Anda di halaman 1dari 21

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Pasar Modal Syariah Atika Zahra Maulida, S.H.I., M.S.I

EFEK BERAGUN ASET SYARIAH DAN DANA INVESTASI REAL ESTATE


SYARIAH

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Abdul Halim Hidayatullah (190105020348)
Ahlun Najar (190105020520)
Muhammad Hafy (190105020499)
Tommy Alfian (190105020507)
Muhammad Amin (190105020164)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PERBANKAN SYARIAH
BANJARMASIN
2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah Pasar Modal Syariah yang berjudul Efek Beragun Aset Syariah dan Dana

Investasi Real Estate. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan

Nabi besar Muhammad SAW. beserta keluarganya, sahabat dan pengikutnya yang

selalu memegang teguh seluruh ajaran-Nya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Atika Zahra Maulida, S.H.I., M.S.I

sebagai dosen pengampu mata kuliah Pasar Modal Syariah yang telah membimbing

kami dan kepada kelompok 7 yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga

selesai.

Banjarmasin, 1 Desember 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1

C. Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Efek Beragun Aset (EBA) Syariah.........................................................................3

B. Dana Investasi Real Estate (DIRE) Syariah...........................................................4

BAB III PENUTUP...........................................................................................................5

A. Kesimpulan.............................................................................................................5

B. Saran.......................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia dalam kegiatan peluncuran EBA sekarang sering terjadinya
peningkatan yang tinggi, setelah EBA konvensional yang menjalankan sampai sekarang
berminat untuk menerbitkan sekuritisasi aset Syariah. Pengertia EBA Syariah sama
seperti konvensional tetapi pada syariah terdapat syarat yang harus melihat pada prinsip
syariah (POJK, 2015:2). Asset-Backed Securities Syariah maupun Konvensional pada
dasarnya didukung oleh aset, yang dibeli pada seseorang dalam mengelola segala
bentuk reksadana dan dicatat untuk kepentingan pemegang. Kontrak tersebut wajib
didukung dengan pendapat konsultan hukum (saat ini yang mengatur yaitu OJK) serta
mengumumkan bila hak pemegang sekuritas aset keduanya harus mengikuti ketentuan
dimana telah tercantum di sebuah Dokumen Keterbukaan EBA Konvensional atau EBA
Syariah. Pemegang Asset-Backed Securities syariah maupun konvensional sebelum
membeli, harus menerima dan membawa Dokumen Keterbukaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud efek beragun aset (EBA) syariah ?
2. Bagaiaman perkembangan efek beragun asset (EBA) syariah ?
3. Bagaimana proses efek beragun asset (EBA) syariah ?
4. Apa saja perbedaan efek beragun asset (EBA) konvensional dan efek beragun
asset (EBA) syariah ?
5. Apa yang dimaksud dana investasi real estat (DIRE) syariah ?
6. Apa saja ketetuan penerbitan dana investasi real estat (DIRE) syariaah ?
7. Bagaimana pengelolaan kontrak dana investasi real estat (DIRE) syariah?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang. efek beragun aset (EBA) syariah.
2. Mengetahui bagaiaman perkembangan efek beragun asset (EBA) syariah.

1
3. Mengetahui bagaiman proses efek beragun aset (EBA) syariah.
4. Mengetahui perbedaan efek beragun asset (EBA) konvensional dan efek beragun
asset. (EBA) syariah.
5. Mengetahui tentang dana investasi real estat (DIRE) syariah.
6. Mengetahui ketetuan penerbitan dana investasi real estat (DIRE) syariaah.
7. Mengetahui bagaimana pengelolaan kontrak dana investasi real estat (DIRE)
syariah.
8.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Efek Beragun Aset Syariah

1. Definisi dan Jenis Efek Beragun Aset Syariah

Efek beragun aset (EBA) syariah adalah salah satu jenis Efek syariah
pendapatan tetap berbentuk sekuritisasi aset yang portofolio asetnya merupakan
sekuritisasi dari aset keuangan yang memenuhi prinsip Islam. Oleh sebab itu, semua
karakteristik Efek syariah pendapatan tetap menempel pada EBA syariah. Akad
yang digunakan antara investor dengan penerbit EBA Syariah adalah wakalah bil
ujroh, di mana investor adalah muwakkil dan penerbit EBA syariah berperan
sebagai wakil. Akad yang digunakan dalam skema penerbitan.

EBA syariah disesuaikan dengan jenis aset yang mendasari produk dan para
pihak yang terlibat dalam penerbitan. Di pasar modal Islam Indonesia, EBA syariah
dibagi menjadi dua jenis yaitu EBA syariah berbentuk kontrak investasi kolektif
(KIK-EBAS) dan EBA syariah berbentuk surat partisipasi (EBAS-SP).

EBA syariah berbentuk kontrak investasi kolektif (EBAS).

EBAS adalah EBA syariah yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif
antara manajer investasi dengan bank kustodian. Aset yang menjadi dasar
(underlying assets) penerbitan EBAS adalah aset keuangan berbentuk piutang,
pembiayaan atau aset keuangan lainnya yang memenuhi prinsip Islam. Apabila
dalam pengelolaan portofolio asetnya ternyata terpapar oleh aset keuangan non-
syariah, maka manajer investasi harus segera melakukan pembersihan kekayaan
EBAS dengan menjual aset tersebut. Keuntungan yang berasal dari hasil penjualan
aset keuangan non-syariah tidak dapat diakui sebagai bagian dari EBAS, tetapi

3
dicatatkan sebagai dana sosial. Bank kustodian harus segera melaporkan kepada
OJK dan investor tentang penggunaan dana sosial tersebut.

EBA syariah berbentuk surat partisipasi (EBASSP).

EBAS-SP adalah EBA syariah yang diterbitkan oleh lembaga keuangan


dengan aset yang mendasari penerbitannya yaitu kumpulan piutang atau pembiayaan
sekunder perumahan yang memenuhi prinsip Islam. Dengan demikian, perbedaan
utama antara EBAS-SP dengan KIK-EBAS terletak pada pihak penerbit dan aset
yang menjadi dasar penerbitan Efek syariah.

EBAS-SP hanya dapat diterbitkan dengan menggunakan portofolio aset


keuangan berbentuk kumpulan piutang atau pembiayaan sekunder perumahan,
sedangkan EBAS semua jenis aset keuangan selain pembiayaan sekunder
perumahan. Tidak semua jenis pembiayaan syariah perumahan dapat digunakan
sebagai dasar penerbitan EBAS-SP. Akad yang digunakan dalam pembiayaan
syariah perumahan sangat memengaruhi boleh-tidaknya dijadikan sebagai
underlying assets. Misalnya, pembiayaan syariah perumahan yang menggunakan
akad murabahah, jual beli putus, tidak dapat digunakan sebagai dasar penerbitan
EBAS-SP karena kepemilikan rumah sudah berpindah tangan dari lembaga
pembiayaan menjadi milik nasabah. Biasanya, originator dari EBAS-SP adalah
perbankan syariah.

2. Perkembangan Efek Beragun Aset (EBA) Syariah

Di Negara Indonesia sendiri EBA Syariah belum terealisasi disebabkan


masih pada kegiatan kajian, tetapi kita dapat melihat tentang perkembangan EBA
Syariah pada negara contohnya di sekitar wilayag timur tengah yaitu Caravan I
(Saudi Arbia) merupakan sekuritisasi syariah awal dilaksanakan dari bulan Maret
2004 oleh Hanco RentA-Car (perusahaan milik kerajaan Saudi Arabia berjalan pada
dalam usaha yang kegiatannya sewa mobil). Jumlah penerbitannya adalah sebesar

4
US$ 27 juta. Dana didapatkan dan untuk dilakukannya pembayaran. Aset
disekuritisasi berupa car-fleet inventory.

Struktur tersebut mengimplikasikan SPV pada negara Saudi Arabia


mempunyai tugas untuk membiayai akuisisi kelompok kendaraan serta kesepakatan
menyewa sebuah kendaraan, menggunakan institusi SPV tercantum di Jersey. Dual-
SPV tersebut ditetapkan sebab SPV lokal merupakan bukan bank ruptcy remote,
tetapi menurut daro pada hukum Saudi Arabia, SPV asing melarang membeli dan
menyewakan kendaraan dengan cara langsung.

Aktivitas underwriter dilaksanakan semuanya pada Shamil Bank of Bahrain


dan kesyariahan kegiatan underwriter tersebut sudah mendapatan perijinan dari
Syeh Nizam Yakubi dari Bahrain.

3. Proses Efek Beragun Aset Syariah

Proses EBA Syariah pada umumnya sama dengan kegiatan EBA


Konvensional namun bukan semua macam aset yang digunakan pada konvensional
bisa diperbolehkan dengan cara syariah. pada EBA syariah kegiatannya wajib
melihat prinsip-prinsip syariah yang sudah ada serta dilaksanakan di pasar modal.
Terdapat bermacam yang lebih berhubungan pada aktivitas sekuritisasi syariah,
ialah:

1) Asset Securitization

Kegiatan yang awal dilaksanakan yaitu suatu yang menentukan. Future income di
lakukan melalui Sekuritisasi atas asetnya.

2) Issuance certificate

5
Tahap selanjutnya yaitu menerbitkan suatu sertifikat. Sertifikat yang sudah
dipublikasiakan diumukan sukses apabila hasilnya telah disetujui (backed) dari aset
dasar, jasa maupun barang serta kegiatannya.

3) Perdagangan (trading)

Tahap yang akhir pada sekuritisasi syariah yaitu berupa sertifikat yang berasal pada
hasil perdagangan. Dalam aktivitas melindungi likuiditas, memperjualkan sertifikat
yang berada di pasar sekunder adalah kegiatan yang sangat berarti. Sertifikat
sekuritisasi bisa dijual pada debitor (bay’ al-dayn lil mad’ine), pihak lain, atau
bukan debitor.

Prinsip Umum dalam Sekuritisasi Syariah

Prinsip umum yang layak dilakakukan pada kegiatan ini dapat dilihat yaitu:

1) Dengan mendapatkan target yang pasti di balik pengumpulan dana dengan cara
sekuritisasi dan jenis aset jaminan serta pendapatan sekuritas wajib diindentifikasi
dan di larang dikonsumsi;

2) Bagi Setiap peserta transaksi meski memberi risiko dan pendapatan, sedangkan
bagian para investor sekedar memperoleh dari keuntungan (possitive payoff from
profitable venture) aktivitas pembayaran.

3) Aset yang sebagai jaminan dilarang menjadi utang, melainkan kas maupun aset
bersifat haram serta masih berhubungan terhadap aktivitas bersifat tidak benar, licik
serta bersifat spekulatif.

4) Sistem dari sekuritisasi aset wajib menyerahkan pembayaran terhadap investor


tentang permasalahan usaha terhadap prartisipasi pada kegiatan sekuritas serta
dalam transaksi dan dilarang untuk dilakukannya pertukaran utang.

5) Kecukupan bagian kepunyaan wajib dikasihkan untuk investor;

6
6) Keikutsertaan kepada investor pada bentuk proceed berawal pada tugasnya yang
ditetapkan (serta pada proses pengembalian dilakukannya pada setiap penerbit
terhadap aset jaminan pengelola) tidak bisa untuk diinvestasikan dengan instrumen
kas yang bersifat sebentar maupun hutang yang memakai sistem bunga;;

7) Underlying asset dan kewajiban (obligation) sekuritisasi tidak dianjurkan untuk


tujuan spekulatif dan tingkat perputarannya (turnover) wajib diamankan sehingga
tidak semakin besar;

8) Yang menggunakan asuransi wajib melaksanakan asuransi syariah.

Praktik Sekuritisasi Aset Syariah yang Dapat Dilakukan di Indonesia

Terhadap kegiatan Asset-Backed Securities syariah terdapat beberapa


karakteristik yang sangat melekat kepada pempublikasian EBA syariah, yaitu
adanya pengalihan aset oleh originator terhadap SPV, aset yangtelah dipindahkan
berupa aset riil dan tagihantagihan, perlunya penilaian pada EBA yang diluncurkan
serta pemindahan suatu aset dengan sistem true sale serta sale with recourse. Dari
semua karakteristik tersebut mungkin belum bisa dijalankan pada negara dengan
pemahaman fiqih muamalah tidah sama seperti negara lainnya. Dalam melihat
hasilnya apakah di Indonesia praktik EBA yang sudah dilaksanakan oleh beberapa
negara bisa di lakukan, harus di mengerti bahwa beberapa prasarana yang
disediakan terutama pada pihak yang mengurus tentang EBA Konvensional ataupun
Syariah.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan dilakukan yang telah ada, tetapi pada EBA


syariah dilakukan memiliki ciri khas seperti menggunakan metode KIK, aset
dipindahkan harus berupa aset yang nyata melainkan tagihan piutang, sehingga aset
itu menciptakan arus kas serta terdapatnya true sale yang berasal pada pelopor
kepada KIK, dan pada aktivitas tersebut memakai perjanjian seperti ijarah,
mudharabah, kafalah dan wakalah. Oleh sebab itu, EBA dengan prinsip syariah telah

7
dilaksanakan oleh negara lain serta bisa dijalankan oleh indonesia tetapi harus
memenuhi beberapa penyesuaian terhadap menjalankan SPV dialihkan pada KIK.

Di Indonesia penjualan ataupun pembelian utang-piutang tidak


diperkenankan disebabkan pada skema penyusunan EBA wajib dijadikan sehingga
tidak diperbolehkan jual beli piutang berawal yang dilakukan kreditur pertama
terhadap pihak menjalankan sekuritisasi. Pelaksanaan sekuritias syariah bisa
dilaksanakan menggunakan bebagai cara seperti pelaksanaan sekuritisasi oleh cara
SPV maupun tidak menggunakan SPV. Skema transaksi yang digunakan dengan
sekuritisasi syariah seperti SPV dan Originator melakukan kontrak ijarah,
mudharabah, serta musyarakah sebagai akad utama. Selain akad utama, pada
penerbitan skema sekuritisasi syariah ini terdapat akad yang mendukung seperti
akad wakalah, akad hawalah serta kafalah.

Dari semua akad-akad yang diterapkan lebih sering yaitu akad ijarah dimana
akad tersebut selalu dilakukan dibandingkan mudharabah ataupun musyarakah,
dikarenakan akad ijarah sangat disukai para investor pada permasalahan tersebut
ditemukan kepastian sejumlah arus kas dimana diperoleh pada investor. Untuk
mudharabah, meskipun risiko pembagian hasil diantara pihak yang memodalkan
serta pihak yang mengelola kegiatannya sudah diatur, akan tetapi menyebabkan
suatu masalah yang dapat timbun pada masa yang akan datang berkaitan dengan
ketidaktentuan jumlah cash flow yang sudah didapatkan. Hal ini ditimbulkan akibat
arus kas dikarenakan berkaitan dengan aliran kas pada underlying asset yang
berkaraker belum tetap. sedangkan apada mudharabah, meskipun pembagian hasil
meliputi pihak yang mendanai serta pihak mengelola sudah disiapkan, akan tetapi
masalah yang ditimbulkan investor yang sering bersangkutan tentang ketidakpastian
seluruh cash flow diterimanya. Hal tersebut diciptakan karena aliran kas
berhubungan dengan cash flow dimana di dapatkan oleh underlying asset yang
berprinsip belum tetap. Untuk akad musyarakah, tingkat risiko bagi investor sanggat
tinggi dari pada ke dua akad sebelumnya.

8
Permasalahan ini penyebabnya investor dianggap merupakan partner dari
pengelola investasi sehingga permasalahan yang dialami wajib dihadapi bagi
pengelola investasi didistribusikan dengan cara proporsional untuk investor. Adapun
akad wakalah dibutuhkan dalam untuk mengarahkan fungsi pihak yang bertugas
dalam pewakilan bermanfaat untuk investor, contohnya terhadap penerimaan
pendapatan pada arus cash diperoleh dari underlying asset.

Skema penjaminan pada pihak kepada kegiatan transaksi sekuritisasi aset


syariah. Skema pembuatan EBA dilaksanakannya oleh sistem kontrak ijarah dengan
tanpa pencatatan, dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. Tahapan
sekuritas aset dengan mengikuti ajaran islam:

1. Kreditur awal memberikan sewa dengan bermacam bentuk aset contoh


memberikan sebuah mobil untuk penyewa melalui menggunakan akad ijarah;

2. Kreditur awal mesekuritisasi dengan menggunakan kontrak ijarah pada semua


mobil yang akan disewakannya tanpa mengklasifikasi jenis mobil;

3. Terbit sebuah sertifikat yang mampu diperjual belikan;

4. Pembeliian sertifikat at-discount yang di lakukan investor.

5. Tahapan Islamic Asset Securitization (ijarah kontak sewa dengan melalui


tranching):

6. Originator atau disebut kreditur awal memberikan pinjaman bermacam jenis


mobil terhadap penyewa dengan memakai akad ijarah.

7. Tugas kreditur pertama ialah memaparkan soal mobil yang akan disewakan
dengan melihat jenisnya.

8. Originator mesekuritisasi kontrak ijarah dari masing-masing kelompok (jenis)


mobil;

9
9. Akan diterbitkannya sertifikat dari masing-masing macam mobil yang bisa
diperjualbelikan;

10. Investor membeli sebuah sertifikat pada kelompok atau jenis mobil atdiscoun;

4. Perbedaan Efek Beragun Aset Konvensional dan Efek Beragun Aset Syariah

Melihat mengenai perbandingan EBA Syariah pada EBA Konvensional yang


dilakukan peluncuran EBA Syariah waktu sekarang belum dapat diterbitkan
disebabkan permodalan atau likuiditas yang dipunyai bank syariah belum begitu
besar serta masih terdapat peraturanperaturan yang harus dilakukan. Sehingga, EBA
syariah dan EBA konvensional belum bisa dibandingkan dikarenakan di Indonesia
sekuritisasi syariah sekarang dalam proses kajian dan belum diterbitkan. Tetapi bisa
dibuktikan dalam proses perkembangan untuk produk syariah terlihat dalam
membahas tentang asset-backed securities syariah.

Pada kajian ini memberitahukan apabila proses EBA Syariah tidak berbeda
oleh konvensional. Namun terhadap aktivitasnnya tidak semua aset dapat
mengoprasikan menurut konvensional dapat dijalankan secara syariah. maka itu
pada aktivitas melaksanakan prinsip syariah dilarangnya terdapat unsur pemindahan
aset, pembayaran yang mengandung sifat gharar, riba, judi. Selain itu bukan seluruh
aset dilarang untuk mekakukan suatu kegiatan jual beli Pada proses pembayaran
EBA Konvensional berbeda terhadap yang sudah dilaksanakan oleh EBA Syariah
pihak yang menjalankan sekuritas bukanlah membeli receivables/ piutang. kepada
proses kegiatan penggantian yang berprinsip piutang, belum dapat perbedaan bila
kegiatan itu dengan memakai sebuah perjanjian hiwalah. Tetapi pada kegiatan
transaksi pada unsur pembeliian ataupun penjualan piutang mempunyai perbedaan
pendapat ulama. Menurut Ibn Taymiyah dan Ibnul Qayyim menyetujui kegiatannya
tetapi dalam melakukannya tidak di ijinkan apabila terdapat riba. Sedangkan

10
menurut yang mengerti ilmu hukum tidak memperbolehkan disebabkan terdapat
masalah jika nasabah tidak memperoleh membayar.

Proses pembiayaan menurut syariah mempunyai sebuah karakteristik yang


memisahkan terhadap transaksi konvensional, yaitu pada syariah dalam
meluncurkan sebuah produk keuangan dijaga oleh suatu aset serta terlihat nyata
yang berkesinambungkan terhadap pembiayaan pada instrumen keuangan
diterbitkan serta cash flow sesuai dengan kontak berupa sumber pendapatan. Pada
transaksi ini mempunyai tujuan supaya terdapat berbagai risiko kepada investor
serta pembuatan mekanisme keuangan tersebut. Dengan begitu rancarangan sukuk
dan sekuritisasi syariah dinyatakan tidak berbeda.

Kesesuaian Prinsip dalam Penerbitan Efek Beragun Aset Syariah

Mengenai kesesuaiann prinsip syariah terhadap melakukan peluncuran EBA


syariah dimana pada EBA harus bisa memperoleh pengakuan yang dinyatakan dari
DPS atau sekelompok kerja yang handal terhadap syariah pasar modal. Dalam
publikasi EBA Syariah portofolionya harus berbentuk aset keuangan tagihan
dihasilkan oleh surat berharga menguntungkan, efek ini berkarakter permodalan
yang dijaminkan dari pemerintah serta instrumen terhadap penaikan suatu modal
terhadap aset keuangan sejajar dan melihat prinsip-prinsip syariah. Aset yang
dijalankan harus berupa aset yang rill berupa tagihan piutang, aset tersebut perlu
menciptakan sebuah cash flow, terdapat penjualan sejati dari originator kepada KIK.
Dalam kegiatan transaksi wajib dijalankan kegiatannya dengan cara berhati-hati dan
dilarang melaksanakan aktivitas yang masih perkiraan serta penyelewengan di
dalamnya mengandung faktor maisir, gharar, kezhaliman , dan riba.

11
B. DANA INVESTASI REAL ESTATE (DIRE) SYARIAH

1. Definisi Dana investasi Real Estat (DIRE) Syariah

Dana investasi real estat (DIRE) syariah adalah Efek syariah yang
mengumpulkan dana Investor untuk diinvestasikan pada aset real estat, aset yang
berkaitan dengan real estat atau kas/setara kas yang memenuhi prinsip Islam. Yang
dimaksud aset real estat adalah aset tanah secara fisik dan bangunan yang berdiri di
atasnya, misalnya perumahan, ruko, mal, atau pertokoan. Aset yang berkaitan
dengan real estat adalah Efek syariah yang diterbitkan perusahaan real estat baik
yang dicatatkan di bursa Efek atau tidak. DIRE syariah adalah salah satu jenis Efek
syariah berbasis sekuritisasi aset dengan aset riil maupun aset keuangan yang
berhubungan dengan real estat sebagai dasar penerbitannya.

Berdasarkan peraturan OJK No. 30/POJK.04/2016 tentang Dana Investasi


Real Estat Syariah Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, yang di maksud dengan
Dana Investasi Real Estat Syariah (DIRE Syariah) adalah wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
pada aset real estat, aset yang berkaitan dengan real estat, dan/atau kas dan setara
kas yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.

DIRE syariah yang diterbitkan di Indonesia harus berbentuk kontrak


investasi kolektif (KIK) antara manajer investasi dengan bank kustodian. Sama
seperti produk KIK lainnya, investor sebagai pemegang unit DIRE syariah adalah
muwakkil dan penerbit DIRE syariah adalah wakil Investor. Manajer investasi

12
bertanggung jawab terhadap pengelolaan aset DIRE syariah sedangkan bank
kustodian menjalankan fungsi penitipan kolektif aset dan perhitungan
keuntungannya. Manajer investasi diperbolehkan untuk mengelola aset yang tidak
memenuhi prinsip Islam dengan maksimal 10% dari total pendapatan dan/atau 10%
dari total area real estat.

DIRE Syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dikatakan memenuhi


prinsip syariah di pasar modal jika akad, cara pengelolaan dan aset real estat, aset
yang berkaitan dengan real estat, dan/atau kas dan setara kas, tidak bertentangan
dengan prinsip syariah di pasar modal sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK
tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal.

2. Ketentuan Penerbitan Dana Investasi Real Estate Syariah

Secara umum penerbitan DIRE Syariah harus mengikuti ketentuan peraturan


perundang-undangan di sektor Pasar Modal. Ketentuan khusus terkait penerbitan
DIRE Syariah diantaranya adalah :

1. Manajer Investasi dan Bank Kustodian merupakan wakil (wakiliin) yang


bertindak untuk kepentingan para pemegang Unit Penyertaan DIRE Syariah
berbentuk Kontrak Investasi Kolektif sebagai pihak yang diwakili (muwakil)
dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi
kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan Penitipan
Kolektif;

2. Aset Real Estat, Aset Yang Berkaitan Dengan Real Estat, dan/atau kas dan setara
kas tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal;

13
3. Mekanisme pembersihan aset Real Estat, Aset Yang Berkaitan Dengan Real
Estat, dan/atau kas dan setara kas dari unsur yang bertentangan dengan Prinsip
Syariah di Pasar Modal;

4. Kata “Syariah” pada nama Dana Investasi Real Estat yang diterbitkan;

5. Akad Syariah dan skema transaksi syariah yang digunakan dalam penerbitan
DIRE Syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif;

6. Ringkasan Akad Syariah yang dilakukan oleh para Pihak;

7. Besarnya nisbah pembayaran bagi hasil, marjin, atau imbal jasa; dan

8. Rencana jadwal dan tata cara pembagian dan/atau pembayaran bagi hasil, marjin,
atau imbal jasa.

3. Pengelolaan Kontrak Dana Investasi Real Estate Syariah

DIRE Syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dilarang memiliki


pendapatan yang bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal yang berasal
dari aset Real Estat lebih dari 10% (sepuluh persen) dari total pendapatan DIRE
Syariah; dan/atau luas area yang digunakan yang bertentangan dengan Prinsip
Syariah di Pasar Modal lebih dari 10% (sepuluh persen) dari luas area aset Real
Estat.

Manajer Investasi wajib memastikan bahwa pengelolaan kekayaan DIRE


Syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dan pembiayaan yang diperoleh DIRE
Syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah di Pasar Modal.

14
DIRE Syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif wajib memuat informasi
mengenai:

a. Dewan Pengawas Syariah dari Manajer Investasi yang meliputi keterangan


singkat tentang Anggota Dewan Pengawas Syariah; dan pengalaman Anggota
Dewan Pengawas Syariah.

b. anggota direksi atau pejabat penanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan


Kustodian pada Bank Kustodian yang memahami kegiatan yang bertentangan
dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal;

c. uraian bahwa kebijakan investasi yang dilakukan oleh Manajer Investasi tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal;

d. penanganan pengaduan pemegang Unit Penyertaan; dan

e. mekanisme penyelesaian sengketa dapat menggunakan Lembaga Alternatif


Penyelesaian Sengketa.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Efek beragun aset (EBA) syariah adalah salah satu jenis Efek syariah
pendapatan tetap berbentuk sekuritisasi aset yang portofolio asetnya merupakan
sekuritisasi dari aset keuangan yang memenuhi prinsip Islam. Akad yang
digunakan antara investor dengan penerbit EBA Syariah adalah wakalah bil
ujroh, di mana investor adalah muwakkil dan penerbit EBA syariah berperan
sebagai wakil.
Dana investasi real estat (DIRE) syariah adalah Efek syariah yang
mengumpulkan dana Investor untuk diinvestasikan pada aset real estat, aset yang
berkaitan dengan real estat atau kas/setara kas yang memenuhi prinsip Islam.
Perbedaan Efek Beragun Aset Konvensional dan Efek Beragun Aset Syariah
Melihat mengenai perbandingan EBA Syariah pada EBA Konvensional yang
dilakukan peluncuran EBA Syariah waktu sekarang belum dapat diterbitkan
disebabkan permodalan atau likuiditas yang dipunyai bank syariah belum begitu
besar serta masih terdapat peraturanperaturan yang harus dilakukan.

B. Saran
Kami kelompok 7 sadar dalam makalah tentang Efek Beragun Aset
Syariah dan Dana Investasi Real Estat Syariah ini pasti ada kekurangan maupun
kelebihan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, jika ada kekurangan
dalam pengetikan, kami mengharapkan saran atau kritik dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA
Hazlinda, Hazlinda. “Peran Lembaga Keuangan Mikro Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat(Studi Kasus Unit Keuangan Mikro Upk Kecamatan Nangapanda
Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur).” undergraduate,
universitas_muhammadiyah_mataram,2020.
http://repository.ummat.ac.id/1552/.
Rosalina, farisca eka. “Implikasi Yuridis Perubahan Badan Hukum Baitul Maal Wa
Tamwil (Bmt) Menjadi Bank Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013
Tentang Lembaga Keuangan Mikro.” Kumpulan jurnal mahasiswa fakultas
hukum 0, no. 0 (december 29,
2017).Http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/2677.
Soemitra,Andri. Bank dan lembaga keuangan syariah. Jakarta: kencana, 2009.
Subagyo, Ahmad. “Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah,” 2009.
https://www.mitrawacanamedia.com/manajemen-operasi-lembaga-keuangan-
mikro-syariah.
Susila, Ihwan. “Analisis Efisiensi Lembaga Keuangan Mikro.” Jurnal ekonomi
pembangunan: kajian masalah ekonomi dan pembangunan 8, no. 2 (n.d.): 223.

17

Anda mungkin juga menyukai