Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

“RAGAM BAHASA TAE PADA MASYARAKAT KABUPATEN


LUWU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK”

Disusun Oleh :

Nugraha Rasyid (201120163)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang bertema
“Ragam Bahasa Tae Pada Masyarakat Luwu Tinjauan Sosiolinguistik” tepat pada
waktunya. Penulisan ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dengan mata
kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Muhammadiyah Palopo.

Dalam penulisan proposal ini penulis merasa masih banyak kekurangan


dalam penulisan ataupun materi, karena penulis hanya menjalankan semua ini
sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, penulis sangat
membutuhkan kritikan dan saran semua pihak untuk membantu penyempurnaaan
dalam pembuatan proposal ini.

Dalam penulisan proposal ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebenarnya kepada pihak-pihak yang sudah membantu untuk menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing Harmita Sari, S.Pd., M.Pd.
yang telah membimbing penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan sesuai
waktu yang telah di tentukan.

Masamba, 01 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Motivasi Belajar...................................................................3
2.2 Ciri – ciri Motivasi Belajar.....................................................................4
2.3 Macam – Macam Motivasi Belajar........................................................5
2.4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar...........................6
2.5 Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar.................................................8

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian....................................................................................9


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................9
3.3 Instrumen Penelitian...............................................................................9
3.4 Hasil Penelitian.......................................................................................10

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................11


4.2 Saran.......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pokok bahasan dalam Bahasa merupakan alat komunikasi antara sesama


anggota masyarakat guna mengungkapkan maksud, pikiran, dan perasaan baik secara
lisan maupun secara tertulis. Melalui komunikasi, manusia dapat menyampaikan
semua yang dirasakan, dipikirkan, dan diketahui kepada orang lain (Keraf,
1980:1). Komunikasi, sebagaimana yang diidentifikasikan oleh Suwito (1983:9)
adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan informasi berupa lambang yang
mengandung arti/makna sampai menjadi milik bersama. Fungsi bahasa menurut
Halliday dan Keraf (1980) adalah menyatakan ekspresi diri sebagai alat komunikasi,
sebagai alat untuk mengadakan interaksi dan adaptasi sosial dan alat untuk
mengadakan kontrol sosial. Komunikasi, dalam hal ini dengan mempergunakan
bahasa adalah alat yang vital bagi masyarakat manusia. Bahasa berfungsi sebagai
alat untuk berkomunikasi, maka setiap tuturan dan tulisan selalu diarahkan kepada
anggota masyarakat lain. Peristiwa yang berketerusan, selanjutnya membangun pola-
pola budaya komunikasi verbal sebagai salah satu wujud komunikasi yang berkaitan
pula dengan norma-norma dan tata nilai budaya masyarakat penutur bahasa itu.
Setiap bahasa senantiasa berpola, dalam arti selalu berulang secara teratur, maka
bentuk-bentuk komunikasi verbal tersebut dapat ditelusuri sehingga dapat diketahui
pula sistem dan dinamika yang ada dibalik peristiwa bahasa itu.

Kabupaten Luwu adalah pemegang sah penutur bahasa Tae, pada awalnya
Luwu sebelum terbagi menjadi tiga kabupaten dan satu kota madya diantaranya
adalah kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan kota Palopo, namun
penelitian ini hanya terfokus di kabupaten Luwu karena beberapa kabupaten ini
memiliki dialek yang berbedabeda meskipun terdapat juga kesamaan yang banyak.
Bahasa tae ini digunakan selaku bahasa percakapan penduduk setempat, mulai dari
selatan perbatasan dengan Buriko Kabupaten Wajo sampai dengan daerah kabupaten
Luwu Timur Malili serta Tana Toraja dan Massenrempulu, menurut data Wikipedia
penutur Bahasa Tae berjumlah 340.000 penutur. Rumpun bahasa Tae adalah rumpun
Austronesia Malayo Polinesia, Sulawesi Selatan. Bahasa Tae memiliki beberapa

1
dialek Rongkong, Luwu Timur laut, Bone-bone, Masamba, Bua dan memiliki
kesamaan leksikal:82% atau lebih dari diantara dialek, 82% dengan Toraja-Sa'dan
(Wikipedia).

Dinamisasi kebudayaan serta perkembangannya tidak terlepas dari


pengaruh modernisasi yang sangat menonjol dan tantangan dalam mempertahankan
eksistensi kebudayaan lokal. Kini modernisasi telah mengancam eksistensi budaya
lokal, termasuk bahasa. Bahasa daerah semakin terpinggirkan oleh berbagai bahasa
yang mempengaruhi eksistensinya. Pengklasifikasian bahasa di Indonesia meliputi,
bahasa Indonesia, bahasa Daerah, dan bahasa Asing. Eksistensi bahasa daerah sudah
mulai tergerus oleh pengaruh bahasa luar, bahasa luar yang dimaksud adalah bahasa
persatuan yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Asing yang secara struktural sudah
mempengaruhi keoriginalan sebuah bahasa daerah. Sosiolinguistik sangat
berpengaruh dalam masalah ini. Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para
bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat
Kridalaksana dalam (Chaer 2014:3).

Uraian tersebut memberikan gambaran bahwa bahasa merupakan salah satu


kebutuhan utama manusia dalam bermasyarakat. Bahasa tidak terlepas dari sistem .
sosial budaya masyarakat (Siregar, 1988:3). Bahasa dapat dipandang sebagai suatu
indikator untuk menjelaskan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Lewat
bahasa, suatu ide atau gagasan dari individu disampaikan kepada individu lain dalam
berinteraksi. Salah satu bentuk interaksi dan komunikasi antar anggota masyarakat
adalah pernyataan penutur sesama penutur bahasa Tae di Luwu. Bahasa Tae adalah
salah satu bentuk komunikasi sosial pada masyarakat Luwu berbentuk verbal yang
melibatkan penutur dan petutur di Luwu. Bahasa Tae sebagai suatu bentuk
komunikasi verbal itu pada umumnya memakai seperangkat bentuk lingual dalam
peristiwa tutur. Bentuk-bentuk penolakan yang dipakai itu bersifat pilihan. Faktor-
faktor yang melatari pemilihan itu adalah pihak yang disapa, situasi, serta faktor-
faktor nonlingual seperti gelengan kepala, gerakan tangan, dan diam saja. Oleh
karena bentuk-bentuk itu muncul dalam interaksi dan konteks sosial, maka bahasa
penolakan merupakan fenomena sosiolinguistik dan berhubungan dengan faktor-
faktor di luar bahasa.

2
Penelitian terhadap ragam bahasa Tae di lingkungan masyarakat di
Kabupaten Luwu ini sangat penting. Dengan mengetahui bentuk-bentuk ragam
bahasa Tae yang digunakan masyarakat di kabupaten Luwu diharapkan akan terjadi
tegur sapa yang harmonis dalam hidup bermasyarakat karena bahasa Tae juga
merupakan salah satu hak dalam masyarakat yang demokratis dalam berkomunikasi
verbal sesama penutur bahasa Tae. Penelitian ragam bahasa Tae juga sangat penting
jikalau dihubungkan dengan situasi, perkembangan, dan pengembangan bahasa
dan ilmu bahasa di Indonesia baik masa kini maupun masa akan datang. Keterkaitan
pengembangan bahasa nasional dan bahasa daerah, khususnya bahasa Tae dialek
Luwu, hasil penelitian ini mengandung manfaat tersendiri. Sebagaimana diketahui,
informasi tentang segi-segi kemasyarakatan bahasa Tae dialek Luwu khususnya
ragam bentuk-bentuk bahasa Tae itu merupakan tanda adanya peranan bahasa bahasa
tae dialek Luwu bagi masyarakat penuturnya. Di sisi lain, jaringan komunikasi
masyarakat penutur bahasa Tae dialek Luwu antara lain diperankan pula oleh ragam
bentuk-bentuk bahasa Tae itu menunjukkan pula makna dan nilai kemasyarakatan
bahasa Tae dialek Luwu di tengah-tengah masyarakat dan kebudayaan setempat.
Informasi yang begitu penting sudah tentu menjadi salah satu masukan penting
dalam rangka pengembangan bahasa nasional dan bahasa daerah (Badudu, 1993:5-
6). Lebih jauh lagi mengenai pengembangan aspek sosial bahasa nasional dan bahasa
daerah dalam kaitannya dengan kedudukan dan fungsi masing-masing. Sebab,
sebagaimana diketahui, deskripsi tentang pola ragam bahasa Tae di lingkungan
masyarakat ini ikut memberikan gambaran tentang sistem pola budaya bahasa dan
berbahasa yang berhubungan pula dengan sistem dan struktur masyarakat
penuturnya, dalam konteks tata nilai budaya masyarakat di Luwu. Oleh karena itu,
untuk mengetahui lebih jauh tentang segi-segi kemasyarakatan bahasa Tae dialek
Luwu, maka dipandang perlu untuk melakukan suatu penelitian dengan judul
"Ragam Bahasa Tae pada Masyarakat Kabupaten Luwu (Tinjauan Sosiolinguistik).

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan

diungkapkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

A. Apa itu motivasi belajar bagi mahasiswa?

B. Apa saja macam - macam motivasi belajar?

C. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar?

D. Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar mahasiswa?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Sesuai dengan perumusan masalah yang ditemukan diatas, maka proposal ini

bertujuan untuk menyampaikan informasi dan memberikan gambaran mengenai

motivasi belajar mahasiswa, yang meliputi:

A. Menjelaskan mengenai pengertian motivasi belajar.

B. Menjelaskan mengenai jenis-jenis motivasi

C. Menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi.

D. Memberikan informasi mengenai upaya yang dapat dilakukan dalam

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

A. Untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam pembelajaran,


serta keberanian mahasiswa dalam mengemukakan pendapat.
B. Untuk mengetahui kwalitas proses pembelajaran.
C. Untuk mengetahui karakteristik Motivasi Belajar Mahasiswa

4
BAB II

PEMBAHASAN

Sintaksis adalah tata bahasa yang hubungan antarkata dalam tuturan sama
halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di
dalam kata unsur bahasa yang ada dalam sintaksis adalah frase, klausa, dan kalimat.
Adapun ragam bahasa Tae yakni:

2.1 Ragam Bahasa Intim (akrab)


Ragam akrab atau intim adalah ragam bahasa antaranggota yang akrab dalam
keluarga dan teman-teman. Bentuk-bentuk bahasa yang dipakai sangat minim.
Karena sering diganti dengan bentuk lain seperti gerak mimik, alis, gerak bahu, dan
ekspresi lain. Berdasarkan hal tersebut ditemukan ragam bahasa intim (akrab) pada
masyarakat Luwu.
Contoh :
- Lamanjo ko raka lako tempe sammuane?
- Mau ko pergi sawah saudara?
- Apakah kamu mau pergi sawah saudara?
Pada situasi percakapan ini adalah dua orang sebaya yang dengan
keakrabannya sehingga tidak lagi memerhatikan nilai-nilai kesopanan dalam bertutur
sehingga tidak menggunakan kata yang sopan. Si A ingin mengajak si B pergi ke
sawah dengan pola kalimat Tanya.
Contoh :
- Masiang pi to lako pangempang.
- Besok pi pergi ke empang.
- Kita pergi besok ke empang.

5
Pada kalimat ini juga teman sebaya di mana memberi saran agar besok saja
mereka pergi empang mungkin karena ada alasan lain sehingga meminta kepada
temannya agar besok saja ia berangkat.
Contoh :
- Tae raka mubela jamai te motoroku?
- Tidak bisa ka mukerja motorku?
- Anda bisa kerja motorku?
Kalimat pertanyaan yang dinyatakan oleh orang yang ingin memperbaiki
motornya tapi secara halus tanpa memaksa si lawan tutur.
Contoh :
- Anjo ko kade banuanna bapa na tambai ko ngena!
- Pergi ko rumahnya bapak ada panggilannya tadi!
- Pergi ke rumah bapak karena ada panggilannya!
Tuturan ini disampaikan oleh seseorang yang bersaudara, tetapi dia sudah
memiliki rumah sendiri dan disuruh oleh bapaknya untuk pergi kerumahnya, jenis
kalimat ini adalah kalimat perintah.
Contoh :
- Kupurai maro mo dikka to bene, sola.
- Kusuka sekali mi itu perempuan, teman.
- Saya sangat suka perempuan itu, kawan.
Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang menyampaikan curahan
hatinya, namun disampaikan kepada temannya bukan kepada perempuan itu.
Contoh :
- Sammai pa tu najaka ko kakammu.
- Kemarin pi itu nacari ko kaka mu.
- Sejak kemarin dicari oleh kakak.
Tuturan ini diucapkan oleh seorang teman yang mendapat pesan dari kakak
temannya, lalu disampaikan setelah ia bertemu dengan temannya.

6
2.2 Ragam Bahasa Penolakan

Ragam bahasa penolakan adalah kalimat yang digunakan untuk


menyampaikan ketidaksetujuan atau penolakan terhadap suatu ide, gagasan,
keputusan, atau pendapat orang lain.

Contoh :

- Tae ku morai manjo lako pasa'.

- Tidak bisa ka pergi pasar.

- Saya tidak pergi ke pasar.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak pergi ke pasar oleh
temannya, namun dia menolak untuk pergi.

Contoh :

- Laku pake duka to motoro.

- Mau ka juga pakai motorku.

- Saya juga pakai motorku.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang dimintai persetujuan atas
kendaraan, namun ia menolak karena ia juga mau pakai motornya.

Contoh :

- Tae kubela dikka masaki'na.

- Tidak bisa ka karena sakit ka.

- Saya tidak pergi karena sakit.

7
Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak pergi, namun menolak
dengan alasan sakit.

Contoh :

- Tae duka kubela manjo appa deng pura laku jama indei banua.

- Tidak bisa ka juga pergi karena ada juga saya kerja di rumah.

- Saya tidak bisa pergi karena ada pekerjaan di rumah.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak, namun ia menolak
dengan alasan ada hal yang ingin dikerjakan dirumahnya.

Contoh :

- Tae ku bela sammuane.

- Tidak bisa ka saudara.

- Saya tidak bisa saudara.

Tuturan ini dituturkan oleh seseorang teman yang sedang diajak oleh
temannya tetapi dia menolak dengan tidak beralasan.

Contoh :

- Tae ku bela manjo appa tae doi ku.

- Tidak bisa ka karena tidak ada uangku.

- Saya tidak bisa karena tidak ada uangku.

Tuturan ini disampaikan oleh orang yang sedang diajak ke suatu tempat
namun menolak karena tidak memiliki uang.

8
2.3 Ragam Bahasa Ditinjau dari Kelas Sosial

Ragam bahasa ditinjau dari kelas sosial mengacu pada golongan masyarakat
yang memunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi,
pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya. (Sumarsono, 2013: 43)
Contoh :
- Natambaiki lako banuanna, Opu.
- Napanggilki ke rumahnya, Opu.
- Ada panggilan ke rumah, Opu.
Tuturan ini disampaikan oleh dua orang yang sedang diajak oleh Opu untuk
datang ke rumahnya. Opu dalam perspektif masyarakat Luwu adalah golongan
sosial yang tinggi, berdasarkan kasta, gelar Opu adalah keturunan keluarga
kerajaan.
Contoh :
- To lako banuanna pak guru pura.
- Pergi ke rumahnya pak guru nanti.
- Pergi ke rumah pak guru nanti.
Tuturan ini dituturkan oleh dua orang siswa yang ingin ke rumah gurunya.
Dapat dilihat dari status sosial seorang guru yang didatangi oleh siswa dirumahnya.
Contoh :
- Deng ngena penyampaianna punggawa to la rapa' jio kantor Bupati.
- Ada tadi penyampaian dari Bupati karena ada rapat di kantor Bupati.
- Ada penyampaian oleh Bupati tentang rapat di kantor Bupati.
Tuturan ini dituturkan oleh masyarakat yang diundang oleh Bupati
mengenai undangan rapat di kantor Bupati. Dilihat dari status sosial Bupati yang
sangat terhormat mengundang masyarakat untuk menghadiri rapat.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah


penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah di mana
peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Bagaimana memahami ragam
bahasa Tae yang terjadi di masyarakat Luwu. Dasar penelitian kualitatif adalah
konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif
dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu
(Sukmadinata, 2005). Penelitian dilakukan untuk memberi gambaran secara
menyeluruh dan mendalam mengenai ragam bahasa Tae. Hasil penelitian mengenai
ragam bahasa Tae dengan mengkaji struktur sintaksis.

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa ragam bahasa Luwu adalah budaya bahasa yang menyadarkan penulis
untuk selalu mengingat sejarah peradaban para pendahulu yang biasa aktif
berkomunikasi menggunakan Bahasa Tae’. Dari aneka ragam bahasa Luwu ini
merujuk kepada diri penulis untuk tidak melupakan sejarah adat Luwu, banyak
hal yang menarik bagi penulis untuk memetik sebuah pelajaran agar selalu
membudayakan bahasa Luwu dalam lingkungan masyarakat sekitar wilayahnya.

4.2 SARAN
Sebagai seorang mahasiswa yang berkutat di bidang akademik,
tumbuhkanlah cinta untuk selalu mengingat sejarah peradaban daerah. Karena
dari dalam itulah kita sadar betapa pentingnya memahami kebudayaan masing-
masing daerah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1985. “Sosiologi Bahasa”. Bandung.

Angkasa. Moleang, Lexy, J. 1995. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung.

Chaer dan Agustina. 1995. “Sosiolinguistik. Perkenalan awal”. Rineka Cipta.


Jakarta.

Kartomiharjo, Suseno. 1993. “Penggunaan bahasa dalam Masyarakat bentuk


Bahasa Penolakan. Masyarakat Linguistik Indonesia”. Mbete, dkk. 1985.
Sosiolinguistik. Bandung.

Pateda, Mansoer. 1987. “Sosiolinguistik”. Angkasa. Bandung.

Remaja Rosda Karya Nababan, P. W. J. 1993. “Sosiolinguistik suatu Pengantar”.


PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai