Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Ragam
Bahasa Indonesia.

Makalah ini telah kami susun dengan maksiamal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai buku sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga menyelesaikan makalah tentang Ragam Bahasa Indonesia dapat menjadi sumber
wawasan bagi para pembaca agar dapat menelaah cerita hidup beliau.

Banjarmasin, 11 Februari 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………..3


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….3
C. Tujuan ……………………………………………………………………3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ragam Bahasa Indonesia ………………………………………………4


B. Hubungan Antar Penutur atau Antar Pembicara ……………………….9
C. Berdasarkan Penuturnya ………………………………………………10
D. Ragam Baku …………………………………………………………...11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………..……..13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia perlu di pelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak
hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari
bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang di sebut ragam
bahasa, dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-
beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih
ditekankan adalah ragam bahasa lisan, karena lebih banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, Pada dasarnya, bahasa memilki fungsi-fungsi tertentu yang
digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu,
dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ragam bahasa ?
2. Apa saja macam-macam ragam bahasa ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ragam bahasa
2. Untuk mengetahui macam-macam ragam bahasa

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ragam Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia memiliki ragam bahasa yang tidak sedikit jumlahnya. Karena
berbagai pertimbangan kepentingan dan perhitungan konteksnya, hadirlah ragam-
ragam bahasa yang wujudnya dapat bermacam-macam. Kita ambil saja dunia
periklanan sebagai contoh, yang dengan inovasi dan kreativitasnya seakan-akan selalu
berhasil melahirkan bentuk-bentuk kebahasaan baru. Demikian pula kaum muda,
yang dengan kekuatan kreativitasnya selalu saja berhasil menemukan bentuk-bentuk
kebahasaan yang sebelumnya tidak pernah digunakan.
Ragam Bahasa pada hakikatnya adalah variasi penggunaan Bahasa oleh para
penutur Bahasa itu. Ragam Bahasa Indonesia di bedakan Alwi (1998:3-6) berdasarkan
penutur Bahasa dan berdasarkan jenis pemakaian Bahasa. Ragam Bahasa Indonesia
berdasarkan penutur di perinci menurut tinjauan (1) daerah, (2) pendidikan, (3) sikap
penutur. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan jenis pemakaian Bahasa di perinci
menurut tinjauan (1) bidang atau pokok persoalan, (2) sarananya, dan (3) gangguan
percampuran. Ragam-ragam Bahasa Indonesia dapat dijelaskan berikut ini.
a. Berdasarkan Daerah penutur
Ragam Bahasa Indonesia dari sudut daerah penutur ini sering disebut dengan
logat. Dengan demikian, akan terdapat beberapa ragam bahasa Indonesia, yakni
Bahasa Indonesia logat Batak, Minangkabau, Jawa, Aceh, Sunda, Bali, Manado,
Melayu dan sebagainya.
b. Berdasarkan Pendidikan Penutur
Dari sudut pandang pendidikan penuturnya, kelihatan bahwa bahasa Indonesia
memiliki variasi penggunaannya. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang
yang berpendidikan berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan oleh rang
yang tidak berpendidikan.
c. Berdasarkan Sikap Penutur
Ragam bahasa Indonesia menurut sikap penutur dan disebut dengan langgam
atau gaya.oleh karena itu, Bahasa Indonesia yang digunakan para penutur
berdasarkan sikapnya dapat dibedakan atas beberapa macam, yakni bahasa
Indonesia, ragam resmi, santai, akrab dan sebagainya.

4
d. Berdasarkan Pokok Persoalan
Setiap pokok persoalan atau bidang yang dibicarakan telah memperlihatkan
bahwa variasi bahasa Indonesia sesuai dengan bidang itu. Bahasa Indonesia yang
digunakan dalam bidang militer telah memperlihatkan kekhasannya atau berbeda
dengan bahasa Indonesia yang digunakan dalam bidang kedokteran. Penggunaan
istilah operasi dalam bidang kedokteran akan berbeda dengan penggunaan istilah
operasi dalam bidang militer. Jadi, ragam bahasa menurut pokok persoalan
dibedakan atas ragam bahasa dibidang agama, politik, militer, teknik, kedokteran,
seni dang sebagainya.
e. Berdasarkan Sarana
Berdasarkan sarananya, dapat dibedakan atas ragam bahasa Indonesia lisan
dan ragam bahasa Indonesia tulis. Pada hakikatnya ragam bahasa lisan itu adalah
bahasa Indonesia ragam tulis, hal itu terjadi disebabkan bahasa Indonesia ragam
tulis yang dilisankan, seperti dalam berita radio, pembacaan naskah dan pidato
dengan menggunakan naskah.
Bahasa ragam lisan memiliki perbedaan dengan Bahasa ragam tulis. Lyons
(1977 : 69) mengemukakan bahwa secara mendasar perbedaan Bahasa ragam lisan
dan Bahasa ragam tulis terlihat pada ciri (1) perbedaan tingkat pementingan unsur
grametika, leksikal, prosodi dan paralingual; (2) perbedaan kelengkapan unsur;
dan (3) ada tidaknya sifat kespontanan. Berdasarkan ciri itu akan terlihat secara
nyata perbedaan antara Bahasa ragam lisan dan tulis.pada intinya ragam Bahasa
Indonesia lisan dan tulis dapat dilihat kekhasannya masing-masing dari aspek kosa
kata yang dimilikinya dan struktur kalimat yang digunakannya.
f. Berdasarkan Gangguan Percampuran
Bahasa Indonesia berdasarkan pemakaiannya telah memperlihatkan adanya
ragam yang mengalami percampuran dengan Bahasa asin dan yang tidak
mengalami percampuran. Hal itu terlihat apabila Bahasa Indonesia digunakan oleh
para penuturnya terutama penutur ditingkat atas.
Setidaknya ada 5 ragam bahasa Indonesia menurut Sudaryanto, yakni (1)
Bahasa Indonesia ragam jurnalistik, (2) Bahasa Indonesia ragam literer, (3)
Bahasa Indonesia ragam filosofik, (4) Bahasa Indonesia ragam akademik, dan (5)
Bahasa Indonesia ragam bisnis. Bahasa Indonesia ragam jurnalistik berada
ditengah keempat ragam yang lain. Bahasa Indonesia ragam jurnalistik eksis
ditengah pengaruh keempat ragam yang lain. Ragam literer atau ragam sastra

5
dengan alas utama kepekaan menggunakan daya kejut mengimajinasi. Ragam
filosofik muncul dengan alas kearifan menggunakan daya tualang berkontemplasi
atau daya renung. Ragam akademik menggunakan alas kejernihan dengan daya
canggih mengabstraksi. Ragam bisnis menggunakan alas keramahan dengan daya
jerat menyugesti. Ragam bahasa Indonesia terbagi menjadi 3.

1. Ragam Bahasa Berdasarkan Waktunya


Terdapat tiga macam ragam bahasa Indonesia jika konteks waktu dijadikan
bahan utama pertimbangan perbedaan. Seiring waktu pula sebuah bahasa akan dapat
diperinci menjadi.
a. Bahasa ragam lama atau bahasa ragam kuno
b. Bahasa ragam baru atau bahasa ragam modern
c. Bahasa ragam kontemporer

Dengan bahasa laras lama dapat dilacak keberadaan makna sejumlah dokumen
kuno, aneka prasasti, dan tulisan-tulisan yang tertuang dalam peranti yang masih
sangat sederhana. Maka sangatlah tidak benar jika orang memicingkan mata
terhadap segala sesuatu yang sifatnya umum. Demikian pula dalam konteks bahasa,
sesungguhnya ada bahasa modern seperti uang sekarang ini juga merupakan akibat
dari hadirnya bahasa-bahasa yang berstatus lama atau kuno.

Selanjutnya, setelah ragam bahasa kuno adalah bahasa dalam ragam baru.
Dengan ragam baru bahasa itu di mungkinkan terjadi pula inovasi-inovasi
kebahasaan yang baru. Gengan bahasa ragam baru itu pula berkembangan masa
depannya akan dapt di prediksikan. Jita akan mengerti apakah kedepannya bahasa
Indonesia akan dapat berkembang menjadi bahasa yang bermartabat tinggi dengan
melacak perkembangan yang terjadi sekarang. Bahasa Indonesia dalam ragam baru
di atur dengan kaidah-kaidah pembahasaan yang umumnya juga sudah di
perbaharui.

Dalam banyak literatur memang sama sekali tidak di temukan ragam bahasa
kontemporer. Adapun yang di maksud adalah entitas bahasa dalam wujud
perkembangannya yang sekarang ini telah melahirkan bentuk-bentuk kebahasaan
baru yang cendrung mengabaikan kaidah-kaidah yang sudah ada itu. Selain di
tandai penyimpangan-penyimpangan aturan kebahasaaan, bahasa kontemporer juga

6
cenderung tidak peduli dengan pembedaan fungsi bahasa dalam kaitan dengan
kedudukan sebagai mana yang telah di sampaikan.

2. Ragam Bahasa Berdasarkan Medianya


Di lihat dari dimensi media bahasa dapat di kelompokkan menjadi 2 yakni
bahasa ragam lisan dan bahasa ragam tulis. Bahasa ragam lisan lazimnya ditandai
dan ditentukan oleh penggunaan aksen-aksen bicara atau penekanan-penekanan
tertentu dalam aktivitas bertutur, pemakaian intonasi atau lagu kalimat tertentu.
Demikian juga tanda-tanda itu akan kelihatan dari wujud-wujud kosakata, tata
bahasa, kalimat, dan paragrafnya.
Dalam bahasa ragam lisan, orang tidak lazim menyebut kalimat tetapi tuturan.
Adapun untuk paragraph atau alinea, orang biasa menyebut paratone. Bahasa ragam
selanjutnya diperinci menjadi dua, yakni bahasa ragam lisan baku dan bahasa raga
lisan tidak baku. Bahasa ragam lisan baku misalnya pada saat orang sedang
berceramah didepan para dosen dan mahasiswa atau ketika orang sedang berpidato,
presentasi, maupun menguji skripsi. Bahasa ragam lisan tidak baku juga kelihatan
misalnya ketika orang sedang mengobrol dengan santai disepanjang jalan, tempat
ronda, warung, dan seterusnya. Jika dibandingkan dengan bahasa ragam tulis,
bahasa ragam lisan lebih bebas ekspresinya, banyak ditandai pemenggalan bentuk
kebahasaan, pemakaian kata-kata yang tidak standar, bahkan sering dimunculkan
unsur-unsur kedaerahan, dan seterusnya.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan bahasa ragam tulis adalah bahasa yang
hanya tepat muncul dalam konteks tertulis. Bahasa dalam ragam tulis harus sangat
cermat dalam pemakaian tanda bacanya, dalam pemakaian ejaan, kata, frasa, klausa,
kalimat, paragraf, dan seterusnya. Ketentuan-ketentuan yang lazim ditemukan
dalam bahasa ragam baku, terlebih-lebih ragam baku tulis, beberapa dapat
disebutkan berikut ini :
a. Memakai ucapan baku
b. Memakai ejaan resmi
c. Menghindari unsur kedaerahan
d. Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit
e. Memakai konjungsi ‘bahwa’ secara eksplisit
f. Pemakaian bentuk kebahasaan secara lengkap
g. Pemakaian partikel secara konsisten

7
h. Pemakaian kata depan secara tepat
i. Pemakaian aspek pelaku tindakan secara konsisten
j. Memakai bentuk sintesis
k. Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah

Dalam kaitan dengan penulisan karya ilmiah bahasa akademis, dalam


perbincangan ini, adalah karya ilmiah akademis termasuk dalam kelompok ragam
tulis baku. Maka, karya ilmiah akademis tidak dapat mengesampingkan ketentuan-
ketentuan yang berlaku dalam bahasa ragam tulis baku. Bahasa ragam tulis baku
dalam karya ilmiah akademis tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jelas dan runtut
b. Mengemban konsep makna yang jelas
c. Memiliki kecermatan dalam hal diksi dan pemakaian tata bahasanya
d. Bersifat objektif karena bahasa ilmiah menggambarkan fakta sesuai dengan
keadaan sesungguhnya
e. Bersifat konsisten dan runtut dalam cara penalarannya
f. Bersifat rasional dan sistematis dalam alur berpikirnya

3. Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasinya


Berdasarkan pada kalimat komunikasinya, bahasa dapat dibedakan menjadi:
a. Bahasa ragam ilmiah
b. Bahasa ragam sastra
c. Bahasa ragam pidato
d. Bahasa ragam berita

Ragam ilmiah biasanya digunakan dalam dua manifestasi, yakni dalam karya
ilmiah akademis dan dalam karya ilmiah popular. Karya ilmiah akademis
diperguruan tinggi biasanya akan meliputi artikel ilmiah, makalah ilmiah, jurnal
ilmiah, surat-menyurat, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, habilitasi, dan
beberapa yang lain. Adapun karya ilmiah popular bisa meliputi essai-essai ilmiah
popular, catatan-catatan ilmiah popular, opini-opini dimedia massa, kolom-kolom
khas dimedia massa, catatan-catatan tentang bidang tertentu dimedia massa. Bahasa
dalam ragam ilmiah harus memiliki struktur kalimat yang jelas dan makna kalimat
yang jelas pula. Struktur kalimat yang jelas akan memudahkan pemahaman dan
penuangan gagasan didalam sebuah karya ilmiah. Maka, ciri-ciri kejelasan struktur

8
dan ketegasan makna dalam konteks ilmiah ini demikian penting dan harus benar-
benar diperhatikan oleh para mahasiswa.
Bahasa karangan ilmiah juga harus singkat, padat, jelas, tidak bertele-tele,
karena harus menyajikan sebuah konsep dengan jelas dan tegas pula. Dengan
bahasa yang berciri demikian ini, dipastikan bahwa bahasa karanga ilmiah akan
sangat mudah digunakan untuk menyampaikan data dan fakta. Ciri berikutnya dari
bahasa untuk karangan ilmiah adalah bahwa pemilihan kata atau penentuan
diskusinya harus dilakukan dengan benar-benar cermat. Kalimat-kalimat juga harus
disusun efektif, demikian pula dengan konstruksi paragraf dan susunan wacananya.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam konstruksi bahasa karangan ilmiah
adalah bahasa itu harus tepat, cermat, dan akurat dalam memerankan ketentuan-
ketentuan ejaan dan tata tulis lainnya.

B. Hubungan Antarpenutur atau Antarpembicara


1. Ragam Bahasa Resmi
Ragam bahasa resmi adalah ragam bahasa yang digunakan jika lawan bicara
adalah orang yang dihormati atau topik pembicaraannya bersifat resmi. Ragam
resmi juka dapat pula dikatakan sebagai ragam bahasa yang digunakan dalam
suasana resmi. Dalam ragam bahasa resmi digunakan bahasa yang baku atau
standar. Bahasa baku yaitu bahasa yang pada umumnya mengikuti kaidah bahasa.
Bahasa baku tidak banyak menggunakan kata-kata dari bahasa daerah atau kata-
kata dari bahasa asing.
Ragam bahasa resmi dapat dibedakan menjadi ragam resmi tulis dan ragam
resmi lisan.ragam resmi tulis yaitu ragam bahasa resmi yang digunakan dalam
penulisan surat-surat resmi ataupun yang lainnya. Sementara itu, ragam resmi lisan
yaitu ragam bahasa resmi yang digunakan dalam laporan resmi yang bersifat lisan.
Contohnya pidato-pidato kenegaraan dan diskusi resmi. Dalam praktiknya sering
terjadi peralihan bahasa dari bahasa resmi ke bahasa santai. Misalnya dalam suatu
pidato, mula-mula pembicara menggunakan ragam bahasa resmi, tetapi kemudian
diselingi dengan ragam bahasa santai. Biasanya ini dilakukan untuk menarik
perhatian pendengarnya yang banyak mengantuk atau kurang memperhatikan
pidatonya.

2. Ragam Bahasa Tidak Resmi

9
Ragam bahasa tidak resmi merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam
situasi tidak resmi baik secara tertulis maupun lisan. Ragam bahasa tidak resmi
hanya menggunakan bahasa sehari-hari dan tidak perlu menggunakan bahasa baku.
Bahasa yang digunakan tidak terikat oleh kaidah bahasa, baik itu pilihan kata,
susunan kalimat, maupun ejaan. Ragam bahasa tidak resmi digunakan dalam
lingkungan yang akrab dan situasi santai. Raga mini digunakan untuk
berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang yang sudah akrab. Misalnya,
dengan teman bermain dirumah, saudara, atau keluarga.

3. Ragam Bahasa Santai


Ragam bahasa santai merupakan ragan bahasa yang digunakan dalam suasana
santai dan bertujuan untuk menimbulkan suasana santai. Karena dipakai dalam
suasana santai dan bertujuan untuk menimbulkan suasana santai, tidak
mengherankan jika bahasa yang digunakan juga bersifat santai. Maksudnya bahasa
tidak secara ketat mengikuti kaidah yang berlaku dan kosakata banyak bercampur
dengan kata dari bahasa daerah.

4. Ragam Bahasa Lawak


Ragam bahasa lawak merupakan ragam bahasa yang digunakan orang untuk
menimbulkan suasana lucu. Selain itu, juga digunakan untuk menimbulkan tawa
para pendengarnya, khususnya ragam bahasa yang dipakai oleh para pelawak pada
waktu mereka melawak. Dalam ragam bahasa lawak terdapat banyak
penyimpangan atau plesetan, yaitu penyimpangan dari prinsip dari prinsip kerja
sama dan prinsip kesopanan antara pembicara dan pendengarnya. Penyimpangan
tersebut terutama yang berhubungan dengan hubungan personal dan status sosial
pelakunya.

C. Berdasarkan Penuturnya
1. Ragam Regional atau Dialek
Bahasa yang menyebar luas selalu mengenal logat yang masing-masing dapat
dipahami secara timbal balik oleh penuturnya. Ciri utamanya yaitu tekanan, naik
turun, nada, dan panjang pendek bunyi bahasa. Dapat dikatakan bahwa ragam
regional yaitu persamaan bahasa yang disebabkan oleh letak geografi yang saling

10
berdekatan. Letak yang berdekatan itu memungkinkan komunikasi yang sering
antara penutur dan dialek.

2. Ragam Idiolek
Ragam idiolek merupakan variasi bahasa yang disebabkan kebiasaan atau cara
berbahasa yang khas pada seseorang. Idiolek merupakan ciri khas kebahasaan
seseorang. Ciri khas tersebut tidak dimiliki oleh orang lain. Perbedaan itu
disebabkan oleh factor fisik dan psikis. Perbedaan psikis misalnya karena
perbedaan bentuk alat-alat bicara. Perbedaan faktor psikis biasanya disebabkan
oleh perbedaan temperamen, watak, intelektual, dan lain sebagainya.

3. Ragam Sosial atau Sosiolek


Sosiolek merupakan variasi bahasa yang disebabkan perbedaan kelompok
sosial tertentu dalam masyarakat seperti kelompok pegawai, remaja, orang tua, dan
sebagainya. Ragam sosiolek yang tidak asing bagi kita yaitu slang dan jargon.
Slang adalah variasi bahasa yang memiliki ciri kosakata yang baru ditemukan akan
cepat berubah. Variasi bahasa slang di pakai oleh kaum muda atau kelompok sosial
professional di gunakan untuk berkomonikasi secara rahasia. Jadi dapat di katakan
bahwa bahasa slang bersifat rahasia. Jargon merupakan variasi bahasa yang di
gunakan oleh kelompok sosial oleh kelompok tertentu dan tidak di mengerti oleh
kelompok lain. Contohnya, pelajar di semarang akan memiliki jargon tersendiri
apabila di bandingkan dengan pelajar di Surabaya.
4. Ragam Bahasa Temporal
Ragam bahasa temporal merupakan variasi bahasa yang di gunakan pada
kurun waktu tertentu. Ragam bahasa temporal yang terkenal yaitu ragam bahasa
melayu, khusus ragam bahasa yang di gunakan oleh tokoh-tokoh. Bahasa melayu
pada zaman belanda di gunakan sebagai alat komunikasi yang utama. Pada saat itu
bahasa melayu berfungsi sebagai bahsa resmi ke `dua di samping bahasa belanda,
D. Ragam Baku
Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang di lembagakan dan di akui oleh
sebagian besar pemakainya sebagai kerangka rujukann yang menentukan benar
tidaknya penggunaan bahasa baik ragam lisan maupun tulis. Ragam tulis yang baku

11
adalah EyD yang mulai di gunakan tanggal 17 agustus 1972. Dengan demikian fungsi
bahasa baku adalah :
1. Fungsi pemberian kekhasan
2. Fungsi pembawa kewibawaan
3. Fungsi sebagai kerangka acuan

Dalam kenyataannya bahasa baku tidak dapat di gunakan dalam segala situasi.
Dengan demikian, bahasa baku dapat di pergunakan dalam :

1. Komunikasi resmi
2. Wacana tulis
3. Pembicaraan di depan umum
4. Pembicaraan dengan orang yang di hormati

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ragam bahasa pada hakikatnya adalah variasi penggunaan bahasa oleh para penutur
bahasa itu. Ragam bahasa Indonesia terbagi menjadi 3 yaitu : ragam bahasa berdasarkan
waktunya, ragam bahasa berdasarkan medianya, ragam bahasa berdasarkan pesan
komunikasinya. Di lihat dari segi hubungan antar penutur atau antar pembicara ragam bahasa
terbagi menjadi 4 yaitu : ragam bahasa resmi, ragam bahasa tidak resmi, ragam bahasa santai,
ragam bahasa lawak. Berdasarkan penuturnya ragam bahasa di bagi menjadi ragam regional
atau dialek ragan, ragam ideolek, ragam sosial atau sosiolek, ragam bahasa temporal. Di
dalam ragam bahasa Indonesia terdapat ragam baku yang memiliki fungsi sebagai pemberian
kekhasan, pembawa kewibawaaan dan sebagai kerangka acuan yang dapat di gunakan dalam
komunikasi resmi, wacana tulis, dan pembicaraan di depan umum.

13
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,Hasan,dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustasa. Edisi
ketiga
Darmawati,Uti. 2009. Ragam Bahasa Indonesia. Klaten: PT Intan Pariwara
Emidar,Ermanto. 2018. Bahasa Indonesia Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Depok: Rajawali Pers
Rahardi,Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai