Anda di halaman 1dari 51

MATERI PERKULIAHAN PENGANTAR DASAR MATEMATIKA (PDM)

MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Pengantar Dasar
Matematika pada Semester 1 T.A 2018/2019
Dosen Pengampu Ibu Angra Meta Ruswana, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh

Kelas 1A (Pend. Matematika)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH

CIAMIS

2018
KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan Rahmat-Nya sehingga penyusunan makalah Materi Perkuliahan Pengantar Dasar
Matematika ini dapat diselesaikan tepat dengan waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini, untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Pelajaran Pengantar Dasar Matematika pada Semester 1 Tahun
Ajaran 2018/2019. Pada kesempatan ini, tidak lupa kami menyampaikan terima kasih
kepada :

1. Ibu Angra Meta Ruswana, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengajar Mata Kuliah
Pengantar Dasar Matematika yang telah memberikan kesempatan kami untuk
menyusun makalah materi perkuliahan ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan serta motivasi dalam
penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ciamis, 05 Desember 2019

Kelas 1A (Pend. Matematika)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
PERTEMUAN KE-1 ............................................................................................................... 1
PERTEMUAN KE-2 ............................................................................................................... 4
PERTEMUAN KE-3 ............................................................................................................... 8
PERTEMUAN KE-4 ............................................................................................................. 13
PERTEMUAN KE-5 ............................................................................................................. 16
PERTEMUAN KE-6 ............................................................................................................. 21
PERTEMUAN KE-7 ............................................................................................................. 26
PERTEMUAN KE-8 ............................................................................................................. 30
PERTEMUAN KE-9 ............................................................................................................. 38
PERTEMUAN KE-10 ........................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................

iii
PERTEMUAN KE-1
HIMPUNAN

A. Pengertian Himpunan
Sebuah pengertian ( konsep ) yang sangat penting dan sangat mendasar di
dalam matematika yang harus kita pahami adalah pengertian tentang himpunan.
Himpunan adalah sebuah koleksi ( kumpulan ) dari objek – objek yang didefinisikan
dengan jelas ( baik ). Kata terdefinisikan dengan baik ( jelas ) yang terdapat dalam
pengerian himpunan tersebut di atas memiliki arti bahwa untuk sebarang obyek yang
diberikan, maka tanpa keraguan setiap seorang akan sepakat apakah obyek itu
termasuk atau tidak termasuk dalam sebuah himpunan tersebut. Sementara secara
sederhana artinya ialah kumpulan benda – benda. Perkataan lain untuk himpunan
adalah kumpulan, set, kelas dan sebagainya.
Contoh : manakah di antara kumpulan berikut yang merupakan definisi himpunan :
1. Kumpulan mahasiswa UIN Syarief Hidayatullah Jakarta angkatan 2014.
2. Kumpulan bilangan asli kurang dari 10.
3. Kumpulan bilangan prima.
4. Kumpulan mahasiswa pandai.
5. Kumpulan mahasiswa cantik.
Penyelesain :
1. Himpunan, karena terdefinisi dengan jelas keanggotaannya yaitu
mahasiswa UIN Syarief Hidayatullah angkata 2014, jadi yang bukan
anggota 2014, maka tidak termasuk pada himpunan.
2. Himpunan, karena ciri keanggotaannya jelas.
3. Himpunan, karena ciri keanggotaannya jelas.
4. Bukan himpunan, karena definisi pandai tidak jelas.
5. Bukan himpunan, karena definisi canti sangat relatif, tiddak jelas.
Selanjutnya, perlu kita ketahui bahwa di dalam matematika, kata kumpulan
seringkali diganti dengan kata himpunan sebagai sinonim dengan kata “ set” dalam
bahasa Inggris. Di dalam matematika, himpunan tidak hanya berarti kumpulan atau
kelas, tetapi memiliki arti lebih dari itu. Misalnya kumpulan makanan enak tidak
dapat dikatakan sebagai himpunan, karena makanan yang enak menurut seseorang
bukan berarti enak bagi orang lain.
B. Notasi Himpunan dan Keanggotaan
Semua himpunan biasanya diberi nama dengan huruf kapital A, B, C, D, ...
dan seterusnya, sementara untuk menyatakan bahwa sebuah himpunan memiliki

1
2

obyek atau benda tertentu, maa obyek – obyek itu diletakkan atau ditulis diantara dua
kurung kurawal yang berhadapan, dan setiap elemen dengan elemen yang lain
dipisahkan dengan tanda koma (,). Untuk melambangkan anggota himpunan
biasanya menggunakan huruf kecil a, b, c, dan sebagainya.
Perlu diperhatika bahwa penulisan anggota dalam suatu himpunan hanya
sekali saja. Jadi, tidak boleh kita menuliskan himpunan sebagai {1, a, b, 8, b} akan
tetapi ditulis dengan {1, a, b, 8}.
Contoh : Jika himpunan murid kelas 1A yang berkaca mata kita beri nama K, maka
kita tuliskan seperti berikut : K = { murid kelas 1A yang berkaca mata }

C. Cara Menyatakan Himpunan


Untuk menyatakan himpunan dapat digunakan denga 4 cara :
a) Menyatakan sifat yang dimiliki anggotanya
Contoh : 1. Himpunan huruf vokal.
2. Himpunan bilangan ganjil kurang dari 10.
3. Himpunan bilangan prima kurang dari 19.
b) Bentuk Pendaftaram (Tabular-Form)
Yaitu menuliskan semua anggota himpunan tersebut di dalam kurung
kurawal.
Contoh : Dari contoh diatas, maka himpunan di atas dapat di tuliskan dengan
cara menuliskan semua anggotanya :
1. A = { a, i, u, e, o }
2. B = {1, 5, 3, 7, 9 }
3. C = { 2,3,4,5,7, 11, 13, 17 }
c) Notasi Pembentukan Himpunan ( Set Builder – Form )
Yaitu dengan menuliskan sifat/syarat mengenai anggota himpunan
angota tersebut. Pada cara ini anggota himpunan dinyatakan dengan suatu variasi (
perubah ).
Contoh : Dari contoh diatas, maka himpunan di atas dapat di tuliskan dengan
cara notasi pembentukan himpunan :
1. A = {x l x huruf vokal}
2. B = {x l 0 < x < 10, x bilangan ganjil}
3. C = { x l 0 < x < 19, x bilangan prima}
d) Diagram Ven
Untuk menggambarkan hubungan antara himpunan –
3

himpunan dapat digunakan diagram venn. Himpunan dinyatakan dengan


daerah kurva tertutup sedangkan semesta sebagai daerah empat persegi
panjang dan anggota himpunan dinyatakan dengan noktah – noktah di
dalamnya. Diagram Venn
dipopulerkan oleh John Venn.

ii. Selisih iii. Komplemen

iv. Gabungan v. Irisan

Daftar Pustaka :
Dr. Wahyudin. 2003. Matematika SLTP. Bandung : Epilon Grup
PERTEMUAN KE-2
MACAM-MACAM HIMPUNAN

A. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah sekelompok atau kumpulan benda atau objek yang
anggotanya dapat di definisikan atau di tentukan dengan jelas.
B. Macam-macam Himpunan
1. Himpunan Berhingga
Himpunan berhingga adalah himpunan yang jumlah anggotanya dapat
di hitung.
Contoh:
 Himpunan nama hari dalam seminggu.
 Himpunan Mahasiswa Galuh Ciamis angkatan 2018.
 Himpunan bilangan asli kurang dari 10.
2. Himpunan Tak Hingga
Himpunan tak hingga adalah suatu himpunan yang jumlah anggotanya
tidak terbatas.
Contoh:
 A = { x l x bilangan asli}
Maka A = {1,2,3,4,5,...}
 B = { x l x bilanagan bulat}
Maka B = {...,-2,-1,0,1,2,...}
 C = { x l x bilangan prima}
Maka C = {2,3,5,7,...}
3. Himpunan Kosong
Himpunan kosong adalah adalah suatu himpunan yang tidak memiliki
anggota sama sekali. Himpunan kosong dilambangkan dengan tanda {}
atau Ø.
Contohnya :
B = {bilangan genap antara 2 dan 4}
Maka ditulis B = Ø

B
S

4
5

4. Himpunan Sama
Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B, jika dan hanya jika
setiap anggota A merupakan anggota B dan sebaliknya.
Notasi :

A=B

Contohnya :
A= {b,c,d}
B={d,c,b}
Maka A = B
5. Himpunan Ekuivalen
Himpunan A dikatakan ekuivalen dengan himpunan B, jika dan hanya
jika banyaknya anggota himpunan tersebut sama.
Notasi :

A~B
n(A) = n(B)

Contohnya :
A = {1,2,3}
B = {a,b,c}
Jadi karena jumlah anggota himpunan A sama banyak dengan jumlah
anggota himpunan B, akan tetapi beda bentuknya, maka dikatakan
himpunan A setara dengan himpunan B, ditulis : A ~ B
6. Himpunan Semesta
Juga disebut himpunan universal dan ditulis dengan huruf S adalah
himpunan dari semua unsur yang sedang dibicarakan. Himpunan semesta
S.
Contohnya:
S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}
Himpunan bilangannya berupa:
• A = {bilangan asli}
• B = {bilangan cacah}
• C = {bilangan ganjil kurang dari 10}
7. Himpunan Bagian
6

Himpunan bagian adalah apabila setiap unsur dalam himpunan A


termasuk juga anggota B, maka A merupakan bagian dari himpunan B.
Contohnya :
A = {a,c,e}
B = {a,b,c,d,e}

B
S
A a. b.
c.
e. d.

Jadi, A adalah himpunan bagian dari B cukup ditulis dengan


A  B.
8. Himpunan Lepas
Himpunan lepas adalah suatu himpunan yang tidak mempunyai
anggota persekutuan dengan himpunan lain.
Dengan notasi : A  B atau A//B
Contohnya :
A = {d,e,f}
B = {g,h,i}
Maka himpunan A tidak mempunyai anggota persekutuan dengan
himpunan B maupun sebaliknya.

A B
S
d. g.
e. h.
f. i.

9. Himpunan Tak Lepas(Berpotongan)


Himpunan A dan himpunan B dikatakan berpotongan jika ada anggota
persekutuan diantara kedua himpunan tersebut.
Contohnya :
P= {2,4,6,8}
Q= {2,3,5,7}
Maka P  Q dengan anggota persekutuannya 2.
7

S P Q

4. 3.
6. 2 5.
8. 7.

10. Himpunan Kuasa(Power Set)


Himpunan kuasa dari himpunan A ditulis dengan P(A) merupakan
suatu himpunan yang elemennya terdiri dari semua himpunan bagian dari
himpunan A.
Contohnya :
A= {a,b}
Himpunan bagian dari himpunan A adalah Ø,{a},{b},{a,b}
Maka himpunan kuasa dari himpunan A, adalah
P(A) = {Ø, {a},{b},{a,b}}
n(P(A)) = 4
ATAU
n(P(A)) = 2𝑛
n(P(A)) = 22 = 4
PERTEMUAN KE-3
OPERASI HIMPUNAN

A. Pengertian Operasi Himpunan


Operasi himpunan adalah operasi yang dikenakan terhadap himpunan.
Biasanya kita mengenal operasi pada bilangan seperti (+), (-), (x), ( : ).
Operasi pada himpunan meliputi :

1. Irisan
2. Gabungan
3. Selisih himpunan
4. Komplemen
5. Beda setangkup
6. Perkalian kartesian.
B. Macam-macam Operasi Himpunan
1. Irisan himpunan
Irisan adalah dua himpunan yang bagian-bagiannya menjadi anggota
dari keduanya.
A irisan B ditulis A ∩ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B}
Contoh : A= {1, 2, 3, 4, 5}
B= {2, 3, 5, 7, 11}
A ∩ B = {2, 3, 5}

2. Gabungan Himpunan

Gabungan adalah dua himpunan yang anggotanya hanya bilangan itu saja
misalnya anggota bilangan A saja, anggota bilangan B saja dan anggota A, B
keduanya.
A gabungan B ditulis A ∪ B = {x | x ∈ A atau x ∈ B}
Contoh : A= {1, 2, 3, 4, 5}
B= {2, 3, 5, 7, 11}
A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 7, 11}

8
9

3. Selisih
Selisih dari himpunan A dan himpunan B adalah jumlah seluruh anggota
A yang bukan anggota B.
A Selisih B ditulis A-B = {x | x ∈ A atau x Ï B}
Contoh : A= {1, 2, 3, 4, 5}
B= {2, 3, 5, 7, 11}
A-B = {1, 4}

4. Komplemen himpunan
Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang
anggotaanggotanya merupakan anggota S tetapi bukan anggota A. Dengan notasi
pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.

Komplemen A ditulis A1 atau Ac = {x | x ∈ S dan x Ï A}


Contoh : A= {1, 2, … , 5}
S = {bil. Asli kurang dari 10}
Ac = {6, 7, 8, 9}
5. Beda Setangkup

Beda Setangkup dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang


elemennya ada pada himpunan A dan B, tetapi tidak pada keduanya.
Notasi: A  B = (A  B) – (A  B) = (A – B)  (B – A)
Contoh : Misalkan
U = himpunan mahasiswa

P = himpunan mahasiswa yang nilai ujian UTS di atas 80

Q = himpunan mahasiswa yang nilain ujian UAS di atas 80

Seorang mahasiswa mendapat nilai A jika nilai UTS dan nilai UAS
keduanya di atas 80, mendapat nilai B jika salah satu ujian di atas 80, dan
mendapat nilai C jika kedua ujian di bawah 80.
“Semua mahasiswa yang mendapat nilai A” : P  Q
“Semua mahasiswa yang mendapat nilai B” : P  Q
“Semua mahasiswa yang mendapat nilai C” : U – (P  Q)
10

6. Perkalian kartesius

Perkalian kartesius dari himpunan A dan B adalah himpunan yang


elemennya sama pasangan berurutan (ordered pairs) yang dibentuk dari
komponen pertama dari himpunan kedua dari himpunan B.
Notasi: A  B = {(a, b)  a  A dan b  B }
Contoh :
Misalkan C ={ 1, 2, 3 },dan D ={ a, b }, maka C  D = { (1, a), (1, b),
(2,a), (2, b), (3, a), (3, b) }
Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka
A  B = himpunan semua titik di bidang datar.
Catatan:
1) Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: A  B = A .
B.
2) Pasangan berurutan (a, b) berbeda dengan (b, a), dengan kata lain (a, b) 
(b, a).
3) Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A  B  B  A dengan syarat A
atau B tidak kosong.
C. Sifat-Sifat Operasi Himpunan

No. Nama Hukum Identitas

1. Hukum Komutatif A B  B A
2. Hukum Asosiatif A  ( B  C )  ( A  B)  C
3. Hukum Distributif A  ( B  C )  ( A  B)  ( A  C )
4. Hukum Komplemen Ganda A A
5. Hukum De Morgan A B  A B
6. Hukum Idempoten A A A
A A A
7. Hukum Identitas A  = A
A U  A
8. Hukum Invers A  A U
9. Hukum Dominasi A U  U
10. Hukum Adsorpsi A  ( A  B)  A
A  ( A  B)  A
11

D. Contoh Soal
1. Perhatikan gambar berikut :

Tentukanlah:
a. A f. A ∩ C
b. B g. n(A)
c. C h. n(B)
d. A ∩ B i. n(A ∩ B)
e. B ∩ C j. n(A ∩ B ∩ C)
Penyelesaian:
a. A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} f. A ∩ C A= {7, 8}
b. B = {5, 6} g. n(A) = 8
c. C = {7, 8, 9, 10} h. n(B) = 2
d. A ∩ B = {5, 6} i. n(A ∩ B) = 2
e. B ∩ C = { } j. n(A ∩ B ∩ C) = 0
2. Dalam sebuah kelas terdapat 17 orang siswa gemar matematika, 15 siswa
gemar fisika, 8 siswa gemar keduanya. Banyak siswa dalam kelas adalah..
Pembahasan
n ( M ) = 17 orang
n ( F ) = 15 Oorang
n ( M ∩ F ) = 8 orang
n(M∪F)=n(M)+n(F)–n(M∩F)
= 24 orang
3. Dik. S = {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9}
Jika P= {0,2,4,6} dan R= {1,3,5,7}
Maka Pc ∪ Rc =...
Penyelesaian :
Pc ∪ Rc = {1,3,5,7,8,9} ∪ {0,2,4,6,8,9}
= {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9}
12

4. Diketahui:
A = {himpunan bilangan asli kurang dari 10} dan
B = {himpunan bilangan prima kurang dari 15.
Tentukan :
Anggota dari A – B dan B – A !
Penyelesaian:
A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, B = {2, 3, 5, 7, 11, 13}
A – B = {1, 4, 6, 8, 9}
B – A = {11, 13}
5. Dik. A = {a, b} dan B = {c, d}
A B

c
d

Tentukan : Hasil Kali Cartesius dari dua himpunan A dan B


a) A x B
b) B x A
Penyelesaian :
a) A x B = {a, b} x {c, d} = {(a, c), (a, d), (b, c}, (b, d)}
b) B x A = {c, d} x {a, b} = {(c, a), (c, b), (d, a), (d, b)}
PERTEMUAN KE-4
HIMPUNAN BILANGAN

Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang ciri-cirinya jelas,


sehingga dengan tepat dapat diketahui objek yang termasuk himpunan dan yang
tidak termasuk himpunan.
A. Pengertian Himpunan Bilangan
Ada juga yang dimaksud dengan himpunan bilangan adalah kumpulang
bilangan yang terdefinisi dengan jelas. Adapun jenis-jenis bilangan yaitu bilangan
asli (N), bilangan cacah (C), bilangan bulat (B), bilangan rasional (Q), bilangan
irrasional (I). Bilangan-bilangan tersebut apabila dikumpulkan dalam tiap jenisnya
akan membentuk suatu himpunan.
B. Jenis-jenis Himpunan Bilangan
a) Himpunan Bilangan Asli
Bilangan asli merupakan bilangan yang sering kita gunakan, seperti
untuk menghitung banyaknya pengunjung dalam suatu pertunjukan seni atau
banyaknya tamu yang menginap di hotel tertentu. Bilangan asli sering pula
disebut bilangan natural karena secara alamiah kita mulai menghitung dari
angka 1, 2, 3, dan seterusnya. Bilangan-bilangan tersebut membentuk suatu
himpunan bilangan yang disebut sebagai himpunan bilangan asli.
Dengan demikian, himpunan bilangan asli didefinisikan sebagai
himpunan bilangan yang diawali dengan angka 1 dan selanjutnya bertambah
satu dari angka sebelumnya. Himpunan bilangan asli dapat dituliskan N = {1,
2, 3, ....}.
b) Himpunan Bilangan Cacah
Bilangan cacah merupakan bilangan asli yang diawali dengan angka
nol (0). Himpunan bilangan cacah merupakan kumpulan bilangan asli yang
diawali dengan angka nol (0). Himpunan bilangan cacah dapat dituliskan C =
{0, 1, 2, 3, ...}.
c) Himpunan Bilangan Bulat
Bilangan bulat adalah gabungan bilangan cacah dan bilangan asli
negatif. Himpunan bilangan bulat merupakan kumpulan dari gabungan
bilangan cacah dan bilangan asli negatif. Himpunan bilangan bulat dapat
dituliskan B = {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}

13
14

d) Himpunan Bilangan Rasional


Bilangan rasional adalah bilangan yang dinyatakan dalam bentuk Q,
dengan p, q ϵ B, dan q ≠ 0. Bilangan p disebut pembilang dan bilangan q
disebut penyebut. Bilangan rasional dapat juga ditulis sebagai decimal dengan
deret angka yang berulang teratur. Contoh bilangan rasional yaitu, Q =
{0,3333,...} dan lainnya. Himpunan bilangan rasional adalah kumpulan
bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk Q, denganp, q ϵ B, dan q ≠ 0.
e) Himpunan Bilangan Irasional
Bilangan irasional merupakan bilangan yang tidak rasional. Bilangan
irasional bukan merupakan bilangan bulat dan juga bukan merupakan
bilangan pecahan. Jika ditulis dalam bentuk desimal, bilangan itu tidak
mempunyai pola yang berulang secara teratur.
Contoh bilangan irasional yaitu, I = 1,732050807 yang ternyata tidak
mempunyai pola berulang secara teratur.Bilangan irasional yang lain yaitu n
(n=3,14), e (e=2,71828), log 2, dan lainnya. Himpunan bilangan irasional
adalah kumpulan bilangan irasional yang tidak berbentuk bilangan pecahan
maupun bilangan bulat. Himpunan bilangan irasional dapat dituliskan I = { x |
x ϵ I }.
f) Himpunan Bilangan Genap
Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi dua yang dimulai
dari angka 2. Himpunan bilangan genap adalah kumpulan bilangan genap
atau bilangan yang habis dibagi dua. Himpunan bilangan genap dapat
dituliskan G = {2, 4, 6, ...}.
g) Himpunan Bilangan Ganjil
Bilangan ganjil adalah bilangan yang tidak dapat dibagi dua dan
dimulai dari angka 1. Himpunan bilangan ganjil merupakan kumpulan
bilangan yang tidak dapat dibagi dua. Himpunan bilangan ganjil dapat
dituliskan K = {1, 3, 5, ...}.
h) Himpunan Bilangan Prima
Bilangan prima adalah bilangan yang memiliki dua faktor, yaitu
dirinya sendiri dan angka satu. Himpunan bilangan prima adalah bilangan
yang memiliki dua faktor. Himpunan bilangan prima dapat dituliskan P = {2,
3, 5, 7, ...}
15

i) Himpunan Kuadrat Bilangan Cacah


Kuadrat bilangan cacah adalah hasil dari bilangan cacah yang
dipangkatkan dua. Himpunan kuadrat bilangan cacah adalah kumpulan
bilangan cacah yang dipangkatkan dua. Himpunan kuadrat bilangan cacah
dapat dituliskan Y = {02, 12, 22, ...}, atau Y = {0, 1, 4, 9, ...}.
C. Contoh Soal
1) Tentukan himpunan bilangan genap yang kurang dari 15!
Jawab : A = {2,4,6,8,...,14)
2) Tentukan bilangan prima yang lebih dari 15 dan kurang dari 30!
Jawab : B = {17.19.23.29)
3) Tentukan himpunn kuadrat bilangan yang hasilnya bilangan positif!
 
Jawab : C   32 ,  5 2 ,  7 2 ,...
= { 9,25,49,...}
PERTEMUAN KE-5
RELASI

A. Pengertian Relasi
Relasi adalah hubungan antara anggota suatu himpunan dengan
anggota himpunan yang lain. Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah
menghubungkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota
himpunan B. Syarat-syarat relasi :
a. Relasi dapat terbentuk apabila terdapat dua himpunan/kelompok yang
memiliki anggota yang akan dipasangkan satu dengan yang lain.
b. Relasi dapat terbentuk apabila ada aturan yang mengaitkan antara
anggota himpunan yang satu dengan anggota himpunan yang lain.
B. Konsep Dasar Relasi
A B C

Rusdi   Cimol
Cimol
Rina   Siomay
Siomay
Pina   Cilung
Batagor
Kiki   Batagor

Keterangan:
 Daerah A disebut Domain (Daerah Asal) adalah himpunan tidak
kosong dimana sebuah relasi didefinisikan.
 Daerah B disebut Kodomain (Daerah Kawan) adalah himpunan tidak
kosong dimana anggota domain memiliki pasangan sesuai relasi yang
didefinisikan.
 Daerah C disebut Range (Daerah Hasil) adalah sebuah himpunan
bagian dari daerah kawan (kodomain) yang anggotanya adalah
pasangan anggota domain yang memenuhi relasi yang didefinisikan.
C. Sifat-Sifat Relasi
a. Refleksif
Sebuah relasi R dalam A disebut memiliki sifat refleksif, jika setiap
elemen A berhubungan dengan dirinya sendiri = x є A, maka (A,A) є R
Contoh:

16
17

B = {1,2,3} dan R = {(x,y)│x,y є B, xy > 0}


Periksa apakah R refleksif atau tidak?
Penyelesaian :
B x B = {(1,1),(1,2),(1,3),(2,1),(2,2),(2,3),(3,1),(3,3) dari hasil kali
Cartesian kita memperoleh R = {(1,1),(2,2),(3,3)}. Karena semua hasil xy
> 0 dan x є B, maka R adalah relasi yang refleksif.
b. Simetris
Relasi R dalam A disebut memiliki sifat simetris jika setiap pasangan
anggota A berhubungan satu sama lain. Dengan kata lain jika A
terhubung dengan B, maka B juga terhubung dengan A. berarti terdapat
hubungan timbal balik = a,b є A, maka (b,a) є R
Contoh:
M = {-2,-1,0,1,2} dan R = {(x,y) │x,y є M, xy > 0}
Periksa apakah R simetris atau tidak?
Penyelesaian :
M x M = {(-2,-2), (-2,-1), (-2,0), (-2,1), (-2,2), (-1,-2),(-1,-1),(-1,0),(-
1,1),(-1,2), (0,-2), (0,-1), (0,0), (0,1), (0,2), (1,-2), (1,-1), (1,0), (1,1),
(1,2),(2,-2), (2,-1), (2,0), (2,1), (2,2)}
Dari hasil kali Cartesian kita memperoleh
R = {(-2,-2), (-2,-1), (-1,-2), (-1,-1), (1,1), (1,2), (2,1), (2,2)}
Dari sini jelas terlihat bahwa untuk setiap (x,y) є R berlaku (y,x) є R
dengan x,y є M. Jadi R adalah sebuah relasi yang simetris.
c. Anti-simetris
Jika setiap A dan B yang terhubung hanya terhubung salah satunya
saja (dengan asumsi A dan B berlainan) = x,y є A dengan xRy dan yRx
maka x ≠ y.
Contoh :
A = {-2,-1,0,1,2} dan R = {(x,y) │x,y є A, xy < 0)}
Periksa apakah R anti-simetris atau tidak?
Penyelesaian :
A x A = {(-2,-2), (-2,-1), (-2,0), (-2,1), (-2,2), (-1,-2),(-1,-1),(-1,0),(-1,1),(-
1,2), (0,-2), (0,-1), (0,0), (0,1), (0,2), (1,-2), (1,-1), (1,0), (1,1), (1,2),(2,-
2), (2,-1), (2,0), (2,1), (2,2)}
Dari hasil kali Cartesian kita memperoleh
R = {(-2,2),(-1,1),(2,-2),(1,-1)}
18

Dari sini jelas terlihat bahwa untuk setiap (x,y) є R berlaku (y,x) є R
dengan x,y є A. Jadi R adalah sebuah relasi yang anti-simetris.
d. Transitif

Jika A berhubungan dengan B, dan B berhubungan dengan C maka A


berhubungan dengan C secara Langsung = x,y,z є A dengan xRy, yRz,
dan xRz

Contoh :
A = {-1,0,1} dan R = {(x,y) │x,y є A, x < y}
Periksa apakah R transitif atau tidak?
Penyelesaian:
A x A = {(-1,-1), (-1,0), (-1,1), (0,-1), (0,0), (0,1), (1,-1), (1,0), (1,1)}
Dari hasil kali Cartesian kita memperoleh
R = {(-1,0), (0,1), (-1,1)}
Dari sini jelas terlihat bahwa untuk setiap (x,y,z є A) dengan xRy dan
yRz, berlaku xRz.
D. Macam-Macam Relasi
a. Relasi Biner adalah hasil kali dua himpunan atau relasi yang
menghubungkan dua himpunan yang himpunan bagiannya tidak kosong.
Relasi biner memiliki sifat-sifat refleksif, simetris, anti-simetris dan
transitif.
b. Relasi Ekuivalen adalah relasi yang memenuhi 3 sifat relasi yaitu
reflektif, simetris dan transitif.
c. Relasi Tolak Parsial (Poset) adalah relasi yang memenuhi 3 sifat relasi
yaitu reflektif, transitif dan antisimetris.
E. Cara Menyatakan Relasi
a. Diagram Panah
Diagram ini membentuk pola dari suatu relasi kedalam bentuk gambar
arah panah yang menyatakan hubungan antara anggota himpunan A
dengan anggota himpunan B.

A Warna yang disukai B


Ali 
 Merah
Siti 
 Ungu
Amir 
 Hitam
Rizki 
19

b. Himpunan Pasangan Berurutan


Memasangkan himpunan A dengan himpunan B secara berurutan.
Contoh:
Ali menyukai warna merah
Siti menyukai warna ungu
Amir menyukai warna hitam
Rizki menyukai warna merah
Dari uraian diatas dapat dinyatakan relasinya dengan himpunan pasangan
berurutan seperti berikut.
HP = {(Ali,merah), (Siti,ungu), (Amir,hitam), (Rizki,merah)}
Jadi, relasi antara himpunan A dan himpunan B dinyatakan sebagai
himpunan pasangan berurutan (x,y) dengan x ∈ A dan y ∈ B.
c. Diagram Cartesius
Menyatakan relasi antara dua himpunan dari pasangan berurutan yang
kemudian dituliskan dalam bentuk titik-titik.
Contoh dari relasi antara anak dengan warna kesukaannya yaitu himpunan
A = {Ali, Siti, Amir, Rizki} dan himpunan B = { merah, ungu, hitam}
dapat digambarkan dalam bentuk diagram Cartesius seperti dibawah ini.

F. Contoh Soal-Soal
1. Dari himpunan X = {2, 4, 6, 8, 10} dan Y = {4, 8, 12, 16, 20}. Relasi
yang tepat untuk menghubungkan X ke Y adalah… .
a. Dua kali lipat dari c. Dua kurangnya dari
b. Setengah kali lipat dari d. Kurang dari
Pembahasan:
Relasi yang menghubungkan himpunan X ke Y adalah “setengah kali lipat
dari” karena setengah dari {4, 8, 12, 16, 20} adalah {2, 4, 6, 8, 10}. Jadi,
jawabannya B.
20

2.

Tentukan Range dari Diagram Panah diatas!


Pembahasan:
Dari diagram diatas dapat disimpulkan HP = {(Ambar,volley),
(Anton,volley), (Budi,futsal), (Bahar,futsal), (Bahar,basket)}.
Jadi, dapat diperoleh Range = {volley, futsal, basket}.
3. Himpunan P = {2, 3, 5} dan Q = {4, 6, 8, 10}. Relasi dari P ke Q
ditentukan dengan aturan “faktor dari”. Himpunan pasangan berurutan
dari P ke Q adalah… .
Pembahasan:
Himpunan P faktor dari Q.
2 faktor dari 4 2 faktor dari 10
2 faktor dari 6 3 faktor dari 6
2 faktor dari 8 5 faktor dari 10
Jadi, himpunan pasangan berurutan dari P ke Q adalah {(2,4), (2,6),
(2,8), (2,10), (3,6), (5,10)}.
4. Diketahui himpunan A = {6, 8, 10, 12, 14} dan B adalah himpunan
bilangan prima kurang dari 10. Jika relasi himpunan A ke himpunan B
adalah relasi “kelipatan dari”. Nyatakan relasi himpunan A ke himpunan
B dengan diagram Cartesius!
Penyelesaian:
A = {6, 8, 10, 12, 14} B = {2, 3, 5, 7}
HP = {(6,2), (6,3), (8,2), (10,2), (10,5), (12,2), (12,3), (14,2), (14,7)}.
Digram Cartesius

`
PERTEMUAN KE-6
FUNGSI

A. Pengertian Fungsi
Fungsi dalam matematika adalah suatu relasi yang menghubungkan setiap
anggota x dalam suatu himpunan yang disebut daerah asal (Domain) dengan
suatu nilai tunggal f(x) dari suatu himpunan kedua yang disebut daerah kawan
(Kodomain). Himpunan nilai yang diperoleh dari relasi tersebut disebut daerah
hasil ( Range).

B. Cara Menyatakan Fungsi


Sebagai contoh misalkan P = {0,2,4} dan Q={-3,-2,-1,0,1,2,3}. Jika
fungsi
f:P Q ditentukan dengan f(x) = x-2, maka

f(0)= 0-2 = -2

f(2) = 2-2 = 0

f(4) = 4-2 = 2
Dari contoh tersebut diketahui bahwa himpunan P = {0,2,4}merupakan
domain (daerah asal), himpuanan Q = {-3,-2,-1,0,1,2,3} merupakan kodomain
(daerah kawan ) dan range (daerah hasil) yaitu {(-2,0,2)}.
Dari soal tersebut kita dapat menyajikannya kedalam bentuk :

1. Diagram Panah
Diagram panah yang menggambarkan fungsi f tersebut seperti gambar
dibawah berikut ini

21
22

2. Diagram Cartesius
Diagram Cartesius dari fungsi f tetsebut seperti gambar dibawah berikut
ini.

3. Himpunan Pasangan Berurutan


Agar lebih mudah menentukan pasangannya maka dibantu dengan
table

x 0 2 4

X-2 -2 0 2

Pasangan (0, -2) (2, 0) (4, 2)


berurutan

C. Grafik Fungsi
Grafik fungsi adalah grafik yang menggambarkan bentuk suatu fungsi
dalam diagram Cartesius. Grafik ini diperoleh dengan menghubungkan noktah –
noktah yang merupakan pasangan berurutan antara daerah asal (sumbu x) dan
sumbu y (daerah hasil).
23

D. Sifat – sifat Fungsi


1. Fungsi injektif
Fungsi f : A B disebut fungsi injektif jika setiap anggota
himpunan B hanya memiliki satu pasangan dengan anggota himpunan A.

2. Fungsi Surjektif
Fungsi f; A B disebut fungsi surjektif jika setiap anggota
himpunan B merupakan pasangan dari anggota himpunan A.

3. Fungsi Bijektif
Fungsi f: A B disebut fungsi bijektif jika tidak ada satu anggota
himpunan B yang dipasangkan dengan dua atau lebih anggota himpunan A

4. Fungsi Into
Fungsi into juga disebut fungsi kedalam yaitu fungsi yang memetakan
setiap anggota domain dengan tepat satu kawan yang berbeda pada
kodomain.
24

E. Jenis – jenis fungsi


1. Fungsi konstan ( fungsi tetap )
Fungsi konstan adalah fungsi f yang dinyatakan dalam rumus f(x)=c,
dengan c suatu konstanta. Fungsi konstan juga yang memiliki hasilnya tetap
untuk setiap masukan.
2. Fungsi Linear
Fungsi linear adalah suatu fungsi yang variabelnya berpangkat satu
atau suatu fungsi yang grafiknya merupakan garis lurus. Oleh karena itu
fungsi linear disebut dengan persamaan garis lurus dengan bentuk umumnya
sebagai berikut :
f:x mx + c atau f(x)=mx +c atau y=mx+c dengan m adalah gradien
/kemiringan/kecondongan dan c adalah konstanta.

3. Fungsi kuadrat
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi kuadrat apabila fungsi itu ditentukan
oleh :

𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐,

f(x) dimana a ≠ 0 dan a,b, dan c bilangan konstan dan grafiknya berupa
parabola.

4. Fungsi identitas
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi identitas apabila setiap anggota
domain fingsi berlaku f(x) =x atau setiap anggota domain fungsi dipetakan
pada diri sendiri. Grafik fungsi identitas berupa garis lurus yang melalui titik
asal dan semua titik absis maupun ordinatnya sma. Fungsi identitas
ditentukan oleh f(x) = x.

5. Fungsi modulus/mutlak
Suatu fungsi f (x) disebut fungsi modulus (mutlak) apabila fungsi ini
memetakan setiap bilangan real pada domain fungsi ke unsur harga
mutlaknya.

6. Fungsi ganjil dan fungsi genap


Suatu fungsi f(x) disebut fungsi ganjil apabila berlaku f(-x) = -f(x) dan
disebut fungsi genap apabila berlaku f(-x) = f(x). Jika f(-x) ≠ -f(x) maka
fungsi ini tidak ganjil tidak genap.
25

7. Fungsi Polinomial (suku banyak)


Fungsi polynomial adalah fungsi f yang dinyatakan dalam bentuk :

𝑓(𝑥) = 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑎𝑛 − 1 + ⋯ 𝐴2 𝑥 2 + 𝑎1 𝑥 𝑎0

a. Derajat polynomial adalah pangkat tertinggi variable polynomial


b. Koefisien adalah bilangan real disebelah variable
c. Konstanta adalah koefisien variable dengan pangkat 0
d. Suku – suku
PERTEMUAN KE-7
FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS

A. Pengertian Fungsi Komposisi


Fungsi komposisi adalah penggabungan operasi dari dua fungsi secara
berurutan sehingga menghasilkan sebuah fungsi yang baru. Operasi fungsi
komposisi biasa dilambangkan dengan “o” dan dibaca komposisi/bundaran.
Jika f suatu fungsi dari A ke B (f : A B) dan g suatu fungsi dari B ke C
(g : B C), maka h suatu fungsi dari A ke C (h : A C) disebut fungsi
komposisi, dan dinyatakan dengan h = g o f (dibaca “g bundaran f”).
Secara umum fungsi komposisi didefinisikan sebagai berikut :
Misalkan fungsi f : A B ditentukan oleh aturan f(a) = b, sedangkan fungsi
g:B C ditentukan oleh aturan g(b) = c. Fungsi komposisi g dan f,
ditulis

g  f adalah sebuah fungsi yang ditentukan dengan aturan g  f a  g  f a .


Adapun syarat agar dua fungsi dapat dikomposisikan, yaitu fungsi g dan f
dapat dikomposisikan jika daerah hasil dari fungsi f adalah himpunan bagian dari
daerah asal fungsi g.
a. Masalah umum yang sering ditemui dalam fungsi komposisi :
1. f(x) = diketahui, g(x) = diketahui, ditanyakan fog (x) = ?.
2. fog (x) = diketahui, f(x) = diketahui, ditanyakan g (x) = ?, pada kasus
ini diketahui fungsi bagian depan komposisi lalu ditanyakan fungsi
bagian belakangnya.
3. fog (x) = diketahui, g(x) = diketahui, ditanyakan f(x) = ? Pada kasus
ini diketahui fungsi bagian belakang lalu ditanyakan bagian depanya
b. Sifat –sifat fungsi komposisi :
1. Tidak komutatif
Jika diketahui fungsi f dan fungsi g dengan (f o g)(x) dan (g o
f)(x) terdefinisi, maka tidak berlaku sifat komutatif, yaitu (f o g )(x) =
(g o f)(x).

26
27

Misalkan fungsi f dinyatakan dengan f (x) = 2x - 3 dan fungsi g


dinyatakan dengan g (x) = x + 2. Apakah (f o g) (x) dan (g o f) (x) akan
menghasilkan keluaran yang sama?
Ambil sembarang x, misalkan x = 10.
(f o g ) (10) = f (g (10)) = f (10 + 2) = f (12) = 2 (12) - 3 = 21
(g o f ) (10) = g (f (10)) = g (2 (10) - 3) = g (17) =17 + 2 = 19
Hasil akhir dari kedua fungsi komposisi diatas berbeda, sehingga:
(f o g) (x) ≠ (g o f) (x) atau bisa disebut tidak bersifat komutatif.
2. Asosiatif
Jika diketahui fungsi f, g dan fungsi h dengan (f o g o h)(x)
terdefinisi, maka berlaku sifat asosiatif, yaitu ((f o g) o h)(x)=(f o (g o
h))(x).
Misalkan diketahui fungsi f (x ) = x + 3, fungsi g (x ) = 3x dan fungsi h
(x) = 2x - 1. Apakah ((f o g ) o h ) (x ) dan (f o (g o h) (x ) akan
menghasilkan keluaran yang sama?
Sebelumnya akan ditentukan terlebih dahulu (f o g)(x) dan (g o h)(x)
(f o g) (x) = f (g (x)) = f (3x) = 3x +3
Jadi, (f o g) (x) = 3x + 3 (g o h) (x) = g (h (x)) = g (2x - 1) = 3 (2x - 1) =
6x – 3
Jadi, (g o h) (x) = 6x – 3

Selanjutkan akan ditentukan ((f o g) o h) (x) dan (f o (g o h) (x)


((f o g) o h) (x ) = (f o g) (h (x )) = (f o g) (2x - 1) = 3 (2x - 1) + 3 = 6x
(f o (go h )) (x ) = f ((g o h ) (x )) = f (6x - 3) = (6x - 3) + 3 =6x
Hasil akhir dari kedua fungsi komposisi di atas sama, sehingga:
((f o g ) o h ) (x ) = (f o (g o h )) (x ) atau bisa disebut bersifat asosiatif.
3. Identitas
Jika diketahui f suatu fungsi dan l fungsi identitas dengan
(foI)(x) dan (l o f)(x) terdefinisi, maka berlaku sifat identitas, yaitu
(foI)(x)=(lof)(x)=f(x).
Misalkan fungsi f (x ) = 5x + 7 dan fungsi identitas I (x ) = x, akan
ditentukan (f o I ) (x ) dan (I o f ) (x )
(f o I ) (x ) = f (I (x )) = f (x ) = 5x + 7
(I o f ) (x ) = I (f (x )) = I (5x + 7) = 5x + 7
Hasil akhir (f o I ) (x ) dan (I o f ) (x ) sama, yaitu 5x + 7 yang tidak
lain adalah f (x ), sehingga:
28

(f o I ) (x ) = (I o f ) (x ) = f (x ) atau bisa disebut bersifat identitas.


B. Pengertian Fungsi Invers
Fungsi invers adalah pemetaan yang memiliki arah berlawanan
dengan fungsinya. Misalkan suatu fungsi memetakan dari himpunan A ke B.

Maka, yang disebut fungsi invers adalah fungsi yang memetakan dari B ke A.
a. Sifat-Sifat Fungsi Invers
Misalkan fungsi f (x) dan g (x) merupakan fungsi-fungsi yang bijektif,
maka invers dari kedua fungsi ini yaitu f -1 (x) dan g -1 (x) pastilah merupakan
fungsi serta  f  g x, g  f x , (f -1 o g -1 ) (x), (g -1 o f -1 ) (x) dan komposisi
lainnya juga mungkin merupakan fungsi. Pelajari diagram berikut ini dengan
seksama.

Dari diagram di atas diketahui bahwa, fungsi f (x) memetakan setiap


anggota dari himpunan Ake himpunan B dan g (x ) melanjutkan pemetaan ini
dari setiap anggota di himpunan B ke himpunan C, sehingga fungsi komposisi
(g o f) (x) memetakan setiap anggota di himpunan Alangsung ke himpunan C.
Invers dari fungsi-fungsi tersebut melakukan pemetaan yang berkebalikan
yaitu g -1 (x) memetakan setiap anggota dari himpunan C ke himpunan B,
dan f -1 (x) melanjutkan pemetaan dari himpunan B ke himpunan A, sehingga
fungsi komposisi dari fungsi-fungsi invers ini yaitu (f -1 o g -1 ) (x) memetakan
setiap anggota dari himpunan C langsung ke himpunan A. Dari penjelasan di
atas dapat kita simpulkan sifat-sifat fungsi invers sebagai berikut :
29

1.  f o f x  x
1

2.  f o f x  x
1

3. g o f  x    f
1 1

og 1 x 

4.  f o g  x   g
1 1
of 1 x 
5.  
hx   g o f x   g 1oh x   f x 

6. hx   g o f x   h o f x   g x 


1

b. Langkah-langkah mencari fungsi invers :


Nyatakan x sebagai fungsi dari y, namakan persamaan ini dengan
1
pengertian x = f (y) ganti y dengan x dengan cara mengganti peranan x
1
dan y, sehingga x= f (x).
ax  b
f x  
cx  d
 dx  b
f 1 x  
cx  a
PERTEMUAN KE-8
LOGIKA MATEMATIKA

A. Pengertian Logika Matematika


Logika adalah ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar. Secara
bahasa, logika berasal dari kata “logos” (bahasaYunani), yang artinya kata,
ucapan, pikiran. Kemudian pengertian itu berkembang menjadi ilmu
pengetahuan. Logika dalam pengertian ini adalah berkaitan dengan argumen-
argumen, yang mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsi untuk
menunjukkan keabsahan (sah atau tidaknya) suatu argumen, khususnya yang
dikembangkan melalui penggunaan metode-metode matematika dan simbol-
simbol matematika dengan tujuan untuk menghindari makna ganda dari bahasa
yang biasa kita gunakan sehari-hari. Dimana Logika Matematika atau Logika
Simbol ialah logika yang menggunakan bahasa Matematika, yaitu dengan
menggunakan lambang-lambang atau simbol- simbol. Keuntungan atau kekuatan
bahasa simbol adalah: ringkas, univalent/bermakna tunggal, dan universal atau
dapat dipakai dimana-mana.

B. Pernyataan dan Kalimat Terbuka


1. Pernyataan
Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar saja atau
salah saja, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Kebenaran atau
kesalahan sebuah pernyataan dinamakan nilai kebenaran dari pernyataan
tersebut. Suatu pernyataan biasanya dilambangkan dengan huruf kecil,
misalnya p, q, r, dan seterusnya. Setiap pernyataan adalah kalimat, tetapi
tidak semua kalimat merupakan pernyataan.
Contoh :
a. Jakarta adalah ibu kota Negara Republik Indonesia.
b. 5 adalah bilangan genap.
c. Kemana anda pergi?

Kalimat (a) merupakan pernyataan yang bernilai benar, kalimat


(b) merupakan pernyataan yang bernilai salah dan kalimat (c) bukan
merupakan pernyataan, karena tidak bernilai benar atau salah
Kalimat-kalimat yang tidak termasuk pernyataan, adalah:
a) Kalimat perintah
b) Kalimat pertanyaan

30
31

c) Kalimat keheranan
d) Kalimat harapan
e) Kalimat ……walaupun…..
2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang masih memuat peubah
(variabel), sehingga belum dapat ditentukan nilai benar atau salahnya.
Variabel adalah simbol untuk menunjukkan suatu anggota yang belum
spesifik dalam semesta pembicaraan. Untuk memahami pengertian
kalimat terbuka, perhatikan contoh berikut.
a. 2 x + 3 = 11
b. y – 3 < 9
c. Kota itu bersih, indah dan teratur.

Kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat terbuka karena belum


dapat ditentukan benar atau salahnya. Pada kalimat (a), jika kita ganti
variabel x dengan 3 maka kalimat (a) tidak lagi berupa kalimat terbuka,
sekarang (a)adalah suatu pernyataan yang bernilai salah tetapi jika kita
ganti variabel x dengan 4 maka (a) adalah suatu pernyataan yang bernilai
benar. Jika kita ganti variabel “itu” pada kalimat (c) dengan Jakarta, maka
(c) belum menjadi pernyataan karena tetap harus diselidiki nilai
kebenarannya.

3. Variabel (Peubah)
adalah lambang yang menunjukkan anggota yang belum tentu
dalam semesta pembicaraan, sedangkan konstanta adalah lambang yang
menunjukkan anggota tertentu dalam semesta pembicaraan. Pengganti
variabel yang menyebabkan kalimat terbuka menjadi pernyataan yang
bernilai benar, disebut selesaian atau penyelesaian.
Contoh kalimat terbuka:
a. yang duduk di bawah pohon itu cantik rupanya
b. x + 2 = 8
4. Pernyataan Majemuk
Logika merupakan sistem matematika artinya memuat unsur-
unsur yaitu pernyataan-pernyataan dan operasi-operasi yang
didefinisikan. Operasi-operasi yang akan kita temui berupa kata sambung
logika (conective logic):
~ : Merupakan lambang operasi untuk negasi
32

∧ : Merupakan lambang operasi untuk konjungsi


∨ : Merupakan lambang operasi untuk disjungsi
⇒ : Merupakan lambang operasi untuk implikasi
: Merupakan lambang operasi untuk biimplikasi

C. Operasi Logika
1. Negasi
Negasi (ingkaran) adalah suatu pernyataan baru yang dapat
dibentuk dari pernyataan semula sehingga bernilai benar jika pernyataan
semula salah dan bernilai salah jika pernyataan semula benar.
Jika pada suatu pernyataan p, diberikan pernyataan lain yang
disebut negasi p, dilambangkan oleh ~p, maka dapat dibentuk dengan
menuliskan “Tidak benar…” di depan pernyataan p atau jika mungkin,
dengan menyisipkan kata “tidak” atau “bukan”di dalam pernyataan p.
Nilai kebenaran negasi suatu pernyataan memenuhi sifat berikut
ini: Jika p benar, maka ~p salah; jika p salah maka ~p benar. Jadi, nilai
kebenaran negasi suatu pernyataaan selalu berlawanan dengan nilai
kebenaran pernyataan semula.

Sifat tersebut dapat dituliskan dalam bentuk tabel berikut ini.

p ~p

B S

S B

Contoh :
a. p : Semua bilangan prima adalah ganjil.
~p : Tidak benar bahwa semua bilangan prima adalah ganjil
~p : Ada bilangan prima yang tidak ganjil.
b. q : 2 + 2 = 5
c. ~q : Tidak benar 2 +2 =5
d. ~q : 2 + 2 5
2. Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan
dengan menggunakan kata hubung “dan”. Konjungsi dari pernyataan p
dan q dinotasikan oleh “p  q”.
33

Nilai kebenaran konjungsi p  q memenuhi sifat berikut ini: jika p


benar dan q benar, maka p  q benar; sebaliknya, jika salah satu p atau q
salah serta p salah dan q salah, maka p  q salah. Dengan perkataan lain,
konjungsi dua pernyataan akan bernilai benar hanya bila setiap
pernyataan bagiannya bernilai benar. Untuk lebih jelasnya perhatikan
tabel berikut.

Contoh :

a. p : 2 + 3 = 5 (benar)
q : 5 adalah bilangan prima (benar)
p  q : 2 + 3 = 5 dan 5 adalah bilangan prima (benar)
b. p : 12 habis dibagi 3 (benar)
q : 15 habis dibagi 2 (salah)
p  q : 12 habis dibagi 3 dan 15 habis dibagi 2 (salah)

P q pq

B B B
B S S
S B S
S S S

3. Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan
menggunakan kata hubung “atau”. Disjungsi dari pernyataan p dan q
dinotasikan oleh “p  q”.
Nilai kebenaran disjungsi p  q memenuhi sifat berikut ini: jika p
benar dan q benar serta salah satu diantara p dan q benar, maka p  q
benar. Jika p dan q dua-duanya salah maka p  q salah. Untuk lebih
jelasnya perhatikan tabel berikut.
Contoh :
a. p : 5 + 3 = 8 (benar)
q : 8 adalah bilangan genap (benar)
p  q : 5 + 3 = 8 atau 8 adalah bilangan genap (benar)
b. p : 5 + 3  8 (salah)
34

q : 8 bukan bilangan genap (salah)


p  q : 5 + 3  8 atau 8 bukan bilangan genap (salah)

p q pq

B B B
B S B
S B B
S S S

4. Implikasi
Implikasi (pernyataan bersyarat/kondisional) adalah pernyataan
majemuk yang disusun dari dua buah pernyataan dengan menggunakan
kata hubung logika “jika . . . maka . . .”. Disjungsi dari pernyataan p dan q
dinotasikan oleh “p  q”, dapat dibaca “jika p maka q”.
Nilai kebenaran implikasi p  q memenuhi sifat berikut: jika p
benar dan q salah, maka p  q dinyatakan salah. Dalam kemungkinan
yang lainnya p  q dinyatakan benar. Untuk lebih jelasnya perhatikan
tabel berikut.
Contoh :
a. p : 5 + 3 = 8 (benar)
q : 8 adalah bilangan genap (benar
p  q : jika 5 + 3 = 8 maka 8 adalah bilangan genap (benar)
b. p : 5 + 3 8 (salah)
q : 8 adalah bilangan genap (benar)
p  q : jika 5 + 3  8 maka 8 adalah bilangan genap (benar)

p q pq

B B B
B S S
S B B
S S B

D. Konvers, Invers dan Kontraposisi suatu Implikasi


Dari suatu implikasi p  q dapat dibentuk implikasi lain, yaitu:
1. q  p, yang disebut konvers dari p  q.
35

2. ~p  ~q, yang disebut invers dari p  q.


3. ~q  ~p, yang disebut kontraposisi dari p  q.

Tabel kebenaran hubungan antara implikasi-implikasi tersebut adalah:


Implikasi Konvers Invers Kontraposisi

p q ~p ~q pq qp ~p  ~q ~q  ~p

B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B

Dari tabel kebenaran terlihat bahwa nilai kebenaran p  q sama dengan nilai
kebenaran ~q  ~p. Begitu pula nilai kebenaran q  p sama dengan nilai
kebenaran ~p  ~q.

E. Tautologi, Kontradiksi, dan Ekuivalen


1. Tautologi
Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar.
contoh pernyataan tautologi adalah:
(p ʌ q) => q
untuk membuktikan pernyataan diatas adalah tautologi, simak tabel
kebenaran untuk tautologi
(p ʌ q) => q berikut;

contoh tabel kebenaran tautologi

contoh lain pernyataan tautologi adalah:


a. ((p => q) ʌ (r => q)) => ((p v r) =>q
b. (p ʌ ~q) => p
36

2. Kontradiksi

Kontradiksi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai


salah.
contoh pernyataan kontradiksi:
p ʌ (~p ʌ q)
tabel kebenaran pernyataan kontradiksi p ʌ (~p ʌ q):

Contoh tabel kebenaran kontradiksi

Contoh lain pernyataan kontradiksi adalah:


a. (p ʌ ~p)
3. Ekuivalen
Ekuivalen adalah dua atau lebih pernyataan majemuk yang
memiliki nilai kebenaran yang sama.
Contoh ekuivalen:
~(p v q) ≡ ~p ʌ ~q
tabel kebenaran pernyataan ekuivalen ~(p v q) ≡ ~p ʌ ~q:

Contoh tabel kebenaran ekuivalen

Hukum-hukum ekuivalen:
a. Hukum Komutatif
pʌq≡ qʌp
pvq≡qvp
b. Hukum Distributif
37

p ʌ (q v r) ≡ (p ʌ q) v (p ʌ r)
p v (q ʌ r) ≡ (p v q) ʌ (p v r)
c. Hukum Asosiatif
(p ʌ q) ʌ r ≡ p ʌ (q ʌ r)
(p v q) v r ≡ p v (q v r)
d. Hukum Identitas
pʌB≡ p
pvS≡ p
e. Hukum Dominasi / Ikatan
pvB≡B
pvS≡S
f. Hukum Negasi
p v ~p ≡ B
p ʌ ~p ≡ S
g. Hukum Involusi / Negasi Ganda
~(~p) ≡ p
h. Hukum Idempoten
pʌp≡p
pvp≡p
i. Hukum De Morgan
~( p ʌ q ) ≡ ~p v ~q
~( p v q ) ≡ ~p ʌ ~q
j. Hukum Absorbsi / Penyerapan
p v (p ʌ q) ≡ p
p ʌ (p v q) ≡ p
k. Hukum Betul dan Salah
~B ≡ S
~S ≡ B
l. Hukum Perubahan Implikasi menjadi Disjungsi atau Konjungsi.
p => q ≡ ~p v q
PERTEMUAN KE-9
LOGIKA MATEMATIKA

A. Biimplikasi
Biimplikasi yaitu jika dua pernyataan p dan q digabungkan untuk
membentuk kalimat majemuk dengan kata hubung “…jika dan hanya jika…”.
Biimplikasi bernilai besar apabila anteseden (sebab) dan konsekuen (akibat)
kedua-duanya bernilai sama (benar dan benar atau salah dan salah). Jika tidak
demikian maka biimplikasi bernilai salah.
Dengan tabel kebenaran

p q pq qp p  q  (p  q )  ( q  p )

B B B B B

B S S B S

S B B S S

S S B B B

Contoh soal :
p : Saya memakai mantel
q : Saya merasa dingin
Maka, p  q yaitu “Saya memakai mantel jika dan hanya jika saya
merasa dingin” dan juga “Jika saya merasa dingin maka saya memakai
mantel.” Terlihat bahwa jika saya memakai mantel merupakan syarat perlu
dan cukup bagi saya memakai mantel. Terlihat bahwa kedua peristiwa itu
terjadi serentak.

B. Negasi/ Ingkaran suatu Biimplikasi


p  q  (p  q)  (q  p), maka negasinya:
~(p  q)  ~[(p  q)  (q  p)]
~(p  q)  ~[(~p  q)  (~q  p)]
 ~(~p  q)  ~(~q  p)
 (p  ~q)  (q  ~p)

38
39

p q ~p ~q pq ~(p  q) p  ~q q  ~p (p  ~q)  ( q  ~p)

B B S S B S S S S

B S S B S B B S B

S B B S S B S B B

S S B B B S S S S

Contoh soal :
p : Saya memakai mantel
q : Saya merasa dingin
Maka, (p  q) yaitu “Saya memakai mantel jika dan hanya jika saya merasa
dingin”. Apabila ~(p  q) dinegasikan menjadi (p  ~q)  (q  ~p) maka,
“Jika saya memakai mantel dan saya tidak merasa dingin atau saya merasa
dingin dan saya tidak memakai mantel”
C. Penarikan Kesimpulan
Konklusi dari beberapa pernyataan majemuk (premis) yang saling terkait.
Dan jika implikasi dari konjungsi premis-premis dengan konklusi merupakan
tautologi maka dikatakan kesimpulan yang diambil adalah sah (valid).
Premis adalah pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menarik
suatu kesimpulan, sehingga suatu premis dapat berupa aksioma, hipotesa,
definisi atau pernyataan yang sudah dibuktikan sebelumnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan argumen adalah kumpulan kalimat yang terdiri atas satu
atau lebih premis yang mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu (satu)
konklusi. Konklusi ini selayaknya diturunkan dari premis-premis.
Adapun beberapa cara penarikan kesimpulan, yaitu :
a. Modus Ponens
p  q (B)… Premis 1
p (B)… Premis 2
q (B)… Kesimpulan
Contoh soal :
Premis 1 : Jika Andi rajin belajar, maka Andi juara kelas
Premis 2 : Andi rajin belajar
Misalkan, p = Andi rajin belajar
40

q = Andi juara kelas


Maka, Premis 1 : p  q
Premis 2 : p
Kesimpulan : q (Andi juara kelas)
b. Modus Tollens
p  q (B)… Premis 1
~q (B)… Premis 2
~p (B)… Kesimpulan
Contoh soal :
Premis 1 : Jika hari hujan, maka sekolah libur
Premis 2 : Sekolah tidak libur
Misalkan, p = Hari hujan
q = Sekolah libur
Maka, Premis 1 : p  q
Premis 2 : ~q
Kesimpulan : ~p (Hari tidak hujan)
c. Modus Silogisme
p  q (B)… Premis 1
q  r (B)… Premis 2
p  r (B)… Kesimpulan
Contoh soal :
Premis 1 : Jika Ani nakal, maka Ibu marah
Premis 2 : Jika Ibu marah, maka Ani tidak dapat uang saku
Misalkan, p = Ani nakal
q = Ibu marah
r = Ani tidak dapat uang saku
Maka, Premis 1 : p  q
Premis 2 : q  r
Kesimpulan : p  r (Jika Ani nakal, maka Ani tidak dapat
uang saku)
PERTEMUAN KE-10
KUANTIFIKASI

Kuantor adalah pengukur kuantitas atau jumlah. Pernyataan


berkuantor artinya pernyataan yang mengandung ukuran kuantitas atau
jumlah. Biasanya pernyataan berkuantor mengandung kata semua, setiap,
beberapa, ada, dan sebagainya. Kata semua, setiap, beberapa, ada, atau tiap-
tiap merupakan kuantor karena kata-kata tersebut menyatakan ukuran jumlah.
Kuantor dibagi menjadi dua bagian, kuantor universal dan kuantor
eksistensial.
Bagaimana halnya jika di depan kalimat terbuka 𝑥 + 3 = 5, kita
cantumkan kata-kata yang menyatakan jumlah (kuantor) seperti “ada” atau
“semua” sebagai berikut.
Untuk semua nilai 𝑥, berlaku 𝑥 + 3 = 5 (didapat pernyataan S)
Ada nilai 𝑥 yang memenuhi 𝑥 + 3 = 5 (didapat pernyataan B).
Proses di atas disebut proses kuantifikasi.

A. Kuantor Universal
Kuantor universal contohnya adalah semua, untuk setiap, atau untuk
tiap-tiap. Simbol matematis untuk kata tersebut adalah “∀”. Berikut beberapa
contoh pernyataan yang menggunakan kuantor universal.
a. Semua kucing mengeong.
b. Tiap-tiap manusia yang dilahirkan memiliki seorang ibu.
c. Setiap benda langit berbentuk bola.
d. Setiap bilangan asli lebih besar daripada nol.
Misalkan 𝑝(𝑥) adalah kalimat terbuka yang didefinisikan pada
himpunan semesta S, maka pernyataan:
“Untuk setiap 𝑥 di dalam 𝑆, maka 𝑝(𝑥) benar”
disebut pernyataan kuantor universal dan kata untuk setiap dalam pernyataan
di atas disebut kuantor universal.
Dalam aljabar, pernyataan kuantor universal ini dapat digunakan
untuk mengubah kalimat terbuka menjadi kalimat tertutup (pernyataan).
Misalkan 𝑝(𝑥) adalah sebuah kalimat terbuka, maka untuk menyatakan
himpunan penyelesaian dari 𝑝(𝑥) pada himpunan semesta S dapat ditulis
sebagai berikut.
(∀𝑥) 𝑝(𝑥) dibaca: untuk semua 𝑥 berlaku 𝑝(𝑥), atau

41
42

(∀𝑥 ∈ 𝑆) 𝑝(𝑥) dibaca: untuk semua 𝑥 anggota 𝑆 berlaku 𝑝(𝑥).

B. Kuantor Eksistensial
Eksistensial merupakan kata sifat dari eksis, yaitu keberadaan.
Kuantor eksistensial artinya pengukur jumlah yang menunjukkan keberadaan.
Dalam matematika “ada” artinya tidak kosong atau setidaknya satu. Contoh
kuantor eksistensial adalah ada, beberapa, terdapat, atau sekurang-kurangnya
satu. Simbol matematik untuk kata tersebut sama, yaitu “∃”.
Berikut beberapa contoh pernyataan menggunakan kuantor
eksistensial.
a. Ada rumah yang tak memiliki jendela.
b. Ada bilangan cacah yang kurang dari nol.
c. Beberapa presiden adalah wanita.
d. Terdapat bilangan asli x yang jika dikalikan 5 hasilnya 6,24.
Misalkan 𝑝(𝑥) adalah suatu kalimat terbuka yang didefinisikan pada
himpunan semesta S, maka pernyataan: “ada 𝑥 di dalam 𝑆 sedemikian
sehingga 𝑝(𝑥) benar” disebut pernyataan di atas disebut kuantor
eksistensial”.
(∃𝑥 ∈ 𝐴) 𝑝(𝑥) dibaca “ada nilai 𝑥 anggota A sedemikian sehingga
𝑝(𝑥) menjadi pernyataan benar” atau secara singkat dapat dikatakan: ”untuk
beberapa 𝑥, berlaku 𝑝(𝑥)”. Bentuk: (∃𝑥 ∈ 𝐴) 𝑝(𝑥) dapat pula ditulis sebagai
(∃𝑥) 𝑝(𝑥).

C. Nilai Kebenaran Pernyataan Berkuantor


Pernyataan berkuantor universal bernilai benar jika pernyataan
tersebut benar untuk semua semesta yang dibicarakan dan bernilai salah
apabila terdapat sekurang-kurangnya satu anggota semesta yang
menyebabkan pernyataan salah.
Pernyataan berkuantor universal “setiap bilangan asli lebih besar
daripada nol” bernilai benar, karena pernyataan tersebut bernilai benar untuk
setiap anggota bilangan asli. Dalam hal ini bilangan asli merupakan
himpunan semesta pembicaraan. Sementara itu, pernyataan “setiap benda
langit berbentuk bola” bernilai salah, karena walaupun kebanyakan benda
langit bulat ada pula benda langit yang tak bulat, misalnya asteroid.
43

Pernyataan berkuantor eksistensial bernilai benar jika sekurang-


kurangnya satu anggota semesta menyebabkan pernyataan bernilai benar, dan
bernilai salah jika tak ada satu pun dari anggota semesta menyebabkan
pernyataan menjadi benar. Pernyataan “Beberapa presiden pada tahun 2003
adalah wanita” bernilai benar karena dari seluruh anggota himpunan presiden
pada tahun 2003 memang ada presiden wanita, Presiden Megawati misalnya.
Pernyataan “Terdapat bilangan asli x yang jika dikalikan 5 hasilnya 6,24”
bernilai salah, karena dari seluruh anggota himpunan bilangan asli, tak ada
satupun x yang memenuhi 𝑥 × 5 = 6,24.
Ingat bahwa kalimat terbuka didefinisikan pada suatu himpunan
semesta, tapi bukan merupakan merupakan pernyataan. Kalimat terbuka
menjadi pernyataan jika variabelnya diganti oleh suatu anggota dari semesta.
Misalkan 𝑝(𝑥): 𝑥 + 3 > 2, 𝑥 ∈ 𝑨. P(x) merupakan kalimat terbuka yang
didefinisikan pada himpunan bilangan asli. Jika kita ganti x dengan bilangan
2 maka p(2) merupakan pernyataan. Cara untuk menjadikan suatu kalimat
terbuka p(x) menjadi pernyataan adalah dengan menambahkan kuantor pada
kalimat terbuka itu. Misalkan:
𝑝(𝑥): 𝑥 + 3 > 2, 𝑥 ∈ 𝑹 adalah kalimat terbuka, tetapi
𝑝: untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑹, 𝑥 + 3 > 2, merupakan pernyataan karena diketahui
nilai kebenarannya, 𝜏(𝑝) = S, dan
𝑞: terdapat 𝑥 ∈ 𝑹, 𝑥 + 3 > 2, juga merupakan pernyataan karena dapat
dinilai kebenarannya, 𝜏(𝑝) = B.
Dalam matematika, kata-kata yang sering muncul biasanya diberi simbol
tertentu. Berikut beberapa simbol untuk kuantor:
∀ = untuk setiap
∃ = terdapat / ada
∋ = sehingga
Kalimat “∀𝑥 ∈ 𝑹, 𝑥 > 0” dibaca “untuk setiap x elemen bilangan real,
𝑥 > 0”. Kalimat ∃ 𝑥 ∈ 𝑹 ∋ 𝑥 > 2” dibaca “terdapat 𝑥 ∈ 𝑹 sehingga 𝑥 > 2".

D. Ingkaran Pernyataan Berkuantor


1. Ingkaran kalimat berkuantor universal
Perhatikan dua pernyataan yang mengandung kuantor universal berikut.
a. p: semua kucing berwarna putih.
b. q: ∀𝑥 ∈ 𝑅 ∋ 2𝑥 ≥ 2.
44

Negasi dari p adalah (~𝑝): Tidak benar bahwa semua kucing berwarna
putih, atau boleh juga dikatakan “ada kucing yang tidak berwarna putih”.

Negasi dari q adalah (~𝑞): ~(∀𝑥 ∈ 𝑅 ∋ 2𝑥 ≥ 2) atau ∃𝑥 ∈ 𝑅 ∋ 2𝑥 < 2.

Ingkaran dari pernyataan “untuk semua 𝑥 di dalam S, berlaku 𝑝(𝑥)”


adalah:
a. “Tidak benar bahwa semua 𝑥 di dalam S, berlaku 𝑝(𝑥)”,
b. “Ada 𝑥 di dalam S sedemikian sehingga 𝑝(𝑥) tidak berlaku”,
c. “Beberapa 𝑥 di dalam S tidak berlaku”

Secara umum ingkaran kuantor universal adalah sebagai berikut:

- Ingkaran dari (semua) (p) adalah (terdapat) (~𝑝),


- Ingkaran dari (untuk setiap x) (p(x)) adalah (∃𝑥) ∋ (~𝑝(𝑥)).

Secara simbol matematis, kita tuliskan:

~(∀𝑥 ∋ 𝑝(𝑥)) ≡ ∃𝑥 ∋ ~𝑝(𝑥)

2. Ingkaran kalimat berkuantor eksistensial


Perhatikan dua pernyataan yang mengandung kuantor eksistensial berikut.
a. Ada pria yang menyukai sepak bola.
b. ∃𝑦 ∈ 𝒁 ∋ 2𝑦 = 1.

Negasi dari pernyataan pertama adalah “tidak ada pria yang menyukai
sepakbola” atau “semua pria tidak menyukai sepak bola”.

Negasi dari pernyataan kedua adalah “tidak benar bahwa ∃𝑦 ∈ 𝒁 ∋ 2𝑦 =


1”, atau dengan kalimat lain “∀𝑦 ∈ 𝒁, 2𝑦 ≠ 1”.

Ingkaran dari pernyataan “Ada 𝑥 di dalam S, berlaku 𝑝(𝑥)” adalah:


a. “Untuk semua 𝑥 di dalam S, 𝑝(𝑥) tidak berlaku”,
b. “Tidak ada 𝑥 di dalam S, 𝑝(𝑥) berlaku”,
c. “Jika 𝑥 di dalam S, 𝑝(𝑥) tidak berlaku”

Secara umum ingkaran kuantor eksistensial adalah sebagai berikut:

- Ingkaran dari (ada atau terdapat) (p) adalah (semua)(~𝑝).


- Ingkaran dari (∃𝑥 ∋ 𝑝(𝑥)) ≡ (∀𝑥)(~𝑝(𝑥)).

~(∃𝑥 ∋ 𝑝(𝑥)) ≡ (∀𝑥)(~𝑝(𝑥))


45

3. Ingkaran pernyataan berkuantor yang mengandung sekaligus


beberapa kuantor
Perhatikan pernyataan-pernyaan berikut.
a. Misalkan W = {Diana, Alya, Farah, Dessy, Suci, Erlin), L = {Riki,
Rizal, Dony, Raymond} dan misalka p(x, y) adalah “x istri dari y”,
maka
∀𝑥 ∈ 𝑊, ∃𝑦 ∈ 𝐿 ∋ 𝑝(𝑥, 𝑦)
Dibaca: “untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑊, terdapat 𝑦 ∈ 𝐿 sehingga x istri dari y”.
Negasinya: “Tidak benar bahwa untuk setiap x ∈ 𝑊, terdapat 𝑦 ∈ 𝐿
sehingga x istri dari y”, atau dapat juga “terdapat 𝑥 ∈ 𝑊 sehingga
untuk setiap 𝑦 ∈ 𝐿, x bukan istri dari y”, atau dalam simbol
matematika ditulis:
“∃𝑦 ∈ 𝐿, ∀𝑥 ∈ 𝑊 ∋ ~𝑝(𝑥, 𝑦)”.
Jadi,
~(∀𝑥 ∈ 𝑊, ∃𝑦 ∈ 𝐿 ∋ 𝑝(𝑥, 𝑦)) ≡ ∃𝑥 ∈ 𝑊, ∀𝑦 ∈ 𝐿 ∋ ~𝑝(𝑥, 𝑦)
b. Misalkan W, L adalah himpunan yang sama dengan pernyataan a.
Misalkan p(x, y) adalah “y suami dari x”, maka
∃𝑦 ∈ 𝐿, ∀𝑥 ∈ 𝑊 ∋ 𝑝(𝑥, 𝑦)
Dibaca: “terdapat 𝑦 ∈ 𝐿 sehingga untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑊, y suami dari x”.
Negasinya: “Tidak benar bahwa terdapat 𝑦 ∈ 𝐿 sehingga untuk setiap
𝑥 ∈ 𝑊, y suami dari x”, “untuk setiap 𝑦 ∈ 𝐿, terdapat 𝑥 ∈ 𝑊 sehingga
y bukan suami dari x”, atau “∀𝑦 ∈ 𝐿, ∃𝑥 ∈ 𝑊 ∋ ~𝑝(𝑥, 𝑦)”.
Jadi,
~(∃𝑦 ∈ 𝐿, ∀𝑥 ∈ 𝑊 ∋ 𝑝(𝑥, 𝑦)) ≡ ∀𝑦 ∈ 𝐿, ∃𝑥 ∈ 𝑊 ∋ ~𝑝(𝑥, 𝑦)

Soal-soal
1. Tentukan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan berkuantor di bawah
ini.
a. p1: Semua ikan berkembang biak dengan bertelur.
b. p2: Ada binatang yang memiliki alat kelamin ganda.
c. p3: ∀𝑥 ∈ 𝑹 ∋ |𝑥| > 0.
d. p4: ∃𝑥 ∈ 𝑹 ∋ 𝑥 + 5 < 5.
2. Tentukan ingkaran dari beberapa pernyataan berkuantor berikut ini.
a. Ada kepala negara yang tak seorang pun di negara itu mendukungnya.
b. Semua laki-laki berjiwa pengecut.
46

c. ∀𝑥 ∈ 𝑹, ∃𝑦 ∋ 𝑩, ∋ 𝑥 = 𝑧.
d. ∃𝑥 ∈ 𝑨, ∀𝑦 ∋ 𝑨, 𝑥 ≥ 𝑦.
e. Untuk semua bilangan asli n, 𝑛 + 2 > 2.
f. Terdapat bintang yang tidak bersinar.

Jawaban.

1. Solusi
a. 𝜏(𝑝1 ) = 𝑆, karena ada jenis ikan hiu yang berkembang
biakdengan beranak.
b. 𝜏(𝑝2 ) = 𝐵, contohnya cacing.
c. 𝜏(𝑝3 ) = 𝑆, ada 𝑥 ∈ 𝑹 yang tak memenuhi, yaitu 𝑥 = 0.
d. 𝜏(𝑝4 ) = 𝑆, karena tak ada bilangan asli yang memenuhi 𝑥 + 5 <
5.
2. Solusi
a. Semua kepala negara memiliki setidak-tidaknya seorang di negara
itu yang mendukungnya (yaitu dirinya sendiri).
b. Ada laki-laki yang tidak berjiwa pengecut.
c. ∃𝑥 ∈ 𝑹, ∀𝑦 ∋ 𝑧, 𝑥 ≠ 𝑧
d. ∀𝑥 ∈ 𝑨, ∃𝑦 ∋ 𝑨 ∋ 𝑥 < 𝑦
e. Terdapat bilangan asli n sehingga 𝑛 + 2 ≤ 2.
f. Semua bintang dapat bersinar.
DAFTAR PUSTAKA

Adistiana, Karina Dwi. 2018. Apa itu Relasi dan Fungsi?.


https://www.google.com/amp/s/blog.ruangguru.com/apa-itu-relasi-dan-fungsi.
Diakses 15 Oktober 2018.

Amma, Surahma. 2014. Himpunan Bilangan.


http://surahma-amma.blogspot.com/2014/11/himpunan-bilangan.html?m=1.
Diakses 31 Desember 2018.

Gania. 2018. Contoh Soal dan Pembahasan Relasi dan Fungsi SMP.
https://www.sigendrem.com/2018/02/pembahasan-relasi-fungsi.html.
Diakses 18 Oktober 2018.

Hendra. 2012. Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers.


https://www.scribd.com/doc/26249330/Fungsi-Komposisi-Dan-Fungsi-Invers.
Diakses 20 November 2018.

Kurnianingsih, S., Kuntarti, & Sulistiyono. (2007). MATEMATIKA SMA dan MA


untuk Kelas X Semester 2. Jakarta: Esis.

Min, Mas. 2016. Pengertian dan Cara Menyajikan Relasi dalam Matematika.
https://www.pelajaran.id/2016/04/pengertian-dan-cara-menyajikan-relasi-
dalam-matematika.html. Diakses 15 Oktober 2018.

Sugiarto. 2011. Bahan Ajar Pengantar Dasar Matematika (PDM). Semarang: Bagian
Penerbitan Pendidikan Matematika UNNES

Sukino. (2013). MATEMATIKA Jilid 1B untuk SMA /MA Kelas X Semester 2.


Jakarta: Penerbit Erlangga.

Suryana. 2017. Pengertian himpunan, jenis-jenis himpunan, operasi himpunan.


https://suryana900.wordpress.com/pengertian-himpunan-jenis-jenis-himpunan-
operasi-himpunan/html. Diakses 20 Oktober 2018
Tim Pendidik. 2017. Sifat-Sifat Fungsi Invers.
https://www.spendidikan.com/sifat-sifat-fungsi-invers/. Diakses 20 November
2018.

Wahyudin. 2003. Matematika SLTP. Bandung : Epilon Grup

Wahyuni, Budi. 2016. Operasi Himpunan. https://lintiyuni.wordpress.com.


Diakses 20 Oktober 2018

Wikipedia. 2017. Himpunan.


https://id.wikipedia.org/wiki/Gabungan_(teori_himpunan). Diakses 26
September 2018

Anda mungkin juga menyukai