Anda di halaman 1dari 12

SBIS DAN SBSN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Instrumen Keuangan Syariah

Yang Diampu Oleh

Riskiyatul Khasanah, M.E

Disusun Oleh:

Kevin Rud Faturullah NIM;21383031108

Khoirus Sholeh NIM;21383031109

Nurul Asri Bariroh NIM;21383032045

Romadhoni Wulandari NIM;21383032052

Marisa Ulfani NIM;21383032113

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN MADURA

NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbi’alamin, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “SBIS dan SBSN” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Instrumen


Keuangan Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan pengetahuan bagi kami dan juga para pembaca.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Riskiyatul Khasanah selaku


dosen Mata Kuliah Instrumen Keuangan Syariah. Ucapan terimakasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pamekasan, 1 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian Aspek Sosial................................................................................2


B. Manfaat aspek social pada masyarakat.........................................................3
C. CSR (Corporate Social Responsibility)........................................................4
D. Hasil Observasi.............................................................................................5

BAB III PENUTUP.................................................................................................9

Kesimpulan ..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bisnis.
B. RumusanMasalah
1. Bagaimana pengertian dan sejarah singkat munculnya instrument
SBIS dan SBSN?
2. Apa landasan operasional : regulasi warrant syariah dan fatwa DSN
tentang SBIS dan SBSN?
3. Apa saja jenis dan mekanisme SBIS dan SBSN?
4. Apa peranan penting SBIS dan SBSN dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dan sejarah singkat SBIS dan SBSN
2. Untuk mengetahui landasan operasional SBIS dan SBSN
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis dan mekanisme SBIS dan
SBSN
4. Untuk memahami peranan penting SBIS dan SBSN dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah SBIS dan SBSN


1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah, dan diterbitkan oleh Bank Indonesia.
SBIS diterbitkan sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam
rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah.
Awalnya, usulan penerbitan SBIS disinyalir dari adanya keluhan bank-
bank syariah. Perbankan syariah menilai return penempatan dana Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI) lebih rendah dibanding dengan penempatan
dana bank konvensionel di SBI. Untuk itu, mereka meminta keadilan kepada
BI agar menerbitkan SBIS.1
SBIS yang saat ini sudah diterbitkan oleh Bank Indonesia, menggunakan
akad Ju’alah. Ju’alah adalah janji atau komitmen (ihtizam) untuk
memberikan imbalan (reward/ iwadh/ ju’l) tertentu atas pencapaian hasil
(natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Pihak yang terlibat meliputi
ja’il dan ma’jul lah . Ja’il adalah pihak yang berjanji akan memberikan
imbalan tertentu atas pencapaian hasil pekerjaan (natijah) yang ditentukan.
Sedangkan ma’jul lah adalah pihak yang melaksanakan ju’alah.2
Dengan penggunaan akad Ju’alah dalam penerbitan SBIS, maka Bank
Indonesia bertindak sebagai ja’il (pemberi pekerjaan); bank syariah bertindak
sebagai ma’jul lah (penerima pekerjaan); dan objek/underlying ju’alah adalah
partisipasi bank syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam
pengendalian moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan
menempatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu.
Bank Indonesia melalui penerbitan SBIS mengumumkan target
penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah sebagai upaya pengendalian

1
Sutrisno, “BI Terbitkan Ketentuan SBI Syariah”, HukumOnline.com, Diakses dari:
https://www.hukumonline.com/berita/a/bi-terbitkan-ketentuan-sbi-syariah-hol18901, 6-11-
2022, 05.52.
2
Ahmad Ifham, Ini Lho Bank Syariah! Memahami Bank Syariah dengan Mudah. (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2015). h. 294

2
moneter dan menjanjikan imbalan (reward/iwadh/ju’l) tertentu bagi yang
berpartisipasi dalam pelaksanaannya. BI menetapkan dan memberikan
imbalan atas SBIS yang dibayarkan pada saat jatuh tempo, yakni sebesar SBI
atas jasanya membantu pengendalian keseimbangan moneter di Indonesia.
SBIS diterbitkan melalui mekanisme lelang. Pihak yang berhak mengikuti
lelang adalah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS. Akan tetapi, BUS
atau UUS baru bisa mengikuti lelang SBIS jika memenuhi persyaratan
financing to Deposit Ratio yang ditetapkan oleh BI.
Lelang SBIS menyerap kelebihan likuiditas perekonomian melalui
perbankan. Sifatnya non produktif karena dana yang diserap tidak untuk
kegiatan riil perekonomian. SBIS ju’alah merupakan instrumen moneter yang
tidak dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan, dan bukan merupakan
bagian dari portofolio investasi bank syariah.
2. Sejarah SBIS
Awalnya, usulan penerbitan SBIS disinyalir dari adanya keluhan bank-
bank syariah. Perbankan syariah menilai return penempatan dana Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI) lebih rendah dibanding dengan penempatan
dana bank konvensionel di SBI. Untuk itu, mereka meminta keadilan kepada
BI agar menerbitkan SBIS.3
3. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Surat Berharga Syariah Negara atau dapat disebut Sukuk Negara adalah
surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti atau bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing.4
Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN atau barang milik negara
yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah, bangunan dan lainnya. Aset
tersebut dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN. Sehingga, tujuan
penerbitan SBSN adalah untuk membiayai APBN atau pembangunan proyek,
diterbitkan oleh pemerintah langsung atau perusahaan penerbit SBSN.
3
Sutrisno, “BI Terbitkan Ketentuan SBI Syariah”, HukumOnline.com, Diakses dari:
https://www.hukumonline.com/berita/a/bi-terbitkan-ketentuan-sbi-syariah-hol18901, 6-11-
2022, 05.52.
4
Pasal 1 ayat 1 UU No. 19 tahun 2008.

3
Beberapa bentuk akad yang dapat digunakan dalam penerbitan SBSN,
yaitu sebagai berikut:
a. SBSN Ijarah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah.
Salah satu pihak dapat bertindak sendiri atau melalui wakilnya dalam
menjual atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak
lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.
b. SBSN mudharabah, adalah sukuk yang mempresentasikan suatu
proyek atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad
mudharabah, dengan menunjuk salah satu partner atau pihak lain
sebagai mudharib (pengelola usaha) dalam melakukan pengelolaan
usaha tersebut.
c. SBSN musyarakah, adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan
memperoleh dana untuk menjalankan proyek baru, mengembangkan
proyek yang sudah berjalan, atau untuk membiayai kegiatan bisnis
yang dilakukan berdasarkan akad musyarakah, sehingga pemegang
sukuk menjadi pemilik proyek atau aset kegiatan usaha tersebut, sesuai
dengan kontribusi dana yang diberikan.
d. SBSN istishna’, adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan
mendapatkan dana yang akan digunakan untuk memproduksi suatu
barang, sehingga barang yang akan diproduksi tersebut menjadi milik
pemegang sukuk.5
4. Sejarah SBSN
Istilah sukuk sesungguhnya telah dikenal sejak abad pertengahan, di mana
umat Islam menggunakan term sukuk dalam konteks perdagangan
internasional. Sukuk merupakan bentuk jamak dari kata sakk. Sukuk
dipergunakan oleh para pedagang pada masa itu sebagai dokumen yang
menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha perdagangan dan
aktivitas komersial lainnya.6
Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN untuk pertamakalinya pada

5
Rukhul Amin, ”Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan pengaturannya di Indonesia”, Jurnal
Perbankan Syariah, Vol. 1 No.2, November 2016: 38.
6

4
paruh kedua tahun 2008. Seri yang pertama kali diterbitkan adalah seri Islamic
fixed rate (IFR) atau sukuk dengan imbal hasil atau kupon bersifat tetap.
B. Landasan Operasional: Regulasi Warrant Syariah dan Fatwa DSN
tentang SBIS dan SBSN
Regulasi warrant yaitu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang, dalam
Penjelasan Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar
modal adalah sebagai berikut:
1. Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegang Efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada
harga tertentu setelah 6 (enam) bulan atau lebih sejak Efek dimaksud
diterbitkan.
2. Pengaturan mengenai penerbitan dan perdagangannya di pasar modal juga
diatur oleh peraturan bursa efek.
3. Penerbitan di Indonesia mengikuti No. IX. D. 1 Keputusan ketua Badan
Pengawas Pasar Modal NO: Kep-26/PM/2003 tentang hak memesan Efek
terlebih dahulu (HMETD).
4. Bila suatu perusahaan yang telah IPO bermaksud untuk menambah modal
sahamnya di kemudian hari dengan menerbitkannya, maka setiap
pemegang saham diberi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
atas efek baru yang sebanding dengan persentase kepemilikan mereka.7

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 63/DSN-MUI/XII/2007


tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah dikatakan bahwa Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia berjangka waktu pendek berdasarkan prinsip
syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 69/DSN-MUI/III/2008 Tentang Surat


Berharga Syari’ah Negara:

1. Surat Berharga Syariah atau dapat disebut Sukuk Negara adalah Surat
Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti kepemilikan atas bagian dari aset SBSN, baik dalam mata uang
7
Andri Soemitra, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2014), 143.

5
rupiah maupun valuta asing.

2. Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik


Negara (BMN) yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau
bangunan, maupun selain tanah dan/atau bangunan yang dalam rangka
penerbitan SBSN dijadikan dasar penerbitan SBSN.

3. Imbalan adalah semua pembayaran yang diberikan kepada pemegang


SBSN yang dapat berupa ujrah (uang sewa), bagi hasil, atau bentuk
pembayaran lain sesuai dengan akad yang digunakan sampai dengan jatuh
tempo SBSN.

4. Perusahaan Penerbit SBSN adalah badan hukum yang didirikan untuk


melaksanakan kegiatan penerbitan SBSN.
C. Jenis dan Mekanisme SBIS dan SBSN
Hingga saat ini, pemerintah sudah menerbitkan tujuh jenis SBSN, yaitu
sebagai berikut:
1. Sukuk Ritel
Sukuk Ritel (Sukri) adalah sukuk negara yang ditujukan sebagai
instrument investasi bagi WNI noninstitusi atau nonkorporasi dan
pembelian Sukri melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk.
Pembelian dengan nilai minimal Rp5 juta dan maksimal Rp5 miliar.
2. Islamic Fixed Rate (IFR)
IFR adalah jenis sukuk negara yang dijual kepada investor
institusi/korporasi institusi melalui proses lelang dan penempatan langsung
(private placement). Jatuh tempo Sukuk Negara seri IFR lebih dari satu
tahun.
Penerbitan perdana IFR dilaksanakan pada tahun 2008 dengan metode
bookbuilding di pasar dalam negeri. Sejak tahun 2009, penerbitan IFR
dilakukan dengan metode lelang yang dilaksanakan secara regular atau
berkala setiap bulannya. Kemudian mulai tahun 2021, Sukuk Negara seri
IFR ini tidak diterbitkan lagi, dan sebagai gantinya diterbitkan seri Project
Based Sukuk (PBS) yang memiliki fitur relatif sama dengan seri IFR.
3. Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS)

6
SPNS atau bisa juga disebut SBSN dalam jangka pendek adalah SBSN
yang berjangka waktu jatuh tempo hanya sampai dengan 12 bulan, dengan
pembayaran imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto. Penerbitan
perdana SPNS pada tanggal 4 Agustus 2011, dan selanjutnya diterbitkan
secara regular melalui lelang yang dilaksanakan oleh Kementerian
Keuangan.
4. Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI)
SDHI adalah penerbitan SBSN dengan metode penempatan langsung
(private placement) pada Dana Abadi Umat (DAU) berdasarkan
kesepakatan bersama antara Kementerian Agama dengan Kementerian
Keuangan. Sukuk jenis ini tidak dapat diperdagangkan, jenis akad yang
digunakan adalah ijarah al-khadamat. Underlying assets yang digunakan
untuk penerbitan berupa jasa layanan haji itu sendiri yang terdiri dari jasa
penerbangan, makanan, dan penginapan. Penerbitan SDHI pertama kali
dilaksanakan pada bulan Mei 2009.
5. Project Based Sukuk (PBS)
PBS adalah sumber pendanaan melalui penerbitan SBSN untuk membiayai
kegiatan atau proyek tertentu yang dilaksanakan oleh K/L. SBSN jenis ini
dijual kepada investor institusi atau korporasi, baik melalui mekanisme
lelang maupun penempatan secara langsung (private placement). Untuk
penerbitan umumnya menggunakan struktur ijarah asset to be leased
dengan menggunakan underlying asset berupa proyek-proyek pemerintah
ada dalam APBN pada tahun anggaran berjalan.
6. Sukuk Valas (Global Sukuk )
Sukuk Valas atau global sukuk adalah SBSN yang diterbitkan dalam mata
uang atau valuta asing di pasar internasional sebagai pasar perdana.
Tingkat imbal hasil (yield) bersifat tetap dan dapat diperdagangkan
(tradable). Sukuk Valas diterbitkan pertama kali di pasar internasional
pada 2016 dalam mata uang USD.
7. Sukuk Tabungan
Sukuk Tabungan merupakan perluasan dari sukuk ritel yang diterbitkan
untuk ditujukan kepada investor atau pembeli individu a tau noninstitusi

7
dengan syarat WNI. Dibandingkan dengan sukuk ritel, instrumen ini lebih
terjangkau karena minimum pembeliannya lebih rendah, yaitu Rp2 juta.
Imbal hasil bersifat tetap (fixed coupon) dengan jangka waktu 2 tahun.
Instrument ini tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, tetapi ada
fasilitas pencairan sebelum jatuh tempo (early redemption). Akad yang
digunakan berjenis wakalah dan diterbitkan pertama kali pada bulan
Agustus 2016.

D. Peranan Penting SBIS dan SBSN dalam Perkembangan Keuangan


Syariah
E. Peranan Penting SBIS dan SBSN dalam Mendorong Pertumbuhan
Ekonomi

Aturan main yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Aspek

8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai