Anda di halaman 1dari 31

RANGKUMAN

“MATEMATIKA EKONOMI”
Saman, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Nugraha Rasyid : 201120163

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO


PENGANTAR BISNIS
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
Kata Pengantar

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-


Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang
memaparkan materi “Himpunan dan Akar, Pangkat, dan Logaritma”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dengan mata kuliah yang diberikan dalam mata kuliah Matematika di
Universitas Muhammadiyah Palopo.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak


kekurangan dalam penulisan ataupun materi, karena kami hanya
menjalankan semua ini sesuai dengan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kami sangat membutuhkan kritikan dan saran semua pihak
untuk membantu penyempurnaaan dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan


terima kasih yang sebenarnya kepada pihak-pihak yang sudah
membantu untuk menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen
Saman, S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing kami sehingga kami
bisa menyelesaikan sesuai waktu yang telah di tentukan.

Masamba, 28 Januari 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................1
2. Rumusan Masalah....................................................................1
3. Tujuan......................................................................................2

BAB II HIMPUNAN
1. Definisi Dasar..........................................................................3
2. Notasi Pembentuk Himpunan..................................................4
3. Operasi Himpunan...................................................................7

BAB III PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA


1. Pangkat....................................................................................15
2. Akar.........................................................................................18
3. Logaritma.................................................................................21

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan .............................................................................27
2. Saran........................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA........................................................................28

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Penguasaan konsep dan ruang lingkup Matematika sangat penting karena semua
cabang-cabang matematika bertumpu pada konsep dasar dari teori himpunan, begitu
pula teori pangkat, akar, dan logaritma. Penguasaan konsep teori himpunan dan teori
pangkat, akar, dan logaritma yang memadai akan bermanfaat bagi seorang guru,
calon guru, mahasiswa, atau siswa khususnya guru Anak Usia Dini, karena
pengetahuan tentang teori Matematika tersebut akan juga disampaikan kepada anak
didiknya sebagai dasar pemahaman matematika anak. Rangkuman secara umum akan
memaparkan dengan rinci topik himpunan dan teori pangkat, akar dan logaritma.
Melalui rangkuman ini, para mahasiswa diharapkan dapat menguasai dan memahami
semua materi himpunan dan materi pangkat, akar dan logaritma yang disajikan sesuai
dengan tujuan instruksional umum, yaitu mahasiswa dapat menerapkan konsep
himpunan dan konsep pangkat, akar dan logaritma dalam menyelesaikan masalah
pada matematika maupun masalah sehari-hari.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu himpunan?
2. Bagaimana notasi pembentuk himpunan?
3. Bagaimana cara mengoperasikan himpunan?
4. Apa itu pangkat?
5. Bagaimana cara mengoperasikan pangkat?
6. Apa itu akar?
7. Bagaimana cara mengoperasikan akar?
8. Apa itu logaritma?
9. Bagaimana cara mengoperasikan logaritma?

1
3. TUJUAN

1. Membedakan kumpulan yang merupakan himpunan dengan yang bukan himpunan.

2. Menyatakan suatu himpunan.

3. Memberikan contoh himpunan termasuk himpunan kosong.

4. Memberikan contoh himpunan berhingga dan tak berhingga.

5. Menentukan bahwa dua himpunan berhingga sama atau ekuivalen.

6. Menentukan banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan.

7. Menggambarkan himpunan dalam diagram venn.

8. Menjelaskan pengertian operasi pada himpunan.

9. Menentukan himpunan sebagai hasil operasi dua atau lebih himpunan.

10. Mampu mengoperasikan pangkat pada bilangan.

11. Mampu mengoperasikan akar pada bilangan.

12. Mampu mengoperasikan logaritma pada bilangan.

2
BAB II
HIMPUNAN

2.1 Definisi Dasar

Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda. Objek yang


dimaksud biasa disebut dengan elemen-elemen atau anggota-anggota dari
himpunan.

Suatu himpunan biasanya dinyatakan dengan huruf kapital seperti A, B, D, dsb.


Sementara untuk menyatakan setiap elemennya digunakan huruf kecil seperti a,
b, c, dsb.
a ∈ A : a adalah anggota/elemen dari himpunan A
b ∉ A : b bukan anggota dari himpunan A

Suatu himpunan dapat dinyatakan dalam beberapa cara diantaranya:


1). Enumerasi (Mendaftarkan Anggota Himpunan)
Setiap anggota himpunan didaftarkan secara rinci. Setiap elemen dipisahkan
dengan tanda koma dan ditutup dengan tanda kurung krawal “{ }”. Cara ini
pada dasarnya cukup efektif digunakan menyatakan suatu himpunan dengan
elemen-elemen yang bersifat diskrit atau dengan kata lain setiap elemen dari
himpunan yang dimaksud dapat didaftarkan dengan jelas. Disamping itu pula,
enumerasi biasanya digunakan untuk himpunan terbatas dan tidak terlalu besar.
Namun demikian, untuk mengatasi keterbatasan space jika semua elemen ingin
didaftarkan, maka dapat digunakan tanda ellipsis yaitu berupa simbol tiga titik
“...”. perhatikan Contoh 2.1. berikut:
Contoh 2.1.

a. Himpunan empat bilangan asli pertama; A = {1, 2, 3,


4}

b. Himpunan alfabet ditulis dengan {a, b, c, ...,


z}.

3
Pada Contoh 2.1.a., himpunan A cukup kecil dan terbatas sehingga
memungkinkan setiap elemennya untuk didaftarkan. Sedangkan pada Contoh
2.1.b., tidak efektif untuk mendaftarkan semua annggota himpunan alfabet mulai
dari a sampai dengan z. Untuk itu, cukup didaftarkan beberapa elemen pertama,
kemudian elemen yang lain diganti dengan tanda “...” sebelum kemudian
didaftarkan elemen terakhir dari himpunan yang dimaksud.

2.2 Notasi Pembentuk Himpunan

Himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi oleh setiap
anggotanya. Notasi: {x | syarat yang harus dipenuhi oleh x}. Cara ini pada
dasarnya cukup efektif digunakan untuk menyatakan suatu himpunan yang besar
dengan elemen-elemen yang bersifat kontinu yang tidak mungkin untuk
didaftarkan satu-persatu seperti pada cara enumerasi. Selengkapnya,
perhatikan Contoh berikut:

Contoh :

a. A adalah himpunan bilangan asli yang kurang dari 5.


A = {x | x bilangan asli yang kurang dari 5} atau A = {x | x < 5, x ∈ ℕ}
b. B adalah himpunan bilangan real yang kurang dari 1 dan lebih besar dari
atau sama dengan 0.
B = {x | x bilangan real yang kurang dari 1 dan lebih besar dari atau sama dengan
0} atau B = {x | 0 ≤ x < 1, x ∈ ℝ}.

Pada Contoh a., himpunan A dinyatakan dalam bentuk notasi pembentuk


himpunan meskipun dapat juga dinyatakan dalam bentuk enumerasi menjadi A =
{1, 2, 3, 4, 5}. Sementara pada Contoh b., mustahil untuk mendaftarkan
semua anggota himpunan B karena jumlah anngota bilangan real antara 0
sampai 1 jumlahnya tidak berhingga.

4
Suatu himpunan dengan jumlah elemen yang berhingga disebut dengan himpunan
berhingga (finite set). Jumlah elemen dari himpunan berhingga A disebut dengan
kardinal dari himpunan A dan dinotasikan dengan n(A) atau |A|.

Himpunan dengan jumlah elemen yang tidak berhingga disebut dengan himpunan
tak berhingga (infinite set).

Setiap elemen dari himpunan berhingga dapat dihitung (countable) dan


didaftarkan satu persatu sebagaimana yang terlihat pada Contoh 1.1. Karena dapat
dihitung, maka dengan mudah dapat ditentukan kardinalitasnya. Pada Contoh
1.1a. kardinalitasnya adalah 4 (n(A) = 4), sedangkan kardinalitas pada Contoh
1.1.b. adalah 26. Sementara itu, elemen-elemen dari himpunan tak berhingga tidak
mudah untuk didaftarkan satu-persatu seperti yang terlihat pada Contoh 1.2.b.
Karena jumlah elemennya sangat banyak, maka
kardinalitas dari himpunan tak berhingga biasa ditulis dengan n(B) = ∞.

a. Himpunan B disebut himpunan bagian (subset) dari himpunan A (B ⊆ A)


jika setiap anggota di B adalah juga anggota di A.

b. Dua buah himpunan A dan B dikatakan sama (A = B) jika dan hanya jika A
⊆ B dan B ⊆ A.
c. Himpunan A dikatakan himpunan kosong / empty set (A = ∅ atau A = {})
jika himpunan A tidak memiliki elemen. Atau dengan kata lain kardinal

dari A sama dengan 0 (n(A) = 0).

Jika B adalah subset dari A maka dapat dikatakan bahwa B termuat di dalam A
atau A memuat B. konsep ini yang nantinya dapat digunakan untuk
menunjukkan kesamaan dua himpunan dimana A = B jika dan hanya jika A ⊆
B dan B ⊆ A.

Contoh
a. Misalkan A = {1, 3, 5}, dan B = {1, 2, 3, 4, 5}. Maka A
⊆ B.
b. Jika K = {0, 1} dan L = {x | x(x – 1) = 0}, maka K
= L.
5
c. S = {orang indonesia yang pernah ke bulan} =

Pada Contoh a., terlihat bahwa setiap anggota himpunan A terdapat di B

sehingga A ⊆ B. Namun demikian, B bukan himpunan bagian dari A, B ⊈ A,

karena terdapat anggota di B yang tidak terdapat di A yaitu 2 dan 4.

Sementara itu, pada Contoh b., himpunan L dapat dinyatakan kedalam bentuk

enumerasi sebagaimana himpunan K sehingga dapat diketahui dengan jelas

apakah betul anggota himpunan L adalah 0 dan 1 sehingga K = L. Untuk itu,

sayarat dari x yakni x(x – 1) = 0 dapat diselesaikan seperti berikut:


x (x – 1) = 0
⇔ x=0 ∨ x–1=0
⇔ x=1

Jadi L = {0, 1}. Karena K ⊆ L dan L ⊆ K maka K = L.


Pada Contoh b., S merupakan himpunan kosong karena tidak ada orang

Indonesia yang pernah ke bulan. Atau dengan kata lain, n(S) = 0.

Misalkan diberikan himpunan A. Himpunan dari semua himpunan bagian dari


A disebut dengan power set dari A, disimbolkan dengan P(A).

Perhatikan bahwa himpunan kosong dan himpunan A itu sendiri merupakan


himpunan bagian dari A.
Contoh
Misalkan K = {1, 3,
5}.
Himpunan bagian dari K adalah K1 = {1}, K2 = {3}, K3 = {5}, K4 = {1, 3}, K5 =
{1,

6
5}, K6 = {3, 5}, K7 = {1, 3, 5}, dan K8 =
∅.

Karena K1 sampai dengan K8 merupakan himpunan bagian dari K maka


power set dari K = P(K) = {K1, K2, K3, K4, K5, K6, K7,
K8}.

Banyaknya elemen / kardinal dari suatu power set dari suatu himpunan terbatas A,
ditulis n(P(A)) sama dengan 2 dipangkatkan dengan kardinal dari himpunan A.
n((P(A)) = 2n(A).
Contoh :

Perhatikan kembali Contoh sebelumnya.

Diketahui n(K) = 3. Sehingga n(P(K)) = 2n(K) = 23 = 8.

2.3 Operasi Himpunan

Gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah sebuah himpunan yang


setiap elemennya merupakan elemen dari himpunan A atau himpunan B.
Notasi : A ∪ B = {x | x ∈ A atau x ∈ B}.

Diagram venn dari A ∪ B adalah sebagai berikut:

Gambar 1.2. Diagram venn dari A ∪ B

7
Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah sebuah himpunan yang
setiap elemennya merupakan elemen dari himpunan A dan himpunan B.
Notasi : A ∩ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B}. ∎

Diagram venn dari A ∩ B adalah sebagai berikut:

Gambar Diagram venn A ∩ B.

Selisih dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya
merupakan elemen dari A tetapi bukan elemen dari B.
Notasi: A – B = {x | x ∈ A dan x ∉ B} = A ∩ B

Diagram venn dari A – B adalah sebagai berikut:

Gambar Diagram venn A – B.

8
Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U
adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen U yang bukan
elemen A.

Notasi : A = {x | x ∈ U dan x ∉ A}.


Komplemen A biasa juga dinotasikan dengan Ac atau A’.
Diagram venn dari Ac adalah sebagai berikut:

Gambar Diagram venn Ac.

Contoh.

Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}, A = {3, 5, 7}, dan B = {2, 3, 4, 7, 8}. Maka:


a. A ∪ B = {2, 3, 4, 5, 7, 8}.
b. A ∩ B = {3, 7}.
c. A – B = {5}.
d. B – A = {2, 4, 8}.
e. Ac = {1, 2, 4, 6, 7, 8}
f. Bc = {1, 5, 6}.

Misalkan diberikan suatu himpunan A, B, dan C. Beberapa sifat dasar yang


berlaku pada himpunan tersebut diantaranya:
1. Komutatif
a. A ∩ B = B ∩ A
b. A ∪ B = B ∪ A
2. Assosiatif
a. (A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C)
b. (A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C)
9
3. Distributif
a. (A ∩ B) ∪ C = (A ∪ C) ∩ (B ∪ C)
b. (A ∪ B) ∩ C = (A ∩ C) ∪ (B ∩ C)
Contoh.

Misalkan A = {3, 4, 5}, B = {3, 5, 6, 7}, dan C = {2, 3}. Maka:


(A ∩ B) ∪ C = {3, 5} ∪ {2, 3} = {2, 3, 5}
(A ∪ C) ∩ (B ∪ C) = {2, 3, 4, 5} ∩ {2, 3, 5, 6, 7} = {2, 3, 5}
Jadi terlihat bahwa (A ∩ B) ∪ C = (A ∪ C) ∩ (B ∪ C) = {2, 3, 5}.
Misalkan A dan B adalah suatu himpunan berhingga. |A| dan |B|
melambangkan kardinal dari A dan B. Maka:

a. |A ∪ B| = |A| + |B| – |A ∩ B|
b. |A – B| = |A| – |A ∩ B| = |A ∪ B| – |B|

Contoh

Suatu dealer mobil telah menjual 350 buah mobil sepanjang tahun ini. Dari
jumlah tersebut, 130 mobil memiliki ekstra penyejuk udara, 255 mobil memiliki
power steering, dan 110 mobil memiliki sistem navigasi. Sementara itu, 75 mobil
memiliki power steering dan sistem navigasi, 10 mobil hanya memiliki sistem
navigasi, 20 mobil tidak memiliki ekstra penyejuk udara, power steering, maupun
sistem navigasi, dan 10 mobil lagi justru memiliki ketiganya. Jika dimisalkan A
adalah himpunan mobil yang memiliki ekstra penyejuk udara, P adalah himpunan
mobil yang memiliki power steering, dan N adalah himpun mobil dengan sistem
navigasi, gambarkan diagram venn- nya.
Penyelesaian:

Diketahui |S| = 350, |A| = 130, |P| = 255, |N| = 110, |P ∩ N| = 75, |N – (A ∪ P)|

= 10, |A ∪ P ∪ N|c = 20, dan |A ∩ P ∩ N| = 10.


Agar lebih mudah dipahami, perhatikan Gambar berikut:

10
Gambar

Berdasarkan diagram venn tersebut, maka


x + y + 35 = 130 atau x + y – 95 = 0 (1)
y + z + 75 = 255 atau y + z – 180 = 0 (2)
x + y + z + 110 = 350 – 20 atau x + y + z – 220 = 0 (3)
dari (1) dan (2) diperoleh x = z – 85
dari (3) diperoleh y = 180 – z
Selanjutnya, subtitusi x = z – 85 dan y = 180 – z ke persamaan (3)
x + y + z – 120 = 0
⇔ (z – 85) + (180 – z) + z – 220 = 0
⇔ (z – 85) + (180 – z) – + z – 220 = 0
⇔ z = 125
Jadi, x = 125 – 85 = 40 dan y = 180 – 125 = 55. Sehingga diagram venn-nya menjadi:

Gambar

11
Suatu pasangan terurut (a, b) dengan a ∈ A dan b ∈ B disebut hasil kali
produk/cartesian product dari A x B.
Notasi: A x B = {(a, b) | a ∈ A dan b ∈ B}.

Contoh.

Misalkan A = {2, 3} dan B = {3, 4, 5}.

A x B = {(2, 3), (2, 4), (2, 5), (3, 3), (3, 4), (3, 5)}

B x A = {(3, 2), (4, 2), (5, 2), (3, 3), (4, 3), (5, 3)}

Misalkan A dan B himpunan berhingga dengan |A| = n dan |B| = m. Maka

|A x B| = |B x A| = |A| . |B| = n . m.

Contoh.

Perhatikan kembali Contoh sebelumnya.

|A| = 2 dan |B| = 3.

Jadi, |A x B| = |B x A| = 2 . 3 = 6.

12
Latihan.

1. Enumerasikan semua subset dari himpunan B = {a, b, c}. Berapa banyak

subset dari himpunan B yang dimaksud?

2. Dari 1100 mahasiswa Jurusan Ekonomi di salah satu Universitas, 550


mahasiswa diantaranya memiliki mobil, 400 mahasiswa memiliki PC, dan
260 mahasiswa memiliki mobil dan atau PC. Tentukan banyaknya
mahasiswa yang memiliki mobil atau PC, yang memiliki keduanya yaitu
mobil dan PC, yang memiliki mobil tetapi tidak memiliki PC, dan jumlah
mahasiswa yang memiliki PC tapi tidak memiliki mobil.

JAWABAN

1. Penjelasan:

Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan


denganjelas. 
Enumerasi adalah mendaftarkan semua anggota himpunan.
Himpunan bagian (subset) dari himpunan B adalah himpunan-
himpunan bagian dari B termasuk himpunan kosong dan himpunan B
sendiri.
Banyak anggota himpunan bagian (subset) adalah 2ⁿ, dgn banyak
anggota himpunan tersebut.
B={a, b,c}.
n(B)=3

Untuk menentukan banyak subset dari himpunan B kita bisa


menggunakan segitiga pascal yang ada pada lampiran.
Banyak anggota himpunan bagian (subset) B = 
                                                          = 2³
                                                                         = 8

13
Karena himpunan B mempunyai 3 anggota kita lihat pada baris ke-4,
maka diperoleh
1, 3, 3, 1
0=anggota.ada.1.yaitu  { }
1=anggota.ada.3.yaitu {a},{b},{c}
2=anggota.ada.3.yaitu {a,b},{a,c},{b,c}
3=anggota.ada.1.yaitu {a,b,c}

Enumerasi semua subset dari himpunan B = {a,b,c}

{  } , {a} , {b} , {c} , {a , b} , {a , c} , {b , c} , {a , b , c}

2. Mahasiswa.yang.memiliki.mobil=550
mahasiswa.yang.memiliki.pc=400
mahasiswa.yang.memiliki.mobil.dan.pc=260
mahasiswa yg tidak mmiliki keduanya=1100-(550+400-260) =1100-
690=410
mahasiswa yang memiliki mobil tapi tidak memiliki pc=550-260=290
mahasiswa yang memiliki pc tapi tidak memiliki mobil 440-260=180

14
BAB III
PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA

3.1. Pangkat

Pangkat dari sebuah bilangan adalah suatu indeks yang menunjukkan


n
banyaknya perkalian bilangan yang sama secara beruntun. Notasi x berarti
bahwa x harus dikalikan degan x itu sendiri sebanyak n kali. Notasi bilangan
berpangkat sangat berguna untuk merumuskan penulisan bentuk perkalian
5
sacara ringkas. Misalnya, 7 x 7 x 7 x 7 x 7, cukup situlis dengan 7 .

3.1.1. Kaidah Pemangkatan Bilangan

Kaidah pemangkatan bilangan yang perlu diperhatikan adalah


sebagai berikut:
0
1. x = 1, untuk x ≠ 0.

0
Misalnya: 4 = 1.

1
2. x = x, untuk x ≠ 0.
1
Misalnya: 4 = 4.

n 1
3. x  .
n
x

2 1 1
Misalnya: 4  
2
4 16

15
b a
4. xb  x .

3 1
Misalnya: 83  8  3 8  2

x
xa
5.  y 
 
ya

2 2 9
 3  3
Misalnya:    
 5  52 25

a b ab
6. (x ) = x .

16
2 4 2x4 8
Misalnya: (3 ) = 3 = 3 = 6.561.

ab c b
7. x  x , dengan c = a .

Misalnya:  43.046.721.
2  316
34

3.1.2. Kaidah Perkalian Bilangan Berpangkat

Kaidah perkalian bilangan berpangkat adalah sebagai berikut:

a b a+b
1. x .x =x

2 4 2+4 6 a a a
2. Misalnya: 3 . 3 = 3 = 3 = 729x . y = (xy)

2 2 2 2
Misalnya: 3 . 5 = (3.5) = 15 = 225.

3.1.3. Kaidah Pembagian Bilangan Berpangkat

Kaidah pembagian bilangan berpangkat adalah sebagai berikut:

a b a–b
1. x :x =x

2 4 2–4 -2
Misalnya: 3 : 3 = 3 = 3 = 1/9.

a a a
2. x : y = (x / y)

2 2 2
misalnya: 3 : 5 = (3/5) = 9/25.

17
3.2. Akar

Akar merupakan bentuk lain untuk menyatakan bilangan berpangkat.


Akar dari sebuah bilangan adalah basis yang memenuhi bilangan tersebut
berkenaan dengan pangkat akarnya. Berdasarkan konsep pemangkatan,
diketahui bahwa jika bilangan-bilangan yang sama (misalnya x) dikalikan
sejumlah tertentu sebanyak (katakanlah) a kali, maka dapat ditulis menjadi
a
x , dalam hal ini x disebut basis
a
sedangkan a disebut pangkat. Misalkan x = m maka x dapat juga disebut
sebagai

akar pangkat a dari m, yang jika dituliskan dalam bentuk akar xam.
menjadi

Jadi a
m  x sebab xa = m.

2
Misalnya: 9  3 sebab 3 = 9.

Secara umum, bilangan berpangkat dan bentuk akar dapat dilihat


pada hubungan berikut:

a
a
m  x sebab x = m.

3.2.1. Kaidah Pengakaran Bilangan

Ada beberapa kaidah dalam pengakaran suatu bilangan yaitu:

1.
b
x  xb

Misalnya: 3 64  64 3  4

b a
2. x
18
a
 xb

Misalnya: 5 32  35  1, 55

3.
b
xy  b x. b y

Misalnya: 3
8 x 64  3
83 2x48
64

b
x x

b
4.
y b
y

Misalnya:


3.2.2. Kaidah Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bentuk Akar

Bilangan-bilangan dalam bentuk akar hanya dapat dijumlahkan


atau dikurangkan apabila akar-akarnya sejenis. Perhatikan kaidah berikut:
b a b a b a
m x  n x  (m  n) x .

Misalnya: 5 3 2 3  7 3

3.2.3. Kaidah Perkalian dan Pembagian Bilangan Bentuk Akar

Kaidah perkalian dan pembagian bilangan bentuk akar adalah sebagai


berikut:

1.
b
x. b
y  b xy

19
(Kaidah ini identik dengan kaidah pengakaran bilangan point 3).

Misalnya: 3
8 . 3 64  3 8 x 64  3 512  8

20
2. b c
x a  bc x a

Misalnya: 3
15625  2x3 15625  6 15625  5

b
x x

3.  b
b
y y

(Kaidah ini identik dengan kaidah pengakaran bilangan point 4).

3
8 8 1 1
Misalnya:  3  3 
3
64 64 8

3.3. Logaritma

Logaritma merupakan invers dari bilangan bentuk berpangkat atau


eksponen, sehingga antara eksponen dan logaritma mempunyai hubungan
seperti berikut:
x a
a = b jika dan hanya jika x = log b, untuk b > 0, a > 0, dan a ≠ 1

dengan a disebut bilangan pokok, b disebut numerus, x disebut hasil logaritma.

a
Bentuk x = log b dibaca “ x adalah logaritma dari b dengan bilangan
pokok
a”. Hubungan antara bentuk logaritma, bentuk pangkat, dan bentuk akar
dapat dilihat pada bentuk berikut:

Bentuk Pangkat Bentuk Akar Bentuk Logaritma


x a
a =b x
ba log b  x

Perhatikan bahwa, suku-suku di ruas kanan menunjukkan bilangan yang


dicari atau hendak dihitung pada masing-masing bentuk. Dari ketiga
4
log 625  4 sebab 5 = 625 atau
5
bentuk tersebut, maka bentuk logaritma
21
.

3.3.1. Basis Logaritma

Basis atau bilangan pokok logaritma selalu bernilai positif dan tidak sama
10
dengan 1. Logaritma dengan basis 10 cukup ditulis log b, bukan log
b . Sementara untuk logaritma dengan basis e dengan e = 2,718287 ≈ 2,72,
e
maka log b = ln b. Bentuk logaritma dengan basis e biasa disebut dengan
logaritma natural.

22
3.3.2. Kaidah-Kaidah Logaritma

Beberapa kaidah tentang bentuk logaritma adalah sebagai berikut:

1. log a . b = log a + log b

a
2. log    log a  log b
b 

a b a
3. log b . log c = log c
n
4. log a = n log a
1
a 1
log b  log b n 
an
5. n a log b
log b
a
log b   1
b
6. log a log a

p
log b
a
log b 
p
7. log a

a 0
8. log 1 = 0 sebab a = 1

a 1
9. log a = 1 sebab a = a

3.3.3. Persamaan Logaritma

Persamaan logaritma dalam x adalah persamaan yang mengandung fungsi


x di bawah tanda logaritma atau fungsi x sebagai bilangan pokok suatu
logaritma. Sifat-sifat yang berlaku pada persamaan logaritma adalah sebagai
berikut:
a a
1. Jika log f (x) = log p, maka f (x) = p, untuk f (x) > 0.

23
a b
2. Jika log f (x) = log f (x), dengan a ≠ b, maka f (x) = 1.
Contoh:

x
Jika log 3 = 0,4 , berapakah x?

Penyelesaian:

log 3  0, 4  log 3 
x x

2
5

Jika dikonversi ke bentuk berpangkat diperoleh

2 5 1

2
3  x 5  x  32  3 . 3 2  9 3 .

Jadi, nilai x yang dimaksud adalah 9 3 .

24
Latihan.

1. Ubahlah bentuk berikut ke dalam bentuk akar

a. 62/3

2/3 2
b. (6 )

c. 31/7. 34/7. 32/7

d. 72/5 + 93/5

2. Ubahlah ke dalam bentuk logaritma:

4
a. 5

3
b. 64

c. 32 :
243

3. Apabila x dan y masing-masing adalah 100 dan 50, hitunglah:

a. log xy

b. log (x / y)

2
c. log x y

2
d. log (x /y)

(3x + 2) 5
4. Tentukan nilai x yang memenuhi log 27 = log 3.

25
JAWABAN

1. Penjelasan :
a.
62/3 = ∛62 = ∛36
b. ( 2/3) 2 = 4/3 = 1 1/3 = ∛6
6 6 6 6
c.
31/7+4/7+2/7 = 37/7 = 31 = 3
d.
72/3 + 93/3 = ∛49 + ∛729 = ∛49 + 9

2. Penjelasan :

a) 5⁴ = 625  ⇒ ⁵log 625 = 4


b) ∛64 = 4 ⇒ ⁶⁴log 4 = 1/3
c) 3^ (9/2) : 3^ (5/2) = 3 ^ 4/2 = 3² = 9 ⇒ ³log 9 = 2

3. a. log.xy=log100×50=log5000=log10³+log5=3+0,698=3,698

b. log.x/y=log100/50=log2=0,301

c. log.x²y=log100²×50=log500000=log5+log10⁵=0,699+5=5,699

d. log.x²/y=log100²/50=log200=log2+log10²=0,301+2= 2,301

(3x + 2) 5
4. log 27 = log 3
(3x + 2) 3 5
= log 3 = log 3
3x + 2 5
=∛ log 3 = log 3
3x + 2
=∛ =5
3x+2 = 53

3x+2 = 125

3x = 125 – 2

3x = 123

X = 123/3

X=4
26
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari hasil rangkuman materi di atas, maka penulis
menyimpulkan dalam teori himpunan dan teori pangkat, akar, dan
logaritma penulis dapat memahami serta mampu mengoperasikan
materi tersebut. Sehingga dapat mengaplikasikan ilmu untuk
memecahkan suatu masalah didalam kehidupan sehari-hari. Penulis
juga menyadari memahami ilmu Matematika merupakan landasan
sebagai pengantar ilmu ekonomi yang nantinya akan diterapkan
dalam dunia kampus, dunia bisnis, dunia kerja dan dunia mengajar.

2. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis menyadari bahwa
rangkuman tersebut memiliki banyak kekeliruan baik baik dari segi
materi, sistematika, maupun dalam hal penyampaian penulis. Maka
penulis mohon akan kritik dan saran serta masukan-masukan yang
bersifat membangun. Semoga rangkuman yang penulis buat ini
bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat dan untuk pembaca.

27
DAFTAR PUSTAKA

Djumanta, Wahyudin. (2005). Mari Memahami Konsep Matematika.


Bandung: Grafindo Media Pratama.
Karso. (2004). Pengantar Dasar Matematika. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Kusumah, Yaya S. dan Endang Dedy. (1986). Teori Himpunan.
Bandung: IKIP Jurusan Matematika.
Negoro, ST dan Harahap, B. (2003). Ensiklopedia Matematika. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Soehakso, RMJT. (1992). Pengantar Matematika Modern. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat jenderal
Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Suharman, Erman. (1991). Perkenalan Dengan Teori Himpunan (Untuk
Guru dan calon Guru). Bandung: Wijayakusumah 157.
Team Matematika. (1976). Pedoman Khusus Matematika. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

28

Anda mungkin juga menyukai