MUATAN LOKAL
PROPOSAL
DI SUSUN OLEH :
NAMA : RIZKY
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk
Selama penelitian dan penulisan proposal ini banyak sekali hambatan yang
penulis alami, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak,
Penulis beranggapan bahwa proposal ini merupakan karya terbaik yang dapat
didalamnya terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya
Rizky
A 111 19 068
DAFTAR ISI
SAMPUL
Morfofonemik .................................................................................................
Jenis Perubahan ..............................................................................................
Morfofonemik dalam pembentukan kata Bahasa
Indonesia........................................................................................................
Pembelajaran bahasa.......................................................................................
Muatan lokal ...................................................................................................
Bentuk nasal dan tak bernasal ........................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa sangat dibutuhkan dalam situasi dan kondisi apapun. Selagi masih
berkomunikasi, karena dengan berada di situasi yang berbeda maka berbeda pula
bahasa yang digunakan. Bahasa ditumbuh kembangkan dalam segala aspek kehidupan
bahkan emosi seseorang kepada orang lain. Bahasa merupakan alat yang digunakan
merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami variasi yang begitu banyak
di dalam masyarakat. Bahasa banyak sekali digunakan oleh setiap individu dalam
menyampaikan maksud dan keinginannya kepada orang lain yang diajak sebagai lawan
bicaranya.
Bahasa Kaili adalah bahasa yang digunakan oleh etnik Kaili di Sulawesi
I
Kota Palu, Kabupaten Tojo Una Una, dan sebagian Kabupaten Pasangkayu,
Sulawesi Barat. Sementara, bentuk puisi tidak kurang terdiri dari 20 macam bentukan,
seperti Kimba, Tavaa, Gane, Paseva (kata-kata hikmah) dan Dadendate (syair
berantai). Bahasa ini terdiri dari beberapa sub bahasa Contoh: Kaili Ledo, Inde, Da'a,
Terjadinya perubahan fonem yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu
dengan morfem yang lain disebut morfofonemik (Sumadi, 2010 : 140). Proses
morfofonemik bahasa kaili ledo merupakan perubahan fonem bahasa Indonesia dan
bahasa kaili.
Melihat dan mengamati interaksi dan proses morfofonemik bahasa kaili para
ini merupakan hal yang biasa, akan tetapi menjadi hal yang menarik untuk diteliti
masyarakat.
II
Sejauh penelusuran yang sudah peneliti lakukan di lingkungan Fakultas
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana proses morfofonemik bahasa
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses morfofonemik
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yang berguna bagi guru,
III
2. Bagi Peneliti
Definisi Istilah
Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam memahami istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi istilah. Adapun istilah-
sesuai dengan fonem awal yang bersangkutan (Zaenal Arifin dan Junaiyah,
(2009:16).
IV
V
BAB II
KAJIAN TEORI
Morfofonemik
yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain. Pendapat
tersebut juga diperkuat oleh Zaenal Arifin dan Junaiyah (2009:16) morfofonemik
ialah proses berubahannya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal
kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari
an pada kata dasar hari akan muncul bunyi [y] yang dalam ortografi tidak dituliskan,
Hari + an = hariyan
Contoh lain, dalam proses pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab akan
terjadi pergeseran letak bunyi [b] kebelakang, membentuk suku kata baru.
Ja.wab + an = ja.wa.ban
1
Berikut ini menurut Abdul Chaer (2008:43) beberapa jenis perubahan
fonem dan bentuk-bentuj morfofonemik pada beberapa proses morfologi, antara lain
a. Jenis perubahan
Yaitu munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang ada pada
mulanya tidak ada, misalnya dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca
me + baca = membaca
Contoh lain, seperti yang telah disebutkan di atas yaitu dalam proses
pengimbuhan sufiks –an pada dasar hari akan mencul bunyi semi vokal [y] seperti
Hari + an = hariyan
dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang, maka bunyi [r] yang ada
2
Juga di dalam proses pengimbuhan “akhiran” wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/
sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi,
umpamanya dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada
kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada
me + sikat = menyikat
pe + sikat = penyikat
3
d) Proses Perubahan Fonem
Ialah berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya
proses morfologi, umpamanya dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar
terjadi perubahan bunyi, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/, contohnya
antara lain :
Contoh lain dalam Abdul Chaer (2008:45) proses pengimbuhan afiks ter- pada
dasar anjur terjadi perubahan fonem, di mana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/,
posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam satu suku kata lainnya, umpamanya
dalam pengimbuhan sufiks –i pada dasar lompat, terjadi pergeseran di mana fonem /t/
yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti, contohnya
yaitu :
lompat + i = me.lom.pati
4
Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab. Disini
fonem /b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada
terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak
ada. Dalam proses reduplikasi dan hanya dalam prefiksasi ‘ber-, prefiksasi me-,
prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfiksasi pe-an, konfiksasi per-an, dan sufiksasi –an.
5
1. Prefiksasi ber-
a. Pelesapan fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar ang
b. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk
c. Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk
me + rawat = merawat.
6
b. Penambahan fonem,yakni penambahan fonem nasal /m,n,ng,dan
me + fitnah = memfitnah
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
konsonan /d/,contoh :
me + dapat = mendapat.
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri
me + cat = mengecat.
c. Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar
me + sikat = menyikat
me + kirim = mengirim
me + pilih = memilih
7
3. Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
prefiks dan bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh
konsonan /d/.Contoh :
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan
8
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa bentuk
c) Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- (pe-an) diimbuhkan pada bentuk kata
Contoh:
a) Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/.
b) Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata
9
c) Pengekalan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang disebutkan pada
a dan b di atas.
5. Sufiksasi -an
pandu + an = panduwan
b) Penggeseran fonem, terjadi apabila sufiks -an diimbuhkan pada bentuk dasar
jawab + an = ja.wa.ban
6. Prefiksasi ter-
a) Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- diimbuhkan pada bentuk
10
b) Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ pada kata anjur. ter +
anjur=telanjur
c) Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter-
A. Pembelajaran Bahasa
bahasa, metode pengajaran bahasa, dan materi pelajaran. Empat fakto tersebut
menjadi bagian terpenting dalam usaha membantu dan memudahkan proses belajar
mengajara bahasa.
proses belajar. Karena guru merupakan fasilitator dalam proses pembelajaran yang
memerlukan cara-cara atau meode dalam pembelajaran. Jadi, guru yang baik, pada
umumnya selalu berusaha untuk menggunakan metode pengajaran yang efektif, serta
Pencarian metode yang paling efektif tetap saja dilakukan dari zaman ke zaman.
ilmu pendidikan. Ilmu linguistic memberikan informasi kepada kita tentang bahasa
11
Ilmu psikologi Menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu, dalam ilmu
satu cara atau metode yang sesuai untuk digunakan di kelas sehingga memudahkan
B. Muatan Lokal
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata bahasa Indonesia
sangat erat kaitannya dengan tiga hal menurut Abdul Chaer (2008:56) dalam bukunya
yaitu : pertama, tipe verba yang “menurunkan” bentuk kata itu; kedua, upaya
12
a. Kaitan dengan tipe verba
ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi. Keempat
verba itu adalah (a) verba berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan me-i), (b)
verba berprefiks me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-l), (c) verba berprefiks
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nomina pe- dan pe-an)
1) Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y,
2) Akan muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/.
Contohnya:
13
3) Akan muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/.
Contoh:
4) Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai denga fonem /s, c, dan j/.
Contoh:
5) Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h,
6) Akan muncul nasal /nge-/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku.
Misalnya:
14
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- yang bentuk dasarnya berupa
pangkal berafiks per-, per-kan, dan per-l (dengan nomina bentuk pe- dan pe-an yang
1. Fonem /p/ sebagai fonem awal pada dasar yang berupa pangkal per-, per-
kan, atau per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-
, karena fonem /p/ itu adalah sebagian dari prefiks -pe- yang menjadi dasar
pembentukan. Contoh:
me + perpendek = memperpendek
1) Nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper bersifat potensial, dan
memperpendek = perpendekan.
bentuk pemer-; ada yang aktual ada yang masih potensial. Contoh:
Mempersatukan= pemersatu.
mempertahankan = pemertahanan.
15
Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berkonfiks
sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi,
yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan
dalam bidang olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis),
makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya,
bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk mengkaji yang berarti
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif.
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Zuriah (2009:92) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
Dalam penelitian ini tidak semua percakapan masyarakat bahasa kaili yang
terjadi diteliti secara mendalam, karena cakupannya sangat luas dan tidak
Lokasi Penelitian
17
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, karena data yang diperoleh
langsung dari informan di lokasi penelitian. Data tersebut berupa data verbal
situasi tidak formal yang diperoleh dengan cara merekam dan mencatat.
ini. Data tersebut diperoleh langsung lewat kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
pantoloan baik yang disengaja maupun tidak disengaja dengan menggunakan alat
rekam.
tidak terlibat dalam percakapan guna menghindari ketidakaslian data yang diperoleh
Instrumen Penelitian
menganalisis, serta menyajikan data sesuai dengan yang dibutuhkan peneliti. Dalam
18
dilingkugan pantoloan.
Analisis Data
mengumpulkan data melalui teknik observasi dan rekam, data yang diperoleh tersebut
kemudian diolah dengan cara menyalinnya dalam bentuk tulisan, setelah rekaman itu
menjadi bentuk tulisan, data tersebut kemudian dipilah-pilah mana tuturan yang
mengandung variasi bahasa sehingga membentuk sebuah data asli yang langsung
Teknik analisis data kualitatif ini mengacu pada Miles dan Huberman dalam
Reduplikasi Data
Pada tahap pertama ini, seorang peneliti dituntut untuk memiliki kemampuan
berfikir sensitif dengan kecerdasan, keluasan, serta kedalaman wawasan yang tinggi.
memfokuskan pada hal-hal yang pokok, dan membuang yang tidak perlu. Data yang
telah direduksi tersebut akan memberikan gambaran yanag jelas serta mempermudah
19
Penyajian Data
Pada tahap ke dua ini, peneliti banyak terlibat dalam kegiatan ini, karena
kegiatan penyajian atau penampilan dari data yang dikumpulkan dan dianalisis yang
sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti. Pada langkah ini peneliti berusah untuk
menyusun data yang relevan, sehingga menjadi suatu informasi yang dapat
disimpulkan. Penyajian data yang baik merupakan salah satu langkah penting menuju
Langkah verifikasi yang dilakukan oleh peneliti sebaiknya masih tetap terbuka untuk
menerima masukan data. Walaupun data tersebut merupakan data yang tergolong
tidak memiliki proses morfofonemik bahasa kaili ledo. Penelitian pada tahap ini,
seharusnya peneliti sudah dapat memutuskan antara data mana yang mempunyai
proses morfofonemik bahasa kaili ledo dan data mana yang tidak termaksud ke dalam
20
DAFTAR PUSTAKA
http://ratnaagustin156124b.blogspot.com/2017/01/morfofonemik.html?m=1
ROSDA
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Bahasa (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. (2005). Teknik Menulis Karya Imliah: Skripsi,
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Rosdakarya Offset.
21