Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Motivasi Belajar...................................................................3
2.2 Ciri – ciri Motivasi Belajar.....................................................................4
2.3 Macam – Macam Motivasi Belajar........................................................5
2.4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar...........................6
2.5 Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar.................................................8
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kabupaten Luwu adalah pemegang sah penutur bahasa Tae, pada awalnya
Luwu sebelum terbagi menjadi tiga kabupaten dan satu kota madya diantaranya
adalah kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan kota Palopo, namun
penelitian ini hanya terfokus di kabupaten Luwu karena beberapa kabupaten ini
memiliki dialek yang berbedabeda meskipun terdapat juga kesamaan yang banyak.
Bahasa tae ini digunakan selaku bahasa percakapan penduduk setempat, mulai dari
selatan perbatasan dengan Buriko Kabupaten Wajo sampai dengan daerah kabupaten
Luwu Timur Malili serta Tana Toraja dan Massenrempulu, menurut data Wikipedia
penutur Bahasa Tae berjumlah 340.000 penutur. Rumpun bahasa Tae adalah rumpun
Austronesia Malayo Polinesia, Sulawesi Selatan. Bahasa Tae memiliki beberapa
1
dialek Rongkong, Luwu Timur laut, Bone-bone, Masamba, Bua dan memiliki
kesamaan leksikal:82% atau lebih dari diantara dialek, 82% dengan Toraja-Sa'dan
(Wikipedia).
2
Penelitian terhadap ragam bahasa Tae di lingkungan masyarakat di
Kabupaten Luwu ini sangat penting. Dengan mengetahui bentuk-bentuk ragam
bahasa Tae yang digunakan masyarakat di kabupaten Luwu diharapkan akan terjadi
tegur sapa yang harmonis dalam hidup bermasyarakat karena bahasa Tae juga
merupakan salah satu hak dalam masyarakat yang demokratis dalam berkomunikasi
verbal sesama penutur bahasa Tae. Penelitian ragam bahasa Tae juga sangat penting
jikalau dihubungkan dengan situasi, perkembangan, dan pengembangan bahasa
dan ilmu bahasa di Indonesia baik masa kini maupun masa akan datang. Keterkaitan
pengembangan bahasa nasional dan bahasa daerah, khususnya bahasa Tae dialek
Luwu, hasil penelitian ini mengandung manfaat tersendiri. Sebagaimana diketahui,
informasi tentang segi-segi kemasyarakatan bahasa Tae dialek Luwu khususnya
ragam bentuk-bentuk bahasa Tae itu merupakan tanda adanya peranan bahasa bahasa
tae dialek Luwu bagi masyarakat penuturnya. Di sisi lain, jaringan komunikasi
masyarakat penutur bahasa Tae dialek Luwu antara lain diperankan pula oleh ragam
bentuk-bentuk bahasa Tae itu menunjukkan pula makna dan nilai kemasyarakatan
bahasa Tae dialek Luwu di tengah-tengah masyarakat dan kebudayaan setempat.
Informasi yang begitu penting sudah tentu menjadi salah satu masukan penting
dalam rangka pengembangan bahasa nasional dan bahasa daerah (Badudu, 1993:5-
6). Lebih jauh lagi mengenai pengembangan aspek sosial bahasa nasional dan bahasa
daerah dalam kaitannya dengan kedudukan dan fungsi masing-masing. Sebab,
sebagaimana diketahui, deskripsi tentang pola ragam bahasa Tae di lingkungan
masyarakat ini ikut memberikan gambaran tentang sistem pola budaya bahasa dan
berbahasa yang berhubungan pula dengan sistem dan struktur masyarakat
penuturnya, dalam konteks tata nilai budaya masyarakat di Luwu. Oleh karena itu,
untuk mengetahui lebih jauh tentang segi-segi kemasyarakatan bahasa Tae dialek
Luwu, maka dipandang perlu untuk melakukan suatu penelitian dengan judul
"Ragam Bahasa Tae pada Masyarakat Kabupaten Luwu (Tinjauan Sosiolinguistik).
3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sintaksis adalah tata bahasa yang hubungan antarkata dalam tuturan sama
halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di
dalam kata unsur bahasa yang ada dalam sintaksis adalah frase, klausa, dan kalimat.
Adapun ragam bahasa Tae yakni:
5
Pada kalimat ini juga teman sebaya di mana memberi saran agar besok saja
mereka pergi empang mungkin karena ada alasan lain sehingga meminta kepada
temannya agar besok saja ia berangkat.
Contoh :
- Tae raka mubela jamai te motoroku?
- Tidak bisa ka mukerja motorku?
- Anda bisa kerja motorku?
Kalimat pertanyaan yang dinyatakan oleh orang yang ingin memperbaiki
motornya tapi secara halus tanpa memaksa si lawan tutur.
Contoh :
- Anjo ko kade banuanna bapa na tambai ko ngena!
- Pergi ko rumahnya bapak ada panggilannya tadi!
- Pergi ke rumah bapak karena ada panggilannya!
Tuturan ini disampaikan oleh seseorang yang bersaudara, tetapi dia sudah
memiliki rumah sendiri dan disuruh oleh bapaknya untuk pergi kerumahnya, jenis
kalimat ini adalah kalimat perintah.
Contoh :
- Kupurai maro mo dikka to bene, sola.
- Kusuka sekali mi itu perempuan, teman.
- Saya sangat suka perempuan itu, kawan.
Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang menyampaikan curahan
hatinya, namun disampaikan kepada temannya bukan kepada perempuan itu.
Contoh :
- Sammai pa tu najaka ko kakammu.
- Kemarin pi itu nacari ko kaka mu.
- Sejak kemarin dicari oleh kakak.
Tuturan ini diucapkan oleh seorang teman yang mendapat pesan dari kakak
temannya, lalu disampaikan setelah ia bertemu dengan temannya.
6
2.2 Ragam Bahasa Penolakan
Contoh :
Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak pergi ke pasar oleh
temannya, namun dia menolak untuk pergi.
Contoh :
Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang dimintai persetujuan atas
kendaraan, namun ia menolak karena ia juga mau pakai motornya.
Contoh :
7
Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak pergi, namun menolak
dengan alasan sakit.
Contoh :
- Tae duka kubela manjo appa deng pura laku jama indei banua.
- Tidak bisa ka juga pergi karena ada juga saya kerja di rumah.
Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak, namun ia menolak
dengan alasan ada hal yang ingin dikerjakan dirumahnya.
Contoh :
Tuturan ini dituturkan oleh seseorang teman yang sedang diajak oleh
temannya tetapi dia menolak dengan tidak beralasan.
Contoh :
Tuturan ini disampaikan oleh orang yang sedang diajak ke suatu tempat
namun menolak karena tidak memiliki uang.
8
2.3 Ragam Bahasa Ditinjau dari Kelas Sosial
Ragam bahasa ditinjau dari kelas sosial mengacu pada golongan masyarakat
yang memunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi,
pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya. (Sumarsono, 2013: 43)
Contoh :
- Natambaiki lako banuanna, Opu.
- Napanggilki ke rumahnya, Opu.
- Ada panggilan ke rumah, Opu.
Tuturan ini disampaikan oleh dua orang yang sedang diajak oleh Opu untuk
datang ke rumahnya. Opu dalam perspektif masyarakat Luwu adalah golongan
sosial yang tinggi, berdasarkan kasta, gelar Opu adalah keturunan keluarga
kerajaan.
Contoh :
- To lako banuanna pak guru pura.
- Pergi ke rumahnya pak guru nanti.
- Pergi ke rumah pak guru nanti.
Tuturan ini dituturkan oleh dua orang siswa yang ingin ke rumah gurunya.
Dapat dilihat dari status sosial seorang guru yang didatangi oleh siswa dirumahnya.
Contoh :
- Deng ngena penyampaianna punggawa to la rapa' jio kantor Bupati.
- Ada tadi penyampaian dari Bupati karena ada rapat di kantor Bupati.
- Ada penyampaian oleh Bupati tentang rapat di kantor Bupati.
Tuturan ini dituturkan oleh masyarakat yang diundang oleh Bupati
mengenai undangan rapat di kantor Bupati. Dilihat dari status sosial Bupati yang
sangat terhormat mengundang masyarakat untuk menghadiri rapat.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa ragam bahasa Luwu adalah budaya bahasa yang menyadarkan penulis
untuk selalu mengingat sejarah peradaban para pendahulu yang biasa aktif
berkomunikasi menggunakan Bahasa Tae’. Dari aneka ragam bahasa Luwu ini
merujuk kepada diri penulis untuk tidak melupakan sejarah adat Luwu, banyak
hal yang menarik bagi penulis untuk memetik sebuah pelajaran agar selalu
membudayakan bahasa Luwu dalam lingkungan masyarakat sekitar wilayahnya.
4.2 SARAN
Sebagai seorang mahasiswa yang berkutat di bidang akademik,
tumbuhkanlah cinta untuk selalu mengingat sejarah peradaban daerah. Karena
dari dalam itulah kita sadar betapa pentingnya memahami kebudayaan masing-
masing daerah.
11
DAFTAR PUSTAKA
12