Di Susun Oleh :
KHOLILURRAHMAN (21383021084)
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran allah swt, tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah tercurahkan kepada
junjungan kita nabi besar muhammad SAW beserta keluarganya beserta
pengikutnya yang setia sampai akhir kiamat.
Alhamdulillah Wasyukurillah berkat Rahmat dan Hidayah Allah SWT,
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah AKUNTANSI PERBANKAN
membahas tentang pasar keuangan syariah Apabila terdapat di dalamnya
kekurangan dan kesalahan dalam penjelasannya. Mohon dimengerti dan
dipahami, bahwa kami adalah insan yang sangat lemah akan kecerdasan
dan sangat kurang akan kesempurnaan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah
AKUNTANSI PERBANKAN dengan harap semoga Dosen pengampu,
dapat memberikan kritik dan saran agar makalah ini penuh dengan
pelajaran yang dapat kami ambil, sehingga biasa menjadi cermin untuk
tugas berikutnya, dan kami mengucapkan banyak terimakasih atas
bimbingannya, semoga Dosen pengampu dapat memberikan keikhlasan
dalam membimbing, agar kami mendapatkan kemanfaatan ilmu yang bisa
menuntun kami kejalan yang di Ridhoi Allah SWT. “Allahhuma Amin”
Semoga makalah hadist ekonomi islam ini bermanfaat dan
menjadikan amal baik khususnya bagi kami dan umumnya bagi orang
yang membacanya. “ Allahumma Shalli‟ala Sayyidina Muhammad ”
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .......................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 7
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 8
A. SURAT BERHARGA................................................................................... 8
1. DEFINISI SURAT BERHARGA..................................................................... 8
2. Fungsi Surat Berharga ........................................................................................ 9
3. Jenis-Jenis Surat Berharga ....................................................................... 11
4. Pengaturan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara ................... 21
5. Ketentuan Dan Syarat Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara 22
6. Peranan Aspek Aturan Surat Berharga Pada Perkembangan
Ekonomi di Indonesia ......................................................................................... 30
B. DEPOSITO .................................................................................................. 33
1. Pengertian Deposito ............................................................................. 33
2. jenis jenis deposito .............................................................................. 34
3. Sifat-sifat dari deposito mudharabah yaitu: ......................................... 35
4. Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah .............................................. 37
5. Pengaruh suku bunga dalam bank konvensional ............................... 45
6. Perspektif Hukum Islam Terhadap Biaya Penalty Deposito
Mudharabah ........................................................................................................... 53
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 58
Daftar pustaka................................................................................................................. 62
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Industri keuangan syariah Indonesia beberapa tahun
terakhir ini semakin menunjukkan perkembangan positif.
Industri keuangan syariah Negara Indonesia telah diakui oleh
beberapa lembaga internasional dan dicatat sebagai negara
yang berperan besar dalam kemajuan industri keuangan
syariah secara global. Peningkatan kinerja pasar modal
syariah, perbankan syariah, dan IKNB (Industri Keuangan Non
Bank) syariah merupakan salah satu indikator kemajuan
tersebut.
Kemajuan kinerja perbankan syariah didukung oleh
kegiatan utama bank yaitu penghimpunan dan penyaluran
dana. Dana disalurkan dalam bentuk pembiayaan yang
diberikan kepada nasabah yang membutuhkan. Semakin
banyak jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank berarti
bank tersebut likuid dan juga dipandang dapat menghasilkan
keuntungan yang besar karena bank memperoleh keuntungan
saat nasabah mengembalikan seluruh dana beserta nisbah
atau margin yang telah disepakati pada saat akad. Pembiayaan
yang dilakukan oleh bank syariahmenggunakan prinsip akad
jual beli, sewa, dan bagi hasil.
Selain menyalurkan pembiayaan, perbankan juga
menyalurkan dana dalam investasi pada surat berharga. Hal ini
sesuai dengan adanya perkembanganoindustri keuangan
syariah yang didukung oleh semakin banyaknya inovasi produk
keuangan syariah yang diluncurkan oleh lembaga dan otoritas
keuangan. Salah satunya adalah produk investasi berbasis
syariah yang sangat mendukung kemajuan pembangunan
negara dan turut memajukan industrikeuangan syariah yaitu
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat disebut
4
juga sukuk negara. Surat Berharga Syariah Negara merupakan
produk yang diterbitkan oleh pemerintah dan bertujuan sebagai
sumber pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara termasuk membiayai pembangunan proyek.
Sukuk Negara berfungsi sebagai sekuritisasi
berdasarkan prinsip syariah yang bermanfaat bagi bank syariah
dalam meningkatkan profitabilitasnya selain dari kegiatan
penyaluran pembiayaan. Sukuk Negara menjadi..instrumen
investasi yang..tepat bagi perbankan karena memiliki risiko
yang kecil bahkan tidak beresiko karena imbalan dan nominal
SBSN telah dijamin oleh..pemerintah.
Sukuk Negara juga berperan sebagai Secondary
Reserve pada perbankan syariah yaitu cadangan yang memiliki
fungsi sebagai penyangga Primary Reserve. Tujuannya adalah
untuk memaksimalkan penempatan dana dan juga untuk
menghasilkan laba maka sukuk negara juga digunakan sebagai
instrumen likuiditas Bank Syariah.
Namun, disisi lain kepemilikan Surat Berharga Syariah
Negara juga dapat berdampak negatif terhadap perbankan.
Surat Berharga Syariah Negara disebut sebagai utang sektor
publik karena dalam laporan keuangan negara digolongkan
dalam utang yang disebabkan adanya kewajiban bagi
pemerintah untuk mengembalikan dana kepada investor saat
jatuh tempo.
Bank “Safe asset” adalah cerminan positif dan manfaat
utang sektor publik bagi bank, yaitu sebagai aset yang aman
dan terjamin bagi sektor perbankan, aset tersebut dapat
membantu permasalahan institusional yang dihadapi bank,
misalnya dalam penggunaan harta bergerak sebagai jaminan.
Sebaliknya “lazy bank” merupakan cerminan tentang utang
sektor publik yang berpotensi menimbulkan bank tidak efektif
dalam menyalurkan pembiayaan. Hal ini dikarenakan
5
ketergantungan terhadap keuntungan yang diperoleh melalui
investasi terhadap utang sektor publik, sehingga mengurangi
insentif bank dalam memperluas dan mengembangkan target
pasarnya.
Deposito mudharabah merupakan dana investasi yang
ditempatkan oleh nasabah yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu, sesuai denngan akad perjanjian yang dilakukan
antara bank dan nasabah investor. Sifat deposito yaitu
penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai janngka waktunya,
sehingga pada umumnya balas jasa yanng berupa nisbah bagi
hasil yang diberikan oleh bank untuk deposito lebih tinggi
dibanding tabungan mudharabah. Penarikan deposito hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu, misalnya deposito
diperjanjikan janngka waktunya satu bulan.1
Jangka waktu deposito berjangka ini bervariasi antara
lain: deposito jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,12 bulan,
dan 24 bulan. Perbedaan jangka waktu deposito berjangka di
samping merupakan perbedaan masa penyimpanan, juga akan
menimbulkan perbedaan balas jasa berupa besarnya
persentase nisbah bagi hasil. Pada umumnya, semakin lama
jangka waktu deposito berjangka akan semakin tinggi
persentase nisbah bagi hasil yanng diberikan oleh bank
syariah.
Terkait dengan kemampuan perbankan syariah dalam
menghimpun dana pihak ketiga, khususnya dana deposito
mudharabah, banyak faktor pendukung dan penghambat.
Faktor-faktor tersebut dapat merupakan faktor internal dari
perbankan syariah sendiri yang maupun faktor eksternal yang
merupakan kondisi makro ekonomi Indonesia. Berdasarkan
1
Muhammad Syafi‘i Antonio, BankSyariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema Insani Press,
2001, hal. 26
6
uraian tersebut, maka rumusan permasalahan dalam penelitian
ini adalah apakah tingkat suku bunga deposito berjangka 1
bulan bank umum konvensional, tingkat bagi hasil deposito
mudharabah 1 bulan bank syariah, tingkat likuiditas, inflasi, dan
ukuran perusahaan mempengaruhi pertumbuhan deposito
mudharabah 1 bulan bank syariah.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang maslah diatas dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari surat berharga ?
2. Apa saja fungsi fungsi dari surat berharga ?
3. Apa saja jenis jenis dari surat berharga ?
4. Bagaimana cara penerbitan dari surat berharga ?
5. Apa saja ketentuan dan syarat dari penerbitan surat berharga ?
6. Bagaimana peranan surat berharga terhadp perkembangan
ekonomi ?
C. TUJUAN PENULISAN
Dari uraian rumusan masalah diatas dapat ditarik rumusan maslah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari surat berharga ?
2. Untuk mengetahui fungsi fungsi dari surat berharga ?
3. Untuk mengetahui jenis jenis dari surat berharga ?
4. Untuk mengetahui cara penerbitan dari surat berharga ?
5. Untuk mengetahui ketentuan dan syarat dari penerbitan surat
berharga ?
6. Untuk mengetahui peranan surat berharga terhadp
perkembangan ekonomi ?
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. SURAT BERHARGA
1. DEFINISI SURAT BERHARGA
8
a. Nilai nominal surat berharga sama dengan perikatan dasar
yang melatarbelakanginya.
2
Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah, Prinsip, Praktik, Prospek, Jakarta, PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2001, hal. 9-10
3
OJK, Statistik Perbankan Syariah Juni 20015, hal. 26
9
kepada pemegang yang menunjukan dan menyerahkan surat ini.
Termasuk dalam bentuk surat ini adalah kwitansi atas unjuk.
3) Tersangkut
4
P3EIUII, Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hal .98
10
3) Surat berharga yang mempunyai sifat tagihan hutang (utang
piutang), misalnya : wesel, cek, surat aksep, promis, kwitansi
Surat wesel adalah surat berharga yang memuat kata ‘wesel’ di dalamnya,
diberi tanggal dan ditandatangani disuatu tempat, dimana penerbit
(trekker) memberi perintah tak bersyarat kepada tersangkut (betrokkene)
untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar (vervaldag) kepada
orang yang ditunjuk penerbit yang disebut penerima (nemer) atau
penggantinya disuatu tempat tertentu.5
5
Ibid., hal .53
11
Ada juga terjadi bahwa seseorang menarik suatu wesel
atau permintaan dan untuk rekening orang atau pihak
ketiga. Pada umumnya di penarik semacam ini adalah
suatu bentuk bank. Pasal 102 ayat 3 KUHD menentukan,
bahwa surat wesel dapat diterbitkan untuk rekening orang
ketiga. Penerbitan surat wesel dalam bentuk ini bisa
terjadi jika seorang ketiga itu untuk tagihannya
memungkinkan diterbitkan surat wesel, artinya ia
mempunyai rekening yang cukup dananya. Karena alasan
tertentu ia minta kepada pihak lain untuk menjadi penerbit
surat wesel atas perhitungannya itu. Di atas dikatakan,
bahwa pada umumnya si penarik wesel semacam ini
adalah bank, maksudnya adalah dimana orang ketiga itu
mempunyai rekening. Bank inilah yang bertindak sebagai
penerbit surat wesel untuk perhitungan orang ketiga yang
menyuruh diterbitkannya wesel atas perhitungan
rekeningnya.
4) Wesel Inkaso
12
tetapi ia tidak bisa mengendosemenkan kepada orang
lain, melainkan dengan cara pemberian kuasa.
5) Wesel Domisili
13
4. Cek
Cek adalah suatu surat berharga yang memuat kata cek yang
bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya, yang merupakan
perintah tanpa syarat kepada bankir untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak-pihak pemegang atau pembawanya di tempat tertentu b.
Cek Cek adalah suatu surat berharga yang memuat kata cek yang
bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya, 6yang merupakan
perintah tanpa syarat kepada bankir untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak-pihak pemegang atau pembawanya di tempat tertentu.
6
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskriptif dan Ilustrasi Edisi 3,
Yogyakarta:Ekonisia, 2008, hal 76
14
diperalihkan kepada orang lain harus dilakukan dengan
endosemen.
15
orang lain, kecuali dengan cara memberi kuasa. Pengertian
endosemen inkaso ialah memindahkan hak kuasa menagih,
bukan hak milik atas tagihan.
16
Kelemahan pasal 180 KUHD yang berhubungan dengan
penerbitan surat cek dan penyediaan dana pada banker
Rahasia bank seperti diatur dalam pasal 36 Undang-undang
pokok perbankan 1967-14 (LN 1967-34)
Spekulasi dari pihak pemilik rekening giro yaitu penerbit
surat cek
Administrasi bank yang kurang teliti.
Contoh dari surat berharga / cek bank
Surat sanggup disebut juga surat aksep, kata aksep bersal dari
bahasa Perancis “accept”, artinya setuju. Kata sanggup atau setuju itu
mengandung suatu janji untuk membayar, yaitu kesediaan dari pihak
penandatangan untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau
penggantinya pada waktu tertentu. Jadi surat sanggup atau surat aksep
adalah surat tanda sanggup atau setuju membayar sejumlah uang kepada
pemegang atau penggantinya pada hari tertentu.
17
Kesanggupan hak bersyarat untuk membayar sejumlah uang
tertentu
Penetapan hari bayarnya
Penetapan tempat dimana pembayaran dilakukan
Nama orang yang dimana pembayaran dilakukan
Tanggal dan tempat surat sanggup
Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup
7) Kwitansi
Atas Tunjuk Kwitansi atas tunjuk adalah suatu surat yang ditanggali,
diterbitkan oleh penandatangannya terhadap orang lain untuk suatu
pembayaran sejumlah uang yang ditentukan didalamnya kepada penunjuk
(atas tunjuk) pada waktu diperlihatkan. Dalam kwitansi atas tunjuk
tersebut tidak disyaratkan tentang selalu adanya kalusa atas tunjuk.
8) Saham
18
f. Konosemen (Bill og Lading atau B/L)
a. Bilyet Giro
19
Menurut H.M.N. Purwosutjipto, S.H., bilyet giro adalah surat perintah
tidak bersyarat dari nasabah yang telah dibakukan bentuknya, kepada
bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening
giro yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan
namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank lainnya7.
Bilyet giro merupakan surat berharga yang tidak diatur dalam Kitab
UndangUndang Hukum Dagang, tetapi timbul dalam praktik karena
kebutuhan dalam lalulintas pembayaran dalam dunia perbankan
b. Obligasi
7
Abdul Sami‘ Al-Mishri.Pilar-pilar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hal 179
20
Pengaturan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
1. Undang-Undang No.19 Tahun 2008
21
Surat Berharga Syariah Negara yang dijadikan sebagai payung
hukum oleh para investor, khusus mengenai Surat Berharga
Syariah Negara, Menteri Keuangan pada saat itu Sri Mulyani
Indrawati juga mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 118/PMK.08/2008 tentang Penerbitan dan Penjualan
Surat Berharga Syariah Negara dengan Cara Bookbuilding di
Pasar Perdana Dalam Negeri yang ditetapkan pada tanggal 15
Agustus 2008. Pengaturan Penerbitan Surat Berharga Syariah
Negara sebagaimana tercantum pada Pasal 9 ayat (2) yaitu
Pemerintah wajib membayar Imbalan dan Nilai Nominal setiap
SBSN, baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah
maupun Perusahaan Penerbit SBSN, sesuai dengan ketentuan
dalam akad penerbitan SBSN. Adanya jaminan dari pihak
Pemerintah dimaksudkan untuk menciptakan daya tarik para
investor agar berinvestasi pada SBSN. Dengan adanya UU
SBSN tersebut maka pemegang SBSN tidak perlu lagi khawatir
terjadi gagal bayar (default risk).
a. Penerbit
b. Nilai nominal
c. Tanggal penerbit
8
Pasal 20 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
22
g. Frekuensi pembayaran Imbalan
SBSN diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat yang dapat
diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar Sekunder9.
9
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
Pasar
Sekunder adalah kegiatan perdagangan SBSN yang telah dijual di Pasar Perdana baik didalam
maupun di luar
negeri.
23
diselenggarakan secara efisien, cepat, aman, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.10
2. Pasar Sekunder
10
Muhammad, Manajemen Bank Syari‟ah, Yogyakarta :UPP AMP YKPN, 2005, hal. 90.
11
penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara
24
Pasar sekunder (secondary market) adalah kegiatan
perdagangan Surat Berharga Syariah Negara yang telah
dijual di pasar perdana baik di luar maupun di luar
negeri.SBSN yang diperdagangkan di pasar sekunder ini
adalah SBSN yang diperjualbelikan di pasar sekunder baik di
luar maupun di luar negeri. Perdagangan dapat dilakukan
melalui bursa dan/atau di luar bursa yang biasa di sebut over
the counter (OTC). SBSN yang tidak dapat diperdagangkan
adalah (1) SBSN yang tidak dapat diperjualbelikan di pasar
sekunder dan biasanya diterbitkan secara khusus untuk
pemodal institusi tertentu, baik domestik maupun asing, yang
berminat untuk memiliki SBSN sesuai dengan kebutuhan
spesifik dari portofolio investasinya, dan (2) SBSN yang
karena sifat akad penerbitannya tidak dapat diperdagangkan
12
Rahmah, F. (2017). Analisis Dampak Penerbitan SBSN Terhadap Profitabilitas. Al-Tijary Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, 3, 47-56.
25
Nilai Bersih Maksimal Surat Berharga Negara yang akan diterbitkan oleh
Pemerintah dalam satu tahun anggaran.
26
Penjaminan dari sudut hukum perdata sangat erat kaitannya dengan
sebuah penanggungan. Pada dasarnya, suatu penanggungan merupakan
persetujuan, bahwa untuk kepentingan dari kreditor seseorang atau pihak
ketiga berjanji dan mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban debitor
manakala debitor tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada
kreditor.
27
dilakukan oleh bank umum dan pihak lain yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah. Wali amanat adalah pihak yang mewakili
kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. Jasa wali amanat
diperlukan pada emisi obligasi (pengakuan hutang). Oleh karena itu, efek
yang bersifat hutang adalah merupakan surat pengakuan hutang yang
sifatnya sepihak dan para pemegang sahamnya tersebar luas, maka
untuk mengurus dan mewakili mereka selaku kreditor, maka perlu
dibentuk perwalimatan.
13
Sari, D. W., & Anshori, M. Y. (2017). Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah,
Dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Bank Syariah Di Indonesia Periode Maret
2015–Agustus 2016). Accounting and Management Journal, 1(1).
28
Suatu perjanjian merupakan peristiwa seorang berjanji kepada seorang
yang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu
hal.22 Sistem yang dipakai pada Surat Berharga Syariah Negara adalah
mengenal sistem akad dalam melakukan transaksitransaksinya. Akad
sendiri memiliki pengertian yaitu perjanjian tertulis yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
29
Dengan merujuk pada UU SBSN Pasal 9 ayat (2) yang menyatakan
bahwa Pemerintah wajib membayar Imbalan dan Nilai Nominal setiap
SBSN, baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah maupun
Perusahaan Penerbit SBSN, sesuai dengan ketentuan dalam akad
penerbitan SBSN, merupakan suatu perlindungan hukum bagi para
pemegang SBSN untuk dapat meminta haknya terhadap investasi yang
telah dilakukannya kepada penerbit SBSN (dalam hal ini Pemerintah).
Dalam Pasal 9 ayat (3) dan (4), dalam hal pembayaran Imbalan dan Nilai
Nominal melebihi perkiraan dana, maka disediakan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara setiap tahun sampai dengan berakhirnya
kewajiban tersebutdan pemerintah akan menyampaikan realisasi
pembayaran tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Hubungan interaksi yang paling primer & lazim antara bank dengan
nasabah bisa dikatakan menjadi interaksi kontraktual Menurut Siamat
dikatakan bahwa: interaksi baik antara bank menggunakan nasabah
primer oleh at krusial bagi setiap bank & wajib ditempatkan dalam prioritas
yang tinggi. Keuntungan yangbisa diperoleh menurut interaksi baik ini,
olehat berpengaruh dalam jumlah simpanan menurutnasabah primer yang
bisa digarap oleh bank. Terhadap nasabah debitur, interaksi kontraktual
tadidari atas suatu kontrak atau perjanjian yang dibentuk antara bank
menjadi kreditur (pemberi dana)menggunakan pihak debitur (peminjam
dana), sedangkan berdasarkan R. Subekti bahwa suatuperjanjian
merupakan suatu insiden pada mana seorang berjanji pada seorang lain
atau pada mana2 orang itu saling berjanji buat melakukan suatu hal,
perjanjian tadi menerbitkan suatu perikatanantara 2 orang yang
membuatnya. Hukum kontrak yang sebagai dasar terhadap interaksi bank
&nasabah debitur bersumber menurut ketentuan-ketentuan Kitab Undang-
undang Hukum Perdatamengenai kontrak (perjanjian) Buku Ketiga. Sebab
berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-
30
undang Hukum Perdata, bahwa seluruh perjanjian yang dibentuk
secara absah berkekuatan samamenggunakan undang-undang bagi ke 2
belah pihak. Hukum perjanjian pada Buku Ketiga KitabUndang-Undang
Hukum Perdata menganut sistem aturan terbuka pada arti aturan
perjanjianmenaruh kebebasan seluas-luasnya pada masyarakat buat
mengadakan perjanjian berdari agartidak melanggar ketertiban generik &
kesusilaan. Pasal-pasal menurut aturan perjanjian adalahaturan
pelengkap (optional law).Hal ini berarti bahwa pasal-pasal itu boleh
dikesampingkan bila dikehendaki para pihak yang menciptakan perjanjian,
mereka diperbolehkan menciptakan ketentuan sendiri yang
menyimpangmenurut pasal-pasal aturan perjanjian. Inilah yang dikenal
menggunakan asas kebebasan berkontrak. Menurut Mariam Darus
Badrulzaman bahwa asas kebebasan berkontrak berkaitan erat
menggunakan isi perjanjian, yaitu kebebasan memilih apa &
menggunakan siapa perjanjian itu diadakan.
31
yang umumnya masih ada ketentuan-ketentuan yang berat sebelah, pada
mana pihak bank tak jarang lebih diuntungkan14.
14
Murtuza, A. (2002). Islamic Antecedents for FInancial Accountability. International Journal of
Islamic FInance Service, Vol. 4 No.1, 1-19.
32
B. DEPOSITO
1. Pengertian Deposito
33
penyimpanan dana. Apabila tercapai kesepakatan, maka hal
tersebut dicantumkan dalam akad.
34
IJ Deposito berjangka otomatis Pada saat jatuh tempo, secara
otomatis akan diperpanjang untuk jangka waktu yan sama
tanpa pemberitahuan dari penyimpanan
b) Sertifikat Deposito
c) Deposito on call
15
Wahid, A., & Nazarudin. (2010). Sukuk Memahami dan Membedah Obligasi pada Perbankan
Syariah. Yogyakarta.
35
a. Deposito mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi
mudharabah merupakan investasi melalui simpanan pihak
ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh
tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil.
36
f. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya
administrasi berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan
biaya pengelolaan rekening antara lain biaya meterai, cetak
laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan
penutupan rekening; dan
Sistem bagi hasil ini adalah ciri khusus dari perbankan syariah yang
membedakannya dengan perbankan konvensional yang menggunakan
sistem bunga dalam kegiatan operasinya yang mana bunga tersebut telah
ditentukan diawal. Berdasarkan riset yang dilakukan penulis pada laporan
tahunan (annual report) PT. Bank BNI Syariah, diketahui bahwa ikhtisar
kebijakan akuntansi atas Hak nasabah untuk pembagian bagi hasil
danasyirkah temporer atau investasi dengan akad mudharabah Muthlaqah
merupakan bagian bagi hasil miliknasabah yang didasarkan pada prinsip
mudharabah atas hasil pengelolaan danamereka oleh Bank.
37
Dimana keuntungan yang dibagikan adalah pendapatan yang diterima
bank.
Mudharabah Muthlaqah
38
oleh BNI Syariah adalah deposito berdasarkan prinsip mudharabah
muthlaqah, dimana pemilik dana memberikan kebebasan atas
pengelolaan dana tersebut, investasi ini disebut juga sebagai investasi
dana tidak terikat.
d. Nisbah/ keuntungan
39
4. Pengembalian danamudharabahdapat dilakukansecara
bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atausecara
total pada saat akad mudharabahdiakhiri.
40
5. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejakdana atau
modal usaha mudharabah diterima oleh pengeloladana.
41
penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidakdiperkenankan
mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
Penyajian
42
terikat antara lain tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah. Dalam penelitian ini yaitu sebesar nominal pada
saat pihak ketiga membuka rekening deposito.
43
44
5. Pengaruh suku bunga dalam bank konvensional
a. Pengaruh Suku Bunga Deposito 1 Bulan Bank Umum
Konvensional
45
Penelitian Andriyanti dan Wasilah (2010) juga
menunjukkan bahwa penghimpunan deposito Mudharabah
berjangka 1 bulan pada Bank Muamalat Indonesia sebagai
variabel terikat dipengaruhi variabel bebas tingkat suku
bunga deposito berjangka 1 bulan pada bank konvensional.
46
menyimpan dananya di Bank Syariah Mandiri. Namun hasil
penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu
tentang pengaruh prinsip bagi hasil (profit sharing) terhadap
keputusan nasabah menyimpan dananya di bank syariah.
47
pastinya akan memilih investasi yang halal dan memberikan
keuntungan yang besar.
48
hendak memutuskan meletakkan dananya. Dapat juga
disebabkan karena bank syariah sudah memperoleh
kepercayaan penuh dari nasabah dengan dibuktikan selama
ini dapat memenuhi 14 kewajibannya kepada nasabah.
Selain itu, angka pembiayaan macet yang rendah dapat juga
menjadi pegangan nasabah untuk memberi kepercayaan
pada bank syariah meskipun likuiditasnya relatif rendah.
d. Pengaruh Inflasi
49
dananya pada bank karena nilai mata uang semakin
menurun. Meskipun deposito memberikan bagi hasil, namun
jika tingkat inflasi lebih tinggi dibanding tingkat suku bunga,
maka nilai mata uang tetap menurun.
50
signifikan terhadap dana pihak ketiga (DPK) perbankan
syariah.
51
yang menunjukkan bahwa ukuran (yang diproksikan total
aset) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
deposito mudharabah 1 bulan Bank Muamalat Indonesia.
Juga konsisten dengan penelitian Herlanika (2011) yang
menunjukkan bahwa ukuran bank syariah dan unit-unit
usaha syariah berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah.
52
mudharabah
Kr bagi hasil belum dibagikan 15 000 000
05/10/2019 Db bagi hasil belum dibagikan – 40 000
deposito
Kr tabungan – ibu lusi 32 000
Kr kas Negara – pajak deposito 8 000
11/10 2019 Db deposito mudharabah – buda 5 000 000
lisa
Kr kas 5 000 000
53
kerelaan dan keridhoan antara dua orang yang berakad atau dalam
melakukan transaksi, sesuai dengan firman Allah SWT.
Perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak terjadi dalam satu
tempat yaitu kantor Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Bengkalis dan pihak nasabah hadir secara langsung berhadapan dengan
karyawan yang diwakili oleh pihak bank, hal ini sesuai dengan syarat dan
rukun perjanjian jual beli termasuk dalam perjanjian mudharabah yaitu
akad dilakukan dalam satu majelis.
54
penalty dari simpanan nasabah tidak tertuang dalam bentuk tulisan yang
jelas, akan tetapi menurut kesepakatan antara nasabah dengan bank.
Seharusnya akad semacam ini dicatat dalam nota perjanjian yang jelas.
55
pembiayaan dari pihak yang kemudian dilakukan bagi hasil sesuai dengan
nisbah yang sudah disepakati.
Perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak terjadi dalam satu
tempat yaitu kantor Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Bengkalis dan pihak nasabah hadir secara langsung berhadapan dengan
karyawan yang diwakili oleh pihak bank, hal ini sesuai dengan syarat dan
rukun perjanjian jual beli termasuk dalam perjanjian mudharabah yaitu
akad dilakukan dalam satu majelis. Seharusnya akad semacam ini dicatat
dalam nota perjanjian yang jelas. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam
QS. Al-Baqarah ayat 282
56
yang artinya: ‘’Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya ‘’.
57
BAB III
PENUTUP
A. Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham,
obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga
atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam
bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun
pasar uang. Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai
uang, serta memberikan hak kepada pemegangnya atas apa yang
tercantum di dalamnya. Ddan surat berharga ini mudah dan dapat
diperdagangkan.
B. Surat berharga adalah surat yang semua orang menganggap surat
tersebut berharga, contoh saham, obligasi, wesel, cek dll. Fungsi
dari surat berharga itu sendiri dapat dikelompokkan sebagai: a. Alat
pembayaran, contoh: cek, bilyet giro dan wesel bayar (sebagai alat
ukur). b. Surat bukti investasi, contoh: obligasi, surat saham.
C. Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan surat berharga pada
umumnya yaitu:
1) Penerbit (sebagai debitur)
3) Tersangkut
58
D. Ketentuan Dan Syarat Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
a. Penerbit
b. Nilai nominal
c. Tanggal penerbit
59
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan
bank.Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah
deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.
G. Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia saat ini ada
beberapa macam diantaranya yaitu: Deposito Berjangka
Merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu
tertentu. Jangka waktu Deposito biasanya bervariasi mulai dari
1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas
nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya didalam bilyet
deposito tercantum nama seseorang atau lembaga.
H. Terkait dengan produk deposito mudharabah di bank syari‘ah telah
diatur dalam Fatwa Dewan Syari‘ah Nasional NO: 03/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Deposito Fitur dan Mekanisme Deposito
Syariah
60
f. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya
administrasi berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan
biaya pengelolaan rekening antara lain biaya meterai, cetak
laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan
penutupan rekening; dan
61
Daftar pustaka
Antonio, M.S. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Gema Insani
Pers. Jakarta
Bahsan, M., Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia, PT.Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005.
Rahman dan Eddie Rinaldy, Sufirman, Hukum Surat Berharga Pasa Uang,
Cekatan I, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.
Sadjono, Agus, Pengantar Hukum Dagang, Cetakan II, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2014.