Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep himpunan adalah suatu konsep yang paling mendasar bagi ilmu
matematika modern pada umumnya dan di bidang ilmu ekonomi dan bisnis pada
khususnya. Karena dalam bidang ekonomi dan bisnis terutama dalam hal
pembentukan model kita harus menggunakan sehimpunan/sekelompok data
observasi dari lapangan. Di samping itu juga, konsep himpunan ini berguna dalam
mempelajari konsep sistem bilangan rasional dan irrasional. Jadi, penggunaan
konsep himpunan akan sering digunakan dalam analisis matematika, apakah itu
sekelompok data observasi lapangan, atau himpunan penyelesaian dari nilai-nilai
variabel dalam satu model, dan sebagainya. Oleh karena itu, sangat penting bagi
kita untuk mempelajari mengenai konsep, definisi, dan penerapan-penerapan dari
teori himpunan.

1.2 Rumusan Masalah

A. apa pengertian himpunan?

B. Bagaimana cara menyajikan himpunan?

C. Bagaimana cara menentukan himpunan bagian?

D. Apa itu himpunan universal dan himpunan kosong?

E. Bagaimana cara mengoperasikan himpunan

F. Bagaimana penerapan kaidah-kaidah matematika dalam pengoperasian


himpunan?

1.3 Tujuan Pembahasan

A. Mengetahui pengertian himpunan.

B. Mengetahui cara menyajikan himpunan.

1
C. Mengetahui cara menentukan himpunan bagian.

D. Mengetahui apa itu himpunan universal dan himpunan kosong.

E. Mengetahui cara mengoperasikan himpunan.

F. Mengetahui penerapan kaidah-kaidah matematika dalam pengoperasian


himpunan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Himpunan

Dalam ilmu matematika, himpunan adalah kelompok dari objek-objek


yang berbeda. Objek-objek ini mungkin berupa kelompok bilangan-bilangan
atau sesuatu kelompok yang lainnya. Sebagai contoh, seluruh manajer yang
berpendapatan tertentu dari 15 perusahaan, atau sekelompok bilangan bulat
yang terdiri dari 1 sampai 5. Objek-objek dalam suatu himpunan disebut
sebagai elemen-elemennya.1

Istilah himpunan dalam matematika berasal dari kata sets dalam bahasa
Inggris. Kata lain yang sering digunakan untuk menyatakan himpunan antara
lain kumpulan, kelas, gugus, dan kelompok. Secara sederhana, arti dari
himpunan adalah kumpulan objek-objek (real atau abstrak). Sebagai contoh
kumpulan buku-buku, kumpulan materai, kumpulan mahasiswa di kelasmu,
dan sebagainya. Objek-objek yang dimasukan dalam satu kelompok haruslah
mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama. Sifat tertentu yang sama dari suatu
himpunan harus didefinisikan secara tepat, agar kita tidak salah
mengumpulkan objek-objek yang termasuk dalam himpunan itu. Dengan kata
lain, himpunan dalam pengertian matematika objeknya / anggotanya harus
tertentu (well defined), jika tidak ia bukan himpunan.

Dengan demikian, kata himpunan atau kumpulan dalam pengertian


sehari-hari ada perbedaannya dengan pengertian dalam matematika. Jika
kumpulan itu anggotanya tidak bisa ditentukan, maka ia bukan himpunan
dalam pengertian matematika. Demikian juga dengan konsep himpunan
kosong dalam matematika, tidak ada istilah tersebut dalam pengertian sehari-
hari.

1
Josep Bintang Kalangi, MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hal.
11

3
Contoh kumpulan yang bukan himpunan dalam pengertian matematika
adalah kumpulan bilangan, kumpulan lukisan indah, dan kumpulan makanan
lezat.

Pada contoh di atas tampak bahwa dalam suatu kumpulan ada objek.
Objek tersebut bisa abstrak atau bisa juga kongkrit. Pengertian abstrak sendiri
berarti hanya dapat dipikirkan, sedangkan pengertian kongkrit selain dapat
dipikirkan mungkin ia bisa dilihat, dirasa, diraba, atau dipegang. Pada contoh
(1) objeknya adalah bilangan (abstrak). Objek tersebut belum tertentu, sebab
kita tidak bisa menentukan bilangan apa saja yang termasuk dalam himpunan
tersebut. Pada contoh (2) dan (3), masing-masing objeknya adalah lukisan
dan makanan, jadi ia kongkrit. Namun demikian kedua objek tersebut belum
tertentu, sebab sifat indah dan lezat adalah relatif, untuk setiap orang bisa
berlainan.2

2.2 Penyajian Himpunan

Ada empat cara atau metode untuk menyatakan (menuliskan) suatu


himpunan, yaitu :

A. Cara Tabulasi

Cara ini sering disebut juga dengan cara pendaftaran (roster


method) atau enumerasi, yaitu cara menyatakan suatu himpunan dengan
menuliskan anggotanya satu per satu. Untuk membedakan anggota yang
satu dengan yang lainnya digunakan tanda koma (,). Jika banyaknya
anggota himpunan itu cukup banyak atau tak hingga, untuk menyingkat
tulisan biasanya digunakan tanda titik tiga yang bearti “dan seterusnya”.
Cara tabulasi biasanya digunakan jika anggota dari himpunan itu bisa
ditunjukan satu persatu (diskrit), misal :

(1) A = {0, 1, 2, 3, 4, ...}


(2) B = {0, 1, 4, 9, 16, ..., 100}
2
M. Faizal Amir dan Bayu Hari Prasojo, Buku Ajar Matematika Dasar, (Sidoarjo: Umsida Press,
2016), hal. 17

4
(3) C = {merah, jingga, kuning, hijau, biru}

Pada contoh (1) banyak anggota dari himpunan A adalah tak hingga
sehingga tidak mungkin dituliskan semua anggotanya satu persatu, oleh
karena itu digunakan titik tiga setelah aturan (pola) bilangan yang
disajikan dapat dilihat. Perhatikan bahwa kita tidak boleh menuliskan
seperti A = {0, ...} atau A = {0, 1, ...} untuk contoh (1) sebab belum
tampak polanya. Penulisan seperti itu bisa mengandung interpretasi lain,
sehingga tidak sesuai dengan yang dimaksudkan. Pada contoh (2), juga
digunakan tanda titik tiga karena banyak anggotanya cukup banyak dan
aturan bilangannya sudah tampak, yaitu kuadrat dari bilangan cacah.
Kardinal dari setiap himpunan di atas adalah n(A) = ~, n(B) = 11, dan n(C)
= 5.

B. Cara Pencirian / Deskriptif

Cara ini dikenal juga dengan “rule method” atau metode aturan,
atau disebut juga metode pembentuk himpunan. Dalam menggunakan
metode deskripsi ini, anggota dari suatu himpunan tidak disebutkan satu
per satu, tetapi penyajian anggota himpunannya dilakukan dengan
mendefinisikan suatu aturan / rumusan yang merupakan batasan bagi
anggota-anggota himpunan. Himpunan yang anggotanya diskrit dapat
disajikan dengan cara deskripsi ini, akan tetapi suatu himpunan yang
anggotanya kontinu hanya bisa disajikan dengan cara deskripsi, dan tidak
bisa disajikan dengan cara tabulasi.

Contoh 2.2

1) A = adalah himpuan bilangan cacah yang lebih dari 1 dan kurang dari
8.
Himpunan A, jika disajikan dengan cara tabulasi didapat :
A = {2, 3, 4, 5, 6. 7}
sedangkan jika disajikan dengan menggunakan metode deskripsi
didapat :
A = {x | 1 < x < 8, x bilangan cacah}

5
2) B = {x | 1 < x < 8, x bilangan real}.
Himpunan tersebut tidak bisa disajikan dengan cara tabulasi, karena
anggotanya kontinu.
Kedua himpunan tersebut memiliki kardinalitas yang berbeda, yaitu
n(A) = 6 sedangkan n(B) = ~.
C. Simbol-simbol Baku
Beberapa himpunan yang khusus dituliskan dengan simbol-simbol
yang sudah baku. Terdapat sejumlah simbol baku yang menyatakan suatu
himpunan, yang biasanya disajikan dengan menggunakan huruf kapital
dan dicetak tebal.
Berikut adalah contoh-contoh himpunan yang dinyatakan dengan simbol
baku, yang sering kita dijumpai, yaitu :
N = himpunan bilangan asli = {1, 2, 3, ...}
P = himpunan bilangan bulat positif = {1, 2, 3, ...}
Z = himpunan bilangan bulat {...,-2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
D. Diagram Venn
Dalam diagram venn, himpunan semesta S digambarkan dengan
persegi panjang, sedangkan untuk himpunan lainnya digambarkan dengan
lengkungan tertutup sederhana, dan anggotanya digambarkan dengan
noktah. Anggota dari suatu himpunan digambarkan dengan noktah yang
terletak di dalam di dalam daerah lengkungan tertutup sederhana itu, atau
di dalam persegi panjang untuk anggota yang tidak termasuk di dalam
himpunan itu.3

Contoh 2.3

S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}

A = {1, 2, 5} ; B = {3, 4, 7, 8}

3
Ibid., hal. 19-21

6
Gambar 2.1

2.3 Menentukan Himpunan Bagian

Contoh himpunan Bagian

S = {semua mahasiswa jurusan MBS di IAIN Tulungagung}

A = {semua mahasiswa jurusan MBS kelas 3 I}

B = {semua mahasiswi MBS 3 I}

C = {semua mahasiswa MBS 3 I}

Penjelasannya:

7
 Dari keterangan diatas diketauhui bahwa himpunan B dan C merupakan
himpunan bagian dari himpunan A karena setiap anggota himpunan B dan
C merupakan anggota himpunan A.

 Himpunan A merupakan himpunan bagian dari himpunan S karena setiap


anggota himpunan S karena setiap anggota himpunan A merupakan
anggota himpunan S.

 Dan himpunan B bukan merupakan himpunan bagian dari himpunan C


begitu juga sebaliknya, karena tidak ada anggota himpunan B yang
merupakan anggota himpunan C dan sebaliknya.

Rumus yang digunakan untuk menentukan Banyaknya Himpunan Bagian


A adalah sebagai berikut:

Keterangan : n(A) = Banyaknya anggota A

Contoh soal:

P = { 0, 1, 2, 3, 4 }, n(P) = 5

A. Tentukan Banyaknya Himpunan Bagian P

B. Tentukan Banyaknya Himpunan Bagian P yang mempunyai 3 anggota

8
Penyelesaian:

A. Banyaknya Himpunan Bagian = 25 = 32

B. Banyaknya himpunan Bagian P yang mempunyai 3 anggota adalah 10


(caranya melihat segitiga pascal berikut)

2.4 Himpunan Universal dan Himpunan Kosong

A. Himpunan Universal (Semesta)

Himpunan Universal adalah himpunan yang memuat semua anggota atau


objek yang dibicarakan.4

Contoh soal himpunan semesta

1. Himpunan A = {2, 3, 5, 7, 11, 13}. Tentukan himpunan universal yang


mungkin dari A.

4
Anonym, Pengertian dan Contoh Soal Himpunan Semesta beserta Jawabannya, diakses dari
https://www.ruangguru.co.id/pengertian-dan-contoh-soal-himpunan-semesta-beserta-jawabannya/ ,
pada tanggal 30 Agustus 2019, pukul 19.17

9
Jawaban:

Himpunan universal yang mungkin dari himpunan A adalah

1. S = {bilangan prima}

2. S = {bilangan asli}

3. S = {bilangan cacah}

4. S = {bilangan bulat}, dan sebagainya.

B. Himpunan kosong (Empty set)

Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota, biasa


dilambangkan dengan {} atau Ø. Jika himpunan A = {0}, himpunan A
bukan merupakan himpunan kosong karena himpunan A mempunyai 1
anggota yaitu bilangan 0. 5

Perhatikan contoh himpunan-himpunan dibawah ini.

 M adalah himpunan bilangan ganjil antara 7 dan 9.

 N adalah himpunan bilangan prima yang habis dibagi 4.

 L adalah himpunan bilangan prima antara 7 dan 11.

Dapatkah kamu menentukan berapa banyak anggota-anggota dari


himpunan M, N, dan L? Berapakah n(M), n(N), dan n(L)? Ternyata
himpunan-himpunan di atas tidak mempunyai anggota. Himpunan-
himpunan seperti di atas disebut himpunan kosong.

2.5 Mengoperasikan Himpunan

5
Guru Angga, Himpunan Kosong: Pengertian, Lambang, Contoh Himpunan dan Contoh Soal,
diakses dari https://materibelajar.co.id/himpunan-kosong/ , pada tanggal 30 Agustus 2019 pukul
19.23

10
Operasi himpunan pada dasarnya mirip dengan operasi dasar
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan.
Ketika kita menambah, mengurangi, membagi, mengalikan,
memangkatkan, mengakarkan dan lain-lain pada bilangan berarti kita
melakukan operasi matematik. Himpunan berbeda juga dengan
bilagangan, tetapi kita bisa melakukan operasi matematika tentu pada
himpunan. Tiga operasi utama pada himpunan meliputi irisan
(intersection), penggabungan (union), dan pelengkap (complement),
perbedaan relatif (relatif difference) dan partisi (partition).

Diasumsikan, bahwa kita berkaitan dengan himpunan universal


(universal set, yang disimbolkan U) dan kita akan mendefinisikan
beberapa operasi teoritis himpunan dimana himpunan tersebut merupakan
himpunan bagian dari U. Dalam menganalisa operasi himpunan kita akan
gunakan diagram Venn.

Operasi pertama adalah irisan. Irisan himpunan A dan B adalah


himpunan yang anggotanya merupakan anggota himpunan A dan juga
anggota himpunan B. Irisan himpunan A dan B disimbolkan A  B.
Gambar 2.1.a menunjukkan C merupakan irisan A dan B. Gambar 2.1.b
menunjukan bahwa X tidak beririsan dengan Y. Ini berarti bahwa tidak ada
himpunan X dan Y yang sama.

Irisan, C dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya adalah


elemen himpunan A dan B. Disimbolkan :

C = A  B = {x : x  A dan x  B}

11
Sepanjang tidak terdapat anggota bersama antara himpunan A dan B
berarti irisan himpunan A dan B adalah himpunan yang tidak memiliki
anggota. Himpunan yang tidak memiliki anggota disebut himpunan
kosong atau himpunan nol, disimbolkan .

A B=

Dua himpunan A dan B yang irisan himpunannya adalah himpunan kosong


disebut tidak memiliki hubungan (disjoint). Sepanjang himpunan
merupakan himpunan bagian dari himpunan universal U maka   U.

Operasi himpunan yang kedua adalah penggabungan himpunan. Ekspresi


A  B dibaca gabungan himpunan A dan B. Pada gambar 2.1.(a). Irisan
himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri dari anggota A dan
anggota B sebagai satu himpunan. Untuk gambar 2.1.(a), terdapat irisan
himpunan A dan B (dinotasikan C = A  B). Jika R = x  Y, maka pada
gambar 2.1.(b) R adalah area berbentuk dua lingkaran. Maka kita akan
memiliki :

X  Y  R dimana R = X  Y

Himpunan gabungan C, dari dua himpunan A dan B adalah himpunan


dimana elemennya adalah elemen himpunan A atau elemen himpunan B.
Disimbolkan :

C = A  B = {x : x  A atau x  B}

Jika kita mendefinisikan  sebagai himpunan bagian tepat dari setiap


himpunan bagian tidak kosong dari U, maka kita bisa menuliskan :

A  B  C dimana C = A  B

Operasi ketiga adalah komplemen. Komplemen dari sebuah himpunan A


adalah himpunan yang merupakan anggota himpunan semesta U yang
bukan merupakan anggota himpunan A. Komplemen dari himpunan A

12
disimbolkan A*. Jika himpunan semesta hanya terdiri dari 7 anggota U =
{0,1,2,3,4,5,6,7} dan A merupakan himpunan bagian tepat dari U yaitu A =
{0,1,2,3,4}, maka komplemen dari himpunan A yaitu A* = {5,6,7}. Secara
umum :

A  A* = U

A  A* = 

Komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang anggotanya adalah


anggota himpunan semesta U yang bukan anggota himpunan A, dan
disimbolkan A*. Maka :

A* = {x  U : x  A}

Ketiga macam operasi diatas dapat digambarkan dalam diagram Venn


seperti dalam gambar 2.2. Pada diagram (a), union himpunan A dan B
merupakan daerah gelap yang meliputi dua lingkaran. Pada diagram (b),
daerah yang gelap merupakan irisan himpunan A dan B. sedangkan pada
(c), daerah yang gelap merupakan komplemen himpunan A.

Seperti pada operasi pengurangan bilangan, operasi himpunan keempat


adalah perbedaan relatif. Jika kita memiliki himpunan A yang merupakan
anggota himpunan semesta U (disimbolkan A  U), maka anggota x
himpunan A memiliki sifat P dan disimbolkan A = {x  U : P(x)}. Di baca
A adalah himpunan x yang juga merupakan anggota himpunan untuk
anggota himpunan semesta U dan memiliki sifat P. Bagaimana dengan

13
ekspresi himpunan untuk anggota himpunan U tetapi tidak memiliki P ?
sederhana saja. Jawabannya adalah himpunan komplemen seperti yang
sudah kita bahas di atas, A* = {x  U : tidak P(x) atau A* = {x  U : x 
A}. Dengan kata lain komplemen himpunan A dan himpunan semesta U.

Secara umum, jika terdapat dua himpunan A dan B dimana memiliki irisan
himpunan C, seperti pada gambar 2.2.(b) maka himpunan C merupakan
himpunan yang memiliki kesamaan dengan antara himpunan A dan B. Jika
irisan menunjukkan terdapat kesamaan antara dua himpunan. Yang
membedakan antara dua himpunan tersebut adalah anggota himpunan A
atau B yang lain. Inilah konsep dasar perbedaan relatif. Perbedaan relatif
himpunan A dan B (disimbolkan A - B) adalah himpunan yang anggotanya
adalah anggota himpunan A yang bukan anggota himpunan B. Dan
sebaliknya perbedaan relatif himpunan B dan A (disimbolkan B – A)
adalah himpunan yang anggotanya adalah himpunan B yang bukan
anggota himpunan A. Jika himpunan A dan B identik maka tidak terdapat
berbedaan relatif. Sebaliknya, jika himpunan tidak berhubungan (distjoint),
maka A – B adalah himpunan A itu sendiri

Perbedaan relatif himpunan A dan B, disimbolakan A – B, adalah


himpunan yang anggotanya adalah anggota himpunan A yang bukan
anggota himpunan B. Maka :

A – B = {x  U : x  A}

Perhatikan contoh berikut :

A = {0,1,2,3,6,7} B = {0,1,2,3,5}

A – B adalah himpunan {6,7} karena 6 dan 7 adalah anggota himpunan A


yang bukan merupakan anggota himpunan B. Sebaliknya B – A adalah {5}
karena 5 adalah anggota himpunan B yang bukan anggota himpunan A.
Jika diperhatikan dengan cermat irisan himpunan A dan B adalah
himpunan C = {0,1,2,3}, maka sebenarnya perbedaan relatif A – B

14
menunjukkan anggota himpunan A yang tidak termasuk dalam himpunan
irisan C, yaitu A – B = sebaliknya A – C . B – A = B – C.

2.6 Kaidah Operasi Himpunan

Seperti pada operasi bilangan, operasi himpunan juga memiliki kaidah


yaitu komutatif, asosiatif, dan distributif. Hukum komutatif untuk irisan
(intersection) dan gabungan (union) ditunjukkan oleh contoh berikut ini :

AB=BA AB=BA

Kidah komutatif di atas sama dengan kaidah komutatif pada operasi


bilangan 3 + 4 = 4 + 3 dan 3 x 4 = 4 x 3. Untuk tiga himpunan A, B, dan
C, pertama kita akan mengoperasikan gabungan dua himpunan terelebih
dahulu kemudian himpunan hasil gabungan tersebut digabungkan dengan
himpunan ke tiga. Cara yang sama juga berlaku pada operasi irisan. Tidak
ada perbedaan hasil operasi jika urutan himpunan yang kita operasikan
diubah-ubah. Kaidah asosiatif berlaku disini :

A  (B  C) = (A  B)  C A  (B  C ) = (A  B)  C

Kaidah asosiatif diatas sama dengan kaidah aosiatif pada operasi


bilangan :

3 + ( 4 + 2 ) = ( 3+ 4) + 2 dan 3 x (4 x 2) = (3 x 4) x 2

Kaidah distribusi (gabungan dan irisan) juga berlaku pada operasi


himpunan. Kaidah ini berlaku ketika gabungan dan irisan dikombinasikan :

15
A  ( B  C) = (A  B)  (A  C) A  (B  C) = (A  B)  (A  C)

Kaidah distributif di atas sama persis sama dengan kaidah distributif pada
operasi bilangan :

3 x (4 + 2) = (3 x 4) + (3 x 2).

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwa definisi dari himpunan adalah kumpulan objek-objek (real atau


abstrak). Objek-objek yang dimasukan dalam satu kelompok haruslah mempunyai
sifat-sifat tertentu yang sama. Sifat tertentu yang sama dari suatu himpunan harus
didefinisikan secara tepat, agar kita tidak salah mengumpulkan objek-objek yang
termasuk dalam himpunan itu. Dengan kata lain, himpunan dalam pengertian
matematika objeknya / anggotanya harus tertentu (well defined), jika tidak ia
bukan himpunan.

Ada empat cara atau metode untuk menyatakan (menuliskan) suatu


himpunan, yaitu : Cara Tabulasi, Cara Pencirian / Deskriptif, Simbol-simbol
Baku, dan Diagram Venn.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kalangi, Josep Bintang. 2008. MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Jakarta:


Salemba Empat.

Amir, M. Faizal dan Bayu Hari Prasojo. 2016. Buku Ajar Matematika Dasar.
Sidoarjo: Umsida Press.

Anonym, Pengertian dan Contoh Soal Himpunan Semesta beserta Jawabannya,


diakses dari https://www.ruangguru.co.id/pengertian-dan-contoh-soal-
himpunan-semesta-beserta-jawabannya. Diakses pada tanggal 30 Agustus
2019

Angga, Himpunan Kosong: Pengertian, Lambang, Contoh Himpunan dan Contoh


Soal, diakses dari https://materibelajar.co.id/himpunan-kosong. Diakses
pada tanggal 30 Agustus 2019.

18

Anda mungkin juga menyukai