Anda di halaman 1dari 65

MAKALAH AKUNTANSI PERBANKAN

SURAT BERHARGA DAN DEPOSITO

Disusun untuk memenuhi tugas akuntansi perbankan syariah Dosen


pengampu :

Dosen ibu Febi Annuri Jayasi

Di Susun Oleh :

IKBAL QURNIADI (21383021016)

KHOLILURRAHMAN (21383021084)

MOH REGA PRAMA P.R (21383021140)

PRODI PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM (FEBI) INSTITUT AGAMA


ISLAM NEGRI MADURA

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran allah swt, tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah tercurahkan kepada
junjungan kita nabi besar muhammad SAW beserta keluarganya beserta
pengikutnya yang setia sampai akhir kiamat.
Alhamdulillah Wasyukurillah berkat Rahmat dan Hidayah Allah SWT,
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah AKUNTANSI PERBANKAN
membahas tentang pasar keuangan syariah Apabila terdapat di dalamnya
kekurangan dan kesalahan dalam penjelasannya. Mohon dimengerti dan
dipahami, bahwa kami adalah insan yang sangat lemah akan kecerdasan
dan sangat kurang akan kesempurnaan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah
AKUNTANSI PERBANKAN dengan harap semoga Dosen pengampu,
dapat memberikan kritik dan saran agar makalah ini penuh dengan
pelajaran yang dapat kami ambil, sehingga biasa menjadi cermin untuk
tugas berikutnya, dan kami mengucapkan banyak terimakasih atas
bimbingannya, semoga Dosen pengampu dapat memberikan keikhlasan
dalam membimbing, agar kami mendapatkan kemanfaatan ilmu yang bisa
menuntun kami kejalan yang di Ridhoi Allah SWT. “Allahhuma Amin”
Semoga makalah hadist ekonomi islam ini bermanfaat dan
menjadikan amal baik khususnya bagi kami dan umumnya bagi orang
yang membacanya. “ Allahumma Shalli‟ala Sayyidina Muhammad ”

Pamekasan, 25 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .......................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 7
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 8
A. SURAT BERHARGA................................................................................... 8
1. DEFINISI SURAT BERHARGA..................................................................... 8
2. Fungsi Surat Berharga ........................................................................................ 9
3. Jenis-Jenis Surat Berharga ....................................................................... 11
4. Pengaturan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara ................... 21
5. Ketentuan Dan Syarat Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara 22
6. Peranan Aspek Aturan Surat Berharga Pada Perkembangan
Ekonomi di Indonesia ......................................................................................... 30
B. DEPOSITO .................................................................................................. 33
1. Pengertian Deposito ............................................................................. 33
2. jenis jenis deposito .............................................................................. 34
3. Sifat-sifat dari deposito mudharabah yaitu: ......................................... 35
4. Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah .............................................. 37
5. Pengaruh suku bunga dalam bank konvensional ............................... 45
6. Perspektif Hukum Islam Terhadap Biaya Penalty Deposito
Mudharabah ........................................................................................................... 53
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 58
Daftar pustaka................................................................................................................. 62

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Industri keuangan syariah Indonesia beberapa tahun
terakhir ini semakin menunjukkan perkembangan positif.
Industri keuangan syariah Negara Indonesia telah diakui oleh
beberapa lembaga internasional dan dicatat sebagai negara
yang berperan besar dalam kemajuan industri keuangan
syariah secara global. Peningkatan kinerja pasar modal
syariah, perbankan syariah, dan IKNB (Industri Keuangan Non
Bank) syariah merupakan salah satu indikator kemajuan
tersebut.
Kemajuan kinerja perbankan syariah didukung oleh
kegiatan utama bank yaitu penghimpunan dan penyaluran
dana. Dana disalurkan dalam bentuk pembiayaan yang
diberikan kepada nasabah yang membutuhkan. Semakin
banyak jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank berarti
bank tersebut likuid dan juga dipandang dapat menghasilkan
keuntungan yang besar karena bank memperoleh keuntungan
saat nasabah mengembalikan seluruh dana beserta nisbah
atau margin yang telah disepakati pada saat akad. Pembiayaan
yang dilakukan oleh bank syariahmenggunakan prinsip akad
jual beli, sewa, dan bagi hasil.
Selain menyalurkan pembiayaan, perbankan juga
menyalurkan dana dalam investasi pada surat berharga. Hal ini
sesuai dengan adanya perkembanganoindustri keuangan
syariah yang didukung oleh semakin banyaknya inovasi produk
keuangan syariah yang diluncurkan oleh lembaga dan otoritas
keuangan. Salah satunya adalah produk investasi berbasis
syariah yang sangat mendukung kemajuan pembangunan
negara dan turut memajukan industrikeuangan syariah yaitu
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat disebut

4
juga sukuk negara. Surat Berharga Syariah Negara merupakan
produk yang diterbitkan oleh pemerintah dan bertujuan sebagai
sumber pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara termasuk membiayai pembangunan proyek.
Sukuk Negara berfungsi sebagai sekuritisasi
berdasarkan prinsip syariah yang bermanfaat bagi bank syariah
dalam meningkatkan profitabilitasnya selain dari kegiatan
penyaluran pembiayaan. Sukuk Negara menjadi..instrumen
investasi yang..tepat bagi perbankan karena memiliki risiko
yang kecil bahkan tidak beresiko karena imbalan dan nominal
SBSN telah dijamin oleh..pemerintah.
Sukuk Negara juga berperan sebagai Secondary
Reserve pada perbankan syariah yaitu cadangan yang memiliki
fungsi sebagai penyangga Primary Reserve. Tujuannya adalah
untuk memaksimalkan penempatan dana dan juga untuk
menghasilkan laba maka sukuk negara juga digunakan sebagai
instrumen likuiditas Bank Syariah.
Namun, disisi lain kepemilikan Surat Berharga Syariah
Negara juga dapat berdampak negatif terhadap perbankan.
Surat Berharga Syariah Negara disebut sebagai utang sektor
publik karena dalam laporan keuangan negara digolongkan
dalam utang yang disebabkan adanya kewajiban bagi
pemerintah untuk mengembalikan dana kepada investor saat
jatuh tempo.
Bank “Safe asset” adalah cerminan positif dan manfaat
utang sektor publik bagi bank, yaitu sebagai aset yang aman
dan terjamin bagi sektor perbankan, aset tersebut dapat
membantu permasalahan institusional yang dihadapi bank,
misalnya dalam penggunaan harta bergerak sebagai jaminan.
Sebaliknya “lazy bank” merupakan cerminan tentang utang
sektor publik yang berpotensi menimbulkan bank tidak efektif
dalam menyalurkan pembiayaan. Hal ini dikarenakan

5
ketergantungan terhadap keuntungan yang diperoleh melalui
investasi terhadap utang sektor publik, sehingga mengurangi
insentif bank dalam memperluas dan mengembangkan target
pasarnya.
Deposito mudharabah merupakan dana investasi yang
ditempatkan oleh nasabah yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu, sesuai denngan akad perjanjian yang dilakukan
antara bank dan nasabah investor. Sifat deposito yaitu
penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai janngka waktunya,
sehingga pada umumnya balas jasa yanng berupa nisbah bagi
hasil yang diberikan oleh bank untuk deposito lebih tinggi
dibanding tabungan mudharabah. Penarikan deposito hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu, misalnya deposito
diperjanjikan janngka waktunya satu bulan.1
Jangka waktu deposito berjangka ini bervariasi antara
lain: deposito jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,12 bulan,
dan 24 bulan. Perbedaan jangka waktu deposito berjangka di
samping merupakan perbedaan masa penyimpanan, juga akan
menimbulkan perbedaan balas jasa berupa besarnya
persentase nisbah bagi hasil. Pada umumnya, semakin lama
jangka waktu deposito berjangka akan semakin tinggi
persentase nisbah bagi hasil yanng diberikan oleh bank
syariah.
Terkait dengan kemampuan perbankan syariah dalam
menghimpun dana pihak ketiga, khususnya dana deposito
mudharabah, banyak faktor pendukung dan penghambat.
Faktor-faktor tersebut dapat merupakan faktor internal dari
perbankan syariah sendiri yang maupun faktor eksternal yang
merupakan kondisi makro ekonomi Indonesia. Berdasarkan

1
Muhammad Syafi‘i Antonio, BankSyariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema Insani Press,
2001, hal. 26

6
uraian tersebut, maka rumusan permasalahan dalam penelitian
ini adalah apakah tingkat suku bunga deposito berjangka 1
bulan bank umum konvensional, tingkat bagi hasil deposito
mudharabah 1 bulan bank syariah, tingkat likuiditas, inflasi, dan
ukuran perusahaan mempengaruhi pertumbuhan deposito
mudharabah 1 bulan bank syariah.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang maslah diatas dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari surat berharga ?
2. Apa saja fungsi fungsi dari surat berharga ?
3. Apa saja jenis jenis dari surat berharga ?
4. Bagaimana cara penerbitan dari surat berharga ?
5. Apa saja ketentuan dan syarat dari penerbitan surat berharga ?
6. Bagaimana peranan surat berharga terhadp perkembangan
ekonomi ?

C. TUJUAN PENULISAN
Dari uraian rumusan masalah diatas dapat ditarik rumusan maslah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari surat berharga ?
2. Untuk mengetahui fungsi fungsi dari surat berharga ?
3. Untuk mengetahui jenis jenis dari surat berharga ?
4. Untuk mengetahui cara penerbitan dari surat berharga ?
5. Untuk mengetahui ketentuan dan syarat dari penerbitan surat
berharga ?
6. Untuk mengetahui peranan surat berharga terhadp
perkembangan ekonomi ?

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. SURAT BERHARGA
1. DEFINISI SURAT BERHARGA

Hukum surat berharga merupakan salah satu dari ruang lingkup


hukum bisnis yang berkembang dengan cepat di Indonesia. Surat
berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya
sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang
sehingga berfungsi sebagai alat bayar kepada pihak-pihak yang
memegang surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat berharga oleh
penerbitnya ataupun pihak ketiga kepada kepada siapa surat berharga itu
dialihkan.

Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham,


obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau
kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang
lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar uang. Surat
berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta memberikan hak
kepada pemegangnya atas apa yang tercantum di dalamnya. Ddan surat
berharga ini mudah dan dapat diperdagangkan.

Surat berharga adalah surat yang semua orang menganggap surat


tersebut berharga, contoh saham, obligasi, wesel, cek dll. Fungsi dari
surat berharga itu sendiri dapat dikelompokkan sebagai:

a. Alat pembayaran, contoh: cek, bilyet giro dan wesel bayar


(sebagai alat ukur).

b. Surat bukti investasi, contoh: obligasi, surat saham.

 Syarat Materil dan Formal Surat Berharga Syarat materil surat


berharga ada empat :

8
a. Nilai nominal surat berharga sama dengan perikatan dasar
yang melatarbelakanginya.

b. Surat berharga dapat sebagai alat bukti.

c. Surat berharga mudah dialihkan. Ada dua klausul surat


berharga : - aan order (atas nama) yang peralihannya dengan
endosemen - aan toonder (atas tunjuk) yang peralihannya dari
tangan ke tangan 2

d. Surat berharga dapat diperjualbelikan.

Dengan adanya Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar


Modal Syarat formal surat berharga dapat dilihat pada masing-masing
peraturan yang mengaturnya. Contoh wesel, diatur dalam pasal 100
KUHD; cek diatur dalam pasal 178 KUHD; bilyet giro diatur dalam SEBI
(Surat Edaran Bank Indonesia).

2. Fungsi Surat Berharga


a) Dalam Bab 6 dan 7 KUHD, fungsi surat berharga secara umum
dibedakan dalam:

1) Surat sanggup membayar atau janji untuk membayar. Dalam


surat ini penandatangan berjanji atau menyanggupi membayar
sejumlah uang kepada pemegang atau orang yang
menggantikannya. Termasuk bentuk ini adalah surat sanggup.

2) Surat perintah membayar. Dalam surat ini penerbit


memerintahkan kepada tertarik untuk membayar sejumlah uang
kepada pemegang atau penggantinya. Termasuk dalam bentuk surat
ini adalah surat wesel dan cek3.

3) Surat pembebasan hutang. Dalam surat ini penerbit memberi


perintah kepada pihak ketiga untuk membayar sejumlah uang

2
Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah, Prinsip, Praktik, Prospek, Jakarta, PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2001, hal. 9-10
3
OJK, Statistik Perbankan Syariah Juni 20015, hal. 26

9
kepada pemegang yang menunjukan dan menyerahkan surat ini.
Termasuk dalam bentuk surat ini adalah kwitansi atas unjuk.

b) Pihak yang Terlibat Dalam Penerbitan Surat Berharga

Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan surat berharga pada umumnya


yaitu:

1) Penerbit (sebagai debitur)

Penerbit dari sebuah surat berharga merupakan pihak yang


mempunyai kewajiban (debitur) untuk membayar sejumlah
uang kepada pihak lain (kreditur).

2) Pemegang pertama/ pembawa (sebagai kreditur)

Pemegang atau pembawa dari surat berharga merupakan


pihak yang menerima pembayaran dari debitur / penerbit.
Dalam hal ini kedudukan pemegang atau pembawa tersebut
yaitu sebagai kreditur. 4

3) Tersangkut

Tersangkut merupakan pihak yang melaksanakan perintah dari


penerbit untuk melakukan pembayaran kepada pemegang

c) Penggolongan Surat Berharga

Menurut isi perikatan dasarnya, menggolongkan surat atas tunjuk dan


atas pengganti menjadi 3 golongan, yaitu:

1) Surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan, misalnya :


konosemen

2) Surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan, misalnya :


saham

4
P3EIUII, Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hal .98

10
3) Surat berharga yang mempunyai sifat tagihan hutang (utang
piutang), misalnya : wesel, cek, surat aksep, promis, kwitansi

3. Jenis-Jenis Surat Berharga


1) Surat Berharga Dalam KUHD Ketentuan tersebut diatur dalam
Buku I bagian 6 dan bagian 7 KUHD, berisikan tentang Wesel

Surat wesel adalah surat berharga yang memuat kata ‘wesel’ di dalamnya,
diberi tanggal dan ditandatangani disuatu tempat, dimana penerbit
(trekker) memberi perintah tak bersyarat kepada tersangkut (betrokkene)
untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar (vervaldag) kepada
orang yang ditunjuk penerbit yang disebut penerima (nemer) atau
penggantinya disuatu tempat tertentu.5

2) Jenis-jenis surat wesel:

1) Wesel Atas Pengganti Penerbit Pasal 102 ayat 1


KUHD

menentukan, bahwa penerbit dapat menerbitkan surat


wesel yang berbunyi atas pengganti penerbit. Maksudnya
ialah, penerbit menunjuk kepadi dirinya sendiri sebagai
pemegang pertama, kekhususan bentuk surat wesel
semacam ini ialah bahwa kedudukan penerbit sama
dengan kedudukan pemegang pertama.

2) Wesel Atas Penerbit Sendiri Pasal 102 ayat 2 KUHD

menentukan, bahwa surat wesel dapat diterbitkan atas


penerbit sendiri. Hal ini dimaksudkan bahwa penerbit
memerintahkan kepada dirinya sendiri untuk membayar,
atau penerbit menunjuk dirinya sendiri sebagai pihak
tertarik (tersangkut).

3) Wesel Untuk Rekening Orang Ketiga

5
Ibid., hal .53

11
Ada juga terjadi bahwa seseorang menarik suatu wesel
atau permintaan dan untuk rekening orang atau pihak
ketiga. Pada umumnya di penarik semacam ini adalah
suatu bentuk bank. Pasal 102 ayat 3 KUHD menentukan,
bahwa surat wesel dapat diterbitkan untuk rekening orang
ketiga. Penerbitan surat wesel dalam bentuk ini bisa
terjadi jika seorang ketiga itu untuk tagihannya
memungkinkan diterbitkan surat wesel, artinya ia
mempunyai rekening yang cukup dananya. Karena alasan
tertentu ia minta kepada pihak lain untuk menjadi penerbit
surat wesel atas perhitungannya itu. Di atas dikatakan,
bahwa pada umumnya si penarik wesel semacam ini
adalah bank, maksudnya adalah dimana orang ketiga itu
mempunyai rekening. Bank inilah yang bertindak sebagai
penerbit surat wesel untuk perhitungan orang ketiga yang
menyuruh diterbitkannya wesel atas perhitungan
rekeningnya.

4) Wesel Inkaso

Wesel inkaso adalah bentuk surat wesel yang diterbitkan


dengan tujuan untuk memberi kuasa kepada pemegang
pertama menagih sejumlah uang, tidak untuk
diperjualbelikan. Kedudukan penerbit adalah sebagai
pemberi kuasa, sadangkan kedudukan pemegang
pertama sebagai pemegang kuasa untuk menagih uang.
Menurut pasal 102 a ayat 3 KUHD, jika dalam surat wesel
itu penerbit telah memuat kata-kata “harga untuk ditagih”
atau “dalam pemberian kuasa” atau “untuk incasso” atau
lain-lain kata yang berarti memberi perintah untuk
menagih semata-mata, maka pemegang pertama bisa
melakukan semua hak yang timbul dari surat wesel itu,

12
tetapi ia tidak bisa mengendosemenkan kepada orang
lain, melainkan dengan cara pemberian kuasa.

5) Wesel Domisili

Wesel berdomisili ini adalah surat wesel yang harus


dibayrkan di tempat tinggal orang ketiga, baik ditempat
tingal tersangkut, maupun ditempat lain (Pasal 103
KUHD). Akibatnya ialah, bahwa pembayaran dari uang
wesel harus diminta dan dilakukan oleh orang ketiga itu.
Tetapi yang harus menyetujui (akseptasi) adalah tetap si
tertarik (Pasal 130 jo Pasal 126 KUHD). Dengan demikian
orang ketiga itu tidak masuk golongan pihak-pihak dalam
persetujuan wesel. Ia hanya di tunjuk untuk melakukan
pembayaran. Pasal 103 KUHD menyebutkan selaku
tempat pembayaran tidak hanya tempat kediaman orang
ketiga, melainkan juga tempat domisili dari tetarik atau lain
tempat.

 Endosemen : suatu proses yang terjadi di dalam


hukum wesel, dimana hak tagih dari pemegang surat
wesel dapat diperalihkan kepada pemegang
berikutnya. Pengaturan mengenai endosemen ini
terdapat dalam pasal 110-119 KUHD.
 Akseptasi : apa yang disebut “akseptasi” (yang di atur
dalam pasal 120-128 KUHD) adalah suatu pernyataan
dari seorang tersangkut atau tertarik, bahwa ia
menyetujui untuk membayar atas surat wesel pada
hari pembayaran. Atas pernyataan itu, menurut
hukum wesel tersangkut lalu menjadi terikat sebagai
debitur, dimana keterikatan tersebut ditentukan oleh
tanda tangan yang dicantumkannya pada surat wesel
itu.
 Contoh dari dari wesel bank

13
4. Cek

Cek adalah suatu surat berharga yang memuat kata cek yang
bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya, yang merupakan
perintah tanpa syarat kepada bankir untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak-pihak pemegang atau pembawanya di tempat tertentu b.
Cek Cek adalah suatu surat berharga yang memuat kata cek yang
bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya, 6yang merupakan
perintah tanpa syarat kepada bankir untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak-pihak pemegang atau pembawanya di tempat tertentu.

 Jenis-jenis surat cek:


1) Surat cek atas pengganti penerbit (Pasal 183 ayat 1 KUHD)

Yang membuka kemungkinan timbulnya bentuk “surat cek


atas pengganti penerbit” ini adalah pasal 183 ayat 1 KUHD,
yang menyatakan bahwa surat cek dapat diterbitkan atas
pengganti penerbit. Kekhususan bentuk ini ialah nama
pemegang pertama (penerima) tidak disebutkan sehingga
penerbit sama dengan pemegang pertama (penerima). Surat
cek bentuk ini berkalusula atas pengganti (aan order). Jika

6
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskriptif dan Ilustrasi Edisi 3,
Yogyakarta:Ekonisia, 2008, hal 76

14
diperalihkan kepada orang lain harus dilakukan dengan
endosemen.

2) Surat cek atas penerbit sendiri (Pasal 183 ayat 3 KUHD)

Yang membuka kemungkinan timbulnya bentuk “surat cek


atas penerbit sendiri” ini adalah pasal 183 ayat 3 KUHD,
yang menyatakan bahwa surat cek dapat diterbitkan atas
penerbit sendiri. Kekhususan bentuk ini adalah penerbit
sama dengan tersangkut. Jadi perintah membayar itu dari
bankir kepada bankir. Ini terjadi apabila kantor pusatnya
menerbitkan surat cek atas kantor cabang.

3) Surat cek untuk perhitungan orang ketiga (Pasal 183 ayat 2


KUHD)

Yang membuka kemungkinan timbulnya bentuk “surat cek


untuk perhitungan orang ketiga” ini adalah pasal 183 ayat 2
KUHD, yang menyatakan bahwa surat cek dapat diterbitkan
atas perhitungan orang ketiga. Namun demikian ada kalanya
terjadi, bahwa penerbit dianggap telah menerbitkan surat cek
atas perhitungan dirinya sendiri, jika dari surat cek tersebut
atau dari surat advisnya tidak ternyata untuk perhitungan
siapa surat itu diterbitkan.

4) Surat cek inkaso (Pasal 183a ayat 1 KUHD)

Yang membuka kemungkinan timbulnya bentuk “surat cek


inkaso” ini adalah pasal 183a ayat 1 KUHD, yang
menyatakan bahwa jika dalam surat cek penerbit
memuatkan kata-kata harga untuk dipungut atau inkaso atau
dalam pemberian kuasa atau kata-kata lainnya yang berarti
memberi perintah untuk menagih semata-mata, penerima
boleh melaksanakan segala hak yang timbul dari surat cek
tersebut, tetapi ia tidak bisa mengendosemenkannya kepada

15
orang lain, kecuali dengan cara memberi kuasa. Pengertian
endosemen inkaso ialah memindahkan hak kuasa menagih,
bukan hak milik atas tagihan.

5) Surat cek berdomisili (Pasal 185 KUHD)

Yang membuka kemungkinan timbulnya bentuk “surat cek


berdomisili” ini adalah pasal 185 KUHD, yang menyatakan
bahwa setiap surat cek dapat dinyatakan dibayar ditempat
tinggal orang ketiga baik di tempat tersangkut berdomisili
atau ditempat lain. Pada surat cek berdomidili terdapat
perbedaan dengan surat wesel berdomisili. Pada surat cek
berdomisili, yang dapat menunjukan domisili itu hanyalah
penerbit. Hal ini dapat dimaklumi karena pada surat cek tidak
dikenal akseptasi. Dengan demikian tersangkut (bankir) tidak
dapat menunjuk domisili pada surat cek.

Cek sendiri memiliki batasan waktu penggunaan. Untuk cek


yang diterbitkan dan dibayarkan di Indonesia, harus
diunjukkan dalam tenggang waktu 70 hari, sejak tanggal
penerbitannya (Pasal 206 KUHD) ditambah 6 bulan
tenggang waktu sebelum kadaluwarsa (Pasal 299 KUHD).

Tentang surat cek kosong : Yang dimaksud cek kosong


adalah cek yang diajukan kepada bank, namun dana
nasabah pada bank tidak mencukupi untuk membayar surat
cek yang bersangkutan (Surat Edaran Bank Indonesia, 16
Mei 1975 No. SE 8/7 UPPB). Dari definisi ini dapat dijelaskan
bahwa nasabah yang bersangkutan hanya diperbolehkan
menerbitkan surat cek yang jumlahnya maksimal sama
dengan jumlah saldo giro yang ada. Jika jumlah cek itu
melebihi dari saldo giro yang ada itu, ia dikatakan cek
kosong

 Cek kosong dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut :

16
 Kelemahan pasal 180 KUHD yang berhubungan dengan
penerbitan surat cek dan penyediaan dana pada banker
 Rahasia bank seperti diatur dalam pasal 36 Undang-undang
pokok perbankan 1967-14 (LN 1967-34)
 Spekulasi dari pihak pemilik rekening giro yaitu penerbit
surat cek
 Administrasi bank yang kurang teliti.
 Contoh dari surat berharga / cek bank

6) Surat Sanggup / Promes

Surat sanggup disebut juga surat aksep, kata aksep bersal dari
bahasa Perancis “accept”, artinya setuju. Kata sanggup atau setuju itu
mengandung suatu janji untuk membayar, yaitu kesediaan dari pihak
penandatangan untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau
penggantinya pada waktu tertentu. Jadi surat sanggup atau surat aksep
adalah surat tanda sanggup atau setuju membayar sejumlah uang kepada
pemegang atau penggantinya pada hari tertentu.

Ada dua macam surat sanggup yaitu, surat sanggup kepada


pengganti dan surat sanggup kepada pembawa. Agar jangan tinggal
keragu-raguan HMN Purwosutjipto, menyebutkan surat sanggup kepada
pengganti dengan “surat sanggup” saja, sedangkan surat sanggup kepada
pembawa disebutnya “surat promes”.

 Syarat-syarat surat sanggup adalah:


 Penyebutan surat sanggup dimuatkan dalam teks nya sendiri

17
 Kesanggupan hak bersyarat untuk membayar sejumlah uang
tertentu
 Penetapan hari bayarnya
 Penetapan tempat dimana pembayaran dilakukan
 Nama orang yang dimana pembayaran dilakukan
 Tanggal dan tempat surat sanggup
 Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup
7) Kwitansi

Atas Tunjuk Kwitansi atas tunjuk adalah suatu surat yang ditanggali,
diterbitkan oleh penandatangannya terhadap orang lain untuk suatu
pembayaran sejumlah uang yang ditentukan didalamnya kepada penunjuk
(atas tunjuk) pada waktu diperlihatkan. Dalam kwitansi atas tunjuk
tersebut tidak disyaratkan tentang selalu adanya kalusa atas tunjuk.

 Contoh surat berharga / kwitansi

8) Saham

Saham diatur dalam Pasal 40 KUHD, saham dapat didefinisikan


tanda penyertaan atau kepemilikan seorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut.

 Contoh dari surat berharga saham

18
f. Konosemen (Bill og Lading atau B/L)

Purwosutjipto mengatakan bahwa konosemen adalah surat berharga


yang memuat kata “konosemen atau Bill of Lading” yang merupakan bukti
penerimaan barang dari pengirim, ditandatangani oleh pengangkut dan
yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk penyerahan barang-
barang yang disebut dalam konosemen itu.26 Berdasarkan pasal 506
KUHD, “konosemen adalah suatu surat yang bertanggal, dalam mana si
pengangkut menerangkan, bahwa ia telah menerima barang-barang
tersebut untuk diangkutnya ke suatu tempat tujuan tertentu dan
menyerahkannya di situ kepada seorang tertentu, begitu pula
menerangkan dengan syarat-syarat apakah barangbarang itu akan
diserahkannya”.

Kemudahan konosemen untuk dialihkan inilah yang kemudian


mencirikan sebagai surat berharga. Selain itu dalam pasal 507 KUHD
kemudian disebutkan juga bahwa konosemen dikeluarkan dalam dua
lembar yang dapat diperdagangkan. Konosemen memiliki sifat
kebendaan, dimana setiap pemegang konosemen berhak menuntut
penyerahan barang yang disebutkan didalam monosemen tersebut
dimanapun barang tersebut berada.

2. Surat Berharga Diluar KUHD

a. Bilyet Giro

19
Menurut H.M.N. Purwosutjipto, S.H., bilyet giro adalah surat perintah
tidak bersyarat dari nasabah yang telah dibakukan bentuknya, kepada
bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening
giro yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan
namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank lainnya7.

Bilyet giro merupakan surat berharga yang tidak diatur dalam Kitab
UndangUndang Hukum Dagang, tetapi timbul dalam praktik karena
kebutuhan dalam lalulintas pembayaran dalam dunia perbankan

 Contoh dari bilyet giro

b. Obligasi

Menurut Drs. Bambang Riyanto definisi obligasi adalah sebagai


berikut: “Obligasi adalah suatu pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh
pemerintah atau perusahaan atau lembaga-lembaga lain sebagai pihak
yang berhutang yang mempunyai nilai nominal tertentu dan kesanggupan
untuk membayar bunga secara periodik atas dasar persentase tertentu
yang tetap”.

 Contoh dari surat utang obligasi

7
Abdul Sami‘ Al-Mishri.Pilar-pilar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hal 179

20
 Pengaturan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
1. Undang-Undang No.19 Tahun 2008

tentang Surat Berharga Syariah Negara Untuk menjamin


keberadaan SBSN maka pada tanggal 7 Mei 2008 Pemerintah
telah mensahkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 yaitu
mengenai Surat Berharga Syariah Negara (SBSB/SUKUK).
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/SUKUK) ini adalah
berupa surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap
Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
Pengesahan Undang-Undang tersebut menjadi hal yang sangat
penting dan paling dinanti oleh para investor, baik oleh investor
asing maupun investor domestik. Dasar pertimbangan
Pemerintah pada saat menyusun dan mengesahkan undang-
undang tersebut adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional
No.32/DSN-MUI/IX/2002, yaitu dalam rangka mendukung
keberhasilan pembangunan nasional guna mewujudkan
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.08/2008

tentang penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah


Negara dengan Cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam
Negeri Selain Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang

21
Surat Berharga Syariah Negara yang dijadikan sebagai payung
hukum oleh para investor, khusus mengenai Surat Berharga
Syariah Negara, Menteri Keuangan pada saat itu Sri Mulyani
Indrawati juga mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 118/PMK.08/2008 tentang Penerbitan dan Penjualan
Surat Berharga Syariah Negara dengan Cara Bookbuilding di
Pasar Perdana Dalam Negeri yang ditetapkan pada tanggal 15
Agustus 2008. Pengaturan Penerbitan Surat Berharga Syariah
Negara sebagaimana tercantum pada Pasal 9 ayat (2) yaitu
Pemerintah wajib membayar Imbalan dan Nilai Nominal setiap
SBSN, baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah
maupun Perusahaan Penerbit SBSN, sesuai dengan ketentuan
dalam akad penerbitan SBSN. Adanya jaminan dari pihak
Pemerintah dimaksudkan untuk menciptakan daya tarik para
investor agar berinvestasi pada SBSN. Dengan adanya UU
SBSN tersebut maka pemegang SBSN tidak perlu lagi khawatir
terjadi gagal bayar (default risk).

 Ketentuan Dan Syarat Penerbitan Surat Berharga Syariah


Negara

Surat Berharga Syariah Negara wajib mencantumkan ketentuan dan


syarat yang mengatur, antara lain mengenai:8

a. Penerbit

b. Nilai nominal

c. Tanggal penerbit

d. Tanggal jatuh tempo

e. Tanggal pembayaran Imbalan

f. Besaran atau nisbah Imbalan

8
Pasal 20 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

22
g. Frekuensi pembayaran Imbalan

h. Cara perhitungan pembayaran Imbalan

i. Jenis mata uang atau denominasi

j. Jenis Barang Milik Negara yang dijadikan Aset SBSN

k. Penggunaan ketentuan hukum yang berlaku

l. Ketentuan tentang hak untuk membeli kembali SBSN sebelum


jatuh tempo, dan

m. Ketentuan tentang pengalihan kepemilikan.

 Bentuk Dan Jenis Surat Berharga Syariah Negara

SBSN diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat yang dapat
diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar Sekunder9.

SBSN dengan warkat adalah surat berharga berdasarkakn prinsip


syariah yang kepemilikannya berupa sertifikat baik atas nama maupun
atas unjuk. Sertifikat yang kepemilikannya tercantum, sedangkan sertifikat
atas unjuk adalah sertifikat yang tidak mencantumkan nama pemilik
sehingga setiap orang yang menguasainya adalah pemilik yang sah.

SBSN tanpa warkat atau scripless adalah surat berharga


berdasarkan prinsip syariah yang kepemilikannya dicatat secara elektronik
(book- entry system). Dalam hal SBSN tanpa warkat bukti kepemilikan
yang otentik dan sah adalah pencatatan kepemilikan secara elektronis.
Dimaksudkan agar pengadministrasian data kepemilikan (registry) dan
penyelesaian transaksi perdagangan SBSN di Pasar Sekunder dapat

9
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
Pasar
Sekunder adalah kegiatan perdagangan SBSN yang telah dijual di Pasar Perdana baik didalam
maupun di luar
negeri.

23
diselenggarakan secara efisien, cepat, aman, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.10

 Surat Berharga Syariah Negara Adalah Surat Utang Negara

SBSN secara formal merupakan suatu grup debt instrument yang


merupakan kontrak dengan sejumlah pembayaran yang tetap dari yang
mengeluarkan atau yang memegang SBSN tersebut. SBSN pada saat
jatuh tempo pembayaran kewajiban Imbalan dan Nilai nominal dapat
melebihi perkiraan anggaran disebabkan oleh, antara lain: perbedaan
kurs, dan/atau tingkat imbalan.11

Didalam peraturan perundang-undangan Indonesia istilah surat


pengakuan hutang antara lain dapat kita temukan dalam Undang-Undang
Pasar Modal yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, yang dalam
Pasal 1 angka (5). Namun, undang-undang tidak memberikan penjelasan
lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud istilah ini.

 Mekanisme Transaksi Surat Berharga Syariah Negara


1. Pasar Perdana

Pasar Perdana (primary market) adalah kegiatan penawaran


dan penjualan Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN/SUKUK) baik di dalam maupun di luar negeri untuk
pertama kalinya. Di dalam pasar perdana ini, pihak emiten
(dalam hal ini penerbit SBSN) akan melakukan penjualan
SBSN yang diterbitkan. Penjualan SBSN di pasar perdana
merupakan tahap awal dari perdagangan SBSN, karena
tujuan penerbitan SBSN adalah untuk personal investor,
maka tahap ini SBSN tersebut ditawarkan hanya kepada
calon pembeli personal investor.

2. Pasar Sekunder

10
Muhammad, Manajemen Bank Syari‟ah, Yogyakarta :UPP AMP YKPN, 2005, hal. 90.
11
penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara

24
Pasar sekunder (secondary market) adalah kegiatan
perdagangan Surat Berharga Syariah Negara yang telah
dijual di pasar perdana baik di luar maupun di luar
negeri.SBSN yang diperdagangkan di pasar sekunder ini
adalah SBSN yang diperjualbelikan di pasar sekunder baik di
luar maupun di luar negeri. Perdagangan dapat dilakukan
melalui bursa dan/atau di luar bursa yang biasa di sebut over
the counter (OTC). SBSN yang tidak dapat diperdagangkan
adalah (1) SBSN yang tidak dapat diperjualbelikan di pasar
sekunder dan biasanya diterbitkan secara khusus untuk
pemodal institusi tertentu, baik domestik maupun asing, yang
berminat untuk memiliki SBSN sesuai dengan kebutuhan
spesifik dari portofolio investasinya, dan (2) SBSN yang
karena sifat akad penerbitannya tidak dapat diperdagangkan

 Pihak Pelaksana Dalam Penerbitan

SBSN Didalam melaksanakan penerbitan SBSN dapat dilaksanakan


secara langsung oleh Pemerintah atau melalui Perusahaan Penerbit
SBSN adalah semua jenis SBSN yang ada. Penerbitan dilakukan melalui
Perusahaan Penerbit SBSN ditetapkan oleh Menteri. Untuk tujuan
membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara termasuk
membiayai pembangunan proyek, maka Menteri terlebih dahulu
berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Khusus untuk penerbitan SBSN
dalam rangka pembiayaan proyek, Menteri berkoordinasi dengan menteri
yang bertanggungjawab di bidang perencanaan pembangunan nasional.
12

Dalam hal penerbitan SBSN harus terlebih dahulu mendapat


persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat pada saat pengesahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diperhitungkan sebagai bagian dari

12
Rahmah, F. (2017). Analisis Dampak Penerbitan SBSN Terhadap Profitabilitas. Al-Tijary Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, 3, 47-56.

25
Nilai Bersih Maksimal Surat Berharga Negara yang akan diterbitkan oleh
Pemerintah dalam satu tahun anggaran.

Menteri berwenang menetapkan komposisi Surat berharga Negara


dalam rupiah maupun valuta asing, serta menetapkan Pihak Pelaksana
Dalam Penerbitan SBSN Didalam melaksanakan penerbitan SBSN dapat
dilaksanakan secara langsung oleh Pemerintah atau melalui Perusahaan
Penerbit SBSN adalah semua jenis SBSN yang ada. Penerbitan dilakukan
melalui Perusahaan Penerbit SBSN ditetapkan oleh Menteri. Untuk tujuan
membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara termasuk
membiayai pembangunan proyek, maka Menteri terlebih dahulu
berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Khusus untuk penerbitan SBSN
dalam rangka pembiayaan proyek, Menteri berkoordinasi dengan menteri
yang bertanggungjawab di bidang perencanaan pembangunan nasional.

Dalam hal penerbitan SBSN harus terlebih dahulu mendapat


persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat pada saat pengesahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diperhitungkan sebagai bagian dari
Nilai Bersih Maksimal Surat Berharga Negara yang akan diterbitkan oleh
Pemerintah dalam satu tahun anggaran. Menteri berwenang menetapkan
komposisi Surat berharga Negara dalam rupiah maupun valuta asing,
serta menetapkan komposisi Surat Berharga Negara dalam bentuk Surat
Utang Negara maupun SBSN dan halhal lain yang diperlukan untuk
menjamin penerbitan Surat berharga Negara secara hati-hati. Dalam hal-
hal tertentu, SBSN dapat diterbitkan melebihi Nilai Bersih Maksimal yang
telah disetujui dewan perwakilan Rakyat, yang selanjutnya dilaporkan
sebagai Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran tahun yang
bersangkutan.

 Jaminan Pemerintah Bagi Pemegang Surat Berharga Syariah Negara


(SBSN/SUKUK)

26
Penjaminan dari sudut hukum perdata sangat erat kaitannya dengan
sebuah penanggungan. Pada dasarnya, suatu penanggungan merupakan
persetujuan, bahwa untuk kepentingan dari kreditor seseorang atau pihak
ketiga berjanji dan mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban debitor
manakala debitor tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada
kreditor.

Dengan perkataan lain, diadakannya sebuah penanggungan untuk


lebih meyakinkan dan memperkuat kedudukan kreditur manakala pada
saatnya debitor tidak dapat menunaikan kewajiban-
kewajibannya.Keberadaan jaminan dari pihak pemerintah dalam Undang-
Undang, pada dasarnya ditujukan agar surat berharga syariah Negara
lebih diminati oleh masyarakat. Pemerintah agar para pemegang SBSN
tersebut merasa terjamin keberadaan asetnya tersebut.

Oleh karena itu dibuatlah klausula jaminan dari Pemerintah agar


keberadaan SBSN dan pemerintah wajib membayar Imbalan dan Nilai
nominal setiap SBSN, baik yang diterbitkan secara langsung oleh
Pemerintah maupun Perusahaan Penerbit SBSN, sesuai dengan
ketentuan dalam akad penerbitan SBSN. Dana untuk membayar Imbalan
dan Nilai Nominal disediakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut.
Dalam pembayaran kewajiban Imbalan dan Nilai Nominal dimaksud
melebihi perkiraan dana, maka pemerintah melakukan pembayaran dan
menyampaikan realisasi pembayaran tersebut kepada Dewan Perwakilan
Rakyat dalam pembahasan Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Dan semua kewajiban-kewajiban tersebut dilakukan
secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan

 Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Surat Berharga Syariah Negara:


1) Peranan Wali Amanat Sebagai Pemegang SBSN

Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal


50 menyebutkan bahwa kegiatan usaha sebagai wali amanat dapat

27
dilakukan oleh bank umum dan pihak lain yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah. Wali amanat adalah pihak yang mewakili
kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. Jasa wali amanat
diperlukan pada emisi obligasi (pengakuan hutang). Oleh karena itu, efek
yang bersifat hutang adalah merupakan surat pengakuan hutang yang
sifatnya sepihak dan para pemegang sahamnya tersebar luas, maka
untuk mengurus dan mewakili mereka selaku kreditor, maka perlu
dibentuk perwalimatan.

Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang


SBSN sesuai dengan yang diperjanjikan Didalam Pasal 51 UUPM
menyatakan bahwa wali amanat dilarang mempunyai hubungan Afiliasi
dengan Emiten, mewakili kepentingan pemegang efek bersifat hutang baik
di dalam maupun di luar pengadilan, mempunyai hubungan kredit dengan
emiten yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan, dilarang
merangkap sebagai penanggung dalam emisi efek bersifat hutang yang
sama (UUPM Pasal 54). Wali amanat dapat mewakili kepentingan para
pemegang efek bersifat hutang tersebut,

secara independen, ditetapkan bank umum sebagai pihak yang


dapat menyelenggarakan kegiatan perwaliamanatan, karena mempunyai
usaha yang sangat luas. Tetapi sebagai antisipasi terhadap
perkembangan pasar modal, dimungkinkan pihak lain, selain bank umum,
melakukan kegiatan sebagai wali amanat berdasarkan peraturan
pemerintah.13

2) Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Surat Berharga Syariah


Negara

Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan mengenai perjanjian sebagai


berikut: ”suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih

13
Sari, D. W., & Anshori, M. Y. (2017). Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah,
Dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Bank Syariah Di Indonesia Periode Maret
2015–Agustus 2016). Accounting and Management Journal, 1(1).

28
Suatu perjanjian merupakan peristiwa seorang berjanji kepada seorang
yang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu
hal.22 Sistem yang dipakai pada Surat Berharga Syariah Negara adalah
mengenal sistem akad dalam melakukan transaksitransaksinya. Akad
sendiri memiliki pengertian yaitu perjanjian tertulis yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pada setiap penerbitan Surat Berharga Syariah Negara


(SBSN/SUKUK) terkandung di dalamnya perjanjian yang menciptakan hak
dan kewajiban bagi mereka yang terlibat dalam perjanjian dimaksud.
Perjanjian tersebut tercipta di antara pemerintah sebagai penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN/SUKUK) maupun melalui Perusahaan
Penerbit SBSN/SUKUK dengan pemegang SBSN/SUKUK sebagai
investor.

Perjanjian antara pemerintah dengan investor tersebut dapat


dipersamakan dengan perjanjian yang terjadi diantara seorang yang
berutang (debitor) dengan seorang atau beberapa orang yang berpiutang
(kreditor). Pada saat terjadi penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN/SUKUK) di Pasar Perdana dan Pasar Sekunder, Pemerintah
mengakui berutang/meminjam uang dari investor yang menjadi kreditor
melalui mekanisme lelang dan/atau tanpa lelang, mengikuti aturan yang
ada di pasar modal.

Dengan adanya perjanjian pinjam meminjam uang antara pemerintah


dengan investor melalui sarana SBSN, investor mempunyai hak tagih
kepada pemerintah sebagai debitor pada saat angsuran pokok maupun
pembagian hasil sudah jatuh tempo. Tagihan yang diwujudkan dalam
bentuk surat berharga, akta atau kertas tagihan maupun catatan elektronis
mengenai adanya tagihan tersebut memberikan legitimasi kepada
pemegangnya sebagai pemilik.

29
Dengan merujuk pada UU SBSN Pasal 9 ayat (2) yang menyatakan
bahwa Pemerintah wajib membayar Imbalan dan Nilai Nominal setiap
SBSN, baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah maupun
Perusahaan Penerbit SBSN, sesuai dengan ketentuan dalam akad
penerbitan SBSN, merupakan suatu perlindungan hukum bagi para
pemegang SBSN untuk dapat meminta haknya terhadap investasi yang
telah dilakukannya kepada penerbit SBSN (dalam hal ini Pemerintah).
Dalam Pasal 9 ayat (3) dan (4), dalam hal pembayaran Imbalan dan Nilai
Nominal melebihi perkiraan dana, maka disediakan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara setiap tahun sampai dengan berakhirnya
kewajiban tersebutdan pemerintah akan menyampaikan realisasi
pembayaran tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

 Peranan Aspek Aturan Surat Berharga Pada Perkembangan


Ekonomi di Indonesia

Hubungan interaksi yang paling primer & lazim antara bank dengan
nasabah bisa dikatakan menjadi interaksi kontraktual Menurut Siamat
dikatakan bahwa: interaksi baik antara bank menggunakan nasabah
primer oleh at krusial bagi setiap bank & wajib ditempatkan dalam prioritas
yang tinggi. Keuntungan yangbisa diperoleh menurut interaksi baik ini,
olehat berpengaruh dalam jumlah simpanan menurutnasabah primer yang
bisa digarap oleh bank. Terhadap nasabah debitur, interaksi kontraktual
tadidari atas suatu kontrak atau perjanjian yang dibentuk antara bank
menjadi kreditur (pemberi dana)menggunakan pihak debitur (peminjam
dana), sedangkan berdasarkan R. Subekti bahwa suatuperjanjian
merupakan suatu insiden pada mana seorang berjanji pada seorang lain
atau pada mana2 orang itu saling berjanji buat melakukan suatu hal,
perjanjian tadi menerbitkan suatu perikatanantara 2 orang yang
membuatnya. Hukum kontrak yang sebagai dasar terhadap interaksi bank
&nasabah debitur bersumber menurut ketentuan-ketentuan Kitab Undang-
undang Hukum Perdatamengenai kontrak (perjanjian) Buku Ketiga. Sebab
berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-

30
undang Hukum Perdata, bahwa seluruh perjanjian yang dibentuk
secara absah berkekuatan samamenggunakan undang-undang bagi ke 2
belah pihak. Hukum perjanjian pada Buku Ketiga KitabUndang-Undang
Hukum Perdata menganut sistem aturan terbuka pada arti aturan
perjanjianmenaruh kebebasan seluas-luasnya pada masyarakat buat
mengadakan perjanjian berdari agartidak melanggar ketertiban generik &
kesusilaan. Pasal-pasal menurut aturan perjanjian adalahaturan
pelengkap (optional law).Hal ini berarti bahwa pasal-pasal itu boleh
dikesampingkan bila dikehendaki para pihak yang menciptakan perjanjian,
mereka diperbolehkan menciptakan ketentuan sendiri yang
menyimpangmenurut pasal-pasal aturan perjanjian. Inilah yang dikenal
menggunakan asas kebebasan berkontrak. Menurut Mariam Darus
Badrulzaman bahwa asas kebebasan berkontrak berkaitan erat
menggunakan isi perjanjian, yaitu kebebasan memilih apa &
menggunakan siapa perjanjian itu diadakan.

Ketentuan generik tentang kontrak, berlaku buat seluruh jenis


kontrak, sebagian pakar aturan beropini bahwa perjanjian kredit bank
diatur pula oleh ketentuan spesifik tentang pinjam gunakan habis
(verbruiklening) vide Pasal 1754 hingga menggunakan Pasal 1769 Kitab
Undang- undang Hukum Perdata. Berbeda menggunakan nasabah
debitur, maka buat nasabah deposan atau nasabah non debitur-non
deposan, tidak masih ada ketentuan yang spesifik mengatur buat kontrak
jenis ini pada buku Undang-undang Hukum Perdata tentang kontrak atau
perjanjian. Di samping ini tidak sama menggunakan kontrak buat nasabah
debitur, maka kontrak kredit yang tak jarang diatur relatif komprehensif,
maka buat kontrak bank menggunakan nasabah deposan atau nasabah
non deposan-non debitur lazimnya hanya diatur pada bentuk kontrak yang
sederhana. Itupun, sama misalnya buat kontrak kredit, diberlakukan
kontrak pada bentuk kontrak baku atau kontrak baku/perjanjian baku,

31
yang umumnya masih ada ketentuan-ketentuan yang berat sebelah, pada
mana pihak bank tak jarang lebih diuntungkan14.

Namun, sungguh pun dianut prinsip bahwa interaksi nasabah


penyimpanan dana menggunakan bank merupakan interaksi kontraktual,
pada hal ini interaksi debitur & kreditur pada mana pihak bank berfungsi
menjadi kreditur prinsip interaksi misalnya ini pula tidak bisa diberlakukan
secara mutlak. Jadi, pada sini memperlihatkan bahwa sesungguhnya
pihak nasabah penyimpanan dana bisa kapan saja tetapkan interaksi
kontrak menggunakan banknya, namun pihak bank tidak bisa begitu saja
tetapkan interaksi menggunakan pihak nasabah tanpa surat
pemberitahuan pada pihak nasabah. jadi, Bahwa peranan aspek hukum
surat berharga pada sebuah bank berfungsi strategis dalam pelaksanaan
perkembangan pembangunan perekonomian indonesia. Peranan yang
strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama aspek hukum
yang mengatur bank sebagai wahana yang dapat menghimpun dan
menyalurkan dana ke masyarakat sehingga efektif dan efisien.

14
Murtuza, A. (2002). Islamic Antecedents for FInancial Accountability. International Journal of
Islamic FInance Service, Vol. 4 No.1, 1-19.

32
B. DEPOSITO
1. Pengertian Deposito

Berdasarkan undang – undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun


1998 tentang perbankan syariah, deposito adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank.Adapun yang dimaksud
dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan
prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI telah
mengeluarkn fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang berdasarkan
prinsip mudharabah. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank dalam bentuk Giro, Deposito berjangka,
Sertifikat deposito, Tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.

Sedangkan simpanan berjangka adalah simpanan berdasarkan


kaidah syariah mudharabah al-muthlaqah, dimana shahibul maal
memberikan kepercayaan kepada BMT untuk memanfaatkan dana yang
dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat
memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan
profesional. Keuntungan dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan
BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati diawal. Pada dasarnya
prinsip yang diterapkan dalam Simpanan Berjangka adalah prinsip
mudharabah mutlaqah/berjangka yaitu prinsip dimana pemilik dana
memberikan keleluasan penuh kepada pengelola untuk menggunakan
dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan.
Pengelola bertanggung jawab untuk mengelola usaha sesuai dengan
praktik syariah secara baik dan benar. Ketentuan dalam menggunakan
prinsip ini adalah:

1. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai


nisbah dan tatacara pemberitahukan keuntungan dan
pembagian keuntungan secara resiko yang ditimbulkan dari

33
penyimpanan dana. Apabila tercapai kesepakatan, maka hal
tersebut dicantumkan dalam akad.

2. Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku


tabungan seabagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM/ alat
penarikan lainnya kepada penabung. Sedangkan untuk
deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat/tanda
penyimpanan deposito kepada deposan.

3. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh


penabung sesuai perjanjian yang disepakati, namun tidak
diperkenakan mengalami saldo negative.

4. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai jangka


waktu yang disepakati. Deposito yang diperpanjang setelah
jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti baru, tetapi bila
sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu
akad baru.

5. Ketentuan- ketentuan lain yang berkaitan dengan deposan


tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.

2. jenis jenis deposito


Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia saat ini ada
beberapa macam diantaranya yaitu: Deposito Berjangka Merupakan
deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Jangka waktu
Deposito biasanya bervariasi mulai dari 1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan.
Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun
lembaga. Artinya didalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau
lembaga.

a) Adapun jenis deposito berjangka yaitu:


 Deposito berjangka biasa Deposito yang terakhir pada jangka
waktu yang diperjanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukan
setelah ada permohonan baru/pemberihauan dari penyimpan.

34
 IJ Deposito berjangka otomatis Pada saat jatuh tempo, secara
otomatis akan diperpanjang untuk jangka waktu yan sama
tanpa pemberitahuan dari penyimpanan
b) Sertifikat Deposito

Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2,3,6,12


bulan. Sertifikat deposito diterbitkan dalam bentuk sertifikat dan dapat
diperjualbelikan atau dipindahkan kepada pihak lain. Pencairan bunga
sertifikat deposito dapat dilakukan dimuka, baik tunai maupun non tunai.
Penerbitan nilai sertifikat deposito sudah tercetak dalam nominal dan
biasanya dalam jumlah bulat. Sehingga nasabah dapat membeli dalam
lembaran banyak untuk jumlah nominal yang sama.

c) Deposito on call

Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling


lama kurang dari satu bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam
jumlah yang besar misalnya 50 juta rupiah. Pencairan bunga dilakukan
pada saat pencairan deposito on call dicairkan terbilah dahulu 3 hari
sebelum nasabah dihitung perbulan dan biasanya untuk menentukan
bunga dilakukan negosiasi antara nasabah dengan pihak bank. 15

Produk Deposito di Bank Syariah Deposito adalahSimpanan untuk


jangka waktu tertentu yang dapat diambil setelah jatuh
tempo.Menggunakan bilyet sebagai tanda bukti simpanan.Diberikan
imbalan berupabagi hasil yang dibayarkan tiap akhir bulan. Deposito
adalah Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara
Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS.

 Sifat-sifat dari deposito mudharabah yaitu:

15
Wahid, A., & Nazarudin. (2010). Sukuk Memahami dan Membedah Obligasi pada Perbankan
Syariah. Yogyakarta.

35
a. Deposito mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi
mudharabah merupakan investasi melalui simpanan pihak
ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh
tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil.

b. Imbalan bagi hasil dibagi dalam bentuk berbagi pendapatan


(revenue sharing) atas penggunaan dana tersebut secara
syari‘ah dengan proporsi pembagian katakanlah 70 : 30, 70 %
untuk deposan dan 30 % untuk bank.

c. Jangka waktu deposito mudharabah berkisar antara 1 bulan,


3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan

Terkait dengan produk deposito mudharabah di bank syari‘ah telah


diatur dalam Fatwa Dewan Syari‘ah Nasional NO: 03/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Deposito Fitur dan Mekanisme Deposito Syariah

a. Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan


nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal);

b. Pengelolaan dana oleh Bank dapat dilakukan sesuaibatasan-


batasan yang ditetapkan oleh pemilik dana (mudharabah
muqayyadah) atau dilakukan dengan tanpabatasan-batasan
dari pemilik dana (mudharabah mutlaqah);

c. Dalam Akad Mudharabah Muqayyadah harus dinyatakan


secara jelas syarat-syarat dan batasan tertentu yangditentukan
oleh nasabah;

d. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah


yang disepakati;

e. Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat dilakukan sesuai


waktu yang disepakati;

36
f. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya
administrasi berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan
biaya pengelolaan rekening antara lain biaya meterai, cetak
laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan
penutupan rekening; dan

g. Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan


nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.

 Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah

BNI Syariah berkomitmen terhadap perkembangan perbankan


syariah dengan semangat amanah dan jamaah memberikan yang terbaik
sesuai kaidah. Berdasarkan hasil pengawasan DPS (Dewan Pengawas
Syariah) selama tahun 2011 melalui uji petik di Kantor Pusat dan
beberapa kantor cabang BNI Syariah, dengan ini DPS menyatakan
Mudharabah and Investation Intention bahwa secara global keseluruhan
operasional BNI Syariah telah memenuhi ketentuan syariah berdasarkan
Fatwa DSN-MUI dan opini DPS.

Sistem bagi hasil ini adalah ciri khusus dari perbankan syariah yang
membedakannya dengan perbankan konvensional yang menggunakan
sistem bunga dalam kegiatan operasinya yang mana bunga tersebut telah
ditentukan diawal. Berdasarkan riset yang dilakukan penulis pada laporan
tahunan (annual report) PT. Bank BNI Syariah, diketahui bahwa ikhtisar
kebijakan akuntansi atas Hak nasabah untuk pembagian bagi hasil
danasyirkah temporer atau investasi dengan akad mudharabah Muthlaqah
merupakan bagian bagi hasil miliknasabah yang didasarkan pada prinsip
mudharabah atas hasil pengelolaan danamereka oleh Bank.

Pendapatan yangdibagikan adalah yang telah diterima


(cashbasis).Pembagian hasil usaha dilakukan berdasarkan prinsip bagi
hasil usaha yaitu dari pendapatanbank yang diterima berupa laba kotor
(gross profit margin). Dengan kata lain sistem bagi hasil yang digunakan
BNI Syariah menggunakan prinsip sistem bagi hasil revenue sharing.

37
Dimana keuntungan yang dibagikan adalah pendapatan yang diterima
bank.

Berdasarkan PSAK 105 Akuntansi Mudharabah, akad mudharabah


dikategorikan menjadi 3 yaitu jenis: Mudharabah Muthlaqah, Mudharabah
Muqqayadah dan Mudharabah musytaraqah Namun berdasarkan data
yang diperoleh diketahui bahwa produk Deposito yang ditawarkan pada
PT. Bank BNI Syariah bernama Deposito iB Hasanah yaitu simpanan
berjangka yang menggunakan prinsip Mudharabah Mutlaqah.
Mudharabah muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul
maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang
kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati.

Deposito iB Hasanah mengelola dana nasabah dengan cara


disalurkan untuk pembiayaan usaha produktif maupun pembiayaan
konsumtif yang halal dan bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Hal ini
menyatakan bahwa produk Deposito yang dikeluarkan bank ini telah
sesuai dengan Fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000 yang mana deposito
yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak
sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak sebagai
pengelola dana (mudharib). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank
dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk bermudharabah
dengan pihak lain.

 Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah ini adalah bentuk kerjasama yang dilakukan antara dua


pihak dimana pihak yang pertama atau pemilik dana, didalam penelitian ini
adalah nasabah yang berinvestasi pada deposito kepada pihak kedua
yaitu pihak bank, dan keuntungan dibagikan berdasarkan kesepakatan
dan apabila sewaktu-waktu terjadi kerugian finansial maka hanya
ditanggung oleh pemilik dana. Untuk produk deposito yang ditawarkan

38
oleh BNI Syariah adalah deposito berdasarkan prinsip mudharabah
muthlaqah, dimana pemilik dana memberikan kebebasan atas
pengelolaan dana tersebut, investasi ini disebut juga sebagai investasi
dana tidak terikat.

Untuk jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa berlakunya, di daerah


mana usaha tersebut akan dilakukan atau dikerjakan. Dana yang
diberikan pada investasi ini tidak boleh digunakan untuk membiayai suatu
proyek atau pekerjaan yang dilarang islam atau yang haram seperti, untuk
usaha perdagangan minuman keras, usaha peternakan babi dll. Adapun
rukun mudharabah ini adalah sebagai berikut :

a. Pelaku terdiri atas pemilik dana dan pengelola dana

b. Objek mudharabah berupa modal kerja

c. Ijab qabul/ serah terima

d. Nisbah/ keuntungan

 Karakteristik mudharabah muthlaqah ini adalah sebagai berikut :

1. Entitas disini dapat bertidak sebagai pemilik dana dan


sebagai pengelola dana Mudharabah and Investation Intentio

2. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana maka dana


yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer

3. Dalam penyaluran mudharabah ini tidak ada jaminan, tetapi


agar pengelola dana tidak melalukan penyimpangan dalam
mengelola dana ini, maka pemilik dana dapat meminta jaminan
dari pengelola dana atau pihak ketiga. Dan jaminan ini hanya
dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti telah
melakukan pelanggaran terhadap akad kerjasamanya.

39
4. Pengembalian danamudharabahdapat dilakukansecara
bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atausecara
total pada saat akad mudharabahdiakhiri.

5. Jika dari pengelolaan danamudharabah


menghasilkankeuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk
pemilik danadan pengelola dana ditentukan berdasarkan
nisbah yangdisepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama
periode akad.Jika dari pengelolaan danamudharabah
menimbulkankerugian, maka kerugian finansial menjadi
tanggungan pemilikdana.

 Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran atas investasi tidak terikat pada


deposito mudharabah muthlaqah ini dilakukan dengan cara :

A. Akuntansi Untuk Pemilik Dana

1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui


sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas

2. investasi mudharabah dalam bentuk kas diukursebesar


jumlah yang dibayarkan

3. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelumusaha dimulai


disebabkan rusak, hilang atau faktor lainyang bukan kelalaian
atau kesalahan pihak pengeloladana, maka penurunan nilai
tersebut diakui sebagaikerugian dan mengurangi saldo
investasi mudharabah.

4. Jika sebagian investasi mudharabah hilang


setelahdimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau
kesalahanpengelola dana, maka kerugian tersebut
diperhitungkanpada saat bagi hasil.

40
5. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejakdana atau
modal usaha mudharabah diterima oleh pengeloladana.

6. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara


lain,ditunjukkan oleh :

a. persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak


dipenuhi;

b. tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force


majeur)yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam
akad;atau

c. hasil keputusan dari institusi yang berwenang.

7. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saatakad jatuh


tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana,maka investasi
mudharabah diakui sebagai piutang.

8. Jika investasi mudharabah melebihi satu periodepelaporan,


penghasilan usaha diakui dalam periodeterjadinya hak bagi
hasil sesuai nisbah yang disepakati.

9. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelumakad


mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dandibentuk
penyisihan kerugian investasi.Pada saat akadmudharabah
berakhir, selisih antara:

a. Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan


Mudharabah and Investation Intention

b. Kerugian investasi; dan

c. pengembalian investasi mudharabah;diakui sebagai


keuntungan atau kerugian.

10.Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalampraktik


dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atasrealisasi

41
penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidakdiperkenankan
mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.

11.Apabila terjadi kerugian yang diakibatkan kelalaian


pengelola dana, maka ditanggung oleh pengelola dana dan
tidak mengurangi dana mudharabah.

12.Bagi hasil usaha yang belum dibayarkan oleh pengelola


dana maka diakui sebagai piutang.

B. Akuntansi untuk Pengelola Dana

1. Dana mudharabah yang diterima diakui sebagai dana syirkah


temporer sebesar jumlah yang diterima. Dan pada akhir periode
diukur sebesar nilai tercatatnya.

2. Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer ini


maka pengelola dana mengakui sebesar jumlah yang diterima.

3. Pengelola dana mengakui pendapatan atas pengalurandana


syirkah temporer secara bruto sebelum dikurangi denganbagian
hak pemilik dana.

4. Bagi hasil atas mudharabah ini dapat dilakukan dengan


prinsip bagi laba atau bagi hasil.

5. Hak pihak ketiga atas bagi hasil danasyirkahtemporer yang


sudah diperhitungkan tetapi belumdibagikan kepada pemilik
dana diakui sebagai kewajibansebesar bagi hasil yang menjadi
porsi hak pemilik dana.

6. Apabila terjadi kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan


pengelola dana maka diakui sebesar beban pengelola dana

 Penyajian

1. Investasi tidak terikat dari pihak ketiga disajikan sebesar


jumlah nominalnya untuk masing-masing bentuk investasi tidak

42
terikat antara lain tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah. Dalam penelitian ini yaitu sebesar nominal pada
saat pihak ketiga membuka rekening deposito.

2. Bagi hasil investasi tidak terikat yang sudah dihitung dan


telah jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada nasabah
yang bersangkutan disajikan dalam pos kewajiban segera.

3. Bagi hasil investasi tidak terikat yang sudah dihitung pada


akhir periode tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi
hasil yang belum dibagikan

 Adapun contoh perhitungan dari deposito mudarabah

43
44
5. Pengaruh suku bunga dalam bank konvensional
a. Pengaruh Suku Bunga Deposito 1 Bulan Bank Umum
Konvensional

Hasil analisis diketahui bahwa variabel TSB


berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
deposito mudharabah 1 bulan bank syariah. Hal ini berarti
ketika tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank umum
konvensional naik, akan menurunkan deposito mudharabah
1 bulan bank syariah. Dan sebaliknya, penurunan tingkat
suku bunga deposito 1 bulan bank umum konvensional akan
menyebabkan kenaikan pertumbuhan deposito mudharabah
1 bulan bank syariah.

Pengaruh negatif tingkat suku bunga deposito


berjangka pada bank konvensional terhadap pertumbuhan
deposito Mudharabah berjangka 1 bulan adalah karena
dengan meningkatnya suku bunga akan menyebabkan
peningkatan risiko displacement fund (pengalihan dana dari
bank syariah ke bank konvensional) yang akan dihadapi
bank syariah. Hal ini tentunya akan membuat jumlah dana
pihak ketiga yang dihimpun oleh bank syariah menurun.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh
Haron dan Ahmad (2000), yang telah menunjukkan bahwa
tingkat suku bunga konvensional memiliki pengaruh terhadap
dana pihak ketiga bank syariah.

Dan konsisten dengan hasil penelitian Arundina (2007)


serta penelitian Budiati (2007) yang menunjukkan bahwa
suku bunga deposito bank konvensional berkaitan erat
dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank
syariah. Juga mendukung Farikh (2007) yang menunjukkan
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga deposito konvensional.

45
Penelitian Andriyanti dan Wasilah (2010) juga
menunjukkan bahwa penghimpunan deposito Mudharabah
berjangka 1 bulan pada Bank Muamalat Indonesia sebagai
variabel terikat dipengaruhi variabel bebas tingkat suku
bunga deposito berjangka 1 bulan pada bank konvensional.

b. Pengaruh Bagi Hasil Deposito Mudharabah 1 bulan Bank


Syariah

Hasil analisis diketahui bahwa variabel TBH


berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan
deposito mudharabah 1 bulan bank syariah. Hal ini berarti
ketika tingkat bagi hasil deposito mudharabah 1 bulan bank
syariah naik, akan menaikkan pertumbuhan deposito
mudharabah 1 bulan bank syariah. Dan penurunan tingkat
bagi hasil deposito mudharabah 1 bulan bank syariah akan
menyebabkan penurunan deposito mudharabah 1 bulan
bank syariah. Pengaruh positif variabel tingkat bagi hasil
terhadap pertumbuhan deposito Mudharabah berjangka 1
bulan dikarenakan para nasabah dalam menempatkan
dananya di bank syariah masih dipengaruhi oleh motif untuk
mencari profit sehingga jika tingkat bagi 13 hasil bank
semakin besar maka akan semakin besar pula dana pihak
ketiga yang disimpan di bank syariah.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian


sebelumnya yang ditunjukkan oleh Rahmawati (2010) bahwa
profit sharing berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
dana bank syariah. Karena nasabah hanya bersedia
menyimpan dananya pada bank yang mau dan mampu
untuk membayar kembali dana tersebut apabila ditagih. Juga
mendukung hasil penelitian Samsudin (2005) yang
menunjukkan bahwa faktor besarnya return dan persentasi
bagi hasil yang tinggi menjadi daya tarik bagi nasabah untuk

46
menyimpan dananya di Bank Syariah Mandiri. Namun hasil
penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu
tentang pengaruh prinsip bagi hasil (profit sharing) terhadap
keputusan nasabah menyimpan dananya di bank syariah.

Nasser dan Al Khatib (2005) menunjukkan bahwa 79%


responden di Jordan mau menanamkan dananya pada bank
syariah karena motivasi agama. Hasil serupa ditemukan oleh
Amat (2005) dengan menunjukkan bahwa faktor motivasi
untuk mendapatkan return yang tinggi tidak menjadi dasar
utama dalam memilih bank, melainkan lebih kepada
kesesuaian dengan syariah. Fitriyah (2010) juga
menunjukkan bahwa bagi hasil tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan dana bank umum syariah, karena faktor agama
merupakan faktor utama yang menjadi alasan nasabah
menyimpan dananya di bank syariah. Karakter nasabah
bank syariah merupakan nasabah emosional yang non profit
oriented. 16

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat


bagi hasil deposito mudharabah 1 bulan bank syariah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
deposito mudharabah 1 bulan bank syariah. Hal ini
membuktikan bahwa masyarakat Indonesia yang mayoritas
muslim masih terpengaruh oleh return yang akan diterima.
Untuk menaikkan pertumbuhan mudharabah 1 bulan bank
umum syariah, hendaknya pihak manajemen perbankan
syariah menaikkan efisiensi kinerja bank syariah sehingga
dapat menaikkan tingkat bagi hasil deposito mudharabah 1
bulan. Hal ini akan menjadikan deposito mudharabah 1 bulan
menjadi pilihan investasi yang menarik bagi nasabah, maka
dana deposito mudharabah akan meningkat. Nasabah
16
Nasution, C.S. 2003.Manajemen Kredit Syariah Bank Muamalat.Kajian Ekonomi dan Keuangan,
Vol.7, No.3

47
pastinya akan memilih investasi yang halal dan memberikan
keuntungan yang besar.

c. Pengaruh Likuiditas Bank Syariah

Dalam penelitian ini, likuiditas diproksikan dengan


Finance to Deposite Ratio (FDR). Rasio ini menunjukkan
seberapa besar kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin rendah
pula kemampuan likuiditas bank tersebut jika ada deposan
menarik dananya sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah akan semakin besar. Hal ini akan turut
mempengaruhi deposan dalam memilih dimana akan
menghimpun dananya. Hasil penelitian menunjukkan FDR
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan deposito
mudharabah 1 bulan bank syariah17.

Rasio yang mencerminkan likuiditas bank syariah ini


memang tergolong tinggi, yakni 87,27 % sampai 100,5%. Hal
ini berarti sebagian besar dan hampir seluruh dana pihak
ketiga digunakan untuk pembiayaan, sehingga dapat
dikatakan bahwa likuiditas bank syariah rendah. Namun
ternyata pertumbuhan dana pihak ketiga dan dana deposito
mudharabah khususnya, terlihat naik. Likuiditas bank syariah
yang relatif rendah, tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan deposito mudharabah 1 bulan karena
dana titipan nasabah tersebut terlihat semakin mengalami
kenaikan.

Nasabah tampaknya tidak melihat atau


memperhitungkan nilai FDR suatu bank perbulannya ketika
17
Nelwani, C.Y.E. 2013.Faktor-faktor yang memepngaruhi deposito mudharabah pada bank
umum syariah (BUS) (Periode 2009-2012).UIN Sunan Kalijaga.Yogyakarta.

48
hendak memutuskan meletakkan dananya. Dapat juga
disebabkan karena bank syariah sudah memperoleh
kepercayaan penuh dari nasabah dengan dibuktikan selama
ini dapat memenuhi 14 kewajibannya kepada nasabah.
Selain itu, angka pembiayaan macet yang rendah dapat juga
menjadi pegangan nasabah untuk memberi kepercayaan
pada bank syariah meskipun likuiditasnya relatif rendah.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya


oleh Andriyanti dan Wasilah (2010) yang juga menggunakan
variabel yang sama dalam pengaruhnya terhadap
penghimpunan dana pihak ketiga dan hasil yang tidak
signifikan ditunjukkan oleh variabel FDR dalam pengaruhnya
terhadap deposito Mudharabah berjangka 1 bulan. Hasil
penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Shalihati
(2012) yang menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap deposito mudharabah Bank Umum
Syariah periode Juni 2004 – Desember 2010. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian Nasution (2003)
sebelumnya, bahwa manajemen kredit bank syariah akan
mempengaruhi likuiditas bank dan akhirnya akan
mempengaruhi penghimpunan dana dari pihak ketiga.

d. Pengaruh Inflasi

Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga


untuk naik secara umum dan terus menerus selama peride
tertentu. Tingkat inflasi yang tinggi mengakibatkan
masyarakat yang mempunyai penghasilan tetap akan
mengurangi alokasikan dana investasinya untuk
mempertahankan tingkat konsumsi. Dan sebaliknya, jika
tingkat inflasi menurun nasabah akan memiliki dana yang
besar untuk alokasi investasi. Kenaikan inflasi juga
menyebabkan masyarakat tidak tertarik untuk meletakkan

49
dananya pada bank karena nilai mata uang semakin
menurun. Meskipun deposito memberikan bagi hasil, namun
jika tingkat inflasi lebih tinggi dibanding tingkat suku bunga,
maka nilai mata uang tetap menurun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi tidak


berpengaruh terhadap pertumbuhan deposito mudharabah 1
bulan, sehingga menolak hipotesis yang telah diajukan
peneliti. Nasabah bank syariah tampaknya sudah terbiasa
dengan inflasi yang terjadi di Indonesia, sehingga sudah
dapat merencanakan alokasi dana yang digunakan untuk
konsumsi dan dana investasi. Akibatnya, fluktuasi tingkat
inflasi tidak mempengaruhi pertumbuhan deposito
mudharabah. Nasabah bank syariah tidak terpengaruh
terhadap fluktuasi tingkat inflasi di Indonesia bisa juga
disebabkan karena dalam kondisi inflasi yang naik turun,
mereka kesulitan untuk memilih investasi selain deposito
karena investasi di tempat lain kemungkinan akan memiliki
resiko yang lebih tinggi dibandingkan resiko penurunan nilai
uang akibat inflasi.

Penelitian ini mendukung penelitian yang telah


dilakukan oleh Faizi (2009) yang menunjukkan bahwa inflasi
tidak berpengaruh terhadap simpanan mudharabah pada
Bank Umum Syariah periode 2005 – 2007. Juga Alwi (2009)
yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap dana deposito mudharabah
bank syariah di Indonesia. Demikian juga Lestari (2012)
dalam penelitiannya pada Bank Muamalat Indonesia periode
Januari 2003 – Desember 2007 menunjukkan bahwa inflasi
tidak berpengaruh terhadap deposito mudharabah. Hasil
penelitian ini berbeda dengan Farikh (2007) yang
menunjukkan bahwa inflasi mempunyai pengaruh yang

50
signifikan terhadap dana pihak ketiga (DPK) perbankan
syariah.

Andriyanti dan Wasilah (2010) juga menunjukkan


bahwa penghimpunan deposito Mudharabah berjangka 1
bulan pada Bank Muamalat Indonesia dipengaruhi oleh
tingkat inflasi secara signifikan. Juga dalam penelitian Haron
dan Azmi (2005) yang menunjukkan bahwa inflasi
berhubungan negatif dengan deposito yang dihimpun bank.
Hal ini disebabkan ketika inflasi mengalami kenaikan, maka
para nasabah akan mencairkan dananya untuk
mempertahankan tingkat konsumsinya.

e. Pengaruh Ukuran Perusahaan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran bank


syariah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan deposito
mudharabah 1 bulan. Ukuran bank merupakan ukuran atau
besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Pada penelitian ini,
pengukuran terhadap ukuran bank diproksi dengan
pertumbuhan total aset yang dimiliki bank syariah.
Peningkatan total asset menunjukkan bahwa kemampuan
bank dalam beroperasi semakin bagus dan kemampuan
untuk bisa melakukan perngembangan semakin luas. Aset
yang besar juga memiliki kecenderungan kuat dalam
menghasilkan profit yang tinggi.

Deposan pada umumnya menyimpan dananya di bank


dengan motif profit maximitation. Semakin besar ukuran
bank, maka masyarakat akan cenderung menyimpan
uangnya di bank tersebut karena masyarakat berpikir akan
merasa aman menyimpan dananya di sana dan memperoleh
keuntungan yang lebih tinggi. Penelitian ini mendukung
penelitian sebelumnya oleh Andriyanti dan Wasilah (2010)

51
yang menunjukkan bahwa ukuran (yang diproksikan total
aset) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
deposito mudharabah 1 bulan Bank Muamalat Indonesia.
Juga konsisten dengan penelitian Herlanika (2011) yang
menunjukkan bahwa ukuran bank syariah dan unit-unit
usaha syariah berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah.

 Berikut adalah contoh dari pencatatan dari jurnal deposito


mudharabah
 Contoh soal !!!!!

Hitunglah pencatatan dari perhitungan dari deposito Mudharabah :

1. Pada tanggal 1 September 2019 pak Kurniawan menerima setoran atas


nama bunda Lisa sebanyak Rp. 5.000.000 sebagai investasi deposito
Mudharabah untuk jangka waktu satu bulan dengan nisbah 60% untuk
nasabah dan 40% untuk pak Kurniawan itu sendiri

2. pada tanggal 20 september 2019 yaitu Berdasarkan perhitungan


distribusi pendapatan bagi hasil yang akan dibayarkan untuk kelompok
deposito Mudharabah adalah sebesar 15.000.000

3. pada tanggal 05 oktober 2019 Dibayarkan bagi hasil deposito


Mudharabah kepada bunda Lisa sebesar Rp 40.000 dan atas pembayaran
tersebut dipotong pajak sebesar 20%, pembayaran bagi hasil dilakukan ke
rekening tabungan Mudharabah atas nama pemilik yang sama

4. pada tanggal 11 oktober 2019 Bunda Lisa mencairkan deposito


Mudharabah, pencarian tersebut dilakukan secara tunai.

Tanggal Rekening Debet Kredit


1/09/2019 Db kas 5000,000
Kr deposito bunda lisa 5000,000
20/09/2019 Db hak pihak ke 3 atas bagi hasil 15 000 000

52
mudharabah
Kr bagi hasil belum dibagikan 15 000 000
05/10/2019 Db bagi hasil belum dibagikan – 40 000
deposito
Kr tabungan – ibu lusi 32 000
Kr kas Negara – pajak deposito 8 000
11/10 2019 Db deposito mudharabah – buda 5 000 000
lisa
Kr kas 5 000 000

Jumlah 25 040 000


25 040 000

6. Perspektif Hukum Islam Terhadap Biaya Penalty Deposito


Mudharabah

Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa


perjanjian penalty terhadap simpanan nasabah dilakukan apabila nasabah
mengambil simpanan mudharabah berjangka yang menjadi haknya
sebelum jatuh tempo, dalam hal ini nasabah sebagai shahibul maal
sedangkan pihak yang diwakilkan dalam hal ini adalah pihak Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bengkalis selaku pengelola dari modal
atau simpanan shahibul maal. Pada saat perjanjian nasabah ditawarkan
jenjang waktu pengambilan simpanan yang didepositkan nasabah yaitu, 1
bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Dan nasabah berhak memilih salah
satu antara jenjang waktu tersebut, ketika nasabah memilih salah satu
antara jenjang waktu tersebut, maka terjadilah satu kesepakatan antara
kedua belah pihak yang selanjutnya dokumen perjanjian ditandatangani
oleh nasabah. Dalam akad muamalah ketika terjadi kesepakatan antara
kedua belah pihak maka eksistensi kerelaan antara kedua belah pihak
yang berakad tercipta, karena Islam sangat menjunjung tinggi atas

53
kerelaan dan keridhoan antara dua orang yang berakad atau dalam
melakukan transaksi, sesuai dengan firman Allah SWT.

QS. An-Nisa’ Ayat 29 yang berbunyi

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu,"

Perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak terjadi dalam satu
tempat yaitu kantor Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Bengkalis dan pihak nasabah hadir secara langsung berhadapan dengan
karyawan yang diwakili oleh pihak bank, hal ini sesuai dengan syarat dan
rukun perjanjian jual beli termasuk dalam perjanjian mudharabah yaitu
akad dilakukan dalam satu majelis.

Nota perjanjian yang diberikan oleh pihak bank yang mencangkup


perjanjian kerja, tawaran jenjang waktu mudharabah berjangka, nisbah
bagi hasil dan konsekuensi yang berupa dokumen pemberitahuan resiko
yang menyangkut hak dan kewajiban nasabah dan pihak bank tertuang
dalam bentuk tulisan yang jelas dan dapat dipahami oleh pihak nasabah.
Sedangkan untuk resiko nasabah yang mengambil simpanan selain dari
jangka waktu yang telah ditentukan oleh pihak bank yang dikenakannya

54
penalty dari simpanan nasabah tidak tertuang dalam bentuk tulisan yang
jelas, akan tetapi menurut kesepakatan antara nasabah dengan bank.
Seharusnya akad semacam ini dicatat dalam nota perjanjian yang jelas.

Dengan melihat praktek penalty yang dilakukan oleh Bank Syariah


Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bengkalis seperti apa yang penulis
paparkan di atas dan selanjutnya dilakukan analisis dengan konsep
syariah, maka dapat dikatakan bahwa praktek penalty yang dilakukan oleh
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bengkalis kepada
nasabah yang mengambil simpanan mudharabah berjangka (deposito)
sebelum jatuh tempo adalah tidak sesuai dan menyimpang dari teori yang
berlaku dalam ekonomi Islam. Hal ini dikarenakan perjanjian penalty tidak
dituliskan dengan jelas didokumen perjanjian.

Perjanjian pada akad mudharabah berjangka (deposito) yang


merupakan salah satu produk Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Bengkalis yang apabila nasabah mengambil simpanan yang
didepositokan selain dari waktu yang telah ditentukan waktunya oleh pihak
Bank, nasabah akan dikenai penalty dari jumlah nominal simpanan yang
didepositokan atau dengan kata lain nasabah akan dikenai beban
pembiayaan karena tidak mematuhi kesepakatan dalam perjanjian awal
pada akad mudharabah berjangka.

Dalam perjanjian mudharabah pemilik modal atau shahibul maal


mempunyai hak dalam mengambil harta yang ia titipkan termasuk
simpanan yang didepositokan pada Bank, namun modal yang ia serahkan
kepada pihak Bank digunakan oleh pihak lain untuk mengembangkan
usaha melalui pembiayaan pihak ketiga kepada pihak Bank, pihak ketiga
yang memakai sebagian modal pada bank ini juga dinamakan nasabah,
nasabah pihak ketiga juga melakukan pembayaran pembiayaan kepada
pihak Bank sesuai dengan waktu yang telah disepakati karena akad yang
digunakan juga akad mudharabah berjangka. Pada hakikatnya pihak bank
merupakan perantara dalam menyalurkan modal dari nasabah yang
menginvestasikan modalnya dari nasabah yang menggunakan

55
pembiayaan dari pihak yang kemudian dilakukan bagi hasil sesuai dengan
nisbah yang sudah disepakati.

Penalty yang dilakukan oleh pihak bank kepada nasabah yang


mengambil simpanan selain dari waktu yang telah ditentukan merupakan
usaha preventif supaya modal yang pihak bank tanamkan pada nasabah
yang meminjam untuk keperluan usaha mempunyai waktu untuk
mengembalikannya kepada pihak bank dari pihak bank bisa
mengembalikan simpanan nasabah hal ini karena keduanya memiliki akad
mudharabah yang berbunyi muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan
mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat dalam hidup
masyarakat.

Penalty dari pihak bank kepada nasabah yang menarik dana


depositonya sebelum jatuh tempo yang telah ditentukan sebelumnya
adalah untuk penyaluran pembiayaan kepada nasabah yang melakukan
peminjaman dana untuk usaha, hal ini mencegah kemacetan dalam
kegiatan mudharabah sehingga meski ada kesan merugikan nasabah
akan tetapi hal ini sebenarnya pencerminannya atas salah satu prinsip
mudharabah yang berlandaskan manfaat dan menghindari mudharat yang
lebih besar bagi kegiatan bermudharabah.

Perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak terjadi dalam satu
tempat yaitu kantor Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Bengkalis dan pihak nasabah hadir secara langsung berhadapan dengan
karyawan yang diwakili oleh pihak bank, hal ini sesuai dengan syarat dan
rukun perjanjian jual beli termasuk dalam perjanjian mudharabah yaitu
akad dilakukan dalam satu majelis. Seharusnya akad semacam ini dicatat
dalam nota perjanjian yang jelas. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam
QS. Al-Baqarah ayat 282

56
yang artinya: ‘’Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya ‘’.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa untuk kebaikan kedua belah pihak


maka ketika bermuamalah seharusnya perjanjian dituliskan, karena tulisan
itu dapat menjadi bukti (bayyinah) yang mengingatkan salah satu pihak
yang terkadang lupa atau khilaf. Ketika perjanjian itu dituliskan maka
sudah seharusnya kedua belah pihak mematuhi akad yang sudah ada di
dalam perjanjian.

Sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS. Al-Maidah Ayat 1

yang artinya: Hai orang beriman! penuhilah akad-akad itu. Dengan


melihat praktek penalty yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Bengkalis seperti apa yang penulis paparkan di atas
dan selanjutnya dilakukan analisis dengan konsep Syariah, maka dapat
dikatakan bahwa praktek penalty yang dilakukan oleh Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bengkalis kepada nasabah yang
mengambil simpanan mudharabah berjangka (deposito) sebelum jatuh
tempo adalah tidak sesuai dan menyimpang dari teori yang berlaku dalam
ekonomi Islam. Hal ini dikarenakan perjanjian penalty tidak dituliskan
dengan jelas didokumen perjanjian

57
BAB III
PENUTUP
A. Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham,
obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga
atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam
bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun
pasar uang. Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai
uang, serta memberikan hak kepada pemegangnya atas apa yang
tercantum di dalamnya. Ddan surat berharga ini mudah dan dapat
diperdagangkan.
B. Surat berharga adalah surat yang semua orang menganggap surat
tersebut berharga, contoh saham, obligasi, wesel, cek dll. Fungsi
dari surat berharga itu sendiri dapat dikelompokkan sebagai: a. Alat
pembayaran, contoh: cek, bilyet giro dan wesel bayar (sebagai alat
ukur). b. Surat bukti investasi, contoh: obligasi, surat saham.
C. Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan surat berharga pada
umumnya yaitu:
1) Penerbit (sebagai debitur)

Penerbit dari sebuah surat berharga merupakan pihak yang


mempunyai kewajiban (debitur) untuk membayar sejumlah
uang kepada pihak lain (kreditur).

2) Pemegang pertama/ pembawa (sebagai kreditur)

Pemegang atau pembawa dari surat berharga merupakan


pihak yang menerima pembayaran dari debitur / penerbit.
Dalam hal ini kedudukan pemegang atau pembawa tersebut
yaitu sebagai kreditur.

3) Tersangkut

Tersangkut merupakan pihak yang melaksanakan perintah dari


penerbit untuk melakukan pembayaran kepada pemegang

58
D. Ketentuan Dan Syarat Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara

Surat Berharga Syariah Negara wajib mencantumkan ketentuan


dan syarat yang mengatur, antara lain mengenai:

a. Penerbit

b. Nilai nominal

c. Tanggal penerbit

d. Tanggal jatuh tempo

e. Tanggal pembayaran Imbalan

f. Besaran atau nisbah Imbalan

g. Frekuensi pembayaran Imbalan

h. Cara perhitungan pembayaran Imbalan

i. Jenis mata uang atau denominasi

j. Jenis Barang Milik Negara yang dijadikan Aset SBSN

k. Penggunaan ketentuan hukum yang berlaku

l. Ketentuan tentang hak untuk membeli kembali SBSN


sebelum jatuh tempo, dan

m. Ketentuan tentang pengalihan kepemilikan

E. Bahwa peranan aspek hukum surat berharga pada sebuah bank


berfungsi strategis dalam pelaksanaan perkembangan
pembangunan perekonomian indonesia. Peranan yang strategis
tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama aspek hukum yang
mengatur bank sebagai wahana yang dapat menghimpun dan
menyalurkan dana ke masyarakat sehingga efektif dan efisien.
F. Berdasarkan undang – undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun
1998 tentang perbankan syariah, deposito adalah simpanan yang

59
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan
bank.Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah
deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.
G. Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia saat ini ada
beberapa macam diantaranya yaitu: Deposito Berjangka
Merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu
tertentu. Jangka waktu Deposito biasanya bervariasi mulai dari
1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas
nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya didalam bilyet
deposito tercantum nama seseorang atau lembaga.
H. Terkait dengan produk deposito mudharabah di bank syari‘ah telah
diatur dalam Fatwa Dewan Syari‘ah Nasional NO: 03/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Deposito Fitur dan Mekanisme Deposito
Syariah

a. Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan


nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal);

b. Pengelolaan dana oleh Bank dapat dilakukan sesuaibatasan-


batasan yang ditetapkan oleh pemilik dana (mudharabah
muqayyadah) atau dilakukan dengan tanpabatasan-batasan
dari pemilik dana (mudharabah mutlaqah);

c. Dalam Akad Mudharabah Muqayyadah harus dinyatakan


secara jelas syarat-syarat dan batasan tertentu yangditentukan
oleh nasabah;

d. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah


yang disepakati;

e. Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat dilakukan sesuai


waktu yang disepakati;

60
f. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya
administrasi berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan
biaya pengelolaan rekening antara lain biaya meterai, cetak
laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan
penutupan rekening; dan

g. Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan


nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan

61
Daftar pustaka

Adiwarman, K. 2005. Islamic Banking, Edisi Ketiga. Jakarta. Rajawali


Press

Amat, Y. 2005. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat untuk


Menggunakan Jasa Perbankan Syariah.Jurnal Ekonomi Keuangan
dan Bisnis Islam”EKSIS” Vol 1 No 2 April-Juni 2005

Andriyanti, A. Dan Wasilah, 2010.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Jumlah Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1
Bulan) Bank Muamalat Indonesia (BMI).Proceeding Simposium
Nasional Akuntansi XIII : Purwokerto

Rahmawati, T. 2010. Pengaruh Indikasi Moral Hazard Dalam Penyaluran


Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Dana Bank Syariah Melalui
Monitoring Dan Profit Sharing Sebagai Variabel Intervening (Survey
Pada Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah Di
Indonesia).Tesis. Unpad

Samsudin. 2005. Mengapa Nasabah Memilih Menggunakan Jasa Bank


Syariah. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam”EKSIS” Vol 1
No 2 April- Juni 2005

Ulfah, M. 2010. Analisa Perkembangan Asset, Dana Pihak Ketiga (DPK)


,dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia. Skripsi :
Universitas Gunadarma

Antonio, M.S. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Gema Insani
Pers. Jakarta

Bahsan, M., Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia, PT.Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005.

Fuady, Munir, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era


Global, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.
Maryana, Ana. 2010. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Bagi Hasil
Terhadap Deposito Mudharabah Bank Syariah Mandiri (Studi Kasus
pada Bank Syariah Mandiri Cabang Ir. H. Djuanda Bandung).
Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Gazali dan Rachmadi Usman, Goni S., Hukum Perbankan, Cetakan I,


Sinar Grafika, Jakarta, 2010.

Hermasyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Kedua, Cetakan


Keenam, Prenada Media Group, Jakarta, 2011.

Husein, Yunus, Hukum Perbankan, Fakultas Hukum Universitas


Indonesia, Jakarta, 1994.

Irawan, James Julianto, Surat Berharga Suatu Tinjauan Yuridis dan


Praktis, Cetakan I, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2014.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga,


PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.

Puspaningrum, Galuh, Aspek Hukum Cek Kosong (Perspektif Hukum


Perdata dan Hukum Pidana, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2004.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Wesel, Cek, dan Aksep di Indonesia,


Sumur, Bandung, 1992.

Rahman dan Eddie Rinaldy, Sufirman, Hukum Surat Berharga Pasa Uang,
Cekatan I, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.

Sadjono, Agus, Pengantar Hukum Dagang, Cetakan II, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2014.

Simanjuntak, Emmy Pangaribuan, Hukum Dagang Surat-Surat Berharga,


Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 1982.
Suryohadibroto dan Djoko Prakoso, Imam Prayogo, Surat Berharga Alat
Pembayaran dalam Masyarakat Modern, PT.Bina Aksara, Jakarta,
1987.

Usman, Rachmadi, Dimensi Hukum Surat Berharga: Warkat Perbankan


dan Pasar Uang, Djambatan, Jakarta, 2001.

Imam Prayogo Suryohadibroto, 2000, Surat Berharga, Rineka Cipta,


Jakarta.

Kitab Undang –Undang Hukum PerdataMuhamad Djumhana, Hukum


Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti Nomor 7
Tahun 1992.

R. Subekti dan R Tjitrosudibio, 2001, Kitab Undang-undang Hukum


Perdata, Cetakan ke 31, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1976.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-


Undang

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan

Muhammad, Abdulkadir. 2006.” Hukum Dagang Tentang Surat-Surat


Berharga, Cet. 6 “. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Purwosutjipto, H.M.N. 1983.” Pengertian Pokok Hukum Dagang “. Jakarta:


Djambatan.

Subekti, R., dan Tjitrosudibio R. 2006.” Kitab Undang-Undang Hukum


Dagang dan Undang-Undang

Kepailitan, Cet 31 “. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.Hermansyah. 2014.”


Hukum Perbankan Nasional: Edisi Kedua “. Jakarta: Kencana

Riyanto, Bambang. 1977.” Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan “.


Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2011 tentang tentang Pembiayaan
Proyek melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah


Negara.

Anda mungkin juga menyukai