Anda di halaman 1dari 15

PRA BILANGAN DAN BILANGAN SERTA PEMBELAJARANNYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Kapita Selekta Matematika”

Disusun oleh kelompok 1:


Prenttyan Sulfah Myulta Wakidah (203200222)
Rahmadania Fitri (203200226)
Sakinatul Illahiyah (203200234)

Dosen Pengampu:
Kurnia Hidayati, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Dalam penulisan
makalah ini terdapat para pihak yang ikut serta memberikan bantuan baik moril
maupun material, kami haturkan terimakasih kepada:

1. Ibu Kurnia Hidayati, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah


Pembelajaran Kapita Selekta Matematika.

2. Seluruh teman yang telah memberikan bantuan serta motivasi untuk makalah ini
selesai pada waktunya.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Ponorogo, 12 Februari 2023


Penyusun,

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 1
C. TUJUAN ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Menjelaskan Himpunan Beserta Operasinya ............................................. 3


B. Menentukan Subset dari Suatu Himpunan Bilangan ................................. 4
C. Menuliskan Sebuah Contoh Bilangan Rasional dalam
Kehidupan Sehari-hari ................................................................................ 5
D. Membuktikan Bilangan Desimal Berulang sebagai Bilangan
Rasional ...................................................................................................... 5
E. Menuliskan Contoh Penggunaan Bilangan Irrasional yang
Digunakan Siswa SD ................................................................................. 6
F. Menentukan Sifat Suatu Relasi .................................................................. 6
G. Menganalisis Penyebab dan Solusi dari Siswa yang Mengalami
Masalah pada Pembelajaran Pra Bilangan dan Bilangan ........................... 8
H. Menyusun Simulasi Lambang Bilangan .................................................... 8
I. Menyusun Simulasi Membilang ................................................................ 10
J. Menyusun Simulasi Korespondensi Satu-Satu .......................................... 10
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 11
B. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Asal mula manusia mengenal bilangan terdeteksi sejak jaman pra sejarah
dimana manusia pada jaman itu masih hidup di gua dan bersifat nomaden. Dari fakta
berupa gambar- gambar yang ada pada dinding gua, para ahli menympulkan bahwa
manusia pra sejarah mengenal korespondensi satu-satu. Selanjutnya, seiring
perkembangan Jaman, manusia memiliki beragam konsep bilangan dengan bentuk dan
makna berbeda. Tentu saja agar dapat berkomunikasi dan bersaing dalam kehidupan
ini, manusia dituntut untuk memahami konsep pra bilangan dan bilangan.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Himpunan Beserta Operasinya.
2. Menentukan Subset dari Suatu Himpunan Bilangan.
3. Menuliskan Sebuah Contoh Bilangan Rasional dalam Kehidupan Sehari-hari.
4. Membuktikan Bilangan Desimal Berulang sebagai Bilangan Rasional.
5. Menuliskan Contoh Penggunaan Bilangan Irrasional yang Digunakan Siswa SD.
6. Menentukan Sifat Suatu Relasi.
7. Menganalisis Penyebab dan Solusi dari Siswa yang Mengalami Masalah pada
Pembelajaran Pra Bilangan dan Bilangan.
8. Menyusun Simulasi Lambang Bilangan.
9. Menyusun Simulasi Membilang.
10. Menyusun Simulasi Korespondensi Satu-satu.

C. Tujuan
1. Untuk Menjelaskan Himpunan Beserta Operasinya.
2. Untuk Menentukan Subset dari Suatu Himpunan Bilangan.
3. Untuk Menuliskan Sebuah Contoh Bilangan Rasional dalam Kehidupan Sehari-
hari.
4. Untuk Membuktikan Bilangan Desimal Berulang sebagai Bilangan Rasional.

1
5. Untuk mengetahui Contoh Penggunaan Bilangan Irrasional yang Digunakan Siswa
SD.
6. Untuk Menentukan Sifat Suatu Relasi.
7. Untuk mengetahui Penyebab Dan Solusi dari Siswa yang Mengalami Masalah pada
Pembelajaran Pra Bilangan dan Bilangan.
8. Untuk Menyususn Simulasi Lambang Bilangan.
9. Untuk Menyusun Simulasi Membilang.
10. Untuk Menyusun Simulasi Korespondensi Satu-satu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menjelaskan Himpunan Beserta Operasinya


Dalam matematika, himpunan adalah segala koleksi benda-benda tertentu yang
dianggap sebagai satu kesatuan. Walaupun hal ini merupakan ide yang sederhana, tidak salah
jika himpunan merupakan salah satu konsep penting dan mendasar dalam matematika
modern, dan karenanya, studi mengenai himpunan sangatlah berguna. Himpunan merupakan
salah satu dasar dari matematika. Konsep dalam matematika dapat dikembalikan pada konsep
himpunan, misalnya garis adalah himpunan titik. Sebetulnya pengertian himpunan mudah
dipahami dan dapat diterima secara intuitif. Mengingat demikian pentingnya teori himpunan,
maka dalam kesempatan ini akan dijabarkan beberapa konsep mengenai teori himpunan.1
Suatu himpunan dapat pula disajikan dengan syarat keanggotaan. Jadi A = {seluruh
bilangan bulat positif} mempunyai arti himpunan dengan anggota-anggota 1, 2, 3, … Bila
P(x) menyatakan proporsi P tentang objek x, maka himpunan yang didefinisikan dengan P(x),
ditulis { | ( )} x P x adalah koleksi objek-objek x yang mempunyai sifat P. Sebagai contoh, { |
bilangan bulat positif yang lebih keci x x l dari 4} adalah himpunan {1, 2, 3}. Lambang 
menyatakan anggota dan  bukan anggota.
Sebuah himpunan diberi nama dengan huruf kapital misalnya D. Anggota dari
sebuah himpunan dapat dinyatakan dengan kata-kata, mendaftar, atau aturan. Selain ketiga
cara di atas, himpunan juga dapat dinyatakan dalam bentuk diagram Venn. Banyak anggota
himpunan D ditulis n(D) sedangkan banyak himpunan bagian dari himpunan D adalah 2𝑛(𝐷) .
Berikut contohnya.
Azmi anak yang cerdas dan soleh. Pada sore hari, la belajar menyebutkan bilangan
kelipatan dua yang kurang dari 15. Bila K adalah himpunan bilangan yang disebutkan
oleh Azmi, nyatakanlah himpunan ini dalam bentuk beragam.
Solusi:
1. Cara kata-kata
K = {Bilangan bulat lebih kecil dari 15}
2. Cara mendaftar
K = {0,2,4,6,8,10,12,14}

1
S Lipschuts, Silaban, P. Teori Himpunan. (Jakarta: Erlangga. 1985).

3
3. Cara aturan
K = {𝑋|𝑥 < 15, 𝑥 ∈ 𝐵 } Dengan B adalah himpunan bilangan cacah.
4. Diagram Venn

S K

0
2
6
10 12
0 4
8 14

S adalah himpunan semesta dari bilangan Bulat.


Gambar 1.1

B. Menentukan Subset dari Suatu Himpunan Bilangan.


Bila setiap anggota dari A juga anggota dari B, yaitu, bila x A maka x B  ,
maka A disebut himpunan bagian (subset) dari B, atau A termuat dalam B, dan ditulis
A B  . Bila A bukan himpunan bagian dari B, kita tulis A B  (lihat Gambar 1.1)

AB AB
Gambar 1.2

Diagram, seperti yang terlihat pada Gambar 1.1, yang digunakan untuk
menunjukkan hubungan antar himpunan disebut diagram Venn. Pada pokok bahasan
berikutnya diagram Venn akan digunakan secara luas. Contoh 1.1.4 1. Misalkan A =
{1, 2, 3, 4, 5, 6}, B = {2, 4, 5}, C = {1, 2, 3, 4, 5} D = {6, 7, 8} Maka B A  , B C  ,

4
C A  . Tetapi D B  , D C  , D B  . 2. Bila A sebarang himpunan, maka A A  .
Ini berarti, semua himpunan adalah himpunan bagian dari dirinya sendiri.2

C. Menuliskan Sebuah Contoh Bilangan Rasional dalam Kehidupan Sehari-hari.


Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan ke dalam bentuk a/b
dengan a dan b anggota bilangan bulat b ≠ 0. Bilangan rasional adalah bilangan yang
dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan bulat a dan b, ditulis a/b dengan syarat b ≠
0. Contoh: Bilangan-bilangan rasional 1/5, 1/3, 3/2, 22/7, 56/10, …, a/b… disebut
bilangan-bilangan rasional pecahan biasa atau sering disebut pecahan biasa. Bilangan-
bilangan rasional 2 1/2, 4 2/3, 7 5/6, 15 1/9, …. C a/b disebut bilangan-bilangan rasional
pecahan sempurna atau sering disebut pecahan campuran. Operasi bilangan rasional
meliputi pengurangan, perkalian, dan pembagian yang memiliki sifatnya masing-masing.
rasional.adalah himpunan semua bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk pecahana b
2 1 3 26 4126
dengan a, b adalah bilangan bulat dan b tidak boleh nol. Contohnya: 3, , ,7, , ,
1 2 93 9999

0,614 , dan 0,9132741. Adapun contoh rasional dalam kehidupan sehari hari :
• Budi akan merayakan ulang tahunnya, dan dia ingin merayakanya dengan
mengundang pesta teman-teman sekelasnya, dan menyajikan nasi liwet. Bila dalam
satu kelas ada 28 orang siswa, dan untuk satu porsi nasi liwet diperlukan 1¼ gelas
beras, berapa berapa beras yang harus dimasak oleh Budi ?
Jawab: Beras yang diperlukan adalah = 30 ÷ 1 ¼ = 28 ÷ 5/4 = 112/5 = 22 2/5 gelas.
• Suhu udara di Puncak Jaya pada siang hari adalah 17 °c. memnjelang tengah malam
suhu udara turun 19 °c. Berapa derajatkah suhu udara di puncak tersebut pada
malam hari ?
Jawab : Kalimat matematikanya adalah : 17 – 19 = -2 Jadi, suhu udara pada malam
hari di puncak tersebut adalah -2 °c.3
D. Membuktikan Bilangan Desimal Berulang sebagai Bilangan Rasional.

Bilangan decimal yang berulang disebut juga bilangan rasional. Sebagai contoh,
0,333... (3 titik ke belakang menyatakan pengulangan yang tidak berujung. Nama bilangan
1
rasional dari desimal yang berulang ini adalah dimana 1 dan 3 adalah bilangan bulat dan
3

2
Dudewicz, E.J. & Mishra, S.N. Modern Mathematical Statistics. (Jhon Wiley: 1988).
3
Muhsetyo, Subari, Suhadiyino. Pengantar Ilmu Bilangan (Sinar Jaya, Surabaya:1985)

5
𝟑
3 ≠ 0. Sama pula halnya bilangan cacah dapat dinyatakan sebagai = 3 dan merupakan
𝟏

bilangan rasional juga karena 1 dan 3 adalah bilangan bulat.4

E. Menuliskan Contoh Penggunaan Bilangan Irrasional yang Digunakan Siswa SD.


Bilangan irrasional merupakan bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
pecahan desimal dengan nilai yang bulat. Bilangan irrasional tidak memiliki pola yang
teratur jika ditulis dalam bentuk desimal.
Beberapa contoh bilangan irasional misalnya π (pi), 21/2 , atau e. Jika dihitung
dengan kalkulator, nilai dari 21/2 atau akar 2 yaitu 1,414213562373095048801688724...
artinya bilangan desimal ini tidak berulang dengan angka di belakang koma yang tak
terhingga. Tapi, tidak semua akar termasuk bilangan irasional, misalnya akar 4 yaitu 2 dan
akar 9 yaitu 3. Dimana keduanya merupakan bilangan rasional. Lalu, mengapa π (pi) adalah
bilangan irasional ? Hal ini karena bernilai 3,14159265... Nilai desimal tidak pernah berhenti
di sembarang titik. Selain itu, ada bilangan Euler (e) yang juga merupakan bilangan irasional,
karena e = 2⋅718281.

F. Menentukan Sifat Suatu Relasi.


Relasi adalah hubungan antara dua elemen dua himpunan. Relasi juga dikatakan
sebagai suatu aturan yang memasangkan anggota himpunan satu ke himpunan lain.
Suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah pemasangan atau korespondensi
dari anggota-anggota himpunan A ke anggota-anggota himpunan B. relasi dari
himpunan A ke himpunan B adalah aturan yang memasangkan anggota himpunan A
dan anggota himpunan B dengan aturan tertentu.
Sifat sifat relasi :
1. Relasi Refleksif ( Bercermin)
Relasi disebut refleksif jika dan hanya jika untuk setiap x anggota semesta-
nya, x berelasi dengan dirinya sendiri. Jadi R refleksif jika dan hanya jika
xRx.Contoh :

4
Suhendra, Dina Mayadiana Suwarma, KAPITA SELEKTA MATEMATIKA, UPI PRESS.

6
Jika diketahui A= {1,2,3,4} dan relasi R= {(1,1), (2,2), (3,3), (4,4)} Pada A, maka R
x∈A adalah refleksif, karena untuk setiap x∈A terdapat (x,x) pada R.
Perhatikan relasi pada himpunan = {1,2,3,4} berikut:
R1= {(1,1), (1,2), (1,4), (2,1), (2,2), (3,3), (4,1), (4,4)}
R2= {(1,1), (1,2), (1,3), (1,4), (2,2), (2,3), (2,4), (3,3), (3,4), (4,4)}
Relasi-relasi tersebut merupakan relasi refleksif karena memiliki elemen
(1,1), (2,2), (3,3), dan (4,4).

2. Relasi Antisimetri
Relasi R disebut antisimetri pada S jika dan hanya jika setiap dua anggota a
dan b dari S berlaku: jika a berelasi R dengan b dan b berelasi R dengan a maka a=b.
Contoh:
a. A = keluarga himpunan.
Relasi “ himpunan bagian” adalah relasi yang antisimetris pada A, karena untuk
setiap dua himpunan x dan y, jika x y dan y x, maka x = y.
b. Relasi “kurang dari atau sama dengan (≤)” dalam himpunan bilangan real.
Jadi, relasi “kurang dari atau sama dengan (≤)” bersifat anti simetri, karena
jika a ≤ b dan b ≤ a berarti a = b.
c. Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat asli N merupakan
contoh relasi yang tidak simetri karena jika a habis membagi b, b tidak habis
membagi a, kecuali jika a = b. Sementara itu, relasi “habis membagi”
merupakan relasi yang anti simetri karena jika a habis membagi b dan b habis
membagi a maka a = b.
3. Relasi Asimetri
Relasi R disebut asimetri pada S jika dan hanya jika setiap dua anggota a dan
b dari S berlaku: jika a berelasi R dengan b maka b tidak berelasi R dengan a. Secara
simbolik: R asimetri pada S jhj (∀a,b∈S) aRb → bRa.
Contoh: Relasi R = { (a,b), (b,c), (c,a) } dalam himpunan { a,b,c }.
4. Relasi Transitif
R adalah relasi pada A. R disebut relasi Transitif pada A jika dan hanya jika
setiap 3 anggota himpunan A, (a,b,c ∈A) jika (a,b)∈R, dan (b,c)∈R maka (a,c)∈R
(setiap tiga anggota a,b,c dari A, jika a berelasi dengan b dan b berelasi dengan c
maka a berelasi dengan c).
Contoh: Relasi R = {(a,b), (b,c), (a,c), (c,c) } dalam himpunan { a,b,c }.

7
G. Menganalisis Penyebab dan Solusi dari Siswa yang Mengalami Masalah pada
Pembelajaran Pra Bilangan dan Bilangan.
Pembelajaran pra bilangan dengan cara memilih (sorting) untuk siswa SD dapat
dilakukan, melalui: ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan dan komposisi. Hal lainnya yang
dapat dilakukan adalah menyentuh, merasakan, mencium, dan mendengarkan. Pelajari
Simulasi 1 untuk mendemonstrasikan himpunan dan negasi.
Simulasi 1:
Mendemonstrasikan Negasi suatu Kelompok.

Apa yang Anda butuhkan: Himpunan objek dengan atribut fisik berbeda. Apa yang
Anda katakan: Disini saya memiliki barang-barang: beberapa terbuat dari logam, bukan
logam, plastik, dan bukan plastik. Beberapa barang tersebut dapat digunakan untuk makan
dan yang lainnya tidak dapat digunakan untuk makan. Pertama ijinkan saya mengumpulkan
semua benda yang terbuat dari logam, saya akan menyimpannya di sebelah kiri saya. Saya
punya sendok, garpu, pisau, dan penjepit kertas. Semua barang yang ada disebelah kanan
saya adalah barang-barang yang terbuat dari logam. Keluarkan kotak benda yang saya
berikan pada kallan. Silahkan bekerja secara berkelompok untuk melakukan apa yang saya
peragakan.

Siswa dapat menggunakan batang, dedaunan, atau benda lain yang dikenalnya untuk
menyusun kelompok-kelompok benda beririsan. Latihan pengelompokan sederhana ini dapat
dilakukan berdasarkan atribut fisik seperti warna, bentuk, ukuran, tekstur, atau ketebalan.
Siswa juga dapat mengeksplorasi secara penemuan murni untuk melihat atribut apa yang
dapat mereka identifikasi untuk mengelompokan himpunan obyek yang beragam. Ide-ide
mereka dapat didiskusikan dengan teman sekelasnya. Setelah bekerja secara luas dengan satu
atribut maka dua atribut dapat digunakan. Sebagai contoh, pengelompokan yang melibatkan
irisan misalnya, siswa mengelompokan benda berdasarkan warna dan bentuk. Pertimbangkan
benda berwarna merah dan berbentuk persegi empat. Irisan yang termuat dalam benda ini
adalah warna merah dan persegi empat.

H. Menyusun Simulasi Lambang Bilangan.


Terdapat bebagai jenis media pembelajaran diantaranya yaitu media visual, media
audio, media audio-visual, dan multimedia. Sedangkan media pembelajaran yang
digunakan untuk mengenalkan lambang bilangan 1-10 pada kelompok A adalah media

8
buah Puzzle angka. Media buah Puzzle angka adalah media pembelajaran yang berjenis
media visual.
Pada indikator menyebutkan bilangan 1-10 dengan menunjuk benda-benda, anak
akan dimita menata Puzzle buah angka secara benar. Kemudian anak dikenalkan dengan
konsep bilangan secara konkrit melalui media buah Puzzle angka. Selanjutnya anak
diminta menyebutkan bilangan 1-10 melalui media. Pada indikator menunjukkan urutan
benda untuk bilangan 1-10, anak diminta menata Puzzle buah angka secara benar.
Kemudian anak diminta mengurutkan media sesuai dengan lambang bilangan yang sudah
tertera pada kepingan Puzzle secara urut, atau anak dminta menempelkan angka 1-10 yang
semula acak menjadi urutan angka 1-10 secara urut. Pada indikator menghubungkan atau
memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda antara 1-10, anak diminta
memasangkan kepingan Puzzle pertama yang berisi benda dengan jumlah 1-10 dengan
kepingan Puzzle kedua berupa lambang bilangan.
Penggunaan buah Puzzle angka bertujuan untuk memudahkan anak dalam
mengenal lambang bilangan 1-10 dan juga menambah daya tarik ketika pembelajaran
mengenal lambang bilangan dilakukan di dalam kelas. Penelitian tentang peningkatan
mengenal lambang bilangan 1-10 dengan media Puzzle sudah dilakukan oleh beberapa
orang. Namun dalam penelitian ini yang membedakan adalah bentuk dari variasi media
Puzzle yang sudah dimodifikasi lebih menarik dan memiliki tiga fungsi kegunaan sesuai
dengan indikator pencapaian dalam penelitian ini.5
Apa yang Anda butuhkan: Sekumpulan kartu yang memuat kata-kata, lambang
bilangan, kumpulan benda, penjumlahan, pengurangan, papan kartu, kue tart, dan lilin. Apa
yang Anda Katakan: Hari ini kita membicarakan "Tiga". Sekarang Anda sudah tahu satu, dua,
dan tiga. Hari ini kita akan bermain pesta ulang tahun. Saya akan memberi beberapa kartu
padamu. Kartu-kartu ini memperlihatkan satu, dua, atau tiga secara berbeda. Lihat kartumu.
Sekarang mari kita memainkan permainan pertama. Sekarang saya memiliki satu lilin pada
kue tart. Jika Anda pikir Anda memliki kartu yang bermakna angka satu maka Anda
diundang ke pesta ulang tahun ini. Saya akan menyimpan undanganmu. Untuk membantumu
mengambil keputusan, lihat kartumu kemudian duduk pada tempat duduk satu, dua, dan tiga
dibagian depan ruangan. (Ulangi permainan menggunakan satu, dua, dan tiga lilin). Agar
lebih jelas, perhatikan gambar berikut.

5
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Refernsi Jakarta, 2012), 29.

9
Kamu juga dapat menggunakan kartu bermain sebagai model kumpulan benda tanpa
nama dan kumpulan lambang bilangan yang saling berhubungan sehingga dapat memperkuat
konsep lambang bilangan. Anak dapat mempelajari lambang bilangan dengan menelusuri
pasangan kertas yang terpotong. Cara lainnya adalah kartu yang memuat lambang bilangan
diberi lubang sehingga lubang tersebut dapat ditutup oleh lambang bilangan yang dimaksud.
Setelah satu, dua, dan tiga dipelajari melalui eksplorasi obyek-obyek yang beragam, nol dan
himpunan kosong dapat diperkenalkan. Anak menikmati himpunan kosong yang dibuatnya
sendiri, seperti: orang yang lebih tinggi dari gajah, gajah berwarna merah muda, dan lainnya.

I. Menyusun Simulasi Membilang.


Apa yang Anda butuhkan: kelereng atau benda kecil yang dapat dibilang oleh tiap
pebelajar. Apa yang Anda katakan: "ayo semua membilang sampai 20 bersama-sama
(kerjakan!) sekarang ambil kelerengmu atau benda lainnya. Kita akan membilang sampai 20
bersama-sama lagi. Bagaimanapun, saat ini kita akan mengambil kelereng dan
menempatkannya pada tangan kita setiap kita menyebutkan bilangan baru. Setelah selesai
membilang masing-masing akan memiliki 20 kelereng yang ada ditangan."

J. Menyusun Simulasi Korespondensi Satu-satu.

Korespondensi satu-satu merupakan relasi khusus yang memasangkan setiap anggota


himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B dan begitupun sebaliknya. Dengan
demikian, banyaknya anggota himpunan A dan himpunan B haruslah sama. Pada hakikatnya
semua korespondensi satu-satu termasuk ke dalam relasi, namun sebuah relasi belum tentu
bisa termasuk ke dalam korespondensi ini. Ada beberapa syarat untuk bisa disebut menjadi
korespondensi satu satu, yaitu himpunan A dan B memiliki banyak sekali anggota yang sama,
ada sebuah relasi yang menggambarkan bahwa masing-masing anggota A berpasangan
dengan tepat satu anggota B begitupun sebaliknya, dan masing-masing anggota daerah hasil
tidak akan bercabang terhadap daerah asal atau begitu pula sebaliknya.
Jika melihat dari syarata korespondensi satu-satu bahwa banyak anggota domain dan
kodomain harus sama maka bisa dirumuskan sebagai berikut : Jika n (A) = n(B) = n, maka
banyaknya korespondensi satu-satu yang mungkin adalah : n x (n – 1) x (n – 2) x … x 2 x 1.
Contoh Soal 1 :

Diketahui himpunan A = {2, 4, 6, 8, 10, 12} dan himpunan B = {1, 3, 5, 7, 9, 11}. Maka
tentukanlah berapa banyak kemungkinan korespondensi satu satu yang dapat dibentuk dari
himpunan A ke himpunan B ?

10
Penyelesaian Soal:
Banyak anggota himpunan A dan Himpunan B adalah sama, yaitu 6 maka n = 6. Oleh karena
itu, banyak kemungkinan korespondensi satu satu yang dapat dibentuk adalah sebagai
berikut:
6 x 5 x 4 x 3 x 2x 1 = 720
Maka bisa disimpulkan bahwa terdapat 720 korespondensi satu satu yang dapat dibentuk dari
himpunan A ke himpunan B.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam makalah ini menjelaskan himpunan beserta operasinya, subset dari
suatu himpunan bilangan, sebuah contoh bilangan rasional dalam kehidupan Sehari-
hari, membuktikan bilangan desimal berulang sebagai bilangan rasional, contoh
penggunaan bilangan irrasional yang digunakan siswa sd, sifat suatu relasi,
penyebab dan solusi dari siswa yang mengalami masalah pada pembelajaran pra
bilangan dan bilangan, simulasi lambang bilangan, simulasi membilang, simulasi
korespondensi satu-satu.
Himpunan dapat dinyatakan dengan cara mendaftar, kata-kata, aturan atau
diagram Venn. Nama suatu himpunan ditulis dengan huruf Kapital, misalnya A.
Banyak anggota dari himpunan A ditulis n (A). Sedangkan banyak himpunan
bagian dari A dapat ditentukan menggunakan rumus 2𝑛(𝐴) . Operasi dasar pada
himpunan yang harus dikuasai adalah operasi irisan, gabungan, dan komplemen.
Berdasarkan macamnya, bilanganbila diurutkan dari yang paling luas
cakupannya adalah bilangan rill, bilangan rasional, bilangan bulat, bilangan cacah,
bilangan asli dan bilangan irrasional. Relasi memiliki tiga sifat penting yang perlu
dipahami beserta contoh nyatanya yaitu: sifat simetris, reflektif, dan transitif.
Memperkenalkan bilangan dan lambang bilangan pada permulaan sekolah dasar
dapat dijembatani oleh pengenalan konsep membilang dan korespondensi satu-satu.
Apabila ada kesalahan dalam menulis makalah ini, kami mohon kritikannya dan
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

11
B. Daftar Pustaka

Muhsetyo, Subari, Suhadiyino (1985). Pengantar Ilmu Bilangan. Sinar Jaya,


Surabaya.
Dudewicz, E.J. & Mishra, S.N (1988). Modern Mathematical Statistics. Jhon Wiley.
S Lipschuts, Silaban (1985). P. Teori Himpunan. Jakarta: Erlangga.
Suhendra, Dina Mayadiana Suwarma, KAPITA SELEKTA MATEMATIKA, UPI
PRESS.
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Refernsi
Jakarta, 2012), 29.

12

Anda mungkin juga menyukai