PENDAHULUAN
Konsep himpunan adalah suatu konsep yang paling mendasar bagi ilmu
matematika modern pada umumnya dan di bidang ilmu ekonomi dan bisnis pada
khususnya. Karena dalam bidang ekonomi dan bisnis terutama dalam hal
pembentukan model kita harus menggunakan sehimpunan/sekelompok data
observasi dari lapangan. Di samping itu juga, konsep himpunan ini berguna dalam
mempelajari konsep sistem bilangan rasional dan irrasional. Jadi, penggunaan
konsep himpunan akan sering digunakan dalam analisis matematika, apakah itu
sekelompok data observasi lapangan, atau himpunan penyelesaian dari nilai-nilai
variabel dalam satu model, dan sebagainya. Oleh karena itu, sangat penting bagi
kita untuk mempelajari mengenai konsep, definisi, dan penerapan-penerapan dari
teori himpunan.
1
C. Mengetahui cara menentukan himpunan bagian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah himpunan dalam matematika berasal dari kata sets dalam bahasa
Inggris. Kata lain yang sering digunakan untuk menyatakan himpunan antara
lain kumpulan, kelas, gugus, dan kelompok. Secara sederhana, arti dari
himpunan adalah kumpulan objek-objek (real atau abstrak). Sebagai contoh
kumpulan buku-buku, kumpulan materai, kumpulan mahasiswa di kelasmu,
dan sebagainya. Objek-objek yang dimasukan dalam satu kelompok haruslah
mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama. Sifat tertentu yang sama dari suatu
himpunan harus didefinisikan secara tepat, agar kita tidak salah
mengumpulkan objek-objek yang termasuk dalam himpunan itu. Dengan kata
lain, himpunan dalam pengertian matematika objeknya / anggotanya harus
tertentu (well defined), jika tidak ia bukan himpunan.
1
Josep Bintang Kalangi, MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hal.
11
3
Contoh kumpulan yang bukan himpunan dalam pengertian matematika
adalah kumpulan bilangan, kumpulan lukisan indah, dan kumpulan makanan
lezat.
Pada contoh di atas tampak bahwa dalam suatu kumpulan ada objek.
Objek tersebut bisa abstrak atau bisa juga kongkrit. Pengertian abstrak sendiri
berarti hanya dapat dipikirkan, sedangkan pengertian kongkrit selain dapat
dipikirkan mungkin ia bisa dilihat, dirasa, diraba, atau dipegang. Pada contoh
(1) objeknya adalah bilangan (abstrak). Objek tersebut belum tertentu, sebab
kita tidak bisa menentukan bilangan apa saja yang termasuk dalam himpunan
tersebut. Pada contoh (2) dan (3), masing-masing objeknya adalah lukisan
dan makanan, jadi ia kongkrit. Namun demikian kedua objek tersebut belum
tertentu, sebab sifat indah dan lezat adalah relatif, untuk setiap orang bisa
berlainan.2
A. Cara Tabulasi
4
(3) C = {merah, jingga, kuning, hijau, biru}
Pada contoh (1) banyak anggota dari himpunan A adalah tak hingga
sehingga tidak mungkin dituliskan semua anggotanya satu persatu, oleh
karena itu digunakan titik tiga setelah aturan (pola) bilangan yang
disajikan dapat dilihat. Perhatikan bahwa kita tidak boleh menuliskan
seperti A = {0, ...} atau A = {0, 1, ...} untuk contoh (1) sebab belum
tampak polanya. Penulisan seperti itu bisa mengandung interpretasi lain,
sehingga tidak sesuai dengan yang dimaksudkan. Pada contoh (2), juga
digunakan tanda titik tiga karena banyak anggotanya cukup banyak dan
aturan bilangannya sudah tampak, yaitu kuadrat dari bilangan cacah.
Kardinal dari setiap himpunan di atas adalah n(A) = ~, n(B) = 11, dan n(C)
= 5.
Cara ini dikenal juga dengan “rule method” atau metode aturan,
atau disebut juga metode pembentuk himpunan. Dalam menggunakan
metode deskripsi ini, anggota dari suatu himpunan tidak disebutkan satu
per satu, tetapi penyajian anggota himpunannya dilakukan dengan
mendefinisikan suatu aturan / rumusan yang merupakan batasan bagi
anggota-anggota himpunan. Himpunan yang anggotanya diskrit dapat
disajikan dengan cara deskripsi ini, akan tetapi suatu himpunan yang
anggotanya kontinu hanya bisa disajikan dengan cara deskripsi, dan tidak
bisa disajikan dengan cara tabulasi.
Contoh 2.2
1) A = adalah himpuan bilangan cacah yang lebih dari 1 dan kurang dari
8.
Himpunan A, jika disajikan dengan cara tabulasi didapat :
A = {2, 3, 4, 5, 6. 7}
sedangkan jika disajikan dengan menggunakan metode deskripsi
didapat :
A = {x | 1 < x < 8, x bilangan cacah}
5
2) B = {x | 1 < x < 8, x bilangan real}.
Himpunan tersebut tidak bisa disajikan dengan cara tabulasi, karena
anggotanya kontinu.
Kedua himpunan tersebut memiliki kardinalitas yang berbeda, yaitu
n(A) = 6 sedangkan n(B) = ~.
C. Simbol-simbol Baku
Beberapa himpunan yang khusus dituliskan dengan simbol-simbol
yang sudah baku. Terdapat sejumlah simbol baku yang menyatakan suatu
himpunan, yang biasanya disajikan dengan menggunakan huruf kapital
dan dicetak tebal.
Berikut adalah contoh-contoh himpunan yang dinyatakan dengan simbol
baku, yang sering kita dijumpai, yaitu :
N = himpunan bilangan asli = {1, 2, 3, ...}
P = himpunan bilangan bulat positif = {1, 2, 3, ...}
Z = himpunan bilangan bulat {...,-2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
D. Diagram Venn
Dalam diagram venn, himpunan semesta S digambarkan dengan
persegi panjang, sedangkan untuk himpunan lainnya digambarkan dengan
lengkungan tertutup sederhana, dan anggotanya digambarkan dengan
noktah. Anggota dari suatu himpunan digambarkan dengan noktah yang
terletak di dalam di dalam daerah lengkungan tertutup sederhana itu, atau
di dalam persegi panjang untuk anggota yang tidak termasuk di dalam
himpunan itu.3
Contoh 2.3
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
A = {1, 2, 5} ; B = {3, 4, 7, 8}
3
Ibid., hal. 19-21
6
Gambar 2.1
Penjelasannya:
7
Dari keterangan diatas diketauhui bahwa himpunan B dan C merupakan
himpunan bagian dari himpunan A karena setiap anggota himpunan B dan
C merupakan anggota himpunan A.
Contoh soal:
P = { 0, 1, 2, 3, 4 }, n(P) = 5
8
Penyelesaian:
4
Anonym, Pengertian dan Contoh Soal Himpunan Semesta beserta Jawabannya, diakses dari
https://www.ruangguru.co.id/pengertian-dan-contoh-soal-himpunan-semesta-beserta-jawabannya/ ,
pada tanggal 30 Agustus 2019, pukul 19.17
9
Jawaban:
1. S = {bilangan prima}
2. S = {bilangan asli}
3. S = {bilangan cacah}
5
Guru Angga, Himpunan Kosong: Pengertian, Lambang, Contoh Himpunan dan Contoh Soal,
diakses dari https://materibelajar.co.id/himpunan-kosong/ , pada tanggal 30 Agustus 2019 pukul
19.23
10
Operasi himpunan pada dasarnya mirip dengan operasi dasar
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan.
Ketika kita menambah, mengurangi, membagi, mengalikan,
memangkatkan, mengakarkan dan lain-lain pada bilangan berarti kita
melakukan operasi matematik. Himpunan berbeda juga dengan
bilagangan, tetapi kita bisa melakukan operasi matematika tentu pada
himpunan. Tiga operasi utama pada himpunan meliputi irisan
(intersection), penggabungan (union), dan pelengkap (complement),
perbedaan relatif (relatif difference) dan partisi (partition).
C = A B = {x : x A dan x B}
11
Sepanjang tidak terdapat anggota bersama antara himpunan A dan B
berarti irisan himpunan A dan B adalah himpunan yang tidak memiliki
anggota. Himpunan yang tidak memiliki anggota disebut himpunan
kosong atau himpunan nol, disimbolkan .
A B=
X Y R dimana R = X Y
C = A B = {x : x A atau x B}
A B C dimana C = A B
12
disimbolkan A*. Jika himpunan semesta hanya terdiri dari 7 anggota U =
{0,1,2,3,4,5,6,7} dan A merupakan himpunan bagian tepat dari U yaitu A =
{0,1,2,3,4}, maka komplemen dari himpunan A yaitu A* = {5,6,7}. Secara
umum :
A A* = U
A A* =
A* = {x U : x A}
13
ekspresi himpunan untuk anggota himpunan U tetapi tidak memiliki P ?
sederhana saja. Jawabannya adalah himpunan komplemen seperti yang
sudah kita bahas di atas, A* = {x U : tidak P(x) atau A* = {x U : x
A}. Dengan kata lain komplemen himpunan A dan himpunan semesta U.
Secara umum, jika terdapat dua himpunan A dan B dimana memiliki irisan
himpunan C, seperti pada gambar 2.2.(b) maka himpunan C merupakan
himpunan yang memiliki kesamaan dengan antara himpunan A dan B. Jika
irisan menunjukkan terdapat kesamaan antara dua himpunan. Yang
membedakan antara dua himpunan tersebut adalah anggota himpunan A
atau B yang lain. Inilah konsep dasar perbedaan relatif. Perbedaan relatif
himpunan A dan B (disimbolkan A - B) adalah himpunan yang anggotanya
adalah anggota himpunan A yang bukan anggota himpunan B. Dan
sebaliknya perbedaan relatif himpunan B dan A (disimbolkan B – A)
adalah himpunan yang anggotanya adalah himpunan B yang bukan
anggota himpunan A. Jika himpunan A dan B identik maka tidak terdapat
berbedaan relatif. Sebaliknya, jika himpunan tidak berhubungan (distjoint),
maka A – B adalah himpunan A itu sendiri
A – B = {x U : x A}
A = {0,1,2,3,6,7} B = {0,1,2,3,5}
14
menunjukkan anggota himpunan A yang tidak termasuk dalam himpunan
irisan C, yaitu A – B = sebaliknya A – C . B – A = B – C.
AB=BA AB=BA
A (B C) = (A B) C A (B C ) = (A B) C
3 + ( 4 + 2 ) = ( 3+ 4) + 2 dan 3 x (4 x 2) = (3 x 4) x 2
15
A ( B C) = (A B) (A C) A (B C) = (A B) (A C)
Kaidah distributif di atas sama persis sama dengan kaidah distributif pada
operasi bilangan :
3 x (4 + 2) = (3 x 4) + (3 x 2).
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Faizal dan Bayu Hari Prasojo. 2016. Buku Ajar Matematika Dasar.
Sidoarjo: Umsida Press.
18