Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MATEMATIKA

HIMPUNAN, RELASI DAN FUNGSI

OLEH:

KELOMPOK 5

Aida Zulfa Ariyanti (21129158)

Azi Maturrahmi (21129175)

Fajriah Okta Vera (21129523)

Irsa Fitriani (21129229)

Tesa Lisforti (21129128)

Dosen Pembimbing:

Dra. Yetti Ariani, M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam
menyelesaikanmakalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Penulis mengucapkan
syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga makalah ini bisa selesai
tepat waktu.

Adapun penulisan makalah berjudul Himpunan, Relasi Dan Fungsi ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Matematika SD. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian makalah.
Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat
dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Himpunan..................................................................................................2

B. Cara Menyatakan Himpunan........................................................................................2

C. Macam-macam Himpunan...........................................................................................3

D. Operasi Himpunan........................................................................................................4

E. Hubungan Antar Himpunan..........................................................................................6

F. Relasi............................................................................................................................9

G. Fungsi..........................................................................................................................14

H. Sifat-Sifat pada Fungsi................................................................................................14

I. Jenis-Jenis Fungsi........................................................................................................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................19

DAFTRA PUSTAKA..............................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam matematika, himpunan adalah kumpulan objek yang memiliki sifat yang dapat
didefinisikan dengan jelas, atau lebih jelasnya adalah segala koleksi benda-benda
tertentu yang dianggap sebagai satu kesatuan. Relasi dapat diartikan sebagai
hubungan. Hubungan yang dimaksud yaitu hubungan antara daerah asal (domain) dan
daerah kawan (kodomain). Sedangkan fungsi merupakan relasi yang memasangkan
tiap anggota himpunan daerah asal ke tepat satu himpunan daerah kawannya. Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering berhubungan dengan himpunan, relasi, dan fungsi.
Oleh karena itu penulis menulis makalah ini

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan himpunan?
2. Bagaimana cara menyatakan himpunan?
3. Bagaimana pembagian atau macam-macam himpunan?
4. Bagaimana operasi pada himpunan?
5. Bagaimana hubungan antar himpunan?
6. Apa yang dimaksud dengan relasi?
7. Apa yang dimaksud dengan fungsi?
8. Apa saja sifat-sifat pada fungsi?
9. Apa saja jenis-jenis fungsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian himpunan
2. Untuk mengetahui cara menyatakan himpunan
3. Untuk mengetahui macam-macam himpunan
4. Untuk mengetahui operasi pada himpunan
5. Untuk mengetahu hubungan antar himpunan
6. Untuk mengetahu apa itu relasi
7. Untuk mengetahui apa itu fungsi
8. Untuk mengetahui sifat-sifat fungsi
9. Untuk mengetahui jenis-jenis fungsi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Himpunan

Himpunan didefinisikan sebagai kumpulan dari objek tertentu yang memiliki definisi yang
jelas dan dianggap sebagai satu kesatuan.

Sebagai contoh, kumpulan buku-buku pelajaran, kumpulan bilagan bulat, kumpulan buah-
buahan berwarna merah, dan sebagainya.

B. Cara Menyatakan Himpunan

Biasanya himpunan dilambangkan dengan huruf kapital seperti A, B, C, dan sebagainya


yang dituliskan dalam tanda kurung kurawal seperti berikut ini:

A = {himpunan sayur-sayuran hijau}

B = {merah, kuning, hijau}

C = {…, -4, -3, -2, -1, 0, 1,…}

Secara umum, himpunan disimbolkan dengan huruf kapital dan jika anggota himpunan
tersebut berupa huruf maka anggotanya dituliskan dengan huruf kecil. Terdapat beberapa cara
penulisan himpunan, yaitu

 Dengan kata-kata

yaitu dengan menyebutkan semua syarat ataupun sifat dari anggota himpunan tersebut di
dalam kurung kurawal.
Contoh: A merupakan bilangan prima antara 10 dan 40
Ditulis menjadi A = {bilangan asli antara 10 dan 40}

2
 Dengan notasi pembentuk himpunan

yaitu dengan menyebutkan semua sifat dari anggota himpunan tersebut, dengan anggotanya
dinyatakan dalam suatu variabel dan dituliskan di dalam kurung kurawal.
Contoh: A merupakan bilangan prima antara 10 dan 40
Ditulis menjadi A= {x |10 < x < 40, x ϵ bilangan prima}

 Dengan mendaftarkan anggota-anggotanya

yaitu dengan menuliskan semua anggota dari himpunan tersebut di dalam kurung kurawal
dan tiap anggotanya dibatasi dengan tanda koma.
Contoh: A merupakan bilangan prima antara 10 dan 40
Ditulis menjadi A={11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 33, 37}

C. Macam-Macam Himpunan

1. Himpunan kosong
Sebuah himpunan dikatakan sebagai himpunan kosong jika tidak memiliki anggota
himpunan. Selain itu, dapat juga disebut sebagai himpunan null yang disimbolkan
dengan atau “{}”

Contoh
A adalah himpunan nama bulan yang dimulai dengan huruf B
B = {x|x<1,xϵ bilangan asli}

2. Himpunan semesta
Himpunan semesta adalah himpunan yang berisi semua elemen himpunan atau
superset dari setiap himpunan. Himpunan semesta biasanya dilambangkan dengan “S”

Contoh
A = (2, 4, 6, 8}
B = {x|x<10,xϵ bilangan asli}
C = {-3, -2, -1, 0, 1}

3
Himpunan semesta dari himpunan A, B, dan C adalah S = {himpunan bilangan bulat}

3. Himpunan bagian
Misalkan A an B adalah dua himpunan dan jika semua anggota himpunan A adalah
anggota pada himpunan B, maka A disebut juga dengan himpunan bagian B.
ᴄ→ᴐ
Contoh
Himpunan A = {3, 6, 9} dan himpunan B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
maka A ᴄ B atau B ᴐ A

D. Operasi pada himpunan

1. Gabungan dua himpunan

Gabungan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri dari semua
anggota himpunan A dan himpunan B, dimana anggota yang sama hanya ditulis satu
kali.
A gabungan B ditulis A ∪ B = {x|x ϵ A atau x ϵ B}
Contoh:
A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {2, 4, 6, 8, 10}
A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10}

2. Irisan dua himpunan

Irisan dua himpunan A dan B adalah himpunan dari semua anggota himpunan A dan
B yang sama. Dengan kata lain, himpunan yang anggotanya ada di kedua himpunan
tersebut.
Contoh: A = {a, b, c, d, e} dan B = {a, c, e, g, i}
Pada kedua himpunan tersebut ada tiga anggota yang sama, yaitu a, c, dan e. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa irisan himpunan A dan B adalah a, c, dan e atau
ditulis dengan:
A ∩ B = {a, c, e}

4
A ∩ B dibaca himpunan A irisan himpunan B.

3. Selisih Dua himpunan

Selisih dua himpunan A dan B adalah himpunan dari semua anggota himpunan A
tetapi tidak dimiliki himpunan B.
A selisih B ditulis A-B = {x|x ϵ A atau x Ï B}
Contoh:
A = {a, b, c, d, e}
B = {a, c, e, g, i}
A-B = {b, d}

4. Komplemen

Komplemen dari A adalah himpunan semua elemen dari S yang tidak ada di
himpunan A.
Komplemen A ditulis A1 atau Ac = {x|x ϵ S atau x Ï A}
Contoh:
A= {1, 3, …, 9}
S = {bilangan ganjil kurang dari 20}
Ac = {11, 13, 15, 17, 19}
Contoh soal operasi himpunan
Jika diketahui A = {a, b, c, d, e} B = {a, c, e, g, i} C = {b, c, e, f, g}
Tentukanlah:
a. A ∩ B
b. A ∩ C
c. B ∪ C
d. A ∪ B ∪ C
Jawab:
a. A ∩ B = {a, c, e}
b. A ∩ C = {b, c, e}
c. B ∪ C = {a, b, c, e, f, g, i}
d. A ∪ B ∪ C = {a, b, c, d, e, f, g, i}

5
E. Hubungan Antar Himpunan

1. Himpunan saling lepas atau saling asing

a. Himpunan saling lepas

Dua himpunan dikatakan saling lepas, jika kedua himpunan tersebut tidak mempunyai
anggota
Contoh

A={1,2,5}
B = {3, 4, 6, 8}

Tidak ada satupun anggota A yang terdapat pada himpunan B, begitu juga sebaliknya. Jadi,
himpunan A dan B disebut himpunan saling lepas atau saling asing, ditulis A ⫗ B (dibaca
“A saling lepas dengan B”).

b. Himpunan saling asing

Dua himpunan A dan B dikatakan tidak saling lepas (berpotongan) jika A dan B
mempunyai anggota persekutuan, tetapi masih ada anggota A yang bukan
anggota B dan ada anggota B yang bukan anggota A.
Perhatikan dua himpunan berikut!

A={1,3,4,5,6}
B = {3, 5, 7}

Dari kedua himpunan tersebut terdapat anggota A yang juga anggota himpunan
B, yaitu (3, 5). Hal ini dapat dikatakan bahwa (3, 5) adalah anggota persekutuan
dan himpunan A dan B. Selain itu, terdapat anggota himpunan A yang tidak
menjadi anggota himpunan B, demikian juga sebaliknya. Dua himpunan ini
disebut himpunan tidak saling lepas (berpotongan), dapat ditulis A ⫘ B (dibaca
“A saling berpotongan dengan B”).

Contoh:
1. Tentukan anggota dari masing-masing himpunan berikut, kemudian tentukan hubungan
antar himpunan tersebut!

6
P={x2‫≤׀‬x<7, x ∊ bilangan asli}
Q={bilangan genap antara 1 sampai 9}
R = {huruf pembentuk PITRI}

Jawab:
P={2,3,4,5,6}
Q={2,4,6,8}
R = {P, I, T, R, I}

Hubungan antarhimpunan:

•Himpunan P dan Q
Anggota persekutuan P dan Q adalah {2, 4, 6}, tetapi ada anggota P yang bukan anggota Q
dan sebaliknya. Jadi, himpunan P dan Q tidak saling lepas (berpotongan).
•Himpunan P dan R
Kedua himpunan tidak mempunyai anggota persekutuan yang sama, sehingga himpunan P
dan R saling lepas.

2. Himpunan berpotongan
Dua himpunan A dan B dikatakan tidak saling lepas (berpotongan) jika A dan B mempunyai
anggota persekutuan, tetapi masih ada anggota A yang bukan anggota B dan ada anggota B

yang bukan anggota A.Himpunan berpotongan diberi lambang " "

Definisi
Dua himpunan A dan B disebut berpotongan dengan lambang A    B
Jika :    a. ada anggota A saja.
b. ada anggota B saja
c. ada anggota sekutu A dan B.

Contoh :
C = {1, 2, 3, 4, 5} dan D = {2, 3, 5, 7, 11}
Perhatikan bahwa terdapat anggota himpunan C yang juga menjadi anggota himpunan D,
yaitu {2, 3, 5}. Dalam hal ini dikatakan bahwa {2, 3, 5} adalah anggota persekutuan dari
himpunan C dan D. Perhatikan juga bahwa terdapat anggota himpunan C yang tidak menjadi
7
anggota himpunan D, demikian pula sebaliknya. Keadaan dua himpunan seperti ini disebut
himpunan tidak saling lepas (berpotongan).

3. Himpunan Sama
Dua himpunan dikatakan sama, apabila kedua himpunan mempunyai anggota yang tepat
sama.
Contoh:

 A = {1, 2, 3} dan B = {3, 2, 1}. Maka A = B, dikarenakan tiap anggota himpunan A


juga ada dalam anggota himpunan B, juga sebaliknya anggota himpunan B
merupakan anggota himpunan A.
 A = {i, n ,d, a, h} dan B = {a, n, d, h, i}. Maka A = B, karena tiap anggota himpunan
A ada pada himpunan B, dan setiap anggota himpunan B ada pada himpunan A.

 E = {gajah, badak, jerapah, singa} dan F = {singa, jerapah, badak, gajah}. Maka E =
F, karena tiap anggota himpunan E merupakan anggota himpunan F, sebaliknya
anggota himpunan F ada jugapada himpunan E.

4. Himpunan Ekuivalen
Dua himpunan bisa dikatakan Ekuivalen jika jumlah anggota kedua himpunan
tersebut sama tetapi bendanya ada yang tidak sama. Dua himpunan A dan B dikatakan
ekuivalen jika n(A) = n(B).
Contoh :
G = {4, 6, 8, 10, 12} dan H = {a, e, i, o, u}
n(G) = 5 dan n(H) = 5, maka himpunan G dan H disebut dua himpunan yang
ekuivalen.

F. Relasi

1. Pengertian relasi

8
Relasi adalah suatu aturan yang memasangkan anggota himpunan satu ke himpunan lain.

Suatu relasi dari himpunan   ke himpunan   adalah pemasangan atau perkawanan atau

korespondensi dari anggota – anggota himpunan A ke anggota – anggota himpunan B.

2. Cara menyatakan relasi

Terdapat 3 cara menentukan relasi :


a. Diagram panah

Diagram panah digambarkan dengan kurva tertutup untuk menunjukkan hubungan antara dua
himpunan. Dalam diagram ini, hubungan ditunjukkan dengan adanya panah antara anggota
himpunan yang satu dengan yang lainnya. Contoh:
Diagram panah yang menggambarkan relasi “memilih ekstrakurikuler”

b. Diagram Cartesius
Digram cartesius digambarkan dengan dua sumbu vertikal dan sumbu horizontal serta titik
potong dari kedua sumbu yang menjadi titik pusat dari diagram cartesius.

Contoh:Diketahui himpunan   dan  . Jika relasi

himpunan   ke himpunan   adalah relasi “kelipatan dari”, maka kita dapat menggambarkan

relasi tersebut menggunakan diagram cartesius, yaitu:

Contoh Diagram Cartesius

9
c. Himpunan Pasangan Berurutan
Dalam hal ini setiap pasangan antara anggota dari dua himpunan ditulis secara mendaftar.

Contoh:
A = {1, 2, 3}, B = {4, 5}
Himpunan semua pasangan terurut dari A dan B adalah:
{(1, 4), (1, 5), (2, 4), (2, 5), (3, 4), (3, 5)}

sifat – Sifat relasi

Sebuah relasi A×A, adalah relasi dari himpunan A kepada A sendiri, yang mempunyai sifat-
sifat antara lain, refleksif, irefleksif, simetrik, anti-simetrik, dan transitif.

1. Sifat Reflektif
Misalkan R sebuah relasi yang didefinisikan pada himpunan P. Relasi R dikatakan
bersifat refleksif jika untuk p € P berlaku (p,p) €  R.
Contoh :
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R adalah relasi ‘≤’ yang didefinisikan pada
himpunan A, maka
R = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (1, 4), (2, 2), (2, 3), (2, 4), (3, 3), (3, 4), (4, 4)}
Terlihat bahwa (1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) merupakan unsur dari R. Dengan demikian R
dinamakan bersifat refleksif.
Sifat refleksif memberi beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi, yaitu :
• Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang unsur diagonal utamanya
semua bernilai 1, atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …, n,

10
• Relasi yang bersifat refleksif jika disajikan dalam bentuk graf berarah maka pada graf
tersebut senantiasa ditemukan loop setiap simpulnya.
2. Sifat Simetris
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R dikatakan bersifat
simetris, apabila untuk setiap (x,y) € R berlaku (y,x) €  R.

Misalkan, R merupakan relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi R,


dilambangkan dengan R–1, adalah relasi dari himpunan B ke himpunan A yang
didefinisikan oleh :
R–1 = {(b, a) | (a, b) ∈ R }
Contoh :
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.
Jika didefinisikan relasi R dari P ke Qyaitu :
(p, q) ∈ R jika dan hanya jika p habis membagi q
maka kita peroleh :
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15)
R–1 merupakan invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P yang berbentuk :
(q, p) ∈ R–1 jika q adalah kelipatan dari p
sehingga diperoleh :
R–1 = {(2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3) }
Jika M adalah matriks yang menyajikan suatu relasi R, maka matriks yang
merepresentasikan relasi R–1, misalkanN, diperoleh dengan melakukan
transposeterhadap matriks M,

3. Sifat Transitif
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R bersifat Transitif, apabila
untuk setiap (x,y) € R dan (y,z) € R maka berlaku (x,z) € R.
Contoh :
R merupakan relasi pada himpunan bilangan asli N yang didefinisikan oleh :
R : a + b = 5, a, b ∈ A,
Dengan memperhatikan definisi relasi Rpada himpunan A, maka :
R = {(1, 4), (4, 1), (2, 3), (3, 2) }

11
Perhatika bawa (1, 4) ∈ R dan (4, 1) ∈ R , tetapi (1, 1) ∉ R.
Dengan demikian R tidak bersifat transitif.
Sifat transitif memberikan beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi, yaitu : sifat
transitif pada graf berarah ditunjukkan oleh :
Jika ada busur dari a ke b dan busur dari bke c, maka juga terdapat busur
berarah dari a ke c.
Pada saat menyajikan suatu relasi transitif dalam bentuk matriks, relasi transitif tidak
mempunyai ciri khusus pada matriks representasinya

4. Sifat Antisimetris
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R dikatakan bersifat
antisimetris, apabila untuk setiap (x,y) € R dan (y,x) € R berlaku x=y.
Contoh : Diberikan himpunan C = {2,4,5}. Didefinisikan relasi R pada himpunan C
dengan R = {(a,b) € a kelipatan b, ab € C} sehingga diperoleh R = {(2,2), (4,4), (5,5),
(4,2)}. Relasi R tersebut bersifat antisimetris.

5. Sifat Ekuivalensi
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R disebut relasi ekivalensi
jika dan hanya jika relasi R memenuhi sifat refleksif, simetris, dan transitif.

Contoh : Dibmerupakan relasi ekivalensierikan himpunan P = {1,2,3}. Didefinisikan


relasi pada himpunan P dengan R={(1,1),(1,2),(2,2),(2,1),(3,3)}. Relasi R tersebut
bersifat refleksif, simetris din transitif. Oleh karena itu relasi R merupakan relasi
ekivalensi.

Jenis-jenis relasi

1. Relasi invers
Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari R yang
dinyatakan dengan relasi dari B ke A yang mengandung semua pasangan terurut yang
apabila dipertukarkan masih termasuk dalam R.Ditulis dalam notasi himpunan
sebagai berikut ; R-1= {(b,a) : (a,b)R}
Contoh:

12
A = {1,2,3} B = {x,y}
R = {(1,x), (1,y), (3,x)} relasi dari A ke B
R-1= {(x,1), (y,1), (x,3)} relasi invers dari B ke A
2. Relasi simetrik
Misalkan R = (A, B, P(x,y)) suatu relasi. R disebut relasi simetrik, jika tiap (a,b)R
berlaku (b,a)R. Dengan istilah lain, R disebut juga relasi simetrik jika a R b berakibat
b R a.Contoh:
Setiap kali menemukan pasangan, misalnya (a, b), carilah apakah ada (b, a) juga.
Kalau ternyata tidak ada, pasti relasi itu tidak simetrik.
3. Relasi refleksif
Misalkan R = (A, A, P(x,y)) suatu relasi. R disebut relasi refleksif, jika setiap A
berlaku (a,a)R. Dengan kata lain, R disebut relasi refleksif jika tiap-tiap anggota pada
A berelasi dengan dirinya sendiri.Contoh:
4. Relasi anti simetrik
Suatu relasi R bisa disebut relasi anti simetrik jika (a,b)R dan (b,a)R maka a=b.
Dengan kata lain, jika a, b A, a≠b, maka (a,b)R atau (b,a)R, tetapi tidak kedua-
duanya.Contoh:
Misalkan R suatu relasi pada himpunan bilangan asli yang didefinisikan “y habis
dibagi oleh x”, maka R merupakan relasi anti simetrik, sebab jika b habis dibagi a dan
a habis dibagi b, maka a = b.
Misalkan A = {1, 2, 3} dan R1= {(1,1), (2,1), (2,2), (2,3), (3,2)}, maka R1 bukan
relasi anti simetrik, sebab (2,3)R1dan (3,2)R1.
5. Relasi Transitif
Misalkan R relasi dalam himpunan A. R disebut relasi transitif jika berlaku ; (a,b)R
dan (b,c)R maka (a,c)R. Dengan kata lain, andai a berelasi dengan b dan b berelasi
dengan c, maka a berelasi dengan c.Contoh :
Misalkan A = {a, b, c} dan R = {(a,b), (a,c), (b,a), (c,b)}, maka R bukan relasi
transitif, sebab (b,a)R dan (a,c)R tetapi (b,c)R.
Dilengkapi agar R menjadi relasi transitif R = {(a,a), (a,b), (a,c), (b,a), (b,b), (b,c),
(c,a), (c,b), (c,c)}

G. Fungsi

13
Fungsi merupakan relasi khusus dari himpunan A ke himpunan B dengan syarat semua
anggota himpunan A memiliki pasangan dengan anggota himpunan B dan setiap anggota A
berpasangan dengan satu anggota himpunan B

Dalam fungsi dikenal beberapa istilah, seperti Domain, Kodomain, dan Range. Jika f adalah
suatu fungsi dari A ke B, maka himpunan A disebut domain (daerah asal), himpunan B
disebut kodomain (daerah kawan), dan himpunan anggota B yang pasangan (himpunan C)
disebut range (hasil) fungsi f.

H. Sifat-Sifat pada Fungsi

a. Fungsi injektif (satu-satu)


Jika fungsi f : A → B, setiap b ∈ B hanya mempunyai satu kawan saja di A, maka fungsi itu
disebut fungsi satu-satu atau injektif.

b. Fungsi surjektif (onto)


Pada fungsi f : A → B, setiap b ∈ B mempunyai kawan di A, maka f disebut fungsi surjektif
atau onto.

c. Fungsi bijektif (korespondensi satu-satu)


Suatu fungsi yang bersifat injektif sekaligus surjektif disebut fungsi bijektif atau
korespondensi satu-satu.

14
I. Jenis-Jenis Fungsi

a. Fungsi konstan (fungsi tetap)


Suatu fungsi f : A → B ditentukan dengan rumus f(x) disebut fungsi konstan apabila untuk
setiap anggota domain fungsi selalu berlaku f(x) = C, di mana C bilangan konstan.
Contoh :
Diketahui f : R → R dengan rumus f(x) = 3 dengan daerah domain: {x | –3 ≤ x < 2}.
Sehingga, gambar grafiknya.

b. Fungsi linear
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi linear apabila fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax + b, di
mana a ≠ 0, a dan b bilangan konstan dan grafiknya berupa garis lurus. Contoh :
Diketahui f(x) = 2x + 3, gambar grafiknya

c. Fungsi kuadrat
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi kuadrat apabila fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax2 + bx + c,
di mana a ≠ 0 dan a, b, dan c bilangan konstan dan grafiknya berupa parabola.

15
Contoh :
Fungsi f ditentukan oleh f(x) = x2 + 2x – 3, gambar grafiknya.

d. Fungsi identitas
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi identitas apabila setiap anggota domain fungsi berlaku f(x) =
x atau setiap anggota domain fungsi dipetakan pada dirinya sendiri. Grafik fungsi identitas
berupa garis lurus yang melalui titik asal dan semua titik absis maupun ordinatnya sama.
Fungsi identitas ditentukan oleh f(x) = x. Contoh :
Fungsi pada R didefinisikan sebagai f(x) = x untuk setiap x.
a. Carilah f(–2), f(0), f(1), f(3).
b. Gambarlah grafiknya.
Penyelesaian:
a. Nilai f(–2), f(0), f(1), dan f(3).
f(x) = x
f(–2) = –2
f(0) = 0
f(1) = – 1
f(3) = 3

b. Gambar grafik.

16
e. Fungsi tangga (bertingkat)
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi tangga apabila grafik fungsi f(x) berbentuk interval-interval
yang sejajar. 

f. Fungsi modulus
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi modulus (mutlak) apabila fungsi ini memetakan setiap
bilangan real pada domain fungsi ke unsur harga mutlaknya. Contoh :
f : x → | x | atau f : x → | ax + b |
f(x) = | x | artinya:

Gambar grafiknya

g. Fungsi ganjil dan fungsi genap


Suatu fungsi f(x) disebut fungsi ganjil apabila berlaku f(–x) = –f(x) dan disebut fungsi genap
apabila berlaku f(–x) = f(x). Jika f(–x) ≠ –f(x) maka fungsi ini tidak genap dan tidak ganjil.
Contoh :

Tentukan fungsi f di bawah ini termasuk fungsi genap, fungsi ganjil, atau tidak
genap dan tidak ganjil.
1. f(x) = 2x3 + x
2. f(x) = 3 cos x – 5
3. f(x) = x2 – 8x
Penyelesaian
1. f(x) = 2x3 + x
    f(–x) = 2(–x)3 + (–x)

17
             = –2x3 – x
             = –(2x3 + x)
             = –f(x)
Jadi, fungsi f(x) merupakan fungsi ganjil.

2. f(x) = 3 cos x – 5
  f(–x) = 3 cos (–x) – 5
           = 3 cos x – 5
Jadi, fungsi f(x) merupakan fungsi genap.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Himpunan adalah kumpulan objek yang memiliki sifat yang dapat didefinisikan dengan
jelas, atau lebih jelasnya adalah segala koleksi benda-benda tertentu yang dianggap sebagai
satu kesatuan. Relasi dapat diartikan sebagai hubungan. Hubungan yang dimaksud yaitu
hubungan antara daerah asal (domain) dan daerah kawan (kodomain). Fungsi merupakan
relasi khusus dari himpunan A ke himpunan B dengan syarat semua anggota himpunan A
memiliki pasangan dengan anggota himpunan B dan setiap anggota A berpasangan dengan
satu anggota himpunan B

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.zenius.net/blog/pengertian-himpunan-beserta-cara-menyatakan-dan-jenis-
jenisnya

https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/mengenal-empat-operasi-himpunan-beserta-contoh-
1777/

https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/pengertian-himpunan-dan-jenis-jenisnya-7403/

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/66079/131820101001.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

https://www.madematika.net/2015/08/jenis-jenis-fungsi-dan-sifat-sifat.html

19

Anda mungkin juga menyukai