Anda di halaman 1dari 44

DIALEKTOLOGI

KEKERABATAN BAHASA TAE DI DESA PONRANG DAN DI


DESA PAREKAJU

Disusun Oleh:

Saskia_2001403001
Hapsa_2001403024

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur atas kehadirat Allah swt, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
penulis dapat meyelasaikan proposal yang berjudul “Kekerabatan Bahasa Tae’ di
Desa Ponrang dan di Desa Parekaju” yang menjadi salah satu syarat terpenuhinya
mata kuliah dialektologi.
Terselesaikannya laporan penelitian tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,
Pada kesempatan ini dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati saya sebagai
penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat yang
telah memberikan bantuan dari segi materi baik itu secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan proposal ini hingga selesai.

Senin, 1 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ................................................................................ 3
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 11
3.2 Lokasi Penelitian ......................................................................... 11
3.3 Data dan Sumber Data ................................................................ 11
3.4 Teknik Pengumpilan Data ........................................................... 11
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................... 12
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 39
5.2 Saran............................................................................................ 49
Daftar Pustaka ................................................................................... 40
Lampiran ........................................................................................... 41

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah pikiran.
Dengan bekal pikiran itulah manusia mampu mengembangkan diri dan
lingkungannya. Dalam proses pengembangan diri dan lingkungan itulah manusia
memerlukan satu sarana yang dalam hal ini bahasa. Bahasa menjadi sangat sentral
dalam pengembangan diri dan lingkungan manusia. Karena kemajuan yang dicapai
manusia itu adalah hasil dari pemanfaatan pikirannya, maka dapat dikatakan bahwa
pikiran adalah motor penggerak bagi perkembangan diri dan lingkungan manusia.
Pergerakan pikiran manusia yang menjadi motor penggerak itu memerlukan
pergerakan bahasa yang mewadahi pikiran atas dasar itulah bahasa lalu jadi berubah
dan berkembang sejalan dengan perubahan dan perkembangan yang dialami
manusia itu sendiri.
Untuk dapat saling mengerti dengan baik dalam berkomunikasi, kita harus
memperhatikan situasi tutur (speech situation), peristiwa tutur (speech event), dan
masyarakat Seiring dengan perkembangan zaman, sekarang ini apabila diperhatikan
dengan teliti dalam bahasa, masyarakat yang berkomunikasi antara satu dengan
yang lainnya memiliki perbedaan, baik bentuk maupun maknanya yang
menunjukkan perbedaan antarpengungkapnya, antarpenutur satu dengan penutur
yang lain sehingga adanya ragam bahasa.
Ragam bahasa timbul akibat sering timbulnya perubahan di dalam masyarakat.
Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluamya.
Variasi bahasa terebut muncul karena kebutuhan penutur akan adanya alat alat
komunikasi, dan kondisi sosial, maupun faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi,
seperti letak geografis, faktor budaya, ataupun faktor perbedaan demografi.
Pengembangan bahasa daerah memiliki hubungan integral dengan
pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia,
mempunyai berbagai istilah-istilah lain yang diserap dari kosa kata asing maupun
dari kosa kata bahasa-bahasa daerah. Diantara berbagai bahasa daerah di Indonesia
bahasa tae’ dan merupakan bahasa daerah yang masih tumbuh dan berkembang di
2

wilayah Indonesia khususnya di daerah Luwu, bahasa ini banyak penuturnya dan
juga digunakan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
Dalam penelitian ini membahas satu bahasa yaitu bahasa tae’. Bahasa Tae'
merupakan bahasa dari rumpun toraja sa'dan yang digunakan di Luwu Raya,
Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa Tae' ini digunakan empat kabupaten dan kota,
masing-masing kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan kota Palopo.
Bahasa tae’ sebagai alat komunikasi lisan maupun tulisan dan juga sebagai alat
komunikasi percakapan sehari-hari. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul kekerabatan bahasa tae’ di desa ponrang dan di desa
parekaju.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian atau penjelasan pada bagian latar belakang dapat
diketahui rumusan masalah yaitu bagaimanakah kekerabatan bahasa tae’ di desa
ponrang dan di desa parekaju?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mendiskripsikan kekerabatan bahasa tae’ yang ada di desa ponrang
dan di desa parekaj
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


1. Dialektologi
Dialektologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari dialek atau variasi
bahasa dalam suatu komunitas masyarakat tertentu. Bidang ini mengkaji variasi
bahasa berdasarkan distribusi geografis yang ditampilkan melalui peta bahasa serta
mencakup topik seperti percabangan dua dialek lokal dari induk bahasa yang sama
dan variasi sinkronis. Dengan kata lain, dialektologi secara khusus mempelajari
variasi-variasi bahasa dalam semua aspeknya. Dialektologi mengkaji unsur-unsur
gramatika, leksikon, dan fonologi di wilayah tertentu.
Dialektologi kemudian dibagi menjadi dua subcabang yaitu geografi dialek dan
sosiolinguisik. Sosiolinguisik mempelajari variasi bahasa berdasarkan pola-pola
kemasyarakatan. Dengan kata lain, sosiolinguistik mempelajari ko-variasi antara
struktur linguistik dan struktur sosial. Sebaliknya, geografi dialek mempelajari
variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam suatu wilayah bahasa.
Dengan kata lain, geografi dialek mengungkapkan fakta-fakta tentang perluasan
ciri-ciri linguistis yang sekarang tercatat sebagai ciri-ciri dialek.
Bidang ini tidak hanya memperhatikan masyarakat yang telah tinggal pada
suatu daerah secara turun-temurun, tetapi juga kelompok pendatang yang
membawa bahasa mereka pada suatu daerah baru (kontak bahasa). Kontak suatu
bahasa atau dialek lain dengan bahasa atau dialek suatu daerah pengguna bahasa
membuat bahasa memiliki berbagai variasi. Masyarakat di suatu daerah selalu
mempunyai bahasa atau dialek tersendiri sebagai identitas kelompoknya. Bahasa
atau dialek tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda dengan bahasa atau dialek
yang ada di daerah lain atau masyarakat pada umumnya. Perbedaan tersebut terjadi
karena kondisi geografis daerah pengguna suatu bahasa atau dialek yang berbatasan
langsung dengan daerah pengguna bahasa atau dialek lain. Dalam ilmu linguistik
variasi-variasi tersebut disebut sebagai variasi leksikal.
Variasi leksikal terjadi karena adanya perbedaan pelafalan, pergeseran bentuk,
perubahan bentuk, dan pergeseran makna. Pergeseran makna yang dimaksud dapat
berupa pemberian nama yang berbeda untuk objek yang sama di beberapa tempat
4

yang berbeda, seperti pada leksikon hagan dan gasan yang sama-sama bermakna
‘untuk’. Pergeseran makna tersebut juga dapat berupa pemberian nama yang sama
untuk hal yang berbeda di beberapa tempat yang berbeda, seperti kata [səgər] untuk
‘segar’ dan ‘gemuk’ dalam bahasa Jawa, misalnya.
Variasi leksikal juga terjadi karena adanya perbedaan onomasiologis dan
semasiologis. Perbedaan onomasiologis menunjukkan makna yang berbeda
berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda.
Perbedaan semasiologis merupakan kebalikan dari perbedaan onomasiologis, yaitu
pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda. Sehingga secara
teoretis, dapat diketahui bahwa perbedaan dialek yang satu dengan dialek yang
lainnya tampak pada bidang leksikon.

2. Kekerabatan bahasa
Unsur yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih adalah
pengumpulan daftar kosa kata dari bahasa-bahasa yang akan diteliti. Daftar yang
baik adalah daftar yang disusun oleh Morris Swadesh yang berisi 200 kata, karena
bisa menyimpulkan bahwa bahasa daerah dari Sabang sampai Merauke mulai
dikatakan berkerabat satu sama lain karena dapat dibuktikan dari bukti kosa kata
yang sama, mirip dan berbeda dapat ditelusuri dari asal kata yang sama.
Dalam membandingkan kata-kata untuk menetapkan kata-kata mana yang
merupakan kata kerabat dan mana yang tidak, maka perlu dikemukakan lagi suatu
asumsi lain dalam metode perbandingan, yaitu: fonem bahasa proto yang sudah
berkembang secara berlaianan dalam bahasa-bahasa kerabat. Oleh sebab itu,
fonem-fonem dalam posisi dalam rangka perbandingan satu sama lain. Bila mereka
mempunyai hubungan genetis, maka pasangan fonem-fonem tersebut akan timbul
kembali dalam banyak pasangan lain. Tiap pasangan yang sama yang selalu timbul
dalam hubuungan itu, dianggap merupakan pantulan suatu fonem atau alofon dalam
bahasa protonya.

3. Linguistik Historis Komparatif

Linguistik Historis Koparatif adalah subbidang linguistik yang paling tua


usianya. Dikatakan demikian, karena kajian bahasa secara ilmiah mulai mencapai
bentuknya pada sekitar abad ke-19. Hal ini ditandai dengan lahirnya kelompok
5

linguis yang menamakan dirinya sebagai kelompok Aliran Tata Bahasa Baru
(Neogranmarians), dengan teorinya yang terkenal: Hukum Perubahan Bunyi tanpa
Kecuali.

Linguistik Historis Komparatif adalah cabang dari linguistik (teoretis) yang


meneyelidiki perkembangan bahasa dari suatu masa kemasa yang lain serta
menelidiki perbandingan suatu bahasa dengan bahasa lain. Bandingkan
Kridalaksana (Rukmana, 2019).

Menurut Keraf (Rukmana, 2019) mengatakan bahwa Linguistik Bandingan


Historis (Linguistik Historis Komparatif) adalah suatu cabang dari ilmu bahasa
yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur
bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut.

Menurut Mahsun (Rukmana, 2019), dari sudut pandang objek bahasa yang
menjadi kajian linguitik diakronis ada dua kemungkinan diakronis yang dapat
dilakukan sebagai berikut:

a. Objek kajiannya difokuskan pada suatu bahasa tertentu, namun orientasi


penelahaannya difokuskan pada deskripsi perbedaan bahasa itu dari suatu kurun
tertentu ke kurun lainnya, misalnya kajian bahasa Indonesia era orde lama, orde
baru, dan orde reformasi.
b. Objek kajiannya difokuskan pada lebih dari satu bahasa, yang tujuannya untuk
menentukan relasi kekerabatan yang terdapat diantara bahasa-bahasa tersebut.
Apabila ciri kajian linguistik diakronis yang pertama (1) lebih melihat pada
relasi historis yang dialami satu bahasa dari satu fase historis tertentu ke fase
historis lainnya, maka pada ciri kajian linguistik diakronis tipe kedua (2)
difokuskan pada upaya untuk menemukan relasi historis pada dua atau lebih
bahasa Mahsun (Rukmana, 2019).
Adapun untuk menetapkan hubungan kekerabatan dua bahasa (dialek) atau
lebih, ada beberapa metode yang dilakukan sebagai berikut:
1. Pasangan kata yang identik, yakni pasangan kata yang semua fonemnya
sama.
2. Pasangan yang memiliki korespondensi fonemis, yakni jika perubahan
fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur serta
6

tinggi frekuensinya, bentuk yang berimbang antara kedua bahasa tersebut


dianggap berkerabat.
3. Kemiripan secara fonetis, yakni pasangan kata dapat dianggap sekerabat,
jika pasangan kata itu mempunyai kemiripan secara fonetis dalam posisi
artikulasi yang sama, maksudnya ciri-ciri fonetis harus cukup.
4. Satu fonem berbeda, maksudnya jika dalam suatu pasangan terdapat
perbedaan satu fonem, tetapi dapat diterangkan bahwa perbedaan itu
diakibatkan oleh pengaruh lingkungannya, dapat dinyatakan bahwa
pasangan tersebut sekerabat Jahdiah (Rukmana, 2019).

4. Leksikostatistik
Metode leksikostatistik pertama kali digunakan oleh Morris Swades dalam
penelitian yang dilakukan terhadap bahasa-bahasa yang digunakan oleh orang
orang Indian (American Indian). Oleh karena dia kebanjiran data, lalu ia berpikir
untuk mencari metode yang lebih cepat dan praktis dalam menentukan kekerabatan
bahasa. Dari pemikirannya itu lahir metode leksikostatisik, yaitu metode
pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung presentase perangkat
kognat. Kosa kata yang menjadi dasar penghitungan adalah kosa kata dasar (basic
vocabulary) Mahsun (Rukmana, 2019)
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) leksikostatistik merupakan
penerapan metode statistik diperbandingan bahasa yang memakai kosakata sebagai
bahan perbandingannya. Dalam penelitian ini penulis mengutip beberapa pendapat
dari beberapa peneliti yang membahas khusus tentang teknik leksikostatistik
Mahsun (Rukmana, 2019). Dapat jelaskan leksikostatistik yaitu metode
pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung persentase perangkat
kognat dan menurut Keraf (Rukmana, 2019) leksikostatistik itu suatu teknik dalam
pengelomokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-
kata (leksikon) secara statistik untuk kemudian menetapkan pengelompokan itu
berdasarkan presentase dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Dengan
demekian, yang ingin dicapai dalam teknik ini adalah kepastian mengenai usia
bahasa, yaitu mengenai kapan sebuah bahasa muncul dan bagaimana hubungannya
dengan bahasa-bahasa kerabat lainnya.
7

1. Teknik Dialektrometri
Untuk memecahkan masalah pada variasi leksikal bahasa maka peneliti
menggunakan teknik dialektrometri dengan rumus sebagai berikut:

𝑠
d% = x 100 𝑛
Keterangan:

S = jumlah beda dengan pengamatan daerah lain

n = jumlah kata yang diperbandingkan

d = jarak kosa kata dalam persentase

Persentase jarak unsur-unsur kebahasaan di antara daerah pengamatan itu,


selanjutnya digunakan untuk menentukan hubungan antar daerah pengamatan
yang ada dengan kriteria sebagai berikut:

81 % ke atas = dianggap perbedaan bahasa

51 % - 80% = dianggap perbedaan dialek

31 % - 50%= dianggap perbedaan subdialek

21 % - 30%= dianggap perbedaan wicara

2. Teknik leksikostatistik
Metode leksikostatistik ini dapat digunakan untuk mengelompokkan beberapa
daerah pengamatan sebagai kelompok pemakai bahasa yang sama atau pemakai
bahasa yang berbeda dengan menghitung presentase kekognatan antar daerah
pengamatan Mahsun, (Rukmana, 2019)
Dalam mengumpulkan kosa kata dasar bahasa yang berkerabat dilakukan
dengan menggunakan metode cakap dengan berpedoman pada daftar pertanyaan
yang berupa kosa kata dasar. Setelah kosa kata dasar dalam beberapa bahasa yang
diperbandingkan itu diperoleh kemudian dilakukan penghitungan jumlah kosa kata
yang berkerabat. Penghitungan dilakukan dengan memperhatikan pedoman berikut
ini:
8

a. Mengumpulkan kosa kata dasar


Unsur yang paling penting dalam mebandingkan dua bahasa atau lebih dalam
mengumpulkan kosa kata dasar. Pengumpulan kosa kata dasar bahasa yang
berkerabat dilakukan melalui metode cakap dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan yang berupa kosa kata dasar Mahsun (Rukmana, 2019).
b. Menghitung kosa kata kerabat

Setelah pengumpulan kosa kata dasar bahasa yang diteliti selanjutnya dilakukan
tahap penghitungan kosa kata kerabat yang identik, yaitu kata kerabat dari segi
semantis maupun bentuknya sama.Tidak semua kata yang identik itu merupakan
kata kerabat, karena kata-kata tersebut sama karena faktor serapan/pinjaman atau
sama secara kebetulan. Mahsun (Rukmana Heni 2019).

Kata kerabat yang mirip, yaitu kata yang dari segi semantiknya sama, tetapi
terdapat perbedaan dari segi bentuknya. Perbedaan itu terjadi pada beberapa satu
atau beberapa bunyi yang posisinya sama.

c. Sekognat

𝑣𝑡
𝐶= × 100%
𝑣𝑑

Keterangan:

C = Presentase kekerabatan

Vt = Jumlah kosa kata kerabat

Vd = Jumlah kosa kata yang diperhitungkan

Setelah perhitungan persentase kata berkerabat dilakukan dan diketahui


persentase kekerabatannya, lalu persentase itu dihubungkan dengan kategori
tingkat kekerabatan bahasa berikut ini untuk menentukan hubungan
kekerabatannya apakah sebagai satu bahasa, keluarga bahasa (subfamily), rumpun
bahasa (stock), mikrofilum, mesofilum, atau makrofilum.
9

Tingkat Bahasa Presentase Kata Kerabat


Bahasa (Language) 81 ke atas
Keluarga (Family) 37-80
Rumpun (Stock) 12-36
Mikrofilum 4-11
Mosefilum 1-3

Makrofilum 1 ke bawah

d. Pasangan satu fonem berbeda contoh: ciddi (ponrang) siddi (paekaju)


e. Pasangan yang berbeda; bungkang (ponrang) karaka (parekaju)
f. Menghitung persentase kekerabatan
g. Menghubungkan hasil perhitungan yang berupa persentase kekerabatan dengan
kategori kekerabatan
3. Teknik Grotokronologi
Untuk menghitung waktu pisah dilakukan dengan cara sebagai berikut:

log 𝐶
t = 2 log 𝑟

Keterangan:

t : Waktu Pisah
c : Presentase Kekerabatan
r : Konstan atau Indeks (80,5 dibulatkan menjadi 81)
Konstan atau indeks adalah presentase kekerabatan kata-kata yang diperkirakan
bertahan lama dalam waktu 1000 tahun.

5. Bahasa Tae’
Bahasa Tae' merupakan bahasa dari rumpun toraja sa'dan yang digunakan di
Luwu Raya, Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa Tae' ini digunakan empat
10

kabupaten dan kota, masing-masing kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur
dan kota Palopo. Bahasa Tae’ paling banyak digunakan di Kabupaten Luwu
meliputi Kecamatan Larompong, Suli, Belopa (Ibukota Kabupaten Luwu), Bajo,
Bupon (Bua Ponrang), Bua, Bastem (Basse Sangtempe’), Walenrang, dan Kota
Palopo.
Perbedaan penamaan antara Tae' dan Luwu' ini lebih jauh membingungkan,
karena kadang istilah Luwu' direferensikan untuk Bugis di Tana-Luwu, khususnya
yang berasal dari Utara, sedangkan istilah yang digunakan di selatan adalah Bugis
atau Bugis. Menurut Vail dalam jurnalnya, untuk menyebut Tae' sebagai istilah
keseluruhan kelompok dialek bahasa ini dirasa tepat.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang dilakukam secara alamiah dari hasil
pengamatan peneliti dalam mengumpulkan data dengan berbagai macam metode
yang digunakan dalam pengamatan.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan didua lokasi yang berbeda yaitu di desa parekaju dan
desa ponrang.

3.3 Data dan Sumber data


Pada data penelitian ini bersumber dari informan secara langsung dan sumber
data bersumber dari tuturan lisan informan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Pada tahap pengumpulan data, kegiatan yang termasuk didalamnya adalah
pengumpulan data-data dari beberapa sumber data, mencari informasi yang
berhubungan dengan masalah data. Tahapan pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode simak dan
metode cakap. Kedua metode ini akan dipaparkan dibawah ini sebagai berikut.
1. Teknik Rekam
Teknik rekam ini brsifat melengkap kegiatan merekam data dengan teknik catat
maksudnya, apa yang dicatat itu dapat dicetak kembali dengan memutarkan
kembali rekaman yang dihasilkan.
2. Teknik Simak
Penamaan metode penyediaan data ini dengan metode simak karena cara yang
digunakan penelliti untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa.
Istilah menyimak disini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara
lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis Mahsun (Rukmana Heni 2019).
12

Teknik yang digunakan dalam metode ini, yaitu teknik catat dan teknik rekam
sebagai berikut.
3. Teknik Catat
Teknik catat atau metode catat adalah untuk mengetahui kekerabatan atau
kesamaan antara dua bahasa yang diteliti, tetapi harus melihat bagaimana
bentuk bunyi kekerabatan dua bahasa tersebut.

4. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasikan,
mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan,
menyamakan data yang sama dan membedakan data yang memang berbeda, serta
menyisikan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tak sama. Dengan kata lain
pada tahapan ini dilakukan pemilihan atau memilah data yang diperlukan atau tidak.
Data menurut Ashen (Rukmana Heni 2019). Memiliki dua wujud yaitu data yang
berwujud bukan angka (kualitatif) dan data yang berwujud angka (kuantitatif).
Dilihat dari dua wujud data tadi, penelitian ini merupakan penelitian bidang
kebahasaan yang bersifat deskriptif, maka wujud atau jenis data yang digunaakan
adalah kualitatif. Karena penelitian ini berkaitan dengan data kualitatif, maka data
yang sudah terkumpul disebut data kualitataif yaitu, data yang didalamnya
berbentuk kata-kata bukan angka Mahsun (Rukmana Heni 2019).
Dalam menganalisis data metode yang digunakan adalah metode
leksikostatistik. Metode leksikostatistik digunakan untuk memperoleh gambaran
mengenai persentase kekerabatan BSas dialek Meno-mene dan BSw dialek
Taliwang. Serta menganalisis korespondensi fonemis antar kedua bahasa tersebut.
Sedangkan menurut Miles and Huberman (Rukmana Heni 2019). mengatakan
bahwa aktifitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Data Raduction (reduksi data)
Mereduksi data berarrti merangkung, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak digunakan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
13

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk


melakukan pengumpulan data.
2. Transkripsi data
Transkripsi data adalah data yang diperoleh dari informan disalin dalam bentuk
catatan atau rekaman.
3. Data Display (penyajian data)
Mendisplaykan data, akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola
hubungan sehingga akan mudah dipahami.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian


Bahasa-bahasa yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah bahasa tae’ di
desa ponrang dan di desa parekaju. Berikut akan dipaparkan hubungan kekerabatan:
1. Pasangan bahasa yang identik
Pasangan kata yang identik adalah pasangan adalah pasangan yang semua
fonemnya betul Keraf (Mayangsari). Pada pasangan identik di desa ponrang dan
di desa parekaju ditemukan 449 data seperti yang ada pada table.

Tabel 4.1 Pasangan Bahasa yang Indentik

No Bahasa Bahasa tae’ desa Bahasa tae’ desa


Indonesia ponrang parekaju
1. Satu Mesa Mesa
2. Dua Dadua Dadua
3. Tiga Tallu Tallu
4. Empat Appa Appa
5. Lima Lima Lima
6. Enam Annang Annang
7. Tujuh Pitu Pitu
8. Delapan Karua Karua
9. Sembilan Kassera Kassera
10. Sepuluh Sampuloh Sampuloh
11. Seratus Saratu Saratu
12. Sebelas Sampuloh mesa Sampuloh mesa
13. Dua belas Sampuloh dua Sampuloh dua
14. Tiga belas Sampuloh tallu Sampuloh tallu
15. Kedua Kedua Kedua
15

16. Terakhir Pacappura𝜂 Pacappura𝜂


17. Dua puluh Duampuloh Duampuloh
18. Dua pulih lima Duampuloh lima Duampuloh lima
19. Lima puluh Limampuloh Limampuloh
20. Banyak Buda Buda
21. Semua Ya’ngasa𝜂 Ya’ngasa𝜂
22. Sebagian Piraa Piraa
23. Sesisir pisang Sangiti𝜂 loka Sangiti𝜂 loka
24. Setandang pisang Santunru𝜂 loka Santunru𝜂 loka
25. Panas Malassu Malassu
26. Dingin Ma’cakke Ma’cakke
27. Hangat Ma’lassu-lassu Ma’lassu- lassu
28. Hujan Panas Urang Malassu Urang Malassu
29. Pagi, ke-an Makale, makale mele Makale, makale mele
30. Siang, ke-an Kasia𝜂an Kasia𝜂an
31. Tengah Hari Ta𝜂𝜂allo Ta𝜂𝜂allo
32. Sore Karue𝜂 Karue𝜂
33. Nanti malam Pura Bo𝜂i Pura Bo𝜂i
34. Lama Masai Masai
35. Tiga hari yang Tallu𝜂 allo lendu Tallu𝜂 allo lendu
lalu
36. Besok Masia𝜂 Masia𝜂
37. Minggu depan Mi𝜂gu pole Mi𝜂gu pole
38. Hari, se Sa𝜂𝜂allo Sa𝜂𝜂allo
39. Sehari semalam Sa𝜂allo sambo𝜂i Sa𝜂allo sambo𝜂i
40. Seratus hari Saratu allo Saratu allo
41. Kepala Ulu Ulu
42. Pelipis Kapa-kapa Kapa-kapa
43. Muka lindo Lindo
44. Dahi Kide Kide
45. Mata Mata Mata
16

46. Pelupuk Mata Kalumba𝜂 mata Kalumba𝜂 mata


47. Hidung illo𝜂 illo𝜂
48. Telinga Tali𝜂a Tali𝜂a
49. Lidah Lilah Lilah
50. Gigi Isi Isi
51. Gigi seri Isi olo Isi olo
52. Gigi rusak Isi masola𝜂 Isi masola𝜂
53. Geraham Isi tora Isi tora
54. Tulang rahang Buku raha𝜂 Buku raha𝜂
55. Pipi Pili Pili
56. Daerah kepala Ulu bota Ulu bota
yang tidak
tumbuh rambut
57. Pusat arah Palesu Palesu
rambut pada
kepala
58. Dagu Are Are
59. Kerongkongan Baroko Baroko
60. Jakun Cariddo Cariddo
61. Tengkuk Cokko𝜂 Cokko𝜂
62. Punggung Pu𝜂gu𝜂 Pu𝜂gu𝜂
63. Bahu Bahu Bahu
64. Belikat Kalempe𝜂 Kalempe𝜂
65. Payudara Susu Susus
66. Pinggang Pondo Pondo
67. Pusar Posi Posi
68. Ketiak Kalepa Kalepa
69. Lengan Le𝜂an Le𝜂an
70. Siku Siku Siku
71. Pergelangan Pergela𝜂an lima Pergela𝜂an lima
tangan
17

72. Tangan Lima Lima


73. Jari Jari Jari
74. Ibu jari Indo lima Indo lima
75. Jari tengah Jari ta𝜂𝜂a Jari ta𝜂𝜂a
76. Jari manis Jari manis Jari manis
77. Kuku Kanuku Kanuku
78. Garis-garis Garis lima Garis lima
telapak tangan
79. Tinju Tinju Tinju
80. Kaki Aje Aje
81. Pantat Pollo Pollo
82. Paha Pappa𝜂 Pappa𝜂
83. Betis Bi’ti Bi’ti
84. Tulang betis Buku bi’ti Buku bi’ti
85. Tumit Kambutu Kambutu
86. Jantung Jantu𝜂 Jantu𝜂
87. Empedu Paddu Paddu
88. Usus Usus Usus
89. Urat Uraa Uraa
90. Tulang Buku Buku
91. Isi Tulang Isi Buku Isi Buku
92. Kemeluan laki- Parewa moane Parewa moane
laki
93. Puki Parewa bene Parewa bene
94. Tai Tai Tai
95. Dubur Kalonji𝜂 Kalonji𝜂
96. Alis Kanni𝜂 Kanni𝜂
97. Bulu mata Bulu mata Bulu mata
98. Jenggot Janggo Janggo
99. Kumis Kumis Kumis
100. Jambang Camba𝜂 Camba𝜂
18

101. Bulu di atas tahi Bulu jio tahi lala Bulu jio tahi lala
lalat
102. Bulu Roma Kereng bulu-bulu Kereng bulu-bulu
103. Bulu hidung Bulu illo𝜂 Bulu illo𝜂
104. Bulu kuduk Bulu cokko𝜂 Bulu cokko𝜂
105. Rambut ketiak Bulu Kalepa Bulu kalepa
106. Rambut/bulu Bulu parewa Bulu parewa
kemaluan
107. Bulu pada ibu jari Bulu indo aje Bulu indo aje
kaki
108. Tahi lalat Tai lala Tai lala
109. Kulit, kulit Kuli mare𝜂ko Kuli mare𝜂ko
kering
110. Warna hitam Baba Baba
pada kulit sejak
lahir
111. Mayat (manusia), Maya Maya
bangkai
112. Saya Aku Aku
113. Kamu Iko Iko
114. Dia, beliau Ia Ia
115. Kami Kami Kami
116. Kita Kita Kita
117. Kamu sekalian Iko 𝜂asa𝜂 Iko 𝜂asa𝜂
118. Mereka Mereka Mereka
119. Nama, me-kan Sa𝜂a Sa𝜂a
120. Orang laki- laki Tau muane Tau muane
121. Orang Tau bene Tau bene
perempuan
122. Panggilan untuk Cewe Cewe
gadis remaja
19

123. Panggilan untuk Bene matua Bene matua


wanita tua
124. Panggilan untuk kallolo Kallolo
laki-laki remaja
125. Panggilan untuk Moane matua Moane matua
lelaki tua
126. Ayah Ambe Ambe
127. Ibu Indo Indo
128. Kakak laki- uwa/tante uwa/tante
laki/wanita orang
tua
129. Suami/istri kakak Kaka ipa Kaka ipa
orang tua
130. Suami/ istri adik Ade ipa Ade ipa
orang tua
131. Cucu Ampo Ampo
132. Cicit Ampo guntu Ampo guntu
133. Cucunya cucu Ampona Ampo Ampona Ampo
134. Mertua Matuanna Matuanna
135. Ipar Ipa Ipa
136. Besan Besa𝜂 Besa𝜂
137. Biras Sirampe𝜂 Sirampea𝜂
138. Ibu tiri Indo poro Indo poro
139. Anting Anti𝜂 Anti𝜂
140. Gelas Kaca Kaca
141. Kantong Kanto𝜂 Kanto𝜂
142. Kebaya Kebaya Kebaya
143. Jarik Kain malando Kain malando
144. Sarung Lipa Lipa
145. Sabuk Sabuk Sabuk
146. Alas kaki, ber massandala Massandala
20

147. Bersepatu Massapatu Massapatu


148. Kopiah So𝜂ko So𝜂ko
149. Tudung Pitutu ulu Pitutu ulu
150. Caping Sarao𝜂 Sarao𝜂
151. Kaos oblong Kaos Kaos
152. Singlet Baju dalam muane Baju dalam muane
153. Pegawai Pegawai Pegawai
154. Pamong Pamo𝜂 Pamo𝜂
155. Guru Guru Guru
156. Lalandak Landaa Landaa
157. Pedagang Pabalu Pabalu
158. Juragan Juragan Juragan
159. Petani Pa’galu𝜂 Pa’ galu𝜂
160. Buruh Buru Buru
161. Pengembala itik Pa’kotte Pa’kotte
162. Petani tambak Pa’bo𝜂ko Pa’bo𝜂ko
163. Nelayan Pa’ baga𝜂 Pa’ baga𝜂
164. Dalang Pallawa Pallawa
165. Pesinden Pakkelo𝜂 Pakkelo𝜂
166. Tukang ojek Pa’ 𝜂oje Pa, 𝜂oje
167. Sopir Supiri Supiri
168. Sopir Becak Supiri beca Supiri beca
169. Sopir andong Supiri Supiri
170. Makelar (rumah/ Sales Sales
kendaraan)
171. Nyamuk Kasisi Kasisi
172. Kupu-kupu Kupu-kupu Kupu-kupu
173. Burung Manu-manu Manu-manu
174. Angsa A𝜂sa A𝜂sa
175. Itik Kotte Kotte
176. Kura-kura Kura-kura Kura-kura
21

177. Udang Bo𝜂ko Bo𝜂ko


178. Cumi-cumi Cumi-cumi Cumi-cumi
179. Cacing Caci𝜂 Caci𝜂
180. Senggulung Kaki seribu Kaki seribu
181. Ulat Ulli Ulli
182. Kecoak Balepe Balepe
183. Kutu Kutu Kutu
184. Tupai Tupai Tupai
185. Ular Ula Ula
186. Tikus Balao Balao
187. Laba-laba Laba-laba Laba-laba
188. Kambing Bembe Bembe
189. Anjing Asu Asu
190. Kucing Serre Serre
191. Kerbau Tedo𝜂 Tedo𝜂
192. Babi Bai Bai
193. Buaya Buaya Buaya
194. Harimau Harimau Harimau
195. Bunglon Bu𝜂lon Bu𝜂lon
196. Monyet Seba Seba
197. Telur Tallo Tallo
198. Cakar Cakar Cakar
199. Sayap Pani Pani
200. Ekor Ikko Ikko
201. Punuk Bukkojo Bukkojo
202. Daging Dagi𝜂 Dagi𝜂
203. Minyak kelapa Boka Boka
204. Padi Pare Pare
205. Beras Barra Barra
206. Beras kecil Barra beccu Barra beccu
207. Nasi, kering Bo’bo, mare𝜂ko Bo’bo, mare𝜂ko
22

208. Ketan Barra Pulu Barra Pulu


209. Peria Paria Paria
210. Serai Sarre Sarre
211. Kunyit Kunyi Kunyi
212. Terong Katarru𝜂 Katarru𝜂
213. Kemiri Kaindi Kaindi
214. Pala Pala Pala
215. Jagung Dalle Dalle
216. Jelai Gandu𝜂 Gandu𝜂
217. Jengkol Jengkol Jengkol
218. Daun ketela Daun kandora Daun kandura
rambat
219. ketela rambat kandora Kandura
220. Ketela pohon Battawe Battawe
221. Daun kaladi Daun kaladi Daun kaladi
222. Daun sawi Daun sawi Daun sawi
223. Tapai Tempe Tempe
224. Cabe Passe Passe
225. Dahan Dahan Dahan
226. Ranting Ranti𝜂 Ranti𝜂
227. Kayu Kaju Kaju
228. Kayu manis Kaju macanni𝜂 Kaju macanni𝜂
229. Kulit kayu Kuli kayu Kuli kayu
230. Bunga Bu𝜂a Bu𝜂a
231. Akar Akar Akar
232. Durian Durian Durian
233. Buluh Buluh Buluh
234. Ruas Ruas Ruas
235. Rebung Rabbu𝜂 Rabbu𝜂
236. Pisang Loka Loka
237. Ijuk Ijuk Ijuk
23

238. Buah kelapa Bua kaluku Bua kaluku


239. Sabut Benu Benu
240. Tempurung Ba𝜂a Ba𝜂a
241. Tebu Ta’bu Ta’bu
242. Beringin Beri𝜂in Beri𝜂in
243. Buah asam Bua campa Bua campa
244. Biji asam Biji campa Biji campa
245. Asam muda Campa malolo Campa malolo
246. Papaya Taliki Taliki
247. Tubah Tuba Tuba
248. Alang-alang Ala𝜂-ala𝜂 Ala𝜂-ala𝜂
249. Mangga Pao Pao
250. Jambu air Jambu wai Jambu wai
251. Air tawar Wai malawi Wai Malawi
252. Batu Batu Batu
253. Batu api Batu api Batu api
254. Pasir kassi kassi
255. Garam Sia Sia
256. Api Api Api
257. Asap Rambu Rambu
258. Kabut Kabu Kabu
259. Sungai Salu Salu
260. Sungai besar Salu badoa Salu badoa
261. Sungal kecil Salu beccu Salu beccu
262. Sawah Galu𝜂 Galu𝜂
263. Lahar Lahar Lahar
264. Hutan Pa𝜂𝜂ala Pa𝜂𝜂ala
265. Bulan Bulan Bulan
266. Matahari Mata allo Mata allo
267. Bintang Binta𝜂 Binta𝜂
268. Kilat Kila Kila
24

269. Rumah Banua Banua


270. Bumbungan Balumbu𝜂an Balumbu𝜂an
271. Tangga Enda Enda
272. Rinding tembok Rindi𝜂 batu bata Rindi𝜂 batu bata
273. Jendela Jendela Jendela
274. Kamar Kamar Kamar
275. Wc Wc Wc
276. Dapur Dapo Dapo
277. Serambi Teras Teras
278. Halama Olo banua Olo banua
279. Kandang Kandang Kandang
280. Benang Bannang Bannang
281. Besi Bassi Bassi
282. Tali Tulu Tulu
283. Keset Palulu aje Palulu aje
284. Pedupaan Dupa-dupa Dupa-dupa
285. Cangkir Ca𝜂kiri Ca𝜂kiri
286. Parut Paru Paru
287. Periuk Kuri𝜂 Kuri𝜂
288. Wajan Pamutttu Pamutttu
Gayung Pitimba Pitimba
289. Centong Pikola Pikola
290. Nyiru besar Tapia𝜂 badoa Tapia𝜂 badoa
291. Kursi Kadera Kadera
292. Garu Garu Garu
293. Kapak Wase Wase
294. Beliung Wase Wase
295. Gergaji Garagaji Garagaji
296. Arit Kandao Kandao
297. Sabit Kandao Kandao
298. Pisau Piso Piso
25

299. Golok Bangku𝜂 kasalle𝜂 Bangku𝜂 kasalle𝜂


300. Cangkul Bingku𝜂 Bingku𝜂
301. Lesung Isso𝜂 Isso𝜂
302. Alu Alu Alu
303. Kunci Gonci𝜂 Gonci𝜂
304. Perahu Koli Koli
305. Kail Mata peka𝜂 Mata peka𝜂
306. Bubu Bubu Bubu
307. Rasa mau muntah La’tilua La’tilua
308. Muntah Tilua Tilua
309. Panu Pano Pano
310. Bisul Bunda𝜂 Bunda𝜂
311. Kudis Karri Karri
312. Luka Kojo𝜂 Kojo𝜂
313. Pedih Mapasse Mapasse
314. Hamil Kiwa’ta𝜂 Kiwa’ta𝜂
315. Seriawan Sariawan Sariawan
316. Letih Maka’to Maka’to
317. Parau Merre Merre
318. Buta Buta Buta
319. Tuli Taru Taru
320. Obat Pijampi Pijampi
321. Kanan Kanan Kanan
322. Kiri Kiri Kiri
323. Utara Utara Utara
324. Timur Timur Timur
325. Selatan Selatan Selatan
326. Barat Barat Barat
327. Begini Pada’te Pada’te
328. Begitu Pada’to Pada’to
329. Disini Inde’te Inde’te
26

330. Di atas Jao Jao


331. Di depan Jio olo Jio olo
332. Di belakang Jio boko Jio boko
333. Di luar Jio salea𝜂 Jio salea𝜂
334. Berkata Ma’bicara Ma’bicara
335. Berbisik Ma’ bisi-bisi Ma’ bisi-bisi
336. Bersendawa Tigoro Tigoro
337. Bersiul Ma’pacodi Ma’pacodi
338. Bernyanyi Makkelo𝜂 Makkelo𝜂
339. Makan Kumande Kumande
340. Menggigit Ma’ke𝜂ke Ma’ke𝜂ke
341. Menguap Mi𝜂aloa Mi𝜂aloa
342. Menyembur Ma’bura Ma’bura
343. Mencium Na’udu𝜂 Na’udu𝜂
344. Menangis Tuma𝜂i Tuma𝜂i
345. Tersedu-sedu Sido-sido Sido-sido
346. Tertawa Mitawa Mitawa
347. Membersihkan Mappipacci𝜂 Mappipacci𝜂
348. Mendorong Na’dorong Na’dorong
349. Membalas Ma’balas Ma’balas
350. Mencuri Ma’boko Ma’boko
351. Menikam Pa’gaja𝜂 Pa’gaja𝜂
352. Menembak Ma’temba Ma’temba
353. Melempar Mareba Mareba
354. Memotong Ma’polo Ma’polo
355. Menebang pohon Ma’lempo Ma’lempo
356. Mengubur Ma’ kaburu Ma’ kaburu
357. Memberi Ma’be𝜂a𝜂 Ma’be𝜂a𝜂
358. Mengambil ma𝜂ala Ma𝜂ala
359. Membeli Ma𝜂alli Ma𝜂alli
360. Membuka Ma’ bu𝜂ka Ma’ bu𝜂ka
27

361. Menggaruk Ma’kajo Ma’kajo


362. Memasak Mannasu Mannasu
363. Mencuci pakaian Masassa baju Masassa baju
364. Menghidupkan Patuo Api Patuo Api
Api
365. Menyapuh Massarri𝜂 Massarri𝜂
366. Mengayam Me𝜂ayam Me𝜂ayam
367. Bekerja Majama Majama
368. Berubah Beruba Beruba
369. Bermain Mani𝜂o Mani𝜂o
370. Berenang Mina𝜂o Mina𝜂o
371. Bertemu Sitammu Sitammu
372. Bersembunyi Mimbuni Mimbuni
373. Berdiam Kamma Kamma
374. Berpikir Ma’pikkiri Ma’pikkiri
375. Bermimpi Katulu-tulu Katulu-tulu
376. tahu, ke-an, me-i, Na’isse𝜂 Na’isse𝜂
di-i
377. Berak Kittai Kittai
378. Kentut Bo’ti Bo’ti
379. Tumbuh Tuo Tuo
380. Pulang Sule Sule
381. Pergi Manjo Manjo
382. Datang Rampo Rampo
383. Terbang Luttu Luttu
384. Ganti Sellei Sellei
385. Jatuh Ronno Ronno
386. Turun Lao Lao
387. Mengalir Lolong Lolong
388. Mengapung Mawa𝜂/minnawa𝜂 Mawa𝜂/minnawa𝜂
389. Merintangi Na’hala𝜂i Na’hala𝜂i
28

390. Mencari Ma’jaka Ma’jaka


391. Miminjam Ma𝜂inda𝜂 Ma𝜂inda𝜂
392. Mendengar Ma’pisaddi𝜂 Ma’pisaddi𝜂
393. Menginjak Ma’lese Ma’lese
394. Berjongkok Cekke𝜂 Cekke𝜂
395. Berdiri Ke’de Ke’de
396. Duduk, me-i, di- Cado Cado
kan
397. Baru Baru Baru
398. Lama Masai Masai
399. Utuh Pore Pore
400. Tidak utuh Tae’na pore Tae’na pore
401. Bersih Mapacci𝜂 Mapacci𝜂
402. Kotor Marema Marema
403. Tinggi Majambo𝜂 Majambo𝜂
404. Besar Ba’doaa Ba’doaa
405. Luas Malua Malua
406. Panjang Malando Malando
407. Tebal Makamba𝜂 Makamba𝜂
408. Tipis Manipi Manipi
409. Jauh Mambella𝜂 Mambella𝜂
410. Dekat Mandappi Mandappi
411. Keras Ma’kadda Ma’kadda
412. bagus, baik Ma’ballo Ma’ballo
413. Jelek Kadangke𝜂 Kadangke𝜂
414. Jernih Macinno𝜂 Macinno𝜂
415. Kering Marengko Marengko
416. Hidup Tuo Tuo
417. mati, me-kan Mate Mate
418. Ada De𝜂 De𝜂
419. tidak ada Tae Tae
29

420. Ya Ya/iye Ya/iye


421. Ramai Maroa Maroa
422. Sepi Makarorrong Makarorrong
423. tajam, me-i, di- Matarang Matarang
kan
424. tumpul, me-kan Ma’kundu Ma’kundu
425. Licin Ma’langngo Ma’langngo
426. Berat Ma’banda Ma’banda
427. Lain Laeng Laeng
428. Penuh Buke Buke
429. Masak, sudah Ma’nasu Ma’nasu
430. Gelap Ma’lilling Ma’lilling
431. Muda Malolo Malolo
432. Gemuk Kacommo Kacommo
433. Kurus Madoko Mado ko
434. Takut Mataku Mataku
435. Terkenal Marampo Marampo
436. Angkuh Ma’bangkaa Ma’bangka
437. Jahat Kadake sifa Kadake sifa
438. Putih Mabusa Mabusa
439. Hitam Maloto𝜂 Maloto𝜂
440. Bau apek Ma’bau Ma bau
441. Apek Ma’bau kappa𝜂 Ma’bau kappa𝜂
442. Bau ikan Ma’bau bete Ma bau bete
443. Bau keringat Ma’bau pussa𝜂 Ma’bau pussa𝜂
444. Bau ular Ma’ bau ula Ma’ bau ula
445. Bau kencing Ma’bau teme Ma’bau teme
446. Harum Mawa𝜂i Mawa𝜂i
447. Rasa Rasa Rasa
448. Manis Ma’canni𝜂 Ma’canni𝜂
449. Pahit Ma’pai Ma’pai
30

2. Pasangan Korespondensi Fonemis


Bila perubahan fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan
teratur serta tinggi frekuensinya, bentuk yang berimbang antara kedua bahasa
tersebut berkerabat keraf (Mayangsari, 2020). Pasangan kata yang memiliki
korespondensi fonemis merupakan pasangan kata yang memiliki hubungan anatara
kedua bahasa berdasarkan posisi fonem-fonem dan makna yang sama dari kedua
bahasa yang dibandingkan.Berdasarkan uraian di atas, untuk korespondensi
fonemis bahasa Ta’e di desa ponrang dan desa parekaju, ditemukan 58 data sebagai
berikut.

Tabel 4.2 Korespondensi Fonemis

No Bahasa Indonesia Bahasa Tae’ Desa Bahasa Tae’ Desa korespondensi


Ponrang Parekaju
1) Seribu Sassabbu sa𝜂𝑠𝑎𝑏𝑏𝑢 s–𝜼
2) Satu setengah Mesa sta𝜂𝜂𝑎 Mesa sta𝜂𝜂𝑎ℎ 𝜽−𝒉
3) Sejengkal Sanja𝜂ka𝜂 sanja𝜂kan 𝜼−n
4) Musim hujan Musi𝜂 ura𝜂 Musim ura𝜂 𝜼−m
5) Tengah malam mandalla𝜂 bo𝜂𝑖 Madallan bo𝜂𝑖 𝜼−m
6) Tahun Tau𝜂 Tahun 𝜼−n
7) Delapan tahun yang Karua tahu𝜂 lendu Karu tahun lendu 𝜼−n
lalu
8) Seratus tahun Saratu tau𝜂 Saratu tahun 𝜼−n
9) Lutut Lutu Guntu l–g
10) Darah Kilara Kirara l–r
11) Cincing Cicci𝜂 cincin 𝜼−n
12) Tukang kayu Tukan kaju Tuka𝜂 kaju n–𝜼
13) Tukang batu Tukan batu Tuka𝜂 batu n–𝜼
14) Santan Santa𝜂 Santan n–𝜼
15) Turi Daun kiloro Dau𝜂 kiloro n–𝜼
31

16) Daun Daun Dau𝜂 n–𝜼


17) Angin A𝜂i𝜂 a𝜂in 𝜼−n
18) Angin rebut A𝜂i𝜂 magasa A𝜂in magasa 𝜼−n
19) Jalan Lala𝜂 lalan 𝜼−n
20) Jalan lebar Lala𝜂 malua Lalan malua 𝜼−n
21) Jalan sempit Lala𝜂 masippi Lalan masippi 𝜼−n
22) Jarum Jaru𝜂 Jarum 𝜼−m
23) Ringan Madi𝜂𝜂a𝜂 madi𝜂𝜂an 𝜼−n
24) Buah Bua Buah 𝜽–h
25) Perut Tambu Tambuk 𝜽–k
26) Isi perut Isi tambu Isi tambuk 𝜽–k
27) Rambut dikepala Bilua jio ulu Biluak jio ulu 𝜽–k
28) Rambut putih Bilua mabusa Biluak mabusa 𝜽–k
29) Anak Ana Anak 𝜽–k
30) Anak kandung Ana kandu𝜂 Anak kandu𝜂 𝜽–k
31) Kakak Kaka kakak 𝜽–k
32) Kakek Kake Kakek 𝜽–k
33) Nenek Nene Nenek 𝜽–k
34) Ayahnya kakek Ambena kake Ambena kakek 𝜽–k
35) Ibunya kakek Indona kake Indona kakek 𝜽–k
36) Cucu saudara kakek Ampona saudara kake Ampona saudara 𝜽–k
kakek
37) Kakenya kakek Kakena kake Kakena kakek 𝜽–k
38) Nenek moyang Nene moyan Nenek moya𝜂 n–𝜼
39) Ikat rambut kepala Pori bilua Pori biluak 𝜽–k
40) Lurah Lura Lurah 𝜽–h
41) Ayam Manu Manuk 𝜽–k
42) Anak ayam Ana manu Anak manuk 𝜽–k
43) Anak angsa Ana ansa Anak a𝜂sa 𝜼−n
44) Anak itik Ana kotte Anak kotte 𝜽–k
45) Anak sapi Ana capi Anak sapi 𝜽–k
32

46) Anak kambing Ana bembe Anak bembe 𝜽–k


47) Anak anjing Ana asu Anak asu 𝜽–k
48) Anak kucing Ana serre Anak serre 𝜽–k
49) Anak kerbau Ana tedo𝜂 Anak tedo𝜂 𝜽–k
50) Anak babi Ana bai Anak bai 𝜽–k
51) Anak buaya Ana buaya Anak buaya 𝜽–k
52) Anak harimau Ana harimau Anak harimau 𝜽–k
53) Tanduk Tandu Tanduk 𝜽–k
54) Salah Sala Salah 𝜽−h
55) Getah Lite Liteh 𝜽−h
56) Sendok Siru Siruk 𝜽–k
57) Belok Belo Belok 𝜽–k
58) Mentah Mamatah Mamata h–𝜽

3. Kemiripan secara fonetis


Pasangan kata mirip secara fonetis ditunjukkan dengan terdapatnya pasangan-
pasangan kata yang memiliki kemiripan karena posisi artikulatornya yang sama
sehingga bisa dianggap sebagai alofon. Berdasarkan uraian di atas, untuk kemiripan
secara fonetis Ta’e di desa ponrang dan desa parekaju, ditemukan 51 data sebagai
berikut.
Tabel 4.3 Kemiripan Secara Fonetis

No Bahasa Indonesia Bahasa Tae’ Desa Bahasa Tae’ Desa


Ponrang Parekaju
1) Enam puluh Anna𝜂 pulona Anna𝜂 puloh
2) Hujan Pa’ ura𝜂i Kaura𝜂an
3) Pagi buta Makale maro makale mele
4) Tadi pagi Di𝜂ina makale 𝜂𝑒na makale
5) Lima hari Lima 𝜂allo Lima𝜂 allo
6) Tujuh hari Pitu 𝜂 allo Pitu𝜂 allo
33

7) Tiga puluh hari Tallumpuloh allo Tallu𝜂 puloh allo


8) Tigah puluh enam hari Tallumpuloh anna𝜂 Tallu𝜂 puloh anna𝜂

allo allo
9) Lubang telinga wanita Loba𝜂na tali𝜂a bene Loba𝜂 tali𝜂a baine
10) Telunjuk pinjillo Pinjullu
11) Istri Bene Baine
12) Kluwak kaluwa Kluwak
13) Ketimun Katimun Mentimun
14) Jambu batu Jambu batu Jambu biji
15) Abu Abu Wau
16) Debu Labbu Kiabu
17) Guntur gunturu Guntu
18) Ruang depan Rua𝜂𝑎𝑛 olo Rua𝜂an jio olo
19) Tempat beras In𝑎𝜂 barra 𝜂enan barra
20) Tempat ikan In𝑎𝜂 bete 𝜂enan bete
21) Encok Padi pondo Paddi pondok
22) Obat Pijampi Mapijampi
23) Bertanya makatana Mi𝜂kutana
24) Mengisap naiso Ma𝜂iso
25) Menguyah Ma’kema Mi𝜂kema
26) Membawa Nabawa Mimbawa
27) Membakar Ma’tunu Mantunu
28) Memukul Ma’gasa Sigasa
29) Menanam Ma’tana𝜂 Mantana𝜂

30) Menggosok gigi Ma’goso isi Ma𝜂gosok isi


31) Mengusap Ma’sapu Disapui
32) Mencuci tangan Ma’bissa lima Bissa lima
33) Memeras Ma’parra Diparra
34) Menjemur Ma’𝜂allo Dialloi
34

35) Menjahit Manjait Menjahi


36) Ingat Kilala Mi𝜂 kilala
37) Ikut Mirundu Mi𝜂karundu
38) Memilih Ma’pilih Ma’pilei
39) Basah Bu𝜂ga Ma’bu𝜂ga
40) Kasar Ma’kassara Kassara
41) Tua Ma’tua Tua
42) Tampan Gaga Magagah
43) Gagah Gaga Magagah
44) Malu Masiri Passirisan
45) Bau Ma’bau Bau
46) Seperempat Seperampaa Saparampa
47) Telapak tangan Pala lima Telapa lima
48) Hati Ate Hati
49) Suami Muane Moane
50) Pusing Masaki ulu Saki ulu
51) Batuk Meke-meke More-more

4. Perbedaan Satu Fonem


Satu fonem berbeda terjadi apabila dalam satu pasangan kata terdapat
perbedaan satu fonem. Namun, dapat dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi karena
pengaruh lingkungan yang di masukinya. Semntara itu dalam bahasa lain pengaruh
lingkungan itu tidak mengubah fonemnya sehingga pasangan itu ditetapkan sebagai
kata kerabat Keraf (Mayangsari 2020). Hasih analisis bahasa tae’ di desa ponrang
dan di parekaju ditemukan 41 data sebagai berikut.

Tabel 4.4 perbedaan Satu Fonem

No Bahasa Indonesia Bahasa Tae’ Desa Bahasa Tae’ Fonem


Ponrang Desa Parekaju
1) Sediki Ciddi Siddi c-s
35

2) Adik Ade Adi e-i


3) Menantu Manantu Minantu a-i
4) Celana Panjang Silara lando Sulara lando i-u
5) Celana pendek Silara poddi Sulara poddi i-u
6) Lalat Lali Lala i-a
7) Tenggiling Kalanae Kalonae a-o
8) Cecak Cicaa Cicak a-k
9) Sapi Capi Sapi c-s
10) Ingsang Assa𝜂 Issa𝜂 a-i

11) Sisik SissI Sissik I–k


12) Belulang Bilula𝜂 Balula𝜂 i-a

13) Pantat sapi Pollo capi Pollo sapi c-s


14) Bawang merah Lassuna malara𝜂 Lassuna marara𝜂 l–r

15) Ketumbar Katumbar Ketumbar a-e


16) Petei Pette Petei e–i
17) Petei cina Pette cina Petei cina e–i
18) Cabe merah Passe malara𝜂 Passe marara𝜂 l–r

19) Cabe hijau Passe maido Passe meido a–e


20) Cabe kecil Passe biccu Passe beccu i-e
21) Pandan Panda𝜂 Pandan 𝜂-n
22) Sirsat Serikaja Serikaya j-y
23) Laut TasI Tasik I-k
24) Air lau Wai tasI Wai tasik I-k
25) Gunung Guntu Buntu g-b
26) Langit La𝜂I La𝜂it I-t

27) Lantai Lantei Lantai e-a


28) Keranjang Karanja𝜂 Karanje𝜂 a-e

29) Nyiru kecil Tapiang biccu Tapiang beccu i-e


30) Bajak Bajaa Bajak a–k
31) Mata bajak Mata bajaa Mata bajak a–k
36

32) Menyuruh Ma’sua Mi’sua a-i


33) Membunuh Mappatea𝜂 Papatea𝜂 m-p

34) Menumbuk Ma’tumbu Ma’lumbu t-l


35) Kencing Katteme Kitteme i–e
36) Kecil Biccu Beccu i-e
37) Sempet Macipi Masipi c-s
38) Merah Malara𝜂 Marara𝜂 l-r

39) Darah Lara Rara l-r


40) Menghitung Mambila𝜂 Manbila𝜂 m-n

41) Bulat Malebu Kalebu m-k

Berdasarkan hasil analisis penetapan kata kerabat di desa ponrang dan di desa
parekaju dapat dihitung dengan menggunakan beberapa rumus sebagai berikut.

1. Rumus Dialektrometri

𝑠
d% = 𝑛 x 1 00
Diketahui:

s = 201

n = 800

Ditanyakan:

d% =…….?

Penyelesaian:
𝑠
d% = 𝑛 x 100
201
= 800 𝑥 100

= 0,251 x 100
37

= 21,1%

Jadi jarak kosakata dalam presentase bahasa tae’ diantara daerah pengamatan
sebesar 21,1% termasuk pada kategori perbedaan wicara.

2. Rumus Leksikostatistik

𝑣
𝐶 = 𝑣 𝑡 × 100%
𝑑

Diketahui:

Vt = 599

Vd = 800

Ditanyakan:

C =…………?

Penyelesaian:
𝑣
𝐶 = 𝑣 𝑡 × 100%
𝑑

599
= 800 𝑥 100%

= 0,748 x 100%

= 74,8 (dibulatkan menjadi 75%)

Jadi presentase kekerabatan bahasa tae’ antara desa ponrang dan desa parekaju
sebesar 75% teramasuk dalam kategori keluarga/family.

Setelah nilai presentase kekerabatannya diketahui, dapat dihitung waktu pisah


kedua bahasa tersebut. Dalam hal ini, nilai refensinya adalah r = 80,5% di
desimalkan menjadi 0,805. Besarnya presentase kekerabatannya adalah C = 75%
didesimalkan menjadi 0,75.
38

3. Rumus Grotokronologi

Dengan demikian waktu pisah kedua bahasa tersebut adalah.


log 𝐶
t= 2 log 𝑟

Diketahui:

C = 75% (Didesimalkan menjadi 0,75)

r = Konstan/indeks (80,5 didesimalkan menjadi 0,805)

Ditanyakan:

t =………..?

Penyelesaian:

log 𝐶
=
2 log 𝑟

log 0,75
= 2 log 0,805

− 0,124
=
2 𝑥 (−0,094)

− 0,124
= − 0,188

= 0,659 (dikalikan 1.000)

= 659
Jadi, waktu pisah awal bahasa tae’ di desa ponrang dan di desa parekaju adalah
659 tahun yang lalu.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dialektologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari dialek atau variasi
bahasa dalam suatu komunitas masyarakat tertentu.
2. Linguistik Historis Koparatif adalah subbidang linguistik yang paling tua
usianya. Dikatakan demikian, karena kajian bahasa secara ilmiah mulai mencapai
bentuknya pada sekitar abad ke-19.
3. leksikostatistik merupakan penerapan metode statistik diperbandingan bahasa
yang memakai kosakata sebagai bahan perbandingannya.
4. Bahasa Tae' merupakan bahasa dari rumpun toraja sa'dan yang digunakan di
Luwu Raya, Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa Tae' ini digunakan empat
kabupaten dan kota, masing-masing kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur
dan kota Palopo.
5. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa jarak kosakata dalam

presentase bahasa tae’ diantara daerah pengamatan sebesar 21,1%


dianggap sebagai perbedaan wicara. Kemudian bahasa tae di desa ponrang
dan di desa parekaju memiliki presentase kekerabatan sebesar 75%. Berdasarkan
pertimbangan leksikostatistik, dari 800 kosakata pada bahasa tae’. Penentuan kata
kerabat dengan mendaftar pasangan bahasa yang identik yang terdapat dalam
bahasa tae’ di desa ponrang dan di desa parekaju ditemukan 449 data,
korespondensi fonemis dalam bahasa tae’ di desa ponrang dan di desa parekaju
ditemukan 58 data, kemiripan secara fonetis dalam bahasa tae’ di desa ponrang dan
di desa parekaju ditemukan 51 data, dan satu fonerm berbeda dalam bahasa tae’ di
desa ponrang dan di desa parekaju ditemukan 41 data. Selanjutnya bahasa tae’ di
desa ponrang dan desa parekaju mulai berpisah 659 tahun yang lalu.

5.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih focus dan details dalam mendeskripsikan bahasa tae’ dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Besse Herdiana. Dialektologi, 1-5.

Dialektologi. 6 (02). (2021). Yang diakses pada tanggal 15 desember 2023 dari situs
doi:10.52237/ dialektologi. v6i02. ISSN 2503- 4944
http://dx.doi.org/10.52237/dialektologi.v6i02.

Heni, R. (2019). Kekerabatan bahasa sasak dialek meno-mene dan bahasa


sumbawa dialek taliwang dalam kajian linguistic historis komparatif
(Doctoral Dissertation, Universitas_Muhammadiyah_Mataram).

Mayangsari, D. Leksikotatistik Bahasa Bugis dan Bahasa Toraja.

Suparman, NFN (2021). "Interferensi Bahasa tae terhadap bahasa


indonesia". Telaga Bahasa.9(1):100. Yang diakses pada anggal 17
desember 2023 doi:10.36843/tb.v9i1.204. ISSN 2686-5572.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai