Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
BISNIS UNIVERSITAS
TELKOM
BANDUNG
2022
ABSTRAK
Digitalisasi bisnis merupakan sebuah proses dimana mengubah komunikasi, interaksi dan
segala hal yang berkaitan dengan perusahaan dari bisnis yang biasanya dilakukan secara manual
menjadi digital. Pada era teknologi saat ini perusahaan sudah mulai melakukan digitalisasi
terhadap bisnisnya supaya semua dilakukan secara efisien terutama dibidang pariwisata
indonesia. Selanjutnya dengan penelitian ini kami memiliki tujuan yaitu mengetahui metode
design thinking yang tepat untuk mendapatkan hasil digitalisasi berbasis website pada
perusahaan Just A Trip.
Penelitian ini dilakukan untuk membuat digitalisasi bisnis kepada perusahaan yang
bergerak di sektor pariwisata, hal ini dikarenakan Pada tahun 2019-2020 Perusahaan ini
mendapatkan dampak besar dari pengaruh penyakit global Covid-19 yang membuat semua
sektor wisata mati dan tidak beroperasional pada tahun tersebut. lalu pada awal tahun 2021
perusahaan ini bangkit kembali dengan adanya Investor baru yang re-branding dan merubah
semua sistem,
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder dengan menggunakan metode
design thinking. Design thinking merupakan proses berulang untuk mencoba memahami
pengguna, mempertanyakan asumsi, dan mendefinisikan kembali masalah dalam upaya
menentukan strategi dan solusi alternatif yang mungkin tidak langsung terlihat pada tingkat
pemahaman awal. Proses design thinking terdiri dari 5 tahapan yaitu empathize, define, ideate,
prototyping, test. Namun pada penelitian ini membatasi hanya sampai proses prototyping.
Dengan mengimplementasikan design thinking, banyak manfaat yang bisa didapatkan dalam
meningkatkan proses inovasi perusahaan.
Just A Trip adalah perusahaan yang bergerak di sektor pariwisata khusus nya di daerah
Nusa Tenggara Timur di bawah naungan PT Justatrip Sahabat Perjalanan, Just A Trip
didirikan pada tahun 2015 di Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara. Perusahaan ini
merupakan Tour Operator yang menjalankan langsung aktivitas wisata dan penyedia jasa
perjalanan dengan konsep sustainable ecotourism. Perusahaan ini menyediakan jasa
perjalanan di darat maupun wisata bahari di beberapa wilayah timur Indonesia. Pendirian Just
A Trip mendapatkan respon positif dari masyarakat dengan perkembangannya dapat dilihat
melalui bertambahnya fasilitas dan juga destinasi baru yang dimiliki serta beberapa destinasi
yang dijadikan prioritas oleh Kementrian Pariwisata.
Perusahaan ini pada awalnya didirikan oleh salah seorang pemandu wisata lokal asli
Labuan Bajo pada tahun 2015 dengan sistem pengelolaan perusahaan yang kurang memadai.
Sehingga pada tahun 2018 Perusahaan ini mengalami berbagai masalah internal yang
membuat perusahaan ini memiliki penurunan pada produktivitas pengelolaan dan juga
operasional nya di tambah Pada tahun 2019-2020 Perusahaan ini mendapatkan dampak besar
dari pengaruh penyakit global Covid-19 yang membuat semua sektor wisata mati dan tidak
beroperasional pada tahun tersebut. lalu pada awal tahun 2021 perusahaan ini bangkit
kembali dengan adanya Investor baru yang re-branding dan merubah semua sistem, tujuan
perusahaan dan juga membuat legalitas dari perusahaan ini menjadi perseroan terbatas.
Pada era teknologi dan inovasi saat ini, teknologi berkembang dengan pesat sehingga
teknologi banyak digunakan oleh masyarakat untuk membantu memecahkan permasalahan
yang seringkali dihadapi di dalam kehidupan sehari-hari. Seiring berkembangnya waktu,
teknologi dapat memicu inovasi pada masyarakat dan perusahaan sehingga teknologi mampu
memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Heryanto (2017), Teknologi informasi bisa digunakan sebagai sebuah wadah
untuk perdagangan atau yang biasa kita dengar dengan sebutan e-commerce, dengan adanya
e-commerce menjadi sebuah inovasi dari pengembangan teknologi dari waktu ke waktu
untuk dimanfaatkan dalam keberhasilan perdagangan dalam sebuah perusahaan.
Menurut Dailysocial (2015), Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia sekarang sudah
merambah ke dunia digitalisasi untuk perdagangan mereka dikarenakan potensi di Indonesia
terhadap pengembangan bisnis berbentuk digital sangat besar terutama pada e-commerce.
Menurut Katadata (2016), pertumbuhan tahunan e-commerce di Indonesia mencapai 38
persen, yang membuat Indonesia menjadi potensi pasar terbesar di ASEAN.
Gambar 1.2 Grafik pertumbuhan E-Commerce di Indonesia
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perancangan digitalisasi bisnis berbasis
website menggunakan metode design thinking pada perusahaan Just A Trip.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Bagi akademisi, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi dalam penulisan metode ilmiah ataupun skripsi di masa mendatang.
b. Bagi perusahaan atau pemilik Just A Trip, diharapkan dengan adanya penelitian
ini, dapat dijadikan sebagai pengembangan usaha dalam bentuk digitalisasi
website.
1. Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
Dalam bab ini menjelaskan mengenai definisi digitalisasi bisnis, definisi design thinking,
penelitian terdahulu.
Dalam bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, pengumpulan data, teknis analisis
data.
BAB 2
LITERATURE REVIEW
Transformasi digital adalah masalah kompleks yang mempengaruhi tiap bagian dalam
perusahaan. Manajemen harus mampu untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya
perusahaan supaya perusahaan tetap memiliki kinerja yang baik Menghadapi tantangan
transformasi digital dan kebutuhan untuk tetap kompetitif di dalam industri, perusahaan harus
merumuskan dan mengimplementasikan transformasi digital dan mendorong kinerja operasional
lebih baik. Transformasi digital merupakan restrukturisasi ekonomi tingkat sistem dan Lembaga
masyarakat yang terjadi melalui difusi digital sehingga memiliki dampak pada keseluruhan jenis
organisasi. Digitalisasi dan transformasi digital adalah pendorong untuk perubahan dalam
perusahaan karena membangun teknologi baru berbasis internet dengan implikasi dapat
menjangkau pasar lebih luas (Unruh dan Kiron, 2017).
Dalam perkembangannya metode design thinking seperti pada Gambar 2. 1 ini disusun
dalam 5 tahap proses yaitu empathise, define, ideate, prototype, test (Interaction Design
Foundation 2019).
Gambar 2. 1 Tahapan Proses Design Thinking
a. Empathize
Tahap empathize adalah tahap pertama dalam melakukan proses design thinking, pada
tahap ini akan melakukan pencarian informasi dan pemahaman empatik dari calon
pengguna yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang mereka keluhkan agar di
selesaikan. Tahap ini menjadi sangat penting agar asumsi permasalahan yang terjadi dan
wawasan terhadap kebutuhan pengguna dapat dimengerti. Menurut Marbun (2018).
Dalam pencarian dan pengumpulan informasi tersebut, dilakukan dengan beberapa cara
yaitu dengan observe, observe ini dapat dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Lalu
dengan cara lain nya yaitu engage dan immerse, yang dilakukan dengan cara wawancara
langsung dengan sumber atau calon pengguna.
b. Define
Pada tahap kedua ini yaitu define akan dilakukan sebuah analisis dari informasi yang
telah dikumpulkan dari tahap sebelumnya yaitu empathize. Kumpulan informasi yang
telah didapat lalu diolah agar menghasilkan sebuah permasalahan yang akan didefinisikan
menjadi sebuah sumber masalah yang utama agar menjadi sebuah acuan untuk membawa
kepada pilihan beberapa ide, konsep, dan model bisnis apa yang akan digunakan dalam
membantu menyelesaikan permasalahan.
c. Ideate
Ideate adalah tahap ketiga yang akan dilakukan setelah proses tahap sebelumnya. Pada
tahap ini dilakukan proses penetapan ide, konsep, dan model yang berupa sebuah solusi
dari permasalahan yang telah didapat dari tahap proses define. Penentuan terhadap ide
yang akan dijadikan sebuah solusi akan dipilih berdasarkan pengaruh terkuat dalam
penyelesaian masalah.
d. Prototype
Pada tahap ini akan membuat sebuah rancangan yang berupa contoh dan model dari ide
yang telah ditetapkan pada tahap ideate. Pembuatan prototype akan membantu calon
customer dalam mendapatkan pandangan dan bayangan bentuk sebuah solusi yang akan
dikembangkan pada penyelesaian masalah tersebut. Secara besar proses tampilan dari
purwarupa yang dibuat agar dapat berinteraksi pada penggunaannya.
e. Test
Tahap terakhir dari proses design thinking adalah tahap ini, yang akan melakukan
pengujian dari tahap sebelumnya yaitu prototype. Pengujian akan dilakukan secara
berulang agar penyempurnaan solusi yang telah dibuat pada tahap sebelumnya sesuai
dengan kebutuhan pengguna dalam menyelesaikan permasalahan. Tahap ini juga yang
akan menjadi validasi keberhasilan solusi terhadap penyelesaian masalah.
Pada Bagian ini, berisi uraian mengenai penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Penelitian sejenis terdahulu dijadikan referensi pada penelitian yang akan
dilakukan.
Tabel 2.1
Kajian Penelitian Terdahulu
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode ini untuk memberikan gambaran Inovasi Model
Bisnis pada subjek penelitian. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan
mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realita. Penelitian dengan pendekatan kualitatif
menekankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika
hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah (Sugiyono,
2013: 80).
Design Thinking adalah metodologi yang memberikan sebuah pendekatan berbasis solusi
kreatif lintas disiplin yang menggabungkan pemikiran analitis, keterampilan praktis, dan kreatif
dalam pemikiran (Sugiyono, 2013: 82). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam
melakukan perancangan adalah metode Design Thinking terdiri dari sebagian sesi yang
berkonsentrasi untuk menciptakan solusi yang diawali dengan proses empati terhadap suatu
kebutuhan tertentu yang berpusat pada manusia (human centered).
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah mengimplementasikan Design Thinking dalam
membangun Model Bisnis yang inovatif. Design Thinking juga memiliki lima tahapan, namun
pada penelitian ini, peneliti membatasi hanya sampai pada tahap prototyping.
a. Empathize adalah proses memahami dan berempati pada pengguna. dalam proses
empati, peneliti melakukan langkah-langkah seperti:
Tahapan Design Thinking pada penelitian ini adalah berempati kepada pengguna,
kemudian peneliti mendefinisikan harapan dan kebutuhan pengguna, mengumpulkan ide,
memberikan gambaran produk lewat prototype, dan melakukan konfirmasi. Jika pengguna
menganggap produk tidak sesuai dengan harapan, maka peneliti akan melakukan proses empati
ulang guna mendapatkan customer insight yang benar. Sebaliknya jika pengguna merespon
positif dan menganggap bahwa produk sesuai dengan kebutuhannya maka ide produk dan
prototype tersebut akan dijadikan masukan dalam membangun Inovasi Model Bisnis.
a. Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari
informan objek penelitian secara langsung, berkaitan dengan tujuan spesifik
penelitian yakni menjawab rumusan masalah. Peneliti memperoleh data primer
melalui wawancara mengenai proses Design Thinking, dan penyusunan sembilan
elemen dalam menyusun Kanvas Model Bisnis. Penelitian ini menggunakan
prosedur pengumpulan data primer melalui wawancara semi-terstruktur.
Wawancara adalah pertemuan dua orang yang saling bertukar informasi dan ide
melalui pertanyaan dan respon, yang dihasilkan pada komunikasi dan kontruksi
arti tentang topik yang dikaji. Metode wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur (semi-structured interview).
Wawancara ini termasuk dalam kategori in-depth interview yang pelaksanaannya
lebih bebas dibandingkan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara semi-
terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan dengan lebih terbuka dan
bebas dimana informan yang diwawancarai diminta pendapat atau feedback
beserta ide-idenya.
b. Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh secara
tidak langsung oleh peneliti, hasilnya didapat dari studi kepustakaan dari jurnal
penelitian terdahulu, buku pengetahuan dan literatur lain serta internet.
Pengumpulan data sekunder peneliti menggunakan dokumentasi. Dokumen
adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu; berbentuk tulisan, gambar, dan karya
seseorang (Sugiyono, 2013: 75). Dimana data sekunder dalam penelitian ini
diajukan sebagai data pendukung terhadap penelitian guna mengetahui penerapan
metode Design Thinking bagi bisnis Just A Trip.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Miles dan Huberman mengemukakan terdapat 3
tahap dalam analisis data (Sugiyono, 2013: 91), yaitu:
1. Reduksi Data
2. Display Data
Display data dilaksanakan setelah adanya reduksi terhadap data untuk disajikan
atau disebut dengan istilah display data (penyajian data). Miles dan Huberman
(Sugiyono, 2013: 99) mengungkapkan bahwa yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Sekumpulan data terorganisir yang memberi peluang untuk mengambil keputusan dalam
melakukan suatu langkah. Metode penyampaian informasi ini mengungkap secara umum
dari pengumpulan informasi yang didapat sehingga tidak sulit untuk dibaca dan
dipahami, yang paling sering digunakan untuk memperkenalkan informasi dalam
eksplorasi subjektif adalah teks cerita.
3. Verifikasi Data
Tahap terakhir dalam analisis data pada penelitian kualitatif merupakan penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung bagi pengumpulan data
selanjutnya. Namun apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian,
kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan, khususnya informasi yang telah
diorganisasikan sedemikian rupa (dirancang, digunakan, diorganisasikan secara metodis) dan
kemudian diselesaikan sehingga dapat ditemukan arti penting dari informasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Priambada, a. (2015, July 6). Delapan Perusahaan Besar di Indonesia Mulai Rambah Industri E-
Commerce. Retrieved from https://dailysocial.id/post/perusahaan-besar-e-commerce
Heryanto, Agus. (2017). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Menggunakan Kembali E-
commerce Dengan Pendekatan Model Kesuksesan Sistem Informasi”. Skripsi. FE.
Manajemen. Universitas Islam Indonesia,Yogyakarta.
Jayani, Dwi. “Pengguna E-Commerce Terus Tumbuh”. 2019 [Online].
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/10/trenpengguna-e-commerce-2017-2
0
Kemenparekraf. (2019). Kajian Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia.
https://kemenparekraf.go.id/post/kajian-dampak-sektor-pariwisata-terhadap-perekonomian
-indonesia.
Ferdinand, A. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Universitas Diponegoro Press.
25
What is Design Thinking and Why Is It So Popular? | Interaction Design Foundation (IxDF).
(n.d.). Retrieved March 29, 2022, from
https://www.interaction-design.org/literature/article/what-is-design-thinking-and-why-is-it-
so-popular
Jumlah Pengguna Internet di Indonesia Capai 196,7 Juta | Databoks. (n.d.). Retrieved March
29, 2022, from
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/11/11/jumlah-pengguna-internet-di-indone
sia-capai-1967-juta
Sulchan, M., Maslihatin, M. Z. ., & Yulikah, A. . (2021). Peran Digitalisasi Bisnis Terhadap
Pemulihan Ekonomi Dalam Meminimalisir Pengangguran Di Indonesia. Seminar
Nasional Manajemen, Ekonomi Dan Akuntansi, 6(1), 941–948. Retrieved from
https://proceeding.unpkediri.ac.id/index.php/senmea/article/view/831
Hagberg, J., & Jonsson, A. (2022). Exploring digitalisation at IKEA. International Journal of
Retail & Distribution Management, 50(13), 59–76.
https://doi.org/10.1108/IJRDM-12-2020-0510
Rikke, F, Dam (2019). 5 Stage In The Design Thinking Process. Diakses pada 2 April 2022, dari
https://mediaindonesia.com/humaniora/432742/ini-cara-menulis-daftar-pustaka-dari-jurna
l-skripsi-dan-internet
Saputra, A, Tommy (2016). Implementasi Design Thinking Dalam Membangun Inovasi Model
Bisnis Perusahaan Percetakan, Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen,
Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Leanne, S. Lars Groeger (2012). Design Thinking: Exploring Opportunities for the Design
Industry and Business in Australia. Macquarie Graduate School of Management.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.