terdapat penulisan simbol Himpunan dalam bentuk Universal atau biasa


disebut Himpunan Semesta, disimbolkan dengan U.

Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5} dan A adalah himpunan bagian dari U, dengan A


= {1, 3, 5}.

3) Notasi Pembentuk Himpunan

Penulisan notasi adalah { x | syarat yang harus dipenuhi oleh x }

Contoh :

A adalah himpunan bilangan bulat positif lebih kecil dari 8


A = { x | x bilangan bulat positif lebih kecil dari 8} atau A = { x | x P, x < 8
} yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}

4) Diagram Venn

Diagram venn adalah cara lain untuk menyatakan suatu himpunan dengan
gambar atau diagram. Diagram venn ini pertama kali ditemukan oleh ahli
matematika berkebangsaan Inggris yang bernama John Venn (1834-1923).

Ketentuan dalam membuat diagram venn sebagai berikut:


Himpunan semesta digambarkan dengan sebuah persegi panjang dan di pojok
kiri diberi simbol S.

Setiap anggota himpunan semesta ditunjukkan dengan sebuah noktah


di dalam persegi panjang itu, dan nama anggotanya ditulis berdekatan dengan
noktahnya.(lihat gambar di atas)

Misal: S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 18, 20}

Setiap himpunan yang termuat di dalam himpunan semesta ditunjukkan oleh


kurva tutup sederhana.

Misal: S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 18, 20}


A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
B = {2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20}
Karena semua anggota himpunan A dan B termuat di dalam himpunan
S, maka himpunan A dan B di dalam himpunan S.

Yang dimaksud Irisan Himpunan adalah anggota persekutuan antara A


dan B (lihat gambar di atas).

Irisan himpunan dari persekutuan A dan B adalah 2, 4, 6, 8.

C. Kardinalitas

Kardinalitas adalah konsep yang penting dalam matematika, terutama dalam


teori himpunan, teori himpunan tak hingga, dan analisis kombinatorial. Ini membantu
kita membandingkan ukuran himpunan, mengklasifikasikan himpunan berdasarkan
ukurannya, dan mengidentifikasi sifat-sifat himpunan dengan kardinalitas tertentu.

Kardinalitas dinyatakan dengan simbol "card" atau "|" yang digunakan untuk
mengukur jumlah elemen dalam sebuah himpunan. Jika A adalah himpunan, maka
kardinalitasnya, yang biasa disebut "cardinality of A" atau |A|, adalah jumlah elemen
dalam A.
Contoh sederhana adalah himpunan bilangan bulat positif kurang dari 5. Himpunan ini
adalah {1, 2, 3, 4}, dan kardinalitasnya adalah |{1, 2, 3, 4}| = 4, yang berarti
himpunan ini memiliki 4 elemen atau anggota.

Contoh lain kardinalitas:

 Kardinalitas himpunan kosong: Himpunan kosong, yang tidak memiliki elemen,


memiliki kardinalitas nol. Misalnya, jika kita mempertimbangkan himpunan
kosong ∅, maka kardinalitasnya adalah |∅| = 0.

 Kardinalitas himpunan berurutan: Himpunan bilangan bulat positif kurang dari


10, {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, memiliki kardinalitas |{1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}| =
9, yang berarti ada 9 anggota dalam himpunan ini.

 Kardinalitas himpunan tak hingga: Himpunan bilangan bulat positif, {1, 2, 3,


4, ...}, memiliki kardinalitas ∞ (tak hingga) karena himpunan ini tidak
memiliki batas atas dan jumlah anggotanya tidak terbatas.

 Kardinalitas himpunan pecahan: Himpunan bilangan pecahan antara 0 dan 1,


misalnya, {1/2, 1/4, 1/8, 1/16, ...}, memiliki kardinalitas ∞ (tak hingga) karena
himpunan ini juga memiliki jumlah anggota yang tidak terbatas.

 Kardinalitas himpunan bernomor: Himpunan A = {a, b, c} dan himpunan B =


{1, 2, 3} memiliki kardinalitas yang sama, yaitu |A| = |B| = 3, meskipun
elemennya berbeda.

D. Jenis – Jenis Himpunan


Himpunan adalah kumpulan objek yang memiliki sifat yang dapat didefinisikan dengan
jelas, atau segala koleksi benda-benda tertentu yang dapat dianggap sebagai satu kesatuan. Objek
yang termasuk dalam himpunan disebut anggota atau elemen himpunan. Himpunan dapat ditulis
dengan dua cara, yaitu dengan cara daftar (tabulasi) atau dengan notasi pembentuk himpunan.

Jenis-jenis himpunan antara lain adalah:

- Himpunan semesta, yaitu himpunan yang berisi semua objek yang dibicarakan dalam suatu
konteks.

- Himpunan kosong, yaitu himpunan yang tidak memiliki anggota sama sekali.

- Himpunan subsemesta, yaitu himpunan yang semua anggotanya terdapat dalam himpunan
semesta.

- Himpunan bagian, yaitu himpunan yang semua anggotanya terdapat dalam himpunan lain.

- Himpunan sama, yaitu himpunan yang memiliki anggota yang sama persis dengan himpunan
lain.

- Himpunan sejati, yaitu himpunan bagian yang bukan sama dengan himpunan induknya.

- Himpunan tak hingga, yaitu himpunan yang memiliki banyak anggota yang tidak terbatas.

- Himpunan hingga, yaitu himpunan yang memiliki banyak anggota yang terbatas.

Contoh soal:

Tentukan jenis-jenis himpunan berikut ini!

- A = {1, 2, 3, 4, 5}

- B = {x | x adalah bilangan genap positif kurang dari 10}

- C = {a, e, i, o, u}

- D = {x | x adalah bilangan prima lebih dari 20}

-E={}

Penyelesaian:

- A adalah himpunan hingga, karena memiliki banyak anggota yang terbatas, yaitu 5.
- B adalah himpunan hingga, karena memiliki banyak anggota yang terbatas, yaitu 4, yaitu {2, 4,
6, 8}.

- C adalah himpunan hingga, karena memiliki banyak anggota yang terbatas, yaitu 5.

- D adalah himpunan tak hingga, karena memiliki banyak anggota yang tidak terbatas, yaitu {23,
29, 31, 37, ...}.

- E adalah himpunan kosong, karena tidak memiliki anggota sama sekali.

E. Operasi Terhadap Himpunan


Operasi terhadap himpunan adalah cara untuk menggabungkan, memotong, atau
mengurangi dua atau lebih himpunan. Operasi terhadap himpunan yang umum digunakan antara
lain adalah:

- Himpunan gabungan, yaitu himpunan yang berisi semua anggota dari dua atau lebih himpunan
yang digabungkan. Simbolnya adalah ∪.

- Himpunan irisan, yaitu himpunan yang berisi anggota yang sama dari dua atau lebih himpunan
yang dipotong. Simbolnya adalah ∩.

- Himpunan selisih, yaitu himpunan yang berisi anggota dari suatu himpunan yang tidak terdapat
dalam himpunan lain. Simbolnya adalah - atau \.

- Himpunan komplemen, yaitu himpunan yang berisi anggota dari himpunan semesta yang tidak
terdapat dalam suatu himpunan. Simbolnya adalah ' atau c.

- Himpunan kuasa, yaitu himpunan yang berisi semua himpunan bagian dari suatu himpunan.
Simbolnya adalah P( ).

Contoh soal:

.Diketahui himpunan A = {1, 2, 3, 4, 5} dan B = {2, 4, 6, 8}. Tentukan operasi terhadap


himpunan berikut ini!

-A∪B

-A∩B
-A-B

-B-A

- A'

- P(A)

Penyelesaian:

- A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 8}, karena menggabungkan semua anggota dari A dan B.

- A ∩ B = {2, 4}, karena memotong anggota yang sama dari A dan B.

- A - B = {1, 3, 5}, karena mengurangi anggota dari A yang tidak ada di B.

- B - A = {6, 8}, karena mengurangi anggota dari B yang tidak ada di A.

- A' = {x | x bukan anggota A}, karena mengambil anggota dari himpunan semesta yang tidak
ada di A. Himpunan semesta tergantung pada konteks soal, misalnya bilangan asli, bilangan
bulat, atau bilangan real.

- P(A) = {∅, {1}, {2}, {3}, {4}, {5}, {1, 2}, {1, 3}, {1, 4}, {1, 5}, {2, 3}, {2, 4}, {2, 5}, {3, 4},
{3, 5}, {4, 5}, {1, 2, 3}, {1, 2, 4}, {1, 2, 5}, {1, 3, 4}, {1, 3, 5}, {1, 4, 5}, {2, 3, 4}, {2, 3, 5}, {2,
4, 5}, {3, 4, 5}, {1, 2, 3, 4}, {1, 2, 3, 5}, {1, 2, 4, 5}, {1, 3, 4, 5}, {2, 3, 4, 5}, {1, 2, 3, 4, 5}},
karena mencantumkan semua himpunan bagian dari A.

F. Hukum – Hukum Himpunan


Hukum-hukum himpunan dalam colollary adalah hukum-hukum yang berlaku untuk
operasi-operasi himpunan seperti gabungan, irisan, komplemen, dan selisih. Hukum-hukum ini
dapat digunakan untuk menyederhanakan atau membuktikan persamaan atau ketaksamaan antara
himpunan. Beberapa hukum-hukum himpunan dalam colollary adalah:

- Hukum identitas: A ∪ ∅ = A, A ∩ U = A, di mana ∅ adalah himpunan kosong dan U adalah


himpunan semesta.

- Hukum dominasi: A ∪ U = U, A ∩ ∅ = ∅, di mana U dan ∅ adalah seperti di atas.


- Hukum komplemen: A ∪ A^c^ = U, A ∩ A^c^ = ∅, di mana A^c^ adalah komplemen dari A.

- Hukum idempoten: A ∪ A = A, A ∩ A = A, di mana A adalah himpunan sembarang.

- Hukum involusi: (A^c^)^c^ = A, di mana A adalah himpunan sembarang.

- Hukum penyerapan: A ∪ (A ∩ B) = A, A ∩ (A ∪ B) = A, di mana A dan B adalah himpunan


sembarang.

- Hukum komutatif: A ∪ B = B ∪ A, A ∩ B = B ∩ A, di mana A dan B adalah himpunan


sembarang.

- Hukum asosiatif: A ∪ (B ∪ C) = (A ∪ B) ∪ C, A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C, di mana A, B, dan


C adalah himpunan sembarang.

- Hukum distributif: A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C), A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C), di


mana A, B, dan C adalah himpunan sembarang.

- Hukum De Morgan: (A ∪ B)^c^ = A^c^ ∩ B^c^, (A ∩ B)^c^ = A^c^ ∪ B^c^, di mana A dan B
adalah himpunan sembarang.

- Hukum 0/1: ∅^c^ = U, U^c^ = ∅, di mana U dan ∅ adalah seperti di atas.

- Prinsip dualitas: Jika S adalah suatu kesamaan yang melibatkan himpunan dan operasi-operasi
seperti ∪, ∩, dan komplemen, maka S^*^ yang diperoleh dari S dengan mengganti ∪ dengan ∩,
∩ dengan ∪, ∅ dengan U, dan U dengan ∅, juga merupakan suatu kesamaan yang benar dan
disebut dual dari S.

Berikut adalah beberapa contoh soal dan pembahasan yang menggunakan hukum-hukum
himpunan dalam colollary:

- Contoh 1: Diketahui himpunan A = {1, 2, 3, 4, 5} dan himpunan B = {3, 4, 5, 6, 7}.


Tentukanlah hasil dari A ∪ B dan A ∩ B!

Pembahasan: A ∪ B merupakan gabungan dari himpunan A dan himpunan B sehingga hasilnya


adalah A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}. Sedangkan A ∩ B merupakan irisan dari himpunan A dan
himpunan B sehingga hasilnya adalah A ∩ B = {3, 4, 5}.³

- Contoh 2: Buktikan bahwa (A ∪ B)^c^ = A^c^ ∩ B^c^!


Pembahasan: Kita dapat menggunakan hukum De Morgan untuk membuktikan kesamaan ini.
Berdasarkan hukum De Morgan, kita dapat menulis:

(A ∪ B)^c^ = A^c^ ∩ B^c^

Sebagai langkah alternatif, kita dapat menggunakan prinsip dualitas. Kita dapat mengambil dual
dari kedua sisi kesamaan, yaitu:

((A ∪ B)^c^)^c^ = (A^c^ ∩ B^c^)^c^

Kemudian, kita dapat menggunakan hukum involusi untuk menyederhanakan, yaitu:

A ∪ B = A^c^ ∩ B^c^

Lalu, kita dapat menggunakan hukum komutatif untuk menukar posisi A dan B, yaitu:

A ∪ B = B^c^ ∩ A^c^

Terakhir, kita dapat menggunakan hukum De Morgan lagi untuk menyederhanakan, yaitu:

A ∪ B = (B ∪ A)^c^

Karena A ∪ B = B ∪ A berdasarkan hukum komutatif, maka kita dapat menyimpulkan bahwa:

A ∪ B = (A ∪ B)^c^
Dengan mengambil dual dari kedua sisi kesamaan lagi, kita dapat menulis:

(A ∪ B)^c^ = A^c^ ∩ B^c^

Sehingga, kita telah membuktikan kesamaan yang diminta. ²

- Contoh 3: Diketahui himpunan S = {H, J, B, M, L, G, O, R, P} dan himpunan A = {J, L, G, R,


P}. Tentukanlah hasil dari A^c^!

Pembahasan: A^c^ merupakan himpunan komplemen dari A, yaitu himpunan semua elemen
yang ada di S tetapi tidak ada di A. Untuk menentukan A^c^, kita dapat melihat anggota dari
himpunan S yang tidak termasuk anggota dari himpunan A. Himpunan inilah yang disebut
sebagai A^c^. Sehingga, hasilnya adalah A^c^ = {H, B, M, O}.

G. Prinsip Dualitas
Prinsip dualitas adalah konsep yang memungkinkan dua konsep yang berbeda dapat
saling dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang benar. Jika kita menukar ∪ dengan
∩ dan S dengan ø dalam setiap pernyataan tentang himpunan, maka pernyataan baru tersebut
disebut dual dari pernyataan aslinya. Misalkan s adalah pernyataan (umum) yang berkaitan
dengan kesamaan dari dua ekspresi himpunan. Masing-masing ekspresi mungkin memuat satu
atau lebih pemunculan himpunan (seperti A, Ā, B, B̅ , dst), satu atau lebih pemunculan ø dan U,
dan hanya operasi himpunan ∪ dan ∩. Dual dari s, dilambangkan sd adalah himpunan yang
diperoleh dari s dengan mengganti:

1. ø dengan U dan U dengan ø di dalam s


2. ∩ dengan ∪ dan ∪ dengan ∩ di dalam s.

Misal:

s : A ∩ (A∪B) = A

s : A ∪ (A ∩ B) =A
d
s : A ∪Β = Ā̅ ∩B̅

s : A ∩Β = Ā̅ ∪ B̅
d

Contoh :

AS → kemudi mobil di kiri depan

Indonesia → kemudi mobil di kanan depan

Peraturan :

1. di Amerika Serikat,
 mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,
 pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului,
 bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung
2. di Indonesia,
 mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,
 pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk mendahului,
 bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung

Prinsip dualitas pada kasus diatas adalah:

Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara tersebut sehingga peraturan yang
berlaku di Amerika Serikat menjadi berlaku pula di Indonesia.

Prinsip Dualitas pada Himpunan.

Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang melibatkan himpunan dan operasi-
operasi seperti ∪, ∩, dan komplemen. Jika S* merupakan kesamaan yang berupa dual dari S
maka dengan mengganti ∪ → ∩, ∩ → ∪, ∅ → U, U → ∅, sedangkan komplemen dibiarkan
seperti semula, maka operasi-operasi tersebut pada kesamaan S* juga benar.

Tabel Dualitas dari Hukum Aljabar Himpunan


H. Prinsip Inklusi – Eksklusi
Prinsip inklusi-eksklusi adalah teknik penghitungan yang menggeneralisasi metode yang
sudah dikenal untuk memperoleh jumlah elemen dalam gabungan dua himpunan berhingga ;
secara simbolis dinyatakan sebagai

Dimana A dan B adalah dua himpunan berhingga dan | S | menunjukkan kardinalitas


suatu himpunan S (yang dapat dianggap sebagai jumlah anggota himpunan, jika himpunan
tersebut berhingga ). Rumus tersebut mengungkapkan fakta bahwa jumlah ukuran kedua
himpunan mungkin terlalu besar karena beberapa elemen dapat dihitung dua kali. Unsur-unsur
yang dihitung ganda adalah unsur-unsur yang terletak pada perpotongan dua himpunan dan
penghitungannya dikoreksi dengan mengurangkan besar perpotongannya.

Prinsip inklusi-eksklusi, yang merupakan generalisasi dari kasus dua himpunan, mungkin lebih
jelas terlihat dalam kasus tiga himpunan, yang mana untuk himpunan A, B, dan C diberikan oleh

Rumus ini dapat dibuktikan dengan menghitung berapa kali setiap daerah pada gambar
diagram Venn dimasukkan ke dalam sisi kanan rumus. Dalam hal ini, ketika menghilangkan
kontribusi elemen yang dihitung berlebihan, jumlah elemen pada perpotongan ketiga
himpunan telah terlalu sering dikurangi, sehingga harus dijumlahkan kembali untuk
mendapatkan total yang benar.

Contoh:

Tentukan banyaknya bilangan bulat antara 1 sampai 2020 inklusif yang tidak habis dibagi 4,5,6
dan 9.
Penyelesaian:

Didefenisikan
Diperoleh

Dan

Jadi banyaknya bilangan bulat x ,1 ≤ x ≤ 2020 yang tidak habis dibagi 4,5,6 dan 9 adalah

I. Partisi
Partisi adalah cara menulis bilangan bulat N sebagai jumlah bilangan bulat positif yang
urutan penjumlahannya tidak signifikan, kemungkinan tunduk pada satu atau lebih batasan
tambahan. Berdasarkan konvensi, partisi biasanya ditulis dari penjumlahan terbesar hingga
terkecil (Skiena 1990, hal. 51), misalnya, 10=3+2+2+2+1. Semua partisi bilangan bulat positif
tertentu Ndapat dihasilkan dalam Bahasa Wolfram menggunakan IntegerPartitions [ list ].
PartitionQ [ p ] dalam paket Bahasa Wolfram Combinatorica` dapat digunakan untuk menguji
apakah suatu daftar terdiri dari bilangan bulat positif dan oleh karena itu merupakan partisi yang
valid.

Lantas, apakah ciri-ciri dari himpunan partisi? Perhatikan bahwa untuk himpunan {A,C} dan
{B,D} berlaku

Oleh karena sifat tersebut, {A,C} dan {B,D} dikatakan sebagai dua himpunan yang saling lepas
(disjoin). Di sisi lain, penggabungan {A,C} dan {B,D} menghasilkan himpunan induknya, yaitu
{A,B,C,D}. Jadi, himpunan partisi memiliki 2 ciri yaitu: (1) saling lepas, dan (2)
penggabungannya akan membentuk himpunan induk.

Contoh:

Misalkan ada 4 orang murid, sebut saja si A, B, C, dan D. Sang guru ingin membagi mereka
menjadi beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya beranggotakan minimal satu orang.
Ada berapa carakah mereka dikelompokkan? Untuk menjawabnya, mari kita tinjau semua
kemungkinannya. Pengelompokan yang mungkin terbentuk adalah (setiap kelompok diapit oleh
pasangan kurung kurawal):

Terbentuk satu kelompok saja, yaitu;

 {A,B,C,D}

Terbentuk 2 kelompok, yaitu:

 {A,B} dan {C,D}; atau


 {A,C} dan{B,D}; atau
 {A,D} dan {B,C}; atau
 {A,B,C} dan {D}; atau
 {A,B,D} dan {C}; atau
 {A,C,D} dan {B}; atau
 {B,C,D} dan {A}

Terbentuk 3 kelompok, yaitu:

 {A,B}, {C}, dan {D}; atau


 {A,C}, {B}, dan {D}; atau
 {A,D}, {B}, dan {C}; atau
 {B,C}, {A}, dan {D}; atau
 {B,D}, {A} dan {C}; atau
 {C,D}, {A} dan {B}

Terbentuk 4 kelompok, yaitu:

 {A}, {B}, {C} dan {D}.

J. Pembuktian Proposisi Himpunan


Proposisi himpunan adalah argumen yang menggunakan notasi himpunan.
Proposisi dapat berupa:

1. Kesamaan ( identitas ), contoh : Buktikan " A ∩(B ∪ C)=( A ∩ B)∪ (A ∩C)"

2. Implikasi, contoh: Buktikan bahwa "Jika A ∩ B=Ø dan A (B ∪ C) maka selalu berlaku A ⊆ C
".

Buktikan dengan Diagram Venn

Diagram Venn hanya dapat digunakan jika himpunan yang digambarkan


jumlahnya tidak besar. Metode ini menggambarkan daripada membuktikan fakta.
Diagram Venn tidak dianggap sebagai metode yang valid untuk pembuktian formal

Contoh: Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan bahwa


A ∩(B ∪C)=( A ∩ B)∪(A ∩C) dengan diagram Venn.

Bukti :

Kedua diagram Venn memberikan luas bayangan yang sama. Terbukti bahwa
A ∩(B ∪C)=( A ∩ B)∪(A ∩C)

Buktikan dengan Aljabar Himpunan

Contoh 1: Misalkan A dan B adalah himpunan. Buktikan bahwa ( A n B ) u (AnBc) =


A

Bukti:
c
( A ∩ B)U ( A ∩ B )= A ∩(B ∪ B) (Hukum Distributif)
c
( A ∩ B)U ( A ∩ B )= A ∩U (Hukum Komplemen)
c
( A ∩ B)∪ ( A ∩B )= A (Hukum Identitas)
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Matematika, teori Himpunan adalah teori matematika, yang dikembangkan untuk
menjelaskan kumpulan objek . Pada dasarnya definisi tersebut menyatakan bahwa “itu adalah
kumpulan elemen”. Elemen-elemen ini dapat berupa angka, huruf, variabel, dll. Notasi dan
simbol himpunan didasarkan pada operasi yang dilakukan pada himpunan tersebut, seperti
perpotongan himpunan, gabungan himpunan, selisih himpunan, dan lain-lain.

Himpunan didefinisikan dalam Matematika untuk pola bilangan atau elemen yang
berbeda. Misalnya, himpunan dapat berupa kumpulan bilangan ganjil, bilangan genap, bilangan
asli, bilangan bulat, bilangan real atau kompleks, dan semua himpunan bilangan yang terletak
pada garis bilangan.

B. Saran
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah Himpunan ini
termasuk jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kami dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/himpunan-pengertian-cara-menyatakan-
operasi-himpunan-beserta-contoh

https://pratamasttg.blogspot.com/2013/10/cara-penyajian-himpunan.html?m=1

https://www.belajarsampaimati.com/2023/10/apa-itu-kardinalitas-dalam-
matematika.html

https://www.ruangguru.com/blog/matematika-kelas-7-pengertian-dan-istilah-istilah-
dalam-himpunan

https://rumuspintar.com/himpunan/

https://gurubelajarku.com/contoh-soal-himpunan/

https://soalkimia.com/soal-himpunan/

https://www.haibunda.com/parenting/20230920175331-61-316969/20-contoh-soal-
himpunan-pembahasan-dan-kunci-jawabannya

https://fauzanabdillah.wordpress.com/bahan-belajar/

Inclusion–exclusion principle - Wikipedia

https://mathworld.wolfram.com/Partition.html

https://projektorika.blogspot.com/2016/11/himpunan-partisi.html

https://www.belajarstatistik.com/blog/2021/06/10/pembuktian-pembuktian-
himpunan/#google_vignette

Anda mungkin juga menyukai