Anda di halaman 1dari 21

VARIASI MORRFEM BAHASA MELAYU DIALEK

SAMBAS DALAM KAJIAN MORFOLOGI



DESAIN PENELITIAN

OLEH
SUSI PUSPASARI
511100105




INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan desain penelitian ini. Desain
penelitian ini berjudul Variasi Morfem Bahasa Melayu Dialek Sambas Dalam
Kajian Morfologi. Desain penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyusun skripsi guna meraih gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Desain penelitian dapat selesai berkat bantuan, bimbingan, serta dorongan
semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Al-Ashadi Alimin, M.Pd. selaku dosen mata kuliah penelitian Bahasa
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
2. Terima kasih rekan-rekan yang telah ikut partisipasi
Sangat disadari bahwa penulisan desain penelitian ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kelengkapan dan penyempurnaan untuk melanjutkan pada
penulisan skripsi. Penulis berharap semoga desain penelitian ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan pembaca pada umumya. Amin

Pontianak, 5 Mei 2014


i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI.ii
BAB I RENCANA PENELITIAN
A. Latar Belakang ............1
B. Rumusan Masalah3
C. Tujuan .3
D. Manfaat4
E. Definisi Operasional.4
F. Metodologi Penelitian..5
1. Metode Penelitian..5
2. Subjek Penelitian6
3. Pendekatan Penelitian6
4. Data dan Sumber Data...6
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data..8
6. Teknik Analisis Data..8
BAB II VARIASI MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK SAMBAS
DALAM KAJIAN MORFOLOGI
A. Hakikat Morfologi...10
B. Morfem....12
1. Hakikat Morfem12
2. Jenis Morfem Berdasarkan Sumbernya13
3. Unsur Morfem...14
C. Bahasa Melayu Dialek Sambas...15
DAFTAR PUSTAKA ..................19



ii
BAB I
RENCANA PENELITIAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana komunikasi utama yang digunakan oleh
manusia untuk berinteraksi. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu
digunakan baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Sebagai mahkuk
sosial, manusia memerlukan sarana yang efektif untuk memenuhi hasrat
dan keinginannya sehingga bahasa merupakan sarana yang paling efektif
untuk berhubungan dan bekerja sama. Bahasa dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan pemikiran
penggunanya. Bahasa tidak terlepas dari kehidupan manusia. Bahasa
sebagai alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan karena
dengan bahasa manusia dapat berbicara mengenai apapun, baik yang
disenangi maupun yang tidak disenangi. Bahasa digunakan untuk
menimbulkan suasana gembira, jenuh, marah, dan sebagainya (Soenardji,
2000:5). Aktivitas manusia tidak dapat berlangsung tanpa bahasa. Pada era
sekarang ini, semakin tinggi peradaban manusia maka semakin tinggi pula
intensitas penggunaan bahasa yang didukung kemajuan teknologi.
Bahasa Indonesia memiliki banyak suku ras maupun bahasa
dengan dialek yang beragam. Ada suku jawa dengan dialeknya masing-
masing. Ada suku sambas dengan dialeknya dan lain-lain. Bahasa daerah
sebagai bagian dari kebudayaan sangat bermanfaat bagi masyarakat
pemakainya, terutama sebagai alat komunikasi sehingga memungkinkan
terjadinya saling pengertian, saling sepakat, dan saling membutuhkan
dalam kehidupan. Bahasa daerah sebagai bagian dari kebudayaan sangat
bermanfaat bagi masyarakat pemakainya, terutama sebagai alat
komunikasi sehingga memungkinkan terjadinya saling pengertian, saling
sepakat dan saling membutuhkan dalam kehidupan.

1
2
Disamping itu, melalui suatu bahasa daerah akan memupuk rasa
persatuan dan kesatuan antara warga pemakainya. Bahasa daerah ini
digunakan sebagai alat komunikasi dengan warga yang ada disekitar.
Bahasa mempunyai peran yang besar dalam kehidupan manusia. Manusia
dapat mengungkapkan ide dan pendapat sehingga terjadi komunikasi
antara satu dan bahasa lain. Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional, terdapat pula beragam bahasa daerah dan memperkaya bahasa
nasional satu di antaranya adalah bahasa melayu dialek sambas. Bahasa
melayu dialek sambas mempunyai beberapa peran penting yaitu sebagai
alat komunikasi dalama kehidupan sehari-hari, sebagai lambang identitas
masyarakat melayu sambas dan sebagai alat penyumbang kebudayaan
daerah.
Bahasa sambas sangat penting keberadaannya dalam kehidupan
masyarakat sambas. Seseorang yang lahir dari masyarakat tersebut
menjadi suatu keharusan untuk mengetahui, memahami dan mampu
menggunakan bahasa tersebut supaya ia tidak mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dan mengintegrasikan diri dalam masyarakat yang
bersangkutan karena bahasa merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Bahasa melayu dialek sambas
perlu upaya untuk menjaga dan melestarikan bahasa tersebut. Bahasa
melayu sambas berada di kabupaten sambas. Penduduknya rata-rata
memnggunakan bahasa melayu sambas. Bahasa melayu sangat mudah
dipahami dan di mengerti. Bahasa melayu sambas mempunyai keunikan
yaitu dari segi pengucapannya dan cara penulisannya itu sangat unik
dalam bahasa melayu sambas. Suku melayu sambas tidak hanya terdapat
di kabupaten sambas saja akan tetapi bisa dijumpai di seluruh Kalimantan
barat. Morfem (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah satuan bentuk
bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil dan tidak
dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.

3
Atau dengan kata lain, morfem adalah kesatuan yang ikut serta
dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya. Alasan
penulis mengambil judul tentang variasi morfem terhadap penggunaan
bahasa melayu dialek sambas dalam kajian morfologi adalah untuk
mengetahui dan memahami tentang variasi morfem yang terdapat dalam
bahasa melayu dialek sambas tersebut. Variasi morfem yang terdapat
dalam bahasa melayu dialek sambas tersebut sangat penting untuk kita
ketahui dan dipelajari. Harapan penulis mengambil judul tersebut adalah
untuk saling mempelajari dan mengenal berbagai bentuk variasi morfem
dalam bahasa tersebut agar dapat memberikan sumbangan dalam bidang
pembelajaran dan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pengajaran bahasa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, masalah umum pada
penelitian ini adalah bagaimana variasi morfem terhadap penggunaan
bahasa melayu dialek sambas dalam kajian morfologi. Adapun sub-sub
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah variasi morfem bahasa melayu dialek sambas?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi variasi morfem terhadap
penggunaan bahasa melayu dialek sambas tersebut?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka secara umum tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan variasi morfem bahasa melayu
dialek sambas dalam kajian morfologi.



4
Penelitian ini secara khusus bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui variasi morfem bahasa melayu dialek sambas.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi variasi morfem terhadap
penggunaan bahasa melayu dialek sambas.
D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun
praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan
pembelajaran dan pengembangan dalam kajian kebahasaan, khususnya
yang berkaitan dengan morfologiny.
Manfaat praktisnya antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan serta
menambah wawasan tentang bahasa, khusunya mengenai variasi
morfem dalam bahasa melayu dialek sambas melalui tataran morfologi.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia
sebagai salah satu alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia.

E. Definisi Operasional
1. Pengertian Morfologi
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.
Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
2. Pengertian Morfem
Morfem (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah satuan bentuk
bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil dan tidak
dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.

5
3. Pengertian Bahasa Melayu Sambas
Suku Melayu Sambas adalah suku melayu yang berada di
kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas terkenal
dengan sebuah peninggalan sejarah yaitu sebuah keraton peninggalan
kerajaan Sultan Sambas. Bahasa melayu sambas mempunyai keunikan
yaitu dari segi pengucapannya dan cara penulisannya itu sangat unik
dalam bahasa melayu sambas. Suku melayu sambas tidak hanya
terdapat di kabupaten sambas saja akan tetapi bisa dijumpai di seluruh
Kalimantan barat.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2013:6) menyatakan
bahwa, metode penelitian pendidikan merupkan cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga
pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Penelitian ini mengkaji variasi morfem dalam proses fonologi bahasa
melayu dialek sambas. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini
menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif diarahakn sebagai
prosedur pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek yang
diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada saat penelitian
dilakukan. Dengan metode deskriptif, penelitian dilakukan semata-
mata berdasarkan fakta atau fenomena yang memang hidup pada
penuturnya. Dalam hal ini metode deskriptif memberikan gambaran
yang objektif dalam variasi morfem terhadap penggunaan bahasa
melayu dialek sambas yang akan dianalisis sesuai dengan faktor
pemakaian sebenarnya.
6
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah
masyarakat asli penutur bahasa sambas. Namun tidak semua
masyarakat asli penutur bahasa sambas mempunyai kedudukan yang
sama. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data yang valid diperlukan
seorang yang informan atau penutur asli bahasa yang diteliti.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian variasi morfem terhadap
penggunaan bahasa melayu dialek sambas melalui kajian morfologi
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana data yang
diambil berupa kata-kata, yakni tuturan atau dialek yang biasa
digunakan oleh penutur asli sambas dalam kesehariannya untuk
berkomunikasi.
4. Data dan Sumber Data
Data merupakan bahan untuk menjawab pertanyaan, memecahkan
permasalahan atau membuktikan hipotesis penelitian. Data yang
terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yakni data yang
bukan angka atau berupa kata-kata verbal (lisan). Data kata-kata verbal
(lisan) disini maksudnya adalah tuturan, ujaran, perkataan, atau
pembicaraan yang dilakukan oleh penutur bahasa Sambas sebagai data
tunggal penelitian. Data lisan merupakan data yang sifatnya benar-
benar nyata dan asli. Data dalam penelitian ini berupa bunyi-bunyi
bahasa melayu dialek sambas.
Sumber data merupakan asal data yang diperoleh dalam penelitian.
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber lisan, yakni diambil
dari percakapan atau pembicaraan dari penutur asli

7
bahasa Sambas yang menggunakan bahasanya untuk
berkomunikasi sehari-hari selain bahasa kedua, bahasa Indonesia.
Sumber data didapatkan dengan cara peneliti melibatkan diri dengan
masyarakat penutur yakni dengan bercakap-cakap dan mendengarkan
setiap percakapan yang dilakukan. Pengambilan sumber data lisan
bertujuan agar memudahkan peneliti mendapatkan data yang benar-
benar asli dari penutur bahasa Sambas sendiri karena data lisan
merupakan hal pokok yang dikaji dalam penelitian ini. Sumber data
dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan oleh penutur asli
bahasa sambas yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan
lapangan secara langsung.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi atau
pengamatan dalam arti penelitian dalam upaya mendapatkan data
dilakukan dengan penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang
yang menjadi informan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah cakap langsung dengan wawancara dan perekaman. Teknik
cakap langsung merupakan teknik penjaringan data melalui percakapan
antara peneliti dan informan. Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan
cara tanya jawab langsung sesuai dengan data yang telah dipersiapkan.
Teknik perekaman dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh data yang sebenarnya dalam bentuk pita rekaman yang
akan ditranskripsikan dalam bentuk tulisan.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukan
oleh (Sugiyono, 2013: 330). Dalam teknik penggumpulan data,
triangulasi diaartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
mengabungkan dari berbagai teknik penggumpulan data dan sumebr
data yang telah ada. Bila penelitian melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenrnya penelitian mengumpulkan data
9
yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data. Triangulasi teknik, berarti penelitian
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber data yang sama.
Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang
dimaksud meliputi: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c)
penyimpulan. Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus yang
saling terkait dan dilaksanakan secara serentak selama dan setelah
pengumpulan data. Ketiga langkah itu secara memadai dipaparkan di
bawah ini.
Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a)
identifikasi, dan (b) klasifikasi. Identifikasi data adalah kegiatan
menyeleksi kelayakan data, Klasifikasi data adalah kegiatan memilah
dan mengelompokkan data. Penyajian data adalah kegiatan
mengelompokkan data yang telah direduksi. Dengan penyajian data ini
diharapkan penarikan kesimpulan menjadi terarah. Penarikan simpulan
adalah kegiatan analisis yang lebih dikhususkan pada penafsiran data
yang telah disajikan. Penafsiran dilakukan secara menyeluruh tentang
variasi morfem terhadap penggunaan bahasa melayu dialek sambas
dalam kehidupan sehari-hari melalui tataran morfologi.










BAB II
VARIASI MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK
SAMBAS DALAM KAJIAN MORFOLOGI

A. Hakikat Morfologi
Morfologi adalah studi tentang morfem dan prosesnya dalam
pembentukan kata. Susunan morfem yang dibicarakan suatu bahasa
termasuk semua gabungan yang membentuk kata atau bagian kata.
Ramlan (1987:21) mengemukakan , Morfologi adalah bagian dari ilmu
bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata. Harimurti Kridalaksana dalam kamus
Linguistik, membatasi pengertian morfologi sebagai, Bidang linguistik
yang mempelajari morfem dan kombinasi- kombinasinya. Atau
Bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian
kata, yakni morfem, (1984:129).
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-
beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu,
baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Kata Morfologi berasal
dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani
morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan
logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos
ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan.
Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata
morfologi berarti ilmu tentang bentuk.


10
11
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam
morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan
makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan
perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam
morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam
morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat
tertinggi. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang
mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.Morfologi
berasal dari bahasa inggris morphology yang terdiri dari kata Morpheme
+ logos. Morph artinya bentuk, logos artinya ilmu.
Dalam morfologi meliputi unsur morfem (termasuk morfem terikat
dan morfem bebas) dan morfo-fonemik. Jadi morfologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kata dan pembentukan kata.
Pengertian Morfologi dalam bahasa bali adalah ilmu yang mempelajari
tentang morfem yang terdapat dalam seluruh bahasa Bali. Maksudnya
disini semua hal-hal yang dipelajari berkaitan dengan bentuk kata dan
susunan kata serta perubahan-perubahan dalam sebuah kata.
Adapun pengertian moroflogi dikemukakan oleh beberapa pakar
bahasa diantaranya seperti: Abdul chaer dalam buku morfologi bahasa
Indonesia menerangan bahwa moroflogi adalah ilmu mengenai bentuk
dan pembentukan kata. Menurut hari murti kridalaksana dalam buku
pembentukan atau dalam bahasa Indonesia bahwa morfologi adalah
dapat dipandang sebagai ilmu yang mencakup kata, bagian-bagian kata
dan keadilan kata. Dari defenisi-defenisi tersebut, dapat dikemukakan
bahwa morfologi adalah salah satu cabang dari ilmu bahasa atau
linguistik yang secara khusus mempelajari seluk beluk morfem serta
gabungan antara morfem-morfem. Sebagai ilustrasi akan dikemukakan
proses pembentukan kata dasar mate menjadi kafekamate.

12
Kata dasar mate mati diberi awalan kan- menjadi kamate yang
mati. Awalan kan- pada kata kamate dapat menerima awalan fe-
sehingga terbentuk kata fekamate matikan. Awalan fe- masih dapat
pula menerima awalan ka- berikutnya sehingga terbentuklah kata
kafekamate alat untuk mematikan

B. Morfem
1. Hakikat Morfem
Morfem (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah satuan bentuk
bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil dan tidak
dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil. Atau dengan kata
lain, morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan
kata dan yang dapat dibedakan artinya. Menurut Ramlan (2009:32),
morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik
yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Ada pula yang
mendefinisikan morfem sebagai bentuk bahasa yang dapat dipotong-
potong menjadi bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat
dipotong lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi begitu seterusnya
sampai kebentuk yang jika dipotong lagi tidak mempunyai makna.
Satuan bahasa merupakan komposit antara bentuk dan makna.
Oleh karena itu, untuk menetapkan sebuah bentuk adalah morfem
atau bukan didasarkan pada kriteria bentuk dan makna itu (Chaer,
2008:13). Contoh morfem seperti kata <keadaan> yang dapat
dipotong-potong menjadi <ke-> sebagai prefiks (imbuhan awalan),
<ada> sebagai kata asal, <-an> sebagai sufiks (imbuhan akhiran),
<ke-an> sebagai konsfiks (imbuhan gabungan), dan <keadaan>
sebagai kata jadian (proses pengimbuhan). Pecahan-pecahan tersebut
di atas itulah yang disebut sebagai morfem, baik sebagai morfem
bebas maupun morfem terikat.

13
2. Jenis Morfem Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, morfem bahasa Indonesia dapat
dikelompokkan atas morfem yang berasal dari bahasa Indonesia asli,
morfem yang berasal dari bahasa daerah yang berada diwilayah
Indonesia, dan morfem yang berasal dari bahasa asing. Morfem-
morfem yang berupa morfem bebas atau morfem dasar tidak
dibicarakan. Disini sebab merupakan diwilayah leksikologi jenis
terakhir ini sangat berperan dalam pembentukan kata-kata baru, yang
merupakan titik sentral pembahasan morfologi. Morfem-morfem
afiks yang berasal dari bahasa Indonesia asli dapat digolongakan
menjadi empat kelompok, yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan konfliks.
Yang tergolong prefiks adalah {meN-}, {ber-}, {peN-}, dan
sebagainya. Yang tergolong infiks adalah {-el-}, {-em-}, dan {-er-}.
Yang tergolong sufiks adalah {-an}, {-kan}, dan {-i}. yang tergolong
konfiks adalah {pe-an}, {ke-an}, {per-an}.
Morfem-morfem afiks seperti {ke-} dalam ketawa, {pra-} dalam
prasangka, {-wan} dalam peragawan ini adalah morfem afiks
serapan yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Apabila morfem afiks
yang berasal darai bahasa Indonesia asli hanya mempunyai arti
gramatikal saja (dan tidak mempunyai makna leksikal) maka afiks
asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia pun harus demikian.
Dilihat dari distribusinya, apabila afiks {peN-an} misalnya mampu
melekat pada bentuk dasar dari bahasa Indonesia asli dan bentuk
dasar serapan, maka afiks asing yang masuk kedalam bahasa
Indonesia pun relatif harus mempunyai kemampuan demikian.
Untuk menentukan mana afiks asing yang sudah menjadi
keluarga afiks bahasa Indonesia dan mana pula yang belum menjadi
keluarga afiks bahasa Indonesia.


14
3. Unsur Morfem
Suatu konstruksi kata ada yang terdiri atas satu morfem, dua
morfem, tiga morfem dan sebagainya. Kata satu misalnya terdiri atas
satu morfem : satu; kata bersatu terdiri atas dua morfem : {ber-} dan
satu ; kata menyatukan terdiri atas tiga morfem : {meN-}, satu, dan {-
kan}; dan kata memberlakukan terdiri atas empat morfem : {meN-},
{ber-}, laku, dan {kan}. Morfem (-morfem) yang menjadi unsur
suatu konstruksi kata disebut unsur atau constituent. Penentuan unsur
suatu konstruksi kata yang terdiri atas satu atau dua morfem memang
sangat mudah sebab morfem (-morfem) itulah yang membentuk
konstruksi itu. Misalnya konstruksi kata satu, sepeda, bersatu,
makanan, memanggil. Akan tetapi, apabila konstruksi itu terdiri atas
lebih dari morfem, perlu ada pemikiran lebih lanjut. Apakah morfem
{ber}, {peN-an}, dan didik sebagai unsur konstruksi itu? Ternyata
tidak. Morfem {ber}, {peN-an}, dan didik tidak bersama-sama
membentuk konstruksi berpendidikan, tetapi secara bertahap.
Pertama, {peN-an} bergabung dengan didik untuk membentuk
konstruksi pendidikan. Setelah itu, {ber-} bergabung dengan
konstruksi pendidikan untuk membentuk konstruksi berpendidikan.

C. Bahasa Melayu Dialek Sambas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bahasa ialah 1. sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengiden-tifikasikan
diri; 2. percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan
santun: budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan
tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal
atau keturunan).

15
Sedangkan, bahasa daerah adalah bahasa yang lazim dipakai di
suatu daerah; bahasa suku bangsa (Kamus Besar Bahasa
Indonesia offline). Bahasa merupakan sistem tanda bunyi ujaran
yang bersifat arbitrer atau sewenang-wenang (Subroto, 2007:12
dalam Muhammad, 2011:40). Kridalaksana (1983) dan juga dalam
Koentjono (1982) dalam Muhammad (2011:40) menyatakan bahwa
bahasa merupakan sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan
oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Ada pula yang
menyatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disusun
berdasarkan kesepakatan bersama yang digunakan sebagai alat
komunikasi dalam rangka menjalankan interaksi sosial.
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua
pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai
alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah
sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal
(bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Lain halnya menurut Owen
dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu language
can be defined as a socially shared combinations of those symbols
and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat
didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem
konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan
simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol
yang diatur oleh ketentuan). Pendapat di atas mirip dengan apa yang
diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi
bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang
kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat
lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer.

16
Menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar. Definisi lain,
Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (lenguage
may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi
yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-
sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam
sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey
(1986:12). Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol
bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap)
yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat
berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan
perasaan dan pikiran.
Pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi
bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk
menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada
orang lain. Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan
oleh Syamsuddin (1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa.
Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran
dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai
untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda
yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda
yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi
kemanusiaan.
Sementara Pengabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa
adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang
terjadi pada sistem saraf. Pendapat terakhir dari makalah singkat
tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono (1983:01), bahasa
adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam
hidup bersama.

17
Dalam pendahuluan KBBI, ragam bahasa adalah varian dari
sebuah bahasa menurut pemakaian. Ragam bahasa berbeda
dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai.
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia
saling berhubungan atau berkomunikasi saling berbagi
pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan
kemampuan intelektual. Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa
yang banyak menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran
yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi
sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar
tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Suku Melayu Sambas adalah suku melayu yang berada di
kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas terkenal
dengan sebuah peninggalan sejarah yaitu sebuah keraton
peninggalan kerajaan Sultan Sambas. Penduduknya mayoritas
melayu, dan berbahasa melayu. Sebagian besar bahasa yang
digunakan adalah sama, namun seiring perkembangan zaman,
bahasa suku ini banyak menyerap bahasa dari bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu sangat mudah dipahami, apalagi bagi orang yang
mendengar orang Betawi berbicara, karena kurang lebih bahasa
Betawi dan Melayu sama, misalnya: Seseorang berbicara, "Kamu
mau ke mana?", jika dalam bahasa melayu "Kau nak ke mane",
(penyebutan "e" dalam bahasa melayu, sedangkan bahasa suku
Sambas membunyikan "e" seperti bunyi pada kata "lele". Keunikan
lain dari bahasa Melayu Sambas adalah pengucapan huruf ganda
seperti dalam Bahasa [Melayu] Berau di Kalimantan Timur, seperti
pada kata 'bassar' (artinya besar dalam bahasa indonesia).


18
Suku Melayu Sambas tidak hanya ditemukan di Kabupaten
Sambas, akan tetapi bisa dijumpai di seluruh wilayah Kalimantan
Barat, terutama di daerah urban atau sub-urban meskipun terkadang
bisa dijumpai pula di pedalaman yang hidup berdampingan dengan
suku Dayak, suku yang mereka suka memanggilnya Pak Udda'.
Suku Melayu Sambas secara administratif merupakan suku baru
yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 12% dari
penduduk Kalimantan Barat, sebelumnya suku Sambas tergabung
ke dalam suku Melayu pada sensus 1930. Sehubungan dengan hal
tersebut kemungkinan "Dialek Melayu Sambas" meningkat
statusnya dari sebuah dialek menjadi bahasa kesukuan yaitu Bahasa
Suku Sambas.
Melayu Sambas juga sangat banyak ditemui di wilayah Kota
Singkawang yang memang dulunya merupakan Ibu Kota Kabupaten
Sambas sebelum terjadinya pemekaran wilayah tahun 1999. Bahasa
yang penduduk Melayu di Singkawang gunakan juga sama dengan
bahasa Melayu Sambas, kecuali beberapa kata yang kadang berbeda
makna bagi orang Melayu Sambas yang berdiam di Kabupaten
Sambas umumnya. Penggunaan bahasa yang berbeda tersebut
terutama dari keluarga yang merupakan hasil perkawinan antara
penduduk lokal dengan penduduk pendatang, baik Jawa, Dayak,
atau suku lainnya atau yang suka berteman dengan keluarga
tersebut.
Penggunaan kata yang berbeda itu terutama pada penggunaan
akhiran kata e atau kan. Kata tinggalle' dengan tinggalkan,
panggille' dengan panggilkan dan lain-lain. Meskipun demikian,
perbedaan itu akan masing-masing pahami dengan makna sesuai
dengan bahasa penuturnya sehingga tidak akan salah dalam
mengartikan makna katanya.


DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, Hadari. (2003). Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gajah Mada University Pres.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantiatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Masnur, Muslich.2010.Tataran Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian ke Arah
Tatabahasa Deskriptif). Jakarta:Bumi Aksara.















19

Anda mungkin juga menyukai